Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan energi memberikan masalah utama dalam upaya memenuhi


kebutuhan hidup manusia. Dikarenakan hampir semua aspek kebutuhan hidup
manusia membutuhkan energi khususnya listrik, mulai dari kebutuhan rumah
tangga hingga industri-industri. Semakin banyaknya kebutuhan energi yang
dibutuhkan sedangkan energi berbahan bakar fosil semakin menipis dan
bertambah mahal untuk itu dibutuhkan alternatif energi lain.
Energi nuklir diharapkan mampu menjadi alternatif energi baru.
Dikarenakan energi berbahan bakar nuklir ini memiliki energi yang sangat besar
serta dampak lingkungan yang ditimbulkan relatif kecil apabila ditangani dengan
tepat dan efisien. Untuk itu diperlukan informasi tentang siklus bahan bakar nuklir
agar pemanfaatan energi nuklir bisa lebih efisien dan ekonomis.
Untuk membangun sebuah PLTN maka harus belajar dari peristiwa
Fukushima daichi, chernobyl, dan three mile island. Semuanya memiliki dampak
radiasi tidak baik terhadap mausia juga terhadap lingkungan. Walaupun begitu
dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya manusia menerima radiasi mulai dari
sinar matahari sampai naik pesawat terbang namun dalam radiasi yang wajar,
sehingga mungkin nuklir bisa aman jika digunakan secara bijak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BAHAN BAKAR NUKLIR


Bahan bakar nuklir merupakan bahan yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi nuklir. bahan bakar nuklir yang umum dipakai adalah unsur
berat fisil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir berantai di dalam reaktor nuklir.
Bahan bakar nuklir fisil yang sering digunakan adalah U-235 dan Pu-239.
Tidak semua bahan bakar nuklir digunakan dalam reaksi fisi berantai.
Sebagai contoh, Pu-238 dan beberapa unsur ringan lainnya digunakan untuk
menghasilkan sejumlah daya nuklir melalui proses peluruhan radioaktif dalam
generator radiothermal, dan baterai atom. Isotop ringan seperti H3 (tritium)
digunakan sebagai bahan bakar fusi nuklir. Bila melihat pada energi ikat pada
isotop tertentu, terdapat sejumlah energi yang bisa diperoleh dengan memfusikan
unsur-unsur dengan nomor atom lebih kecil dari besi, dan memfisikan unsur-unsur
dengan nomor atom yang lebih besar dari besi.
kegiatan yang berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan,
pengolahan dan pembuangan dari material-material bahan bakar nuklir dikaji
dalam siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar nuklir penting adanya karena
terkait dengan proses produksi bahan bakar nuklir, pemanfaatan serta penggunaan
energi nuklir di PLTN serta pengolahan limbah bahan bakar nuklir agar dapat
digunakan secara ekonomis, efisien, ramah lingkungan dan bermanfaat.

2.2 SIKLUS BAHAN BAKAR NUKLIR


Adalah Aktivitas atau langkah-langkah fisik maupun kimia yang terkait
langsung dengan produksi daya di reaktor nuklir.
Dapat dibedakan menjadi 3 kategori:
2.2.1 Front-end fuel management
1. Penambangan (mining)
Pada tahapan ini bijih uranium ditambang dengan penambangan terbuka,
penambangan bawah tanah dan penambangan dengan in-situ leaching.
a. Penambangan terbuka (open pit)
Yaitu penambangan pada deposit dangkal dan umumnya pada wilayah
yang luas dan jumlah material yang besar.

Gambar 1.Penambangan terbuka


b. Penambangan bawah tanah (underground mining)
Dikarenakan bijih uranium terlalu dalam

untuk

ditambang

dipermukaan maka dilakukan underground mining. Dibutuhkan


ventilasi yang cukup pada underground mining agar terjadi pertukaran
udara yang baik yang berguna untuk meminimalisir paparan radiasi
dan hirupan debu bagi keselamatan pekerja.

Gambar 2. Underground mining


c. In-situ leaching
Yaitu penambangan

yang

menggunakan

larutan

kimia

untuk

mendapatkan ekstrasi uranium pada batuan berpori. Keunggulan in-situ


leaching

yaitu

minimalisir

terhadap

dampak

lingkungan

mengurangi potensi bahaya pekerja dari paparan radiasi

dan
serta

didapatkan larutan kaya akan uranium tanpa dimilling.

Gambar 3.In-situ leaching

Gambar 4. Bijih uranium

Gambar 5. Uraninite

Gambar 6. Autunite
2. Penggerusan (milling)
Pada tahap ini yaitu ekstraksi uranium dari bijih uranium dengan cara
dibawa ke pabrik pengolahan (milling plant). Dari pengolahan ini akan
diperoleh produk akhir yaitu yellow cake (U3O8).

Gambar 7. Alur proses terbentuknya (U3O8).

Gambar 8. Yellow cake

3. Konversi
Pada tahapan ini serbuk yellow cake akan diubah menjadi uranium
heksafluorida (UF6). Konversi bertujuan untuk menghilangkan material
pengotor. Yaitu boron (B), cadmium (Cd), clor (Cl), dan unsur tanah
jarang.

Gambar 8. Tabung berisi UF 6 yang siap untuk diangkut.

4. Pengayaan
Pada tahapan ini uranium yang berbentuk UF6 . Memiliki kandungan
uranium terdiri dari 99,3% uranium-238 dan 0,7% uranium-235. Agar bisa
dimanfaatkan di sebagian besar reaktor nuklir, kandungan U-235 harus
dinaikkan menjadi 3% 5%. Oleh karenanya pabrik yang melakukan
kegiatan

pengkayaan

ini

disebut

dengan

pabrik

pengkayaan

atau enrichment plant. Produk akhir pabrik pengkayaan yaitu uranium


yang diperkaya (enriched uranium), sementara produk sisanya adalah
uranium yang dipermiskin (depleted uranium) yaitu uranium yang
mempunyai kandungan U-235 kurang dari 0,7% (biasanya sekitar 0,2
0,3%).
Metode pengayaan uranium:
a.
b.
c.
d.
e.

Thermal diffusion
Gaseous difusion
The gas centrifuge
Aerodynamic process
Electromagnetic isotop separation dll

Saat ini ada dua cara untuk melakukan pengkayaan uranium dalam skala
besar, yaitu :
(1) metode difusi gas (gaseos diffusion)
(2) metode sentrifugasi (the gas centrifuge)

Untuk memisahkan isotop U-235 dan U-238, kedua metode ini sama-sama
memanfaatkan sifat fisis dari kedua isotop tersebut, yang mana beda massa
antara U-235 dan U-238 sekitar 1%.

Gambar 9. Tabung difusi pada pabrik pengkayaan metode difusi gas

Gambar 10.Tabung sentrifugal pada pabrik pengkayaan dengan metode sentrifugasi

5. Fabrikasi
Setelah dilakukan pengkayaan, UF6 kemudian diproses secara kimia agar
dihasilkan serbuk uranium dioksida (UO 2). Serbuk ini kemudian dipres
menjadi pelet, dilakukan proses sintering (dibakar pada suhu tinggi di atas
1400C) sehingga berbentuk keramik. Selanjutnya pelet dimasukkan ke
dalam tabung yang terbuat dari paduan logam Zircaloy membentuk batang

bahan bakar (fuel pin). Selanjutnya batang bahan bakar disusun untuk
menghasilkan perangkat bahan bakar (fuel assembly). Ukuran dari pelet,
batang bahan bakar maupun perangkat bahan bakar tergantung dari
masing-masing reaktor yang akan menggunakannya. Biasanya pada satu
perangkat bahan bakar, terdapat sekitar 264 batang bahan bakar, dengan
tinggi sekitar 3 m dan panjang sisi sekitar 12 24 cm.

Gambar 11. Pelet bahan bakar uranium dioksida

Gambar 12. Batang bahan bakar di mana pelet uranium dioksida dimasukkan ke
dalamnya

(fuel pin).

Gambar 13. perangkat bahan bakar (fuel assembly)

2.2.2

In-core Fuel Management


Perangkat bahan bakar selanjutnya dibawa ke reaktor. Di dalam reaktor ini
berlangsung reaksi fisi. Perangkat bahan bakar ini akan disusun di dalam
teras reaktor. Jumlah perangkat bahan bakar yang dipakai tergantung pada
besarnya tingkat daya yang dihasilkan reaktor. Untuk PLTN jenis PWR
biasanya sekitar 120 sampai 200 perangkat, sementara untuk jenis BWR
jumlahnya lebih banyak sekitar 400 sampai 800 perangkat.

10

Gambar 14. Teras reaktor

Gambar 15. Pengisian perangkat bahan bakar ke dalam teras reaktor

Reaktor akan dioperasikan sekitar 1 tahun, kemudian dilakukan pengisian ulang


perangkat bahan bakar. Hanya 1/3 dari perangkat bahan bakar yang akan diganti
dengan yang baru, dan perangkat bahan bakar yang lama akan disusun ulang. Oleh
karenanya satu perangkat bahan bakar akan berada di teras sekitar 3 tahun. Hal ini
dilakukan agar energi yang dihasilkan di dalam reaktor dapat terdistribusi merata.
Pada proses ini pembangkitan daya dilakukan dengan PLTN BWR. Pada BWR
menggunakan air sebagai moderator dan pendingin. Dimana panas dihasilkan dari
proses fisi pada teras reaktor. Panas tersebut membuat air pada pendingin
menguap dan akan memutar turbin untuk menghasilkan energi listrik.

11

1.

BOILING WATER REACTOR (BWR)


Boiling Water Reactor (BWR) atau disebut dengan reactor air didih

merupakan salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan air (H 2O) sebagai
pendingin dan moderator. Moderator adalah medium untuk memperlambat
kecepatan partikel neutron cepat. Air pendingin digunakan untuk mengambil
panas yang dihasilkan dalam teras reactor (reactor core) sehingga temperatur air
akan naik. Temperatur air dibiarkan meningkat hingga mencapai titik didih. Uap
yang dihasilkan pada proses pendidihan air kemudian disalurkan untuk memutar
turbin yang terhubung dengan generator listrik. Dalam reaktor tipe ini, uap yang
terbentuk akan menyebabkan reaktivitas reaktor menjadi negatif. Reaktivitas
negative dapat menahan kenaikan daya reaktor, sehingga penambahan reaktivitas
(penaikan daya reaktor) dapat dikendalikan secara stabil dengan batang kendali.
Reaktor nuklir tipe Reaktor Air Didih pertama kali dikembangkan oleh
perusahaan General Electric, Amerika Serikat. PLTN Dresden 1 dengan daya 200
MWe (Mega Watt electric) merupakan PLTN dengan reaktor tipe air didih yang
pertama kali dioperasikan secara komersial pada Juli 1960. Setelah beroperasinya
Dresden 1, General Electric banyak mendapat pesanan dari perusahaan dari luar
Amerika, di antaranya Siemens (KWU) - Jerman, ABB-Atom - Swiss/Swedia,
Toshiba-Jepang, dan Hitachi-Jepang. Reaktor nuklir tipe reaktor air didih
ditunjukkan pada gambar 2.

12

Gambar 16. struktur reakwor BWR

1.1

KARAKTERISTIKA REAKTOR AIR DIDIH

1.1.1

Konstruksi Dasar
Bentuk konstruksi dari Reaktor Air Didih secara umum diperlihatkan pada

Gambar 3. Pada reaktor air didih, air pendingin dididihkan di dalam bejana
reactor sehingga menghasilkan uap. Uap ini kemudian secara langsung
dialirkan ke turbin yang memutar generator listrik. Setelah uap air

13

menggerakkan turbin, uap disalurkan ke kondenser dan diubah menjadi air


kembali. Dengan pompa utama, air kemudian dikembalikan ke bejana reaktor.
Sebagian air pendingin yang berada dalam bejana reaktor disirkulasi dengan
pompa (disebut pompa resirkulasi). Air yang keluar dari pompa resirkulasi
disalurkan ke bagian bawah teras reactor melalui katup yang bekerja sebagai
pompa jet. Tekanan dari pompa resirkulasi ini akan menaikkan kecepatan aliran
air pendingin dalam teras reaktor.

Gambar 17. Bentuk konstruksi dari Reaktor Air Didih secara umum

1.1.2

Konstruksi Bejana Tekan Reaktor


Konstruksi utama bejana tekan reaktor untuk Reaktor Air Didih dengan

kapasitas daya 1100 MWe diperlihatkan dalam Gambar 4. Dalam bejana tekan
ini terdapat sekumpulan bahan bakar, batang kendali dan konstruksi penyangga
yang membentuk suatu konstruksi yang disebut teras reaktor. Di atas teras

14

reaktor terdapat konstruksi perangkat pemisah uap-air (steam separator) dan di


atas perangkat pemisah terdapat perangkat pengering uap. Pemasangan kedua
perangkat ini ditujukan untuk menjamin agar uap yang akan dipakai untuk
memutar turbin benar-benar berupa uap kering.

Gambar 18. Konstruksi utama bejana tekan reaktor untuk Reaktor Air
Didih
Di bagian bawah teras terdapat perangkat pengendali daya reaktor berupa
pengarah batang kendali, penggerak batang kendali dan batang kendali. Dengan
perangkat ini batang kendali dapat bergerak dari bawah ke atas masuk ke teras
reaktor melalui pengarahnya. Di sekitar teras terdapat konstruksi lorong-lorong
saluran pendingin dan pompa jet.

15

Konstruksi perangkat bahan bakar diperlihatkan dalam Gambar 5. Salah


satu contoh perangkat bahan bakar terdiri atas 62 batang bahan bakar dan 2
batang yang berisi air membentuk matriks 8 x 8. Bentuk susunan matriks
batang bahan bakar dapat pula berupa matriks 6 x 6 atau 9 x 9. Matriks
kemudian dibungkus dengan lempeng logam Zirkalloy. Keseluruhan susunan
matriks batang bahan bakar dan pembungkusnya serta spacer (penjaga jarak
antar batang bahan bakar) ini disebut perangkat bahan bakar. Batang bahan
bakar yang jumlahnya 62 buah tersebut terbuat dari pipa Zirkalloy dan berisi
pelet uranium oksida. Pipa pembungkus pelet bahan bakar uranium oksida ini
disebut kelongsong. Di kedua ujung kelongsong terdapat ruang yang disebut
plenum. Dalam kelongsong juga terdapat pegas penekan pelet bahan bakar.

Gambar 19. Konstruksi perangkat bahan bakar reactor air didih


Dalam pelet bahan bakar terjadi reaksi fisi. Bahan hasil fisi ditampung
dalam ruang plenum, karena itu tekanan dalam kelongsong tidak melonjak

16

terlalu besar. Konstruksi batang kendali Reaktor Air Didih mempunyai bentuk
seperti tanda + yang berada di antara empat buah perangkat bahan bakar seperti
ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 20. tampang lintang batang kendali reactor air didih dan penggeraknya

Batang kendali berfungsi sebagai penyerap partikel neutron. Batang


kendali terbuat dari boron karbida dan atau hafnium. Pada bagian bawah
perangkat kendali terdapat konstruksi yang berbentuk payung yang dapat
menghambat jatuhnya batang kendali ke bawah (keluar dari teras) agar sesuai
dengan batas kecepatan yang diperbolehkan. Pada bagian bawah batang kendali
ini juga terdapat suatu soket mekanik untuk menghubungkan batang kendali
dengan penggeraknya. Terdapat dua macam penggerak batang kendali yaitu
penggerak elektrik dan hidrolik. Untuk mempercepat gerak perangkat batang
17

kendali masuk ke teras terdapat perangkat akumulator yang menggerakkan


perangkat batang kendali dengan tekanan gas. Dalam kondisi kecelakaan atau
kelainan operasi yang dianggap membahayakan, keseluruhan perangkat batang
kendali yang ada harus segera dimasukkan ke dalam teras reaktor dengan
kecepatan tinggi untuk menghentikan reaktor. Penghentian reaktor secara
mendadak oleh karena suatu sebab yang dianggap membahayakan seperti ini
disebut sebagai pancung daya (scram). Jika perangkat batang kendali oleh karena
suatu hal tak dapat dimasukkan ke teras reactor dan reaktor tidak dapat dihentikan
pada temperatur rendah, maka dalam kondisi seperti ini ke dalam reaktor
dimasukkan cairan asam borat yang mampu menyerap partikel neutron sehingga
operasi reaktor dapat berhenti.
1.1.3

Pengendalian Daya Reaktor


Reaktor air didih beroperasi pada tekanan 70 kg/cm2. Air pendingin

mendidih dan menghasilkan uap di dalam bejana reaktor. Air dalam kondisi uap
dan cair disirkulasikan kembali ke teras reaktor dengan menggunakan pompa
sirkulasi. Dengan mengatur aliran resirkulasi, reaktivitas reaktor, yang berarti juga
daya reaktor, dapat dinaik-turunkan atau dikendalikan. Ini adalah salah satu cara
pengendalian reaktor air didih yang disebut metode pengendalian resirkulasi.
Cara lain untuk menaikkan reaktivitas (daya reaktor) adalah dengan
menarik batang kendali dari teras reaktor. Jika batang kendali ditarik keluar dari
teras, reaktivitas atau reaksi fisi bertambah dan menghasilkan energi panas lebih
banyak lagi (daya reactor naik). Energi panas ini akan mendidihkan air lebih

18

banyak, dan dengan demikian uap yang dihasilkan juga bertambah. Meningkatnya
kandungan uap dalam air akan menurunkan kemampuan air dalam memoderasi
partikel neutron.
1.1.4

Sistem Keselamatan Rekayasa


Bila suatu ketika terjadi kecelakaan yang menyebabkan pipa saluran air

pendingin terputus atau bocor sehingga pendinginan reaktor tidak cukup, maka
fasilitas sistem pendinginan teras darurat (Emergency Core Cooling System,
ECCS) seperti terlihat pada Gambar 7-1 dan 7-2 bekerja. Dalam sistem ECCS ini
terdapat sistem penyemprot teras (core spray system), sistem susut-tekanan
mandiri (self-depressurization system) dan penyemprot teras tekanan rendah.
Pada saat terjadi kerusakan batang bahan bakar, air pendingin dari teras
yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi akan mengandung bahan
radioaktif yang berasal dari batang bahan bakar. Air pendingin yang mengandung
bahan radioaktif tidak boleh keluar dari reaktor karena berbahaya. Untuk
menghindari lepasnya bahan radioaktif dalam reaktor terdapat bejana reaktor yang
berfungsi sebagai pengungkung (containment) material berbahaya jika terjadi
kecelakaan, dan terdapat juga katup isolasi yang mengisolasi bejana reaktor dan
sistem di luarnya. Peningkatan tekanan pada saat terjadi isolasi bejana reaktor
dihindari dengan sistem supresi. Sistem ini akan mengalirkan uap yang terbentuk
ke kolam supresi. Dalam kolam supresi yang berisi air, uap akan besentuhan
dengan air dan mengalami kondensasi yang mengakibatkan turunnya tekanan uap.

19

Gambar 21. konsep sistem pendingin teras darurat reaktor air didih

Apabila kecelakaan berlangsung dalam waktu yang lama, teras reaktor


dapat meleleh. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan yang
diikuti dengan kenaikan temperatur dalam bejana reaktor. Apabila bejana reaktor
tidak didinginkan, struktur bejana kemungkinan akan rusak. Untuk mengatasi hal
ini, disediakan sistem penyemprot untuk melakukan tugas-tugas pendinginan dan
penurunan tekanan. Dalam hal terjadi kebocoran bejana reaktor, disediakan pula
sistem pengelolaan bocoran gas agar tetap tidak menyebarluas ke lingkungan.

20

Pada kecelakaan kebocoran pendingin, temperatur bahan bakar dan


kelongsongnya akan naik. Kenaikan temperatur ini akan memicu reaksi antara air
dan logam yang menghasilkan gas hidrogen. Hidrogen yang bertemperatur tinggi
ini dapat mengancam keutuhan struktur bejana reaktor. Untuk mencegah kejadian
ini, bejana reaktor dilengkapi dengan ruang kosong khusus untuk menampung gas
bentukan. Di samping itu, terdapat fasilitas untuk mereaksikan hidrogen yang
timbul, agar dapat bergabung kembali dengan oksigen menjadi air.

Perlu diingat pula bahwa tidak semua uranium yang ada di perangkat bahan bakar
akan habis dipakai dalam waktu 3 tahun. Perangkat bahan bakar yang sudah
dipakai disebut dengan istilah bahan bakar bekas atau spent fuel. Pada bahan bakar
bekas masih terdapat sekitar 1% U-235 yang tidak terkonsumsi, 94% U-238,
sekitar 1% plutonium dan 4% produk fisi.

21

Selama operasi pada reaktor BWR sebagian atom uranium berubah menjadi unsur
lain akibat reaksi fisi dan serapan neutron. Unsur-unsur ini merupakan produk fisi
yang merupakan limbah radioaktif. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat
dalam pengolahan limbah radioaktif.
2.2.3

Back-end Fuel Management

a. Tanpa reprocessing
Pada reaksi fisi akan dihasilkan produk-produk fisi yang sifatnya radioaktif,
oleh karenanya setelah keluar dari reaktor, perangkat bahan bakar harus
didinginkan terlebih dahulu. Untuk itu perangkat bahan bakar akan
dimasukkan ke dalam kolam bahan bakar bekas (spent fuel pool) selama
beberapa tahun. Selanjutnya bahan bakar akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan kering (dry cask storage). Baik kolam bahan bakar bekas
maupun tempat penyimpanan kering, keduanya masih berada di lokasi sekitar
reaktor.

22

Gambar 22. Kolam penyimpanan bahan bakar bekas

Gambar 23. Tabung penyimpan kering bahan bakar bekas

b. Reprocessing
Telah disebutkan di atas bahwa bahan bakar bekas akan mengandung 94%
U-238, 1% U-235, 1% plutonium dan 4% produk fisi. Untuk mengolah bahan
bakar bekas, tabung penyimpan kering akan dibawa ke pabrik pengolah ulang
(reprocessing plant).
Di pabrik ini bahan bakar bekas akan dipisahkan menjadi tiga kategori,
yaitu uranium, plutonium dan limbah yang mengandung produk fisi. Uranium
yang masih mengandung U-235 lebih tinggi daripada uranium alami kemudian
akan dilakukan konversi dan dikirim ke pabrik pengkayaan. Dengan kata lain
uranium akan didaur ulang kembali ke tahapan 2 dan 3. Plutonium dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu plutonium dari pabrik
pengolah ulang akan dikirim ke fasilitas fabrikasi agar dibuat pelet plutonium

23

dioksida (PuO2) dan bersama-sama dengan pelet UO2 akan dijadikan sebagai
bahan bakar MOX (Mixed OXide) untuk reaktor yang menggunakannya.
PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah yang telah dipisahkan di pabrik pengolahan ulang akan dioleh
tersendiri. Agar bisa disimpan untuk jangka panjang, limbah perlu distabilkan
terlebih dahulu dalam bentuk atau struktur yang tidak akan bereaksi maupun
berkurang kekuatannya. Ada beberapa cara untuk melakukannya, antara lain
dengan melakukan vitrifikasi yaitu dengan mengubahnya material limbah
menjadi gelas Pyrex dan disimpan di dalam tabung baja tahan karat. Gelas
yang terbentuk sangat tahan terhadap air.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan metode Synroc atau Syntethic
Rock. Pada metode ini, limbah nuklir dicampur dengan tiga buah mineral yaitu
hollandite (BaAl2Ti6O16), zirconolite (CaZrTi2O7) dan perovskite (CaTiO3).
Selanjutnya dengan memberikan tekanan pada suhu yang tinggi, campuran
tersebut akan membentuk struktur yang padat dan keras seperti batu cadas.

24

Gambar 24. Lelehan gelas yang mengandung limbah radioaktif

Gambar 25. Wadah atau kontainer limbah yang sudah divitrifikasi

Gambar 26. Sampel Synroc

25

PENYIMPANAN LESTARI
Kontainer limbah maupun synroc selanjutnya akan diletakkan di tempat
penyimpanan lestari (final waste repository). Lokasi ini dipilih di kawasan yang
stabil secara geologis dan berada di bawah tanah, biasanya pada kedalaman lebih
dari 500 m di bawah permukaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengisolasi
limbah nuklir (yang sudah diolah tentu saja) dari jangkauan khalayak ramai.

Gambar 27. Sketsa penyimpanan limbah lestari di Sder


viken, Swedia

26

BAB III
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Energi nuklir memiliki potensi besar sebagai energi alternatif pengganti
energi berbahan bakar fosil. Sehingga pemanfaatan sumber energi nuklir dikaji
lebih lanjut agar menjadi lebih ekonomis, efisien, dan ramah lingkungan. Untuk
itu diperlukan pengetahuan tentang siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar
nuklir dimulai pada tahap front-end yaitu mulai dari proses mining, miling,
konversi dalam bentuk UF6 serta pengayaan dan fabrikasi dalam bentuk UO8.
Selanjutnya dicetak dalam bentuk pellet kemudian dimasukan dalam pin lalu
dimasukan dalam assembly. Selanjutnya itu tahap in-core yaitu tahap
pemberdayaan bahan bakar yang telah dijadikan dalam bentuk perangkat bahan
bakar agar menghasilkan daya/energi pada PLTN dalam hal ini pemakalah
menyajikan tentang reaktor BWR sebagai penghasil daya. Setelah daya dihasilkan
di reaktor menghasilkan limbah bahan bakar nuklir. Untuk itu diperlukan tahap

27

back-end yaitu meliputi pengolahan ulang dan penyimpanan limbah agar limbah
tidak menimbulkan dampak lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

http://Sekilas tentang siklus bahan bakar nuklir _ Nuklir itu indah, diakses mei,
2015
http:// Bahan bakar nuklir Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,
diakses mei
https://www.scribd.com/doc/133538366/PEMBANGKIT-LlSTRIK-TENAGANUKLIR-SISTIM-AIR-MENDIDIH-B-W-R,

diakses mei, 2015

www.warintek.ristek.go.id/nuklir/reaktor_air_didih.pdf,

diakses mei, 2015

bahan mata kuliah : nuclear fuel cycle 2 (PDF)


BAHAN BUKU PINTAR TEKNOLOGI NUKLIR: Dr. Ir. Mohammad
Dhandhang Purwadi
PTRKN, BATAN

28

Introduction of Nuclear Fuel Cycle


(Pengenalan Siklus Bahan Bakar Nuklir)
MAKALAH

29

Anda mungkin juga menyukai