Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Diagnosis Kedokteran Keluarga
ASMA BRONKIAL
Disusun Oleh:
Helsa Eldatarina (0808015049)
PEMBIMBING:
dr. Wawan Aprian Noor
dr. Ronny Isnuwardhana, MIH
Veronika Hinum, S. KM, MM
BAB I
PENDAHULUAN
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Walaupun
mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah kasusnya cukup banyak ditemukan di
dalam masyarakat. Dalam 20 tahun terakhir, pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di
seluruh dunia dan prevalensi asma terus meningkat termasuk di negara-negara Asia Pasifik
seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak
masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan
GINA (Global Initiative for Asthma). Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa yang akan
datang (Depkes, 2009; GINA, 2013).
Gangguan inflamasi kronik saluran napas menyebabkan hiperreaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul)
artinya dapat tenang, tanpa gejala dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat
eksaserbasi dengan gejalan ringan sampai berat hingga mengganggu aktivitas bahkan
kegiatan harian. Produktivitas menurun akibat tidak bekerja atau sekolah, dan dapat
menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktivitas serta
menurunkan kualitas hidup. (Depkes, 2009; GINA, 2013).
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor)
dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti
bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan
kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor
2
lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik/
pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan : pajanan lingkungan hanya
meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma, baik lingkungan maupun
genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma (PDPI, 2004).
Masalah penanganan penderita yang tidak adekuat disebabkan antara lain keluarga
tidak memahami kondisi penyakit dan pengobatannya karena tidak dapat mendapat
pengetahuan yang cukup tentang penyakit asma, serta petugas medis kurang mampu
mendiagnosa dengan tepat dan kurang mampu melakukan penilaian beratnya penyakit asma
sehingga berakibat pengobatan yang dilakukan penderita kurang memadai. Masalah
lingkungan fisik adalah semakin besarnya polusi yang terjadi di lingkungan indoor dan
outdoor, serta perbedaan cara hidup yang kemungkinan ditunjang dari sosioekonomi
individu. Karena lingkungan dalam rumah mampu memberikan kontribusi besar terhadap
faktor pencetus serangan asma, maka perlu adanya perhatian khusus pada beberapa bagian
dalam rumah. Perhatian tersebut ditujukan kepada keberadaan alergen dan polusi udara yang
dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga. Komponen
kondisi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma seperti keberadaan
debu, bahan dan desain dari fasilitas perabotan rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur,
dan bantal), memelihara binatang yang berbulu (seperti anjing, kucing, dan burung) serta
adanya keluarga yang merokok dalam rumah (Depkes, 2009; GINA, 2013).
Pengelolaan penderita asma di Unit Gawat Darurat dan di rumah sakit sebenarnya
sudah cukup baik, namun yang masih kurang adalah pencegahan faktor kejadian kekambuhan
asma. Kebanyakan pasien asma membiarkan sampai muncul keluhan sesak nafasbaru
kemudian ke dokter. Pengelolaan asma sendiri sebetulnya ada;ah bagaimana agar pasien
tersebut tidak sesak nafas kembali (Depkes, 2009; GINA, 2013).
BAB II
LAPORAN KASUS PASIEN
2.1.
ANAMNESIS
Anamesis dilakukan pada tanggal 27 November 2013 pada pukul 19.00 WITA secara
: Tn. A
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Status Keluarga
: Anak kedua
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan Terakhir : SD
KELUHAN UTAMA
Sesak Napas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sesak napas dialami pasien + 12 jam sebelum datang berobat ke IGD Puskesmas
Palaran. Sesak mulai dirasakan pada dini hari secara terus menerus didahului dengan batuk
berdahak dan disertai dengan bunyi mengi. Biasanya sesak akan menghilang mengkonsumsi
Salbutamol, tapi sesak yang dirasakan pasien hanya berkurang sebentar sehingga pasien tidak
dapat pergi bekerja. Karena tidak ada keluarga yang bisa mengantar ke Puskesmas pada pagi
hari, pasien akhirnya baru dibawa keluarganya pada sore hari ke IGD.
Dalam 1 bulan terakhir, sesak napas pasien kambuh sebanyak 1-2 kali setiap minggu
dan menghilang setelah mengkonsumsi Salbutamol. Sesak sering timbul saat suhu udara
dingin terutama saat dini hari dan malam hari serta terpapar debu.
RIWAYAT KEBIASAAN
1.
2.
3.
GENOGRAM
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Penderita
Sudah Meninggal
Menderita penyakit yang sama
2.2.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
BMI
: 19,5
Status Gizi
: normal
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Status Generalis
: 120/80 mmHg
: 98 kali/menit, regular, kuat angkat
: 32 kali/menit, reguler
: 36,80C (per aksiler)
:
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi
: Iktus cordis tidak teraba
Perkusi
: Sonor pada seluruh lapangan paru, pembesaran jantung (-)
Auskultasi : Paru : suara napas vesikular, ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
Ekstermitas
Atas
Bawah
2.3.
DIAGNOSA KERJA
-
2.4.
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Kontrol teratur
Medikamentosa
Nebulisasi Berotec 1 cc
Dexamethason inj. 4 mg
Salbutamol 3 x 2 mg tab
Dexamethason 3 x 1 tab
Bromheksin 3 x 8 mg
2.5.
PROGNOSA
Dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
IDENTITAS KELUARGA
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
I. Kepala Keluarga
Tn. A (Kakek)
68 tahun
Laki-laki
Menikah
Islam
Sunda
SD
Tidak bekerja
II. Pasangan
Ny. T (Nenek)
58 tahun
Perempuan
Menikah
Islam
Sunda
SD
IRT
7
Alamat Lengkap
ANGGOTA KELUARGA
No. Anggota
Keluarga
1
Tn. C
23 thn
Swasta
20 thn
Swasta
13 thn
Pelajar
Tn. A
(pasien)
An. D
Usia
Pekerjaan
Hub.
Status
Keluarga Menikah
Kakak
Belum
Menikah
Belum
Menikah
Adik
Belum
Menikah
Ya
Ya
Serumah
Tidak Kadang
Ya
Ya
Ekonomi Keluarga
Luas Tanah
Luas Bangunan
Pembagian Ruangan
4
5
Keterangan
20 x 10 meter
13 x 5 meter
Rumah terdiri dari 2 lantai, 1 wc, 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu/keluarga, dan 1
kamar tidur
900 watt
Rp. 1.500.000
Rp. 150.000
Rp. 550.000
Rp. 50.000
Ditanggung Ayah pasien
Rp. 400.000
Rp. 70.000
Rp. 30.000
Rp. 250.000
Rp. 1.500.000
Keterangan
Berobat ke puskesmas dan RS
Puskesmas dan RS
Jamkesmas
Keterangan
Makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam)
dengan nasi, tahu, tempe, ikan, telur dam sayur
Makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam).
Menu makanan sama dengan kakek dan nenek
pasien.
Keterangan
Lebih sering di rumah
8
b. Nenek
c. Kakak Pasien
d. Pasien
e. Adik Pasien
2
Aktivitas Mental
No. Lingkungan
1
Sosial
2
Fisik/biologik
Perumahan dan fasilitas
Luas tanah
Luas bangunan
Jenis dinding terbanyak
Jenis lantai terluas
Sumber penerangan utama
Sarana MCK
Sarana Pembuangan Air Limbah
Sumber air sehari-hari
Sumber air minum
Pembuangan Sampah
3
Lingkungan Kerja :
a. Kakek
b. Nenek
c. Kakak Pasien
d. Pasien
e. Adik Pasien
Pernyataan
Hampir
Selalu
Kadang
Kadang
Hampir
Tidak
Pernah
Adaptasi
Keterangan
1
2
1
2
1
Kesimpulan
: nilai skor keluarga ini adalah 7, artinya keluarga ini menunjukkan fungsi
keluarga kurang sehat.
3
4
5
6
7
Indikator Pertanyaan
A. Perilaku Sehat
Tidak merokok
Ada yang memiliki kebiasaan
merokok
Persalinan
Dimana
ibu
melakukan
persalinan
Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah di
imunisasi lengkap?
Balita ditimbang
Apakah balita ibu sering
ditimbang? Dimana?
Sarapan Pagi
Apakah
seluruh
anggota
keluarga memiliki kebiasaan
sarapan pagi?
Dana Sehat / Askes
Apakah anda ikut menjadi
peserta Askes?
Cuci tangan
Apakah anggota keluarga
mempunyai
kebiasaan
memcuci tangan menggunakan
sabun sebelum dan sesudah
buang air besar?
Sikat gigi
Apakah anggota keluarga
memiliki kebiasaan gosok gigi
menggunakan odol?
Aktivitas fisik / olahraga
Apakah anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik atau
olah raga teratur?
Jawaban
Ya
Tidak
Keterangan
memiliki
telah
Penimbangan di
dan Posyandu
diimunisasi
Puskesmas
Makanan
yang
sering
dikonsumsi setiap hari adalah
nasi dan lauk-pauk
Jamkesmas, Askes, Jamsostek,
Jamkesda
B. Lingkungan Sehat
Jamban
Apakah di rumah tersedia Rumah memiliki 1 kloset (WC)
jamban dan seluruh keluarga
menggunakannya?
Air bersih dan bebsa jentik
Apakah di rumah tersedia air Bila rumah tidak memiliki
10
didalam rumah?
1/10 luas lantai untuk tiap
ruangan
6
Kepadatan
Apakah ada kesesuaian rumah Pengukuran kepadatan dimana
dengan
jemlah
anggota 1
orang
penghuni
keluarga?
membutuhkan 2x2x2 meter
7
Lantai
Apakah lantai bukan dari Seluruh lantai rumah di semen,
tanah?
ubin, atau dari kayu
C. Indikator Tambahan
1
ASI Ekslusif
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan Hanya untuk bayi keluarga
hanya mendapat ASI saja sejak yang mempunyai bayi usia 0-6
lahir sampai 6 bulan?
bulan, bila rumah tangga tidak
mengkonsumsi
buah
dan
sayur?
Jumlah
14
Klasifikasi
SEHAT I
: dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (merah)
SEHAT II
: dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (kuning)
SEHAT III
: dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15 (hijau)
SEHAT IV
: dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18 (biru)
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada dapat dijawab Ya ada 13 pertanyaan yang berarti identifikasi
keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam klasifikasi SEHAT III.
11
Fisik
Biologi
Psiko-sosioekonomi
Perilaku Kesehatan
Gaya Hidup
Lingkungan Kerja
Rumah :
ventilasi cukup dan pencahayaan matahari cukup, sanitasi
MCK cukup, kamar cukup bersih, kebersihan dapur cukup,
irigasi/parit tidak ada, lantai rumah dari tanah, kualitas air galon
sebagai sumber air minum keluarga cukup terjamin, dan
penggunaan obat nyamuk bakar akan meningkatkan risiko
paparan asap di dalam rumah
pasien memiliki riwayat asma sejak usia 3 tahun
Nenek pasien juga mengalami hal yang serupa
memiliki kartu jaminan kesehatan
pengetahuan tentang kesehatan dan gizi serta lingkungan
kesehatan kurang
pendapatan keluarga prioritas untuk kebutuhan sandang dan
pangan
higien pribadi cukup
berobat langsung di sarana pengobatan seperti puskesmas
tidur bersama dalam 1 ruangan dan sering berkumpul satu
keluarga di ruang keluarga
paparan dengan lingkungan kerja akan mencetuskan
kambuhnya asma
Diagnosa Keluarga
Sebuah keluarga Tn. A terdiri dari 5 orang anggota dengan 2 anggota keluarga
menderita asma. Keluarga ini menempati rumah yang kurang memadai untuk menampung
anggota keluarga, sosial ekonomi cukup, kebersihan lingkungan cukup, serta kesadaran
PHBS yang cukup.
12
Masalah yang
Rencana
dihadapi
Pembinaan
Kondisi
lingkungan Edukasi
rumah yang kurang
sehat
Ssaran
Pembinaan
Keluarga
Kebiasaan keluarga
Keluarga
Edukasi
Contoh
Pembinaan
Edukasi
pentingnya
menjaga
kebersihan
rumah dengan membuat
sarana pembuangan air
limbah agar air sisa
pencucian
tidak
langsung terserap dalam
tanah.
Edukasi
untuk
menghindari
faktor
pencetus
dari
asma
misalnya
tidak
menggunakan
bantal
kapuk dan obat nyamuk
bakar
Pengobatan
Tindakan Medis
Salbutamol 3 x 2 mg Pemeriksaan fisik
Terapi simptomatik
tab
KIE penderita dan keluarga
Dexamethason 3 x 1
tentang
asma
bronkiale,
tab
mengenai
pencegahan
dan
Bromheksin 3 x 8 pentingnya,
rumah
dan
lingkungan yang sehat.
mg
Anggota Keluarga
Penyuluhan / KIE tentang
lain
perjalanan
penyakit
ini,
pengobatan, serta pentingnya
pencegahan terutama menjaga
lingkungan rumah agar tetap
bersih dan sehat.
Lingkungan sekitar
Penyuluhan / KIE tentang
hidup
sehat,
menjaga
lingkungan
sehat
dan
penularan, pencegahan, dan
pengobatan faktor pencetus,\
seperti penyakit ISPA
Pengadaan
sarana
pembuangan air limbah dari
setiap rumah
Masalah
Kesehatan
Pasien
Individu
Terapi
asma
bronkiale
Obat
dimimun
sesuai dosis dan
indikasi
Menjelaskan dan
memberikan
edukasi
tentang
perjalanan
penyakit
Menghindari
faktor pencetus
Konsumsi
makanan sehat
Menjaga
daya
tahan tubuh
Menjaga
kebersihan diri
Keluarga
KIE
pentingnya menjaga
higiene
pribadi
dan
lingkungan
KIE
kebersihan
sanitasi, penyebab,
pencegahan,
dan
pengobatan
Komunitas
KIE/penyuluhan
tentang
asma
bronkiale, faktor
pencetus,
perjalanan
penyakit
dan
pencegahan.
Penyuluhan
rumah
dan
lingkungan sehat
Penyuluhan/KIE
tentang hidup sehat,
rumah sehat dan
lingkungan sehat,
serta
pengobatan
penyakit infeksi
Masalah
Upaya Penyelesaian
Fungsi Biologis
Anggota keluarga lainnya juga
menderita asma
Keluarga
tidak
tabungan
Faktor perilaku
keluarga
Fungsi
Ekonomi
pemenuhan kebutuhan
dan
memiliki
kesehatan
3
2
Edukasi
dan
motivasi
untuk
memeriksakan kesehatan berkala karena
adanya risiko terjadi kekambuhan
14
Mandala of Health
GAYA HIDUP
Prioritas utama pememuhan sandang dan pangan.
Pasien tidur bersama dalam 1 ruangan dengan
keluarga.
PERILAKU KESEHATAN
Kebersihan lingkungan kurang
Pengetahuan tentang kesehatan kurang
Higiene pribadi cukup
Pengetahuan tentang rumah sehat kurang
PASIEN
Sesak napas sejak + 12 jam sebelum
berobat ke puskesmas. Sesak disertai
bunyi mengi, dan batuk berdahak.
Riwayat asma sejak pasien berusia 3
tahun.
Pemeriksaan
fisik
menunjukkan
respiratory
rate
32
kali/menit,
wheezing (+/+)
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah pelayanan
kesehatan : 10 - 15 menit,
dtempuh dengan kendaraan
bermotor.
LINGKUNGAN PSIKO-SOSIOEKONOMI
Pendapatan keluarga cukup
kehidupan
sosial
dengan
lingkungan baik
BIOLOGI
Pasien menderita asma sejak usia 3 tahun
Nenek pasien menderita asma
LINGKUNGAN FISIK
Ventilasi
dan
penerangan
didalam rumah cukup
Lantai rumah dari tanah
Pembuangan
air
limbah
langsung
ke
tanah
sampiong rumah
Penggunaan obat nyamuk bakar
BAB 1V
PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. A usia 20 tahun dengan keluhan sesak napas.
Sesak napas dialami pasien 7 jam sebelum datang berobat ke puskesmas. Sesak napas dialami
pasien + 12 jam sebelum datang berobat ke IGD Puskesmas Palaran. Sesak mulai dirasakan
pada dini hari secara terus menerus didahului dengan batuk berdahak dan disertai dengan
bunyi mengi. Biasanya sesak akan menghilang setelah minum obat Salbutamol, tapi sesak
yang dirasakan pasien hanya berkurang sebentar. Karena tidak ada keluarga yang bisa
mengantar ke Puskesmas pada pagi hari, pasien akhirnya baru dibawa keluarganya pada sore
hari. Dalam 1 bulan terakhir, sesak napas pasien kambuh sebanyak 1-2 kali setiap minggu
dan menghilang setelah minum obat Salbutamol. Sesak sering timbul saat suhu udara dingin
terutama saat dini hari dan malam hari serta terpapar debu.
Diagnosis asma bronkial pada Tn. A ditegakkan atas dasar frekuensi serangan > 1 kali
tiap minggu selama 1 bulan terakhir, diantara serangan terdapat adanya gejala, terganggunya
aktivitas penderita jika terjadi serangan, pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan bunyi
wheezing. Gejala asma bronkial antara lain batuk dan/atau mengi yang timbul secara
episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman setelah aktivitas fisik, serta
adanya riwayat asma dan atopi pada penderita atau keluarganya.
Terapi yang diberikan pada pasien adalah salbutamol 2 mg dengan dosis 3 kali 1
tablet, Dexamethason dengan dosis 3 kali 1 tablet, serta Bromheksin dengan dosis 3 x 1
tablet.
Lingkungan rumah Tn. A kurang sehat,. Ventilasi cukup dan pencahayaan matahari
cukup, sanitasi MCK cukup, kamar cukup bersih, kebersihan dapur cukup, irigasi/parit tidak
ada, lantai rumah dari tanahkualitas air galon sebagai sumber air minum keluarga cukup
terjamin, dan penggunaan obat nyamuk bakar akan meningkatkan risiko paparan asap di
dalam rumah. Pasien selama ini tidur dengan bantal dan guling yang terbuat dari kapuk. Di
dalam rumah, keluarga pasien menggunakan obat nyamuk bakar. Dengan demikian perlu
dilakukan edukasi dan motivasi pada keluarga pasien untuk selalu menjaga kebersihan rumah
dan lingkungan, dimana asap obat nyamuk bakar tersebut merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya asma. Perlunya edukasi mengurangi perilaku merokok pada pasien yang
mana perilaku merokok pada pasien asma berhubungan dengan kambuhnya penyakit asma.
DAFTAR PUSTAKA
Dokter
Paru
Indonesia.
2004.
Asma
Pedoman
DOKUMENTASI
Diagnosis
dan