Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1

Latar Belakang....................................................................................................................

1.2

Tujuan.................................................................................................................................

1.3

Manfaat...............................................................................................................................

BAB II TEORI DASAR...................................................................................................................


2.1 Definisi Batuan........................................................................................................................
2.2 Batuan Penyusun Bumi............................................................................................................
BAB III ISI........................................................................................................................................
3.1 Batuan pembentuk litosfer.......................................................................................................
3.2 Awal Mula Batuan....................................................................................................................
3.3 Jenis-Jenis Batuan....................................................................................................................
3.3.1 Batuan Beku......................................................................................................................
3.3.2 Batuan Sedimen.................................................................................................................
3.3.3 Batuan Metamorf...............................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Di bumi ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya,
diantaranya yaitu batuan dan bahan tambang. Batuan dan bahan tambang
mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan
merupakan kumpulan dari satu atau lebih mineral, batuan penyusun kerak bumi
berdasarkan kejadiannnya (genesis), tekstur, dan komposisi mineralnya dapat
dibagi menjadi 3, yaitu : Batuan beku (Igneous Rocks), Batuan
sedimen (Sedimentary Rocks), Batuan metamof (Metamorphic Rocks).
Batuan dan mineral merupakan sumber daya alam yang banyak dibutuhkan
dan digunakan untuk kehidupan manusia, dan bahan dasar industri. Batuan
terbentuk dari kumpulan magma yang membeku di permukaan bumi dan
berakhir menjadi berbagai jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki
atom-atom yang tersusun secara teratur, mineral merupakan komponen batuan
yang membentuk lapisan kerak bumi. Bahan tambang di Indonesia terdapat di
darat dan di laut. Bahan tambang jika diolah memerlukan modal yang banyak,
tenaga ahli dan teknologi yang tinggi. Sedangkan untuk memperolehnya, dapat
juga dilakukan secara tradisional seperti mendulang emas dan lain-lain.
1.2Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi dari batuan,
proses proses terbentuknya batuan juga faktor faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk fisik pada batuan, juga siklus pembentukan batuan
yang terus terjadi secara berulang ulang.

1.3Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana proses
terbentuknya batuan dari mulai magma juga dapat mengetahui siklus yang terjadi terus
menerus pada proses terbentuknya batuan.

BAB II
TEORI DASAR
2.1 Definisi Batuan

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang sudah dalam
keadaan membeku atau keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan
mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah. Batuan
mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang sekali
batuan yang terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral
atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang mempunyai komposisi kimia dan
struktur atom tertentu. Jumlah mineral banyak sekali macamnya ditambah dengan jenis-jenis
kombinasinya. Penyebaran batuan di Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan
beberapa tempat yang relative kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair.
2.2 Batuan Penyusun Bumi

Bumi merupakan planet yang terdiri dari lapisan-lapisan batuan bumi sebagai
pembentuknya. Lapisan-lapisan penyusun bumi tersebut antara lain:
1.

Inti Bumi
Bumi terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lainlain yang terdapat pada kedalaman 29005200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti
luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair
yang suhunya mencapai 2.200oC. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan
diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai
4500oC.

2.

Mantel
Mantel adalah bagian dari planet kebumian atau benda langit lain yang cukup besar sehingga
mampu mengalami diferensiasi berdasarkan kepadatan. Seperti planet kebumian lain, bagian
dalam Bumi secara kimiawi terbagi menjadi lapisan-lapisan. Mantel adalah lapisan yang berada
di antara kerak dan inti luar. Mantel Bumi merupakan lapisan berbatu dengan kedalaman sekitar

2.900 km (1,800 mil) yang meliputi 84% volume Bumi. Mantel atas Bumi dapat dibagi menjadi
dua: astenosfer dalam yang terdiri dari bebatuan yang mengalir dengan kedalaman sekitar 200
km dan bagian paling bawah litosfer yang terdiri dari bebatuan keras dengan kedalaman antara
50 hingga 120 km. Di beberapa tempat di bawah samudra mantel terpapar dengan permukaan
Bumi.
3.

Kerak Bumi (Litosfer)


Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Litosfer berasal dari kata Yunani, lithos yang
berarti berbatu, dan sphere yang berarti padat. Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan
sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan Bumi yang paling luar atau biasa
disebut dengan kulit Bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya
akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki
ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan
dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira
65% atau 2/3 bagian). Litosfer Bumi meliputi kerak dan bagian teratas dari mantel Bumi yang
mengakibatkan kerasnya lapisan terluar dari planet Bumi. Litosfer ditopang oleh astenosfer, yang
merupakan bagian yang lebih lemah, lebih panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara
litosfer dan astenosfer dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan: litosfer tetap padat
dalam jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena retakanretakan, sednagkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Litosfer terpecah menjadi
beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya gerak benua akibat konveksi yang
terjadi dalam astenosfer.

BAB III
ISI

3.1 Batuan pembentuk litosfer

Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:


a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
3.2 Awal Mula Batuan

Semua batuan pada mulanya dari magma

Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000C

Lava adalah magma yang sudah muncul ke permukaan

Lahar adalah lava yang bercampur dengan gas, meterial piroklastik, air, tanah
Proses awal yang terjadi adalah magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui

puncak gunung berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang
sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi
batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai
selama terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan
tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan
yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.

Gambar 1. Siklus
Batuan

3.3 Jenis-Jenis Batuan

3.3.1 Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar yang
dikenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku sudah banyak dilakukan dari dulu
hingga sekarang. Berbagai cara telah dilakukan seperti penggabungan jenis-jenis yang sama
dalam satu golongan dan pemisahan dari jenis-jenis yang tidak menunjukkan persamaan. Karena
tidak adanya kesepakatan diantara para ahli petrologi dalam mengklarifikasikan batuan beku
mengakibatkan sebagian klarifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan
beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan
senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Di bawah ini akan
diterangkan lebih lanjut dari penggolongan batuan beku sebagai berikut:

1.

Pembagian Genetik Batuan Beku


Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku, pembagian batuan
beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut.
Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut:

a.

Batuan Ekstrusi
Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan ke permukaan
bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat,
ada yang berbentuk padat, debu, atau suatu larutan yang kental dan panas, cairan ini biasa
disebut lava. Bentuk dan susunan kimia dari lava mempunyai ciri tersendiri.
Ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan
vikositas relative rendah. Sebagai contoh adalah lava basaltik yang sampai ke permukaan melalui
celah dan setelah di permukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava basaltik
memiliki sifat sangat cair, sehingga bila sampai ke permukaan akan menyebar dengan daerah
yang sangat luas. Gunung-gunung di kepulauan Hawaii merupakan suatu contoh yang sangat
baik untuk magma yang bersifat basaltik. Lava basaltik di daerah Hawaii ini mengeluarkan
material seperti batuan yang berukuran bongkah, butiran halus sampai kekacaan (glas). Bila
sampai ke permukaan dan mengalami pelapukan akan menjadi tanah (lempung), jika
berakumulasi di bawah permukaan akan merupakan suatu lapisan di dalam pengendapan batuan
sedimen.
Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang
tinggi dan vikositas relatif tinggi. Akibat dari vikositas ini bila sampai ke permukaan akan
menjadi suatu aliran sepanjang lembah. Vikositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat pusat,
ini akibat letusan gunungapi dan berhubungan dengan lava. Cone sering terjadi akibat kegiatan
gunungapi, dimana terjadi pemecahan di dalam blok batuan yang besar. Lapisan dari butiran
halus berasal dari debu vulkanik, sedangkan campuran antara batuan dengan butiran halus yang
sering berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Pencampuran dari fragmen
batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik, sehingga membentuk agglomerate. Dan dari
butiran halus seperti debu dan fragmen batuan maka akan membentuk tuf.

b.

Batuan Intrusi
Proses batuan beku sangat berbeda dengan kegiatan batuan vulkanik, karena perbedaan
dari tempat terbentuknya dari kedua jenis ini. Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku,
bentuk dasar dari geometri dimana kontak diantara batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi
atau daerah batuan, bila sejajar dengan lapisan batuan maka tubuh intrusi ini disebut konkordan.
Bila bentuk kontaknya kontras disebut diskordan atau memotong dari lapisan masa batuan
sebagai berikut:

1)

Bentuk Tidak Beraturan


Bentuk tidak beraturan pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk
yang jelas di permukaan bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton (intrusi dengan bentuk
tidak beraturan) memperlihatkan bentuk yang sangat besar dan kedalaman yang tidak diketahui
batasnya. Bentuk tidak beraturan biasanya dimiliki oleh batolit, singkapan di permukaan
memiliki luas sampai 100 km2. Sedangkan stok memiliki sifat yang hamper sama dan hanya di
ukurannya saja yang jauh berbeda. Felsik batolit banyak terlihat di kepulauan Riau atau pulau
Sumatra dan pulau Kalimantan, salah satu contoh yang paling banyak yang terdapat di Indonesia
adalah intrusi granit yang terdapat di pulau Karimun (Riau).

2)

Bentuk Tabular
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu dike (retas) mempunyai
bentuk diskordan dan sil mempunyai bentuk konkordan. Dike adalah intrusi yang memotong
bidang perlapisan dari batuan induk. Kadang-kadang kontak hamper sejajar, tapi perbandingan
antara panjang dan lebar tidak sebanding. Kenampakan di lapangan dike dapat berukuran sangat
kecil dan dapat pula berukuran sangat besar.
Sil adalah lempengan batuan beku yang diintrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan
sedimen, dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Penyebaran ke arah
lateral sangat luas, sedangkan penyebaran kea rah vertical sangat kecil. Variasi khusus dari sil
adalah lakolit, bentuk batuan beku yang menyerupai sil akan tetapi perbandingan ketebalan jauh
lebih besar dibandingkan dengan lebarnya dan bagian atasnya melengkung. Sedangkan lopolit

adalah bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya
melengkung karena batuan di bawahnya lentur.
3)

Bentuk Pipa
Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton
diskordan. Bentuk yang khas dari group ini adalah intrusi-intrusi yang silinder atau pipa.
Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunungapi tua, biasa disebut vulkanik nek (teras
gunungapi). Vulkanik adalah suatu masa batuan beku yang berbentuk selinder, kemungkinan
berukuran besar, tetapi kedalamannya tidak diketahui. Masa batuan beku ini mengisi saluran
gunungapi, umumnya mempunyai sumbu tegak lurus atau condong kea rah tegak. Proses erosi
mengakibatkan batuan di sekelilingnya hanyut terbawa air, sedangkan sumbat gunungapi yang
lebih tahan terhadap erosi akan membentuk topografi yang menonjol. Jadi teras gunungapi
(vulkanik nek) adalah sisa-sisa gunungapi. Salah satu contoh yang ada di Jawa adalah di daerah
Purwakarta dan Plered dekat kota Cirebon, Jawa Barat.
Batuan intrusi memiliki butiran yang kasar dan kandungan kimianya sejenis dengan lava.
Pembagian dari besar butir untuk batuan beku adalah butiran kasar dengan rata-rata besar butir
lebih besar dari lima milimeter, sedangkan butiran halus dengan ukuran dari sangat halus sampai
satu milimeter dan butiran sedang dengan ukuran dari satu sampai lima milimeter.

2.

Pembagian Kimia Batuan Beku


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral dan mineral
menyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa
oksidasinya. Dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan jenis batuan beku itu
dan dapat pula mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.

3.

Pembagian Mineralogi Batuan Beku


Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu maka sebagian besar
klasifikasi batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang
biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk
mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olivin.

3.3.2 Batuan Sedimen

Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi
hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri
atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Batuan
sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa
centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat
besar dan beberapa proses yang penting yang termasuk ke dalam batuan sedimen.
Batuan sedimen yang ada di muka bumi ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok
besar, pengelompokan ini berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut. Setiap kelompok
tersebut mempunyai tempat pengendapan sendiri, mulai pengendapan di lingkungan darat,
sungai, danau, sampai ke lingkungan laut. Klasifikasi batuan sedimen dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.

Batuan Sedimen Detritus (Klastik)


Batuan sedimen ini diendapan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat atau di lingkungan air
(laut). Batuan yang ukuran besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan
gunungapi dan diendapkan di sekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan di lingkungan
air seperti sungai, danau atau laut. Batuan konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan
sungai dan batuan batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau maupun delta. Semua
batuan tersebut di atas termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sedangkan golongan detritus
halus terdiri dari batu lanau, serpih, batu lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini
pada umumnya diendapkan di lingkngan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.

2.

Batuan Sedimen Evaporit


Proses untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup
sehingga sangat memungkinkan selalu terjadi pengayaan unsur-unsur tertentu. Suatu contoh
adalah larutan garam yang akan semakin pekat apabila lingkungan tempat itu berupa danau yang

tidak ada saluran pembuangannya. Dan factor yang penting juga adalah tingginya penguapan
maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan ang termasuk ke dalam
golongan ini adalah gip, anhidrit, batu garam dan lainnya.
3.

Batuan Sedimen Batubara


Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organtik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya
sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentukya batu bara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau tumbuhan itu
mati atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

4.

Batuan Sedimen Silika


Batuan ini terdiri dari rijang, radiolarian dan tanah diatom. Proses terbentuknya batuan ini
adalah gabungan antara proses organic seperti radiolaria atau diatom dan proses kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

5.

Batuan sedimen Karbonat


Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera
atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan
dari batuan yang terbentuk labih dahulu dan diendapkan di suatu tempat. Proses pertama biasa
terjadi di lingkungan laut litoral sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapkan pada laut
neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali jenisnya tergantung dari material
penyusunnya, suatu contoh batu gamping terumbu terbentuk karena batuan tersebut disusun oleh
material terumbu koral.

3.3.3 Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang


sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang
sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur
sangat dalam.
Metamorfosa terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan
dimana batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral-mineral hanya stabil dalam batas-batas

tertentu dalam temperatur, tekanan dan kimiawi. Jika batuan tersebut dikenakan temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi daripada dekat permukaan, batas kestabilan mineral dapat dilampaui,
penyesuaian mekanis dan kimiawi dapat terjadi dalam batuan membentuk mineral-mineral baru
yang stabil dalam kondisi baru.
Batuan metamorfosa dapat dibagi menjadi metamorfosa kontak (termal), di sekitar suatu
intrusi magma dimana panas pemegang peranan dan fluida-fluida. Metamorfosa dinamis
(kataklasik), di sekitar dislokasi dimana tekanan memegang peranan. Sedangkan metamorfosa
regional, dimana kedua efek ini memegang peranan penting. Beberapa sifat batuan metamorf
antara lain:
1.

Tekstur
Mineral dalam batuan metamorf disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena kristalnya
tumbuh dalam suasana padat, dan bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu Kristal yang
terjadi disebut blastos. Idiomorf untuk mineral metamorf adalah idioblastik, sedangkan xenomorf
adalah xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar daripada masa dasarnya disebut
profiroblastik.
Mineral atau tekstur batuan asal yang masih tersimpan dalam batuan metamorfosa
dinamakan mineral relik atau struktur relik. Daripadanya sebagian daripada daur geologi batuan
dapat ditelusuri kembali.

2.

Besar Butir
Besar butir dari batuan metamorf meningkat dengan meningkatnya derajat metamorf. Hal ini
disebabkan oleh karena energi permukaan butir yang lebih kasar menjadi lebih kecil, sehingga
daya larutannya semakin rendah pula. Dalam hubungan ini energi bebas yang berlebih
mengakibatkan kelarutan yang lebih besar cenderung untuk merangsang butir-butir halus
mengalami rekristalisasi mengisi butiran kasar yang lebih stabil. Metamorf kontak yang
umumnya lebih halus daripada metamorf regional sekalipun sama temperatur atau derajat
metamorfosa.

3.

Mineral dan Struktur Perlapisan Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan sebelumnya sehingga ada beberapa
mineral dari batuan asalnya terdapat pula dalam batuan metamorfosa. Mineral tersebut sebagai
berikut:

a.

Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorfosa dan batuan beku yaitu kuarsa, feldspar,
muskovit, biotit, hornblende, piroksin, olivine, dan bijih besi.

b.

Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen yaitu kuarsa, muskovit,
mineral-mineral lempung, kalsit, dolomit.

c.

Mineral-mineral petunjuk yang biasa terdapat dalam batuan metamorf yaitu garnet, andalusit,
kianit, silimanit, staurolit, kordierit, epidot, klorit.
Sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang hanya terdapat di batuan metamorf. Perlapisan 1
mm sampai 1 cm atau lebih sering terlihat dalam batuan metamorf regional derajat rendah,
sedang dan terutama tinggi, struktur ini dapat merupakan struktur lapisan batuan asal tetapi dapat
pula oleh proses differensiasi metamorfosa.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah:


1. Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang sudah dalam
keadaan membeku atau keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi yang menyediakan
mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah.
2. Magma adalah induk dari segala batuan. Karena proses pendinginan di dalam bumi, sela atau
diluar bumi maka akan terbentuk batuan beku. Di luar muka bumi, melalui proses penghancuran
tanpa perubahan kimia, mengendap berlapis-lapis dan mengalami proses pembatuan maka akan
terjadilah batuan sedimen. Apabila karena penambahan suhu tertentu di dalam bumi atau
mendekati magma, maka terjadilah batuan metamorf. Dan akhirnya apabila batuan yang
berdekatan dengan dapur magma bisa masuk lagi ke menjadi magma. Demikian siklus batuan
berjalan terus.
3. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar yang
dikenal dengan nama magma.
4. Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan materi hasil
erosi.

DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Djoko. 2000. Batuan Dan Peta Geologi. Bandung: ITB.
Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
http://brainly.co.id/tugas/1910444
http://www.plengdut.com/2015/01/siklus-pembentukan-batuan.html
http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/siklus-batuan.html
Dikutip pada 6/10/2015 pukul 14:02

Anda mungkin juga menyukai