LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi PT. Kelola Mina Laut, Gresik
PKL
President
QA
Dir/FSTL
Operational
Director
QA
Lab.
Head
PJ Lab
Marketing
Director
Marketin
g
Manager
Fish
Business
Manager
HRD
Manager
QC
Manager
PJ QC,
PJ
Sanitatio
n
Analyst
QC
Inspecto
r
Procure
ment
Manager
Plan
Manager
Procure
ment
Supervis
or
Asst.
Manager
I & II
PPIC
Manager
Staff
FA
Manager
FA Staff
Administrati
on
PJ
Procure
ment
Prod.
Supervis
or I, II,
III, IV
Operator
PJ
Produksi
HRD
Asst.
Manager
HRD
Staff
Engineer
ing
Manager
Tech
Asst
Supervis
or
Technic
Operator
Operator
PKL
PKL
Oleh :
DIDYA SINATRYANI
SIDOARJO JAWA TIMUR
Oleh :
ARIS LULU IL JANNAH
KEDIRI JAWA TIMUR
PKL
Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
ARIS LULU IL JANNAH
NIM. 141111053
PKL
Mengetahui,
Menyetujui,
Dekan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dosen pembimbing,
PKL
PKL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan udang vanamei di pasar lokal maupun Internasional sangat
besar, karena udang vanamei memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi
serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi (Yustianti.dkk, 2013). Salah satu
usaha pengolahan udang adalah pembekuan. Bentuk olahan udang beku (frozen
shrimp) merupakan cara penyajian yang paling umum dijumpai dan menempati
bagian terbesar dalam perdagangan udang Internasional (Murty, 1991).
Persyaratan yang sangat ketat dari negara importir menjadi salah satu
kendala pengembangan agroindustri pengolahan udang di banyak negara. Negara
importir, selalu menentukan berbagai persyaratan meyangkut jenis udang, cara
penanganan pasca panen, ukuran, kemasan dan persyaratan kesehatannya
(Nuryani, 2006). Untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan
tujuan meningkatkan jaminan keamanan makanan (Food Safety), mutu serta
menghindari kemungkinan timbulnya kerugian secara ekonomis (Economic
fraud). Harus ada harmonisasi sistem pengawasan mutu sesuai dengan sistem
pengawasan mutu yang diterapkan oleh negara importir tersebut agar produk
mampu bersaing di pasar Internasional baik mutu produk maupun jaminan
keamanan konsumen (Nuryani, 2006).
Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui teknik dan
permasalahan yang dihadapi dalam teknik pengawasan mutu proses pembekuan
udang vanamei bentuk peeled deveined block di PT. KML.
Manfaat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan mengenai teknik pengawasan
mutu proses pembekuan udang vanamei bentuk peeled deveined block di
PT. KML serta membandingkan dengan dasar teori yang ada dengan penerapan
PKL
PKL
diberi es secara mengalir. Tahap pencucian enam terdapat tiga kali pencucian
udang, pertama, udang dicuci menggunakan air non klorin, kedua menggunakan
larutan klorin 30 ppm, kemudian disiram menggunakan air non klorin. Pencucian
tahap tujuh dilakukan dengan cara mengisi inner pan dengan air klorin 30 ppm
kemudian ditiriskan menggunakan saringan, kemudian diisi lagi dengan air non
klorin dan ditiriskan. Desinfektan yang digunakan tidak hanya menggunakan
larutan klorin saja tetapi juga menggunakan injeksi ozon (O3) pada air tampungan
yang digunakan untuk mencuci udang. Pemakaian ozon yang paling umum adalah
untuk desinfeksi terhadap bakteri dan virus (Masduqi, 2011).
Pengadaan Bahan Baku/Timbang Pertama
Udang dikemas dengan box yang diberi es kemudian dibongkar untuk
disortir kualitasnya, kemudian dipindah ke keranjang, lalu diambil sampel
secukupnya secara acak per keranjang dari sepuluh keranjang, kemudian
ditimbang jadi satu untuk menentukan ukuran (size). Format pelabelan meliputi:
kode pond area atau asal daerah, kode supplier atau nama pemasok, julian date
atau hari pemasukan udang dan ukuran.
Timbang Kedua
Udang dari timbang pertama dicek ulang ukurannya di timbang kedua.
Perbedaan antara timbang pertama dan kedua terletak pada pengambilan sampel.
Fungsi dari timbang kedua adalah untuk mengecek apakah ukuran dari timbang
pertama dan kedua sudah sama atau belum, jika belum, maka udang akan
dikembalikan ke timbang pertama.
Potong Kepala (Deheading)
Udang dipindahkan ke meja potong kepala (PK), pemotongan kepala
dimulai dari penghilangan bagian atas kemudian bagian bawah (insang dan kaki
renang). Proses pemotongan kepala tidak boleh gundul (loss meat) atau hilang
bagian daging lehernya.
PKL
Sortasi
Sortasi udang dilakukan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Ukuran
dapat disesuaikan melalui pengaturan mesin. Selama proses sortasi berlangsung
udang ditambahkan flake ice untuk menjaga suhu udang tetap rendah. Udang
diberi label kode area, julian date, jenis udang, asal sortasi, dari mesin atau dari
meja sortasi, cek ukuran (pcs/lbs), ukuran dan spesifikasi produk.
Kupas (Peeling and Deveining)
Pengupasan dilakukan sesuai spesifikasi produk yang diketahui dari label
sortasi, untuk produk K Block udang dikupas bersih dan dikeluarkan ususnya
untuk arahan produk Peeled and Deveined (PD) Block. Pengambilan usus dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan jarum atau dengan
menggunakan pisau sesuai dengan permintaan buyer. Sisa kulit dan usus
ditampung pada bak terpisah dan akan dibawa ke bagian pengolahan limbah.
Sortasi Akhir
Proses sortasi akhir yang dilakukan untuk produk PD Block bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran dan warna. Sortasi akhir dilakukan dengan teliti untuk
memisahkan udang yang memiliki ukuran dan warna yang tidak seragam dan
menyatukannya dengan yang seragam dengan udang tersebut.
Penimbangan
Penimbangan udang untuk produk PD Block ada yang empat lb (1,8 kg) dan
dua kg dilakukan sesuai permintaan buyer. Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan analitik. Udang yang telah ditimbang kemudian
dimasukkan pada keranjang kecil dan diberi label ukuran.
Penyusunan (Arranging).
Penyusunan udang dilakukan hanya pada sisi atas dan bawahnya saja,
sedangkan bagian tengahnya tidak, hal ini bertujuan untuk efisiensi tenaga dan
PKL
PKL
Penyimpanan
Penyimpanan di ruang cold storage yang suhunya (-18)-(-22oC).
Penyusunan produk dipisah sesuai produk dan tanggal produksinya. Di PT. KML
menerapkan sistem First In First Out (FIFO), yaitu produk yang dimasukkan
pertama harus dikeluarkan pertama pula, hal ini dapat menghindari produk terlalu
lama di cold storage yang akan menurunkan mutu produk..
Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu di PT. KML dimulai dari pemeriksaan bahan baku,
pengawasan selama proses dan pengawasan mutu produk akhir. Pada setiap
tahapan proses produksi terdapat petugas Quality Control (QC) dan Supervisor
(SPV) yang bertugas mengontrol dan mengawasi mutu udang selama proses
produksi. Petugas laboratorium juga berperan dalam usaha pengawasan mutu
dengan mengecek mikroorganisme dan kandungan kimia pada udang, air dan es
secara berkala. Semua karyawan diharuskan menggunakan pakaian proses
lengkap dan benar ketika memasuki ruang proses, tidak hanya itu, semua yang
memasuki ruang proses harus melalui foot bath dan mencuci tangan dengan benar.
Pengawasan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pendukung
Kesegaran bahan mentah sangat penting dalam industri perikanan dan
kandungan mikroba yang terdapat pada bahan mentah lebih banyak dari pada
produk akhir (Wulandari dkk., 2009). Udang juga sebagai salah satu produk
perikanan yang memiliki sifat mudah busuk, maka penanganan yang baik mutlak
diperlukan agar mutu udang tetap segar pada saat dikonsumsi (Saulina, 2009),
sehingga diperlukan pengawasan mutu sejak bahan baku sampai di perusahaan.
Udang dari supplier akan dikembalikan kepada supplier jika tidak sesuai
persyaratan standar. Persyaratan standar udang dari supplier meliputi suhu dalam
box udang, suhu udang, hasil uji organoleptik, uji kimia (antibiotik, formalin dan
sulfit) dan uji mikrobiologi (TPC, Coliform, Staphylococcus, Salmonella sp. dan
E. coli).
PKL
udang dalam 1 kg
total udang dalam 1 kg
100%
PKL
PKL
terjadinya kelebihan atau kekurangan berat sehingga tidak sesuai dengan label
serta hal lain yang memungkinkan terjadinya kerusakan yang tidak dapat segera
diketahui, sehingga akhirnya dapat menimbulkan kerugian, baik terhadap
produsen sendiri, maupun konsumen (Nuryani, 2006).
Penyusunan (Arranging)
Pengecekan suhu udang dilakukan untuk memastikan udang dalam
keadaan segar sebelum disusun, karena setelah disusun akan sulit untuk
melakukan penanganan terhadap udang yang kualitasnya telah menurun. Suhu
udang tersebut harus kurang dari 5oC.
Freezing (Pembekuan)
Pengawasan mutu pada proses freezing adalah dengan mengecek volume air
dingin dalam setiap inner pan, karena jika tidak terisi penuh maka produk tersebut
tidak dapat terbekukan dengan sempurna, selain itu juga dilakukan pengecekan
terhadap suhu mesin CPF yang dilakukan oleh teknisi secara berkala.
Pelepasan Inner Pan dan Glazing
Petugas QC pada proses glazing bertugas untuk mengecek suhu air yang
digunakan untuk proses glazing. Suhu air dipertahankan tetap antara 0-3oC dan
melakukan penambahan dengan tube ice jika suhunya lebih dari 3oC.
Packing and Labelling
Pengawasan mutu pada proses packing dilakukan degan melewatkan produk
pada mesin metal detector sebagai antisipasi bahaya kandungan logam pada
produk tersebut. Petugas QC bertugas mengawasi pengecekan kandungan logam
dan pelabelan. Pelabelan yang ditulis meliputi jenis produk, asal udang, berat
bersih produk, tahun produksi, kode produksi, tanggal produksi, ukuran udang,
jenis udang dan tanggal kadaluarsa.
PKL
Penyimpanan
Pengawasan mutu di ruang penyimpanan dilakukan dengan mengontrol
suhu ruang tetap berkisar antara (-18oC)-(-20oC), selain itu penataan produk
dialasi dengan menggunakan palet setinggi 10 cm yang terbuat dari kayu atau
plastik untuk memberikan ruang sirkulasi produk agar tidak lembab dan tidak
terkontaminasi dari lantai ruang penyimpanan.
Pengawasan Mutu Produk Akhir
Sampling pengawasan mutu produk akhir ini dilakukan dengan mengambil
satu produk jadi (finish good product) kemudian dicairkan (defroze). Pengecekan
yang dilakukan meliputi uji fisik dan uji mikrobiologi di laboratorium. Petugas
QC akan melakukan pengambilan sampling ulang dua sampai tiga produk dengan
kode produksi yang sama jika terjadi ketidaksesuaian produk tersebut dengan
spesifikasi atau standarnya dan melakukan penahanan (hold) terhadap produk
tersebut jika hasil pengujian sampling ulang menunjukkan hasil yang sama.
Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang sering dihadapi adalah sulitnya mengatur kedisiplinan
para karyawan dalam melaksanakan standar prosedur yang diterapkan. Banyak
pelanggaran yang dilakukan oleh para karyawan terutama karyawan pada bagian
produksi, misalnya: memakai masker secara tidak benar, tidak mengganti sarung
tangan ketika berpindah ke proses lain, tidak melewati foot bath, dan membawa
Handphone ke ruang produksi. Bagian pengawas kesulitan mengatur para
karyawan karena jumlahnya yang banyak, sedangkan jumlah pengawas yang
bertugas pada setiap tahapan produksi hanya 1-2 orang.
KESIMPULAN
Teknik pengawasan mutu dimulai dari pengawasan mutu bahan baku,
pengawasan mutu proses dan pengawasan mutu produk akhir. Setiap bahan baku
yang datang dan produk akhir yang akan diekspor harus diuji secara fisik dan
PKL
laboratorium, meliputi berat, ukuran, uji organoleptik, uji mikrobiologi dan uji
kimia. Pada setiap tahapan proses produksi juga terdapat petugas Quality Control
(QC) dan Superviser (SPV) yang bertugas mengawasi dan mengarahkan para
karyawan produksi agar bekerja dengan baik sesuai standar. Permasalahan yang
dihadapi dalam pengawasan mutu proses pembekuan udang vanamei di PT.KML
adalah sulitnya mengatur kedisiplinan dan ketaatan karyawan produksi karena
jumlahnya yang sangat banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih, T dan Ahmadi, 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. PT. Bumi Aksara.
Malang. Hal 127.
Masduqi, Ali. 2011. Unit Desinfeksi. Bahan Ajar Kuliah Pengolahan Air Minum.
Teknik Lingkungan FTSP. Institut Teknologi Sepuluh September Surabaya.
Hal 9-12.
Murty, Kismono B.H., 1991. Perdagangan Udang Internasional. PT.Penebar
Swadaya-anggota IKAPI. Jakarta. Hal 13-35.
Nuryani AG. B., 2006. Pengendalian Mutu Penanganan Udang Beku Dengan
Konsep Hazard Analysis Critical Control Point (Studi Kasus di Kota
Semarang dan Kabupaten Cilacap). Tesis. Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 2-10.
Saulina, S. Hernita. 2009. Pengendalian Mutu Proses Pembekuan Udang
Menggunakan Statistical Process Control (SPC) Studi Kasus:di PT. Lola
Mina, Muara Baru, Jakarta Utara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 4-11.
Wahyudi, 2003. Penerimaan dan Persiapan Bahan Baku Udang. Departemen
pendidikan nasional. Hal 16-20.
Wulandari. D.A., Indah Wahyuni A. dan Akhmad Farid. 2009. Kualitas Mutu
Bahan Mentah dan Produk Akhir Pada Unit Pengalengan Ikan Saedine di
PT. Karya Manunggal Prima Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal kelautan.
Vol.2 (1): 1907-9931.
Yustianti, Moh. Noh Ibrahim dan Ruslaini. 2013. Pertumbuhan dan Sintasan
Larva Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Melalui Substitusi Tepung
Ikan dengan Tepung Usus Ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia. Vol.01(01).
Hal 94.
PKL