Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya sekolah di era modern ini membutuhkan pelayanan dalam
hal bimbingan konseling untuk peserta didik. Ini di maksudkan untuk bisa
mengendalikan laju pengaruh globalisasi yang kian marak kita saksikan dalam
masyarakat. Di berbagai media kita akan banyak disuguhkan beberapa bentuk
kenakalan remaja, sungguh ironis memang. Lalu apakah kita akan menyalahkan
pemerintah saja tanpa ada perbaikan dari tingkat dasar? Pemerintah hanya mampu
memberikan kurikulum yang terbaik untuk kita, dan satu-satunya pemegang
wewenang untuk mengolah peserta didik sedemikian rupa adalah di tangan kita
para calon pendidik. Olehnya itu, Guru memiliki tanggung jawab besar untuk
membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.
Potensi yang dikembangkan tersebut tidak hanya kecerdasan dan keterampilan
belaka, melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh
karena itu seorang guru tidak cukup hanya memiliki pemahaman dan kemampuan
dalam bidang pembelajaran tetapi juga harus memiliki pemahaman dan
kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Guru yang memahami
konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitator
perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial,
moral, maupun spiritual. Melalui tulisan sederhana ini akan dicoba untuk
mengungkap hakikat Bimbingan Konseling dan Pengelolaan, Pelayanan
Bimbingan Konseling.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hakikat bimbingan dan konseling ?
2.
Bagaimana pengertian bimbingan dan konseling ?
3. Bagaimana tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ?
4. Bagaimana organisasi layanan bimbingan dan konseling ?
5.
Bagaimana peranan guru dalam layanan bimbingan dan konseling ?
6. Bagaimana mekanisme kerja pelaksanaan pengelolaan bimbingan
konseling ?
7. Bagaimana pola penanganan siswa bermasalah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk
manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan itu siselenggarakan
berdasarkan hakikat keberadaan manusia sesuai dengan simensi kemanusiaanya.
Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut dilaksanakan demi
tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan manusia menuju
manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia
mengandung pengertian bahwa manusia dengan segenap martabat , derajat serta
keunikannya masing-masing. Bimbingan dan konseling seperti ini melibatkan
manusia, baik dari segi totalitas, maupun potensi-potensi dan kecenderungannya,
dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa
merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma
agama.
c) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai
pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
d) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan
kerja.
e) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
f) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa
harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan
karir keguruan tersebut.
g) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami
kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
h) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
D. Organisasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Organisasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi segenap
unsur di sekolah yaitu :
1. Organisasi Pelayanan BK di SMU
melakukan
pengawasan
dan
pembinaan
terhadap
serta
pengawasan
pendidikan
nasional,
provinsi,
dan
Personil Pelaksana
Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap
Kepala sekolah
Wakil kepala sekolah
Coordinator bimbingan dan konseling
Guru pembimbing
Guru mata pelajaran dan guru praktik
Wali kelas
3.
Program Pelayanan
menyenangkan.
Pemahaman terhadap siswa secara empatik.
Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
Penampilan diri secara ikhlas di depan siswa.
Kekonkretan dalam menyatakan diri.
Penerimaan terhadap siswa secara apa adanya.
Perlakuan terhdap siswa secara terbuka
11
peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi
perkembangan kepribadian iswanya. Serta upaya bimbingan lain untuk
membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing
siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
Dalam melaksanakan peranan bimbingannya, baik secara umum maupun
dalam proses belajar-mengajar, guru sering mengeluh karena tugasnya terlalu
melimpah. Untuk melaksanakan tugas sehari-hari , seorang guru menghadapi
sejumlah siswa, sampai mungkin beratus-ratus siswa yang terbagi dalam beberapa
kelas yang harus dilayaninya secara bergiliran. Sebelum melakukan tugas
mengajar, guru harus memersiapkan pelajaran sebaik-baiknya , dan sesudahnya,
guru harus melakukan berbagai tugas, seperti memeriksa dan memberi angka.
Dengan demikian, tugas bimbingan dianggap sebagai tugas tambahan, yang pada
umumnya dianggap sebagai tugas yang sangat berat.
Apabila guru lebih memerhatikan siswa dan bukan hanya memerhatikan
pelajarannya, maka guru itu akan menemukan dan memahami bahwa proses
belajar itu lebih penting daripada pelajaran yang diberikannya. Guru aan lebih
efektf, apabila memberikan perhatian yang lebih besar kepada proses belajar dan
proses perkembangan siswanya.
4. Keterbatasan Guru dalam Bimbingan di Kelas
Meskipun guru memegang peranan yang sangat penting dalam upaya
bimbingan di sekolah, namun beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan guru untuk melaksanakannya.
Dalam penelaahannya Miller (Natawidjaya, 1988) menghimpun sejumlah pokok
persoalan yang berkenaan dengan keterbatasan guru dalam melaksanakan
bimbingan. Miller meninjaunya dari dua alasan pokok, yaitu rasionalisasi guru
12
13
baru dapat ditemukan dan dianalisis dalam kegiatan konseling itu sendiri sacara
berangsur-angsur.
Mortensen dan Schmuller (1964) mengemukakan terdapat empat
perbedaan antara proses pengajaran dan konseling, yaitu : (a) hakikat maslah yang
dihadapi, (b) pemberian kekuasaan, (c) peranan kelompok, dan (d) cara bertindak.
Pertama; kegiatan mengajar merupakan pelaksanaan kehendak
masyarakat yang dicurahkan dalam program pendidikan bagi semua siswa.
Kegiatan pengajaran dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan informasi,
melatih keterampilan, dan mengembangkan sikap dan nilai yang ditentukan
terlbih dahulu sesuai dengan program pendidikan di ekolah yang bersangkutan.
Sebaliknya, dalam konseling, klien merupakan pihak yang lebih banyak
menentukan permasalahan yang ditangani dalam pertemuan antara klien dan guru
pembimbing.
Kedua; di dalam kelas guru memiliki kekuasaan. Sebaliknya, guru
pembimbing tidak akan memerlihatkan kekuasaannya. Dalam pengajaran guru
harus memberikan penilaian dan keputusan tertentu mengenai tindakan siswa,
sedangkan guru pembimbing membantu kliennya agar dia dapat menilai dirinya
sendiri, dengan membrikan kemudahan dan dorongan untuk itu.
Ketiga; kegiatan mengajar pada umumnya merupakan kegiatan kelompok.
Konseling pada umumnya menangani perilaku klien (individul) yang berlainan
dengan perilaku kelompok. Guru pembimbing menggunakan kelompok untuk
menemukan kelainan-kelainan tersebut sebagai persiapan untuk melakukan
konseling.
Keempat; kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan
berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kegiatan itu
dilaksanakan dengan menggunakan prosedur dan cara yang ditetapkan oleh guru.
Kegiatan mengonseling, meskipun pada dasrnya ditata berdasarkan sistem
tertentu, dilaksanakan dengan memerhatikan kemajuan dan kebutuhan klien
sendiri.
F.
2. Observasi
3. Catatan anekdot
Wali Kelas Disamping sebagai orang tua kedua di sekolah, juga membantu
mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data, meliputi :
1. Daftar nilai
2. Angket siswa
3. Angket orang tua
4. Catatan anekdot
5. Laporan observasi siswa
6. Catatan home visit
7. Catatan wawancara
Guru pembimbing Disamping memberikan layanan informasi kepada
siswa juga sebagai sumber data yang meliputi :
1. Kartu akademis
2. Catatan konseling
3. Data psikotes
4. Catatan konferensi kasus
Kegiatan guru pembimbing yang perlu diketahui oleh kepala sekolah, adalah :
1. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali
2. Laporan tentang kelengkapan data
G. Pola Penanganan Siswa Bermasalah
Pembinaan siswa dilakukan oleh seluruh unsur pendidikan di sekolah,
orang tua, masyarakat, pemerintah. Pola tindakan terhadap siswa bermasalah di
sekolah adalah sebagai berikut : seorang siswa yang melanggar tata tertib dapat
ditindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas
yang bersangkutan. Sementara itu guru pembimbing berperan dalam mengetahui
15
16
17
harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang
menanganinya, sebagaimana tampak dalam bagan berikut :
b. Tingkatan masalah siswa berserta mekanisme penanganannya
1)
2)
3)
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari makalah ini, yaitu:
a. Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk
manusia dan oleh manusia.
b. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak maupun
orang dewasa. Dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang konselor kepada
klien yang bermuara pada teratasinya mesalah yang dihadapi klien.
c. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa mengatasi
kesulitan dalam belajar dan mengatasi terjadinya kebiasaan- kebiasaan
yang tidak baik dalam proses belajar dan mengatasi kesulitan yang
berkaitan dengan kelanjutan studi.
d. Organisasi pelayanan BK di SMU Meliputi kepala dinas pendidikan
propinsi/ kota, dewan pendidikan, pengawas sekolah bidang BK, kepala
19
membantu
siswa
agar
memperoleh
penyesuaian
diri
dan
20