PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
untuk
ditambang
yang
menggunakan
larutan
kimia
untuk
yaitu
minimalisir
terhadap
dampak
lingkungan
dan
serta
Gambar 5. Uraninite
Gambar 6. Autunite
2. Penggerusan (milling)
Pada tahap ini yaitu ekstraksi uranium dari bijih uranium dengan cara
dibawa ke pabrik pengolahan (milling plant). Dari pengolahan ini akan
diperoleh produk akhir yaitu yellow cake (U3O8).
3. Konversi
Pada tahapan ini serbuk yellow cake akan diubah menjadi uranium
heksafluorida (UF6). Konversi bertujuan untuk menghilangkan material
pengotor. Yaitu boron (B), cadmium (Cd), clor (Cl), dan unsur tanah
jarang.
4. Pengayaan
Pada tahapan ini uranium yang berbentuk UF6 . Memiliki kandungan
uranium terdiri dari 99,3% uranium-238 dan 0,7% uranium-235. Agar bisa
dimanfaatkan di sebagian besar reaktor nuklir, kandungan U-235 harus
dinaikkan menjadi 3% 5%. Oleh karenanya pabrik yang melakukan
kegiatan
pengkayaan
ini
disebut
dengan
pabrik
pengkayaan
Thermal diffusion
Gaseous difusion
The gas centrifuge
Aerodynamic process
Electromagnetic isotop separation dll
Saat ini ada dua cara untuk melakukan pengkayaan uranium dalam skala
besar, yaitu :
(1) metode difusi gas (gaseos diffusion)
(2) metode sentrifugasi (the gas centrifuge)
Untuk memisahkan isotop U-235 dan U-238, kedua metode ini sama-sama
memanfaatkan sifat fisis dari kedua isotop tersebut, yang mana beda massa
antara U-235 dan U-238 sekitar 1%.
5. Fabrikasi
Setelah dilakukan pengkayaan, UF6 kemudian diproses secara kimia agar
dihasilkan serbuk uranium dioksida (UO 2). Serbuk ini kemudian dipres
menjadi pelet, dilakukan proses sintering (dibakar pada suhu tinggi di atas
1400C) sehingga berbentuk keramik. Selanjutnya pelet dimasukkan ke
dalam tabung yang terbuat dari paduan logam Zircaloy membentuk batang
bahan bakar (fuel pin). Selanjutnya batang bahan bakar disusun untuk
menghasilkan perangkat bahan bakar (fuel assembly). Ukuran dari pelet,
batang bahan bakar maupun perangkat bahan bakar tergantung dari
masing-masing reaktor yang akan menggunakannya. Biasanya pada satu
perangkat bahan bakar, terdapat sekitar 264 batang bahan bakar, dengan
tinggi sekitar 3 m dan panjang sisi sekitar 12 24 cm.
Gambar 12. Batang bahan bakar di mana pelet uranium dioksida dimasukkan ke
dalamnya
(fuel pin).
2.2.2
10
11
1.
merupakan salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan air (H 2O) sebagai
pendingin dan moderator. Moderator adalah medium untuk memperlambat
kecepatan partikel neutron cepat. Air pendingin digunakan untuk mengambil
panas yang dihasilkan dalam teras reactor (reactor core) sehingga temperatur air
akan naik. Temperatur air dibiarkan meningkat hingga mencapai titik didih. Uap
yang dihasilkan pada proses pendidihan air kemudian disalurkan untuk memutar
turbin yang terhubung dengan generator listrik. Dalam reaktor tipe ini, uap yang
terbentuk akan menyebabkan reaktivitas reaktor menjadi negatif. Reaktivitas
negative dapat menahan kenaikan daya reaktor, sehingga penambahan reaktivitas
(penaikan daya reaktor) dapat dikendalikan secara stabil dengan batang kendali.
Reaktor nuklir tipe Reaktor Air Didih pertama kali dikembangkan oleh
perusahaan General Electric, Amerika Serikat. PLTN Dresden 1 dengan daya 200
MWe (Mega Watt electric) merupakan PLTN dengan reaktor tipe air didih yang
pertama kali dioperasikan secara komersial pada Juli 1960. Setelah beroperasinya
Dresden 1, General Electric banyak mendapat pesanan dari perusahaan dari luar
Amerika, di antaranya Siemens (KWU) - Jerman, ABB-Atom - Swiss/Swedia,
Toshiba-Jepang, dan Hitachi-Jepang. Reaktor nuklir tipe reaktor air didih
ditunjukkan pada gambar 2.
12
1.1
1.1.1
Konstruksi Dasar
Bentuk konstruksi dari Reaktor Air Didih secara umum diperlihatkan pada
Gambar 3. Pada reaktor air didih, air pendingin dididihkan di dalam bejana
reactor sehingga menghasilkan uap. Uap ini kemudian secara langsung
dialirkan ke turbin yang memutar generator listrik. Setelah uap air
13
Gambar 17. Bentuk konstruksi dari Reaktor Air Didih secara umum
1.1.2
kapasitas daya 1100 MWe diperlihatkan dalam Gambar 4. Dalam bejana tekan
ini terdapat sekumpulan bahan bakar, batang kendali dan konstruksi penyangga
yang membentuk suatu konstruksi yang disebut teras reaktor. Di atas teras
14
Gambar 18. Konstruksi utama bejana tekan reaktor untuk Reaktor Air
Didih
Di bagian bawah teras terdapat perangkat pengendali daya reaktor berupa
pengarah batang kendali, penggerak batang kendali dan batang kendali. Dengan
perangkat ini batang kendali dapat bergerak dari bawah ke atas masuk ke teras
reaktor melalui pengarahnya. Di sekitar teras terdapat konstruksi lorong-lorong
saluran pendingin dan pompa jet.
15
16
terlalu besar. Konstruksi batang kendali Reaktor Air Didih mempunyai bentuk
seperti tanda + yang berada di antara empat buah perangkat bahan bakar seperti
ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 20. tampang lintang batang kendali reactor air didih dan penggeraknya
mendidih dan menghasilkan uap di dalam bejana reaktor. Air dalam kondisi uap
dan cair disirkulasikan kembali ke teras reaktor dengan menggunakan pompa
sirkulasi. Dengan mengatur aliran resirkulasi, reaktivitas reaktor, yang berarti juga
daya reaktor, dapat dinaik-turunkan atau dikendalikan. Ini adalah salah satu cara
pengendalian reaktor air didih yang disebut metode pengendalian resirkulasi.
Cara lain untuk menaikkan reaktivitas (daya reaktor) adalah dengan
menarik batang kendali dari teras reaktor. Jika batang kendali ditarik keluar dari
teras, reaktivitas atau reaksi fisi bertambah dan menghasilkan energi panas lebih
banyak lagi (daya reactor naik). Energi panas ini akan mendidihkan air lebih
18
banyak, dan dengan demikian uap yang dihasilkan juga bertambah. Meningkatnya
kandungan uap dalam air akan menurunkan kemampuan air dalam memoderasi
partikel neutron.
1.1.4
pendingin terputus atau bocor sehingga pendinginan reaktor tidak cukup, maka
fasilitas sistem pendinginan teras darurat (Emergency Core Cooling System,
ECCS) seperti terlihat pada Gambar 7-1 dan 7-2 bekerja. Dalam sistem ECCS ini
terdapat sistem penyemprot teras (core spray system), sistem susut-tekanan
mandiri (self-depressurization system) dan penyemprot teras tekanan rendah.
Pada saat terjadi kerusakan batang bahan bakar, air pendingin dari teras
yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi akan mengandung bahan
radioaktif yang berasal dari batang bahan bakar. Air pendingin yang mengandung
bahan radioaktif tidak boleh keluar dari reaktor karena berbahaya. Untuk
menghindari lepasnya bahan radioaktif dalam reaktor terdapat bejana reaktor yang
berfungsi sebagai pengungkung (containment) material berbahaya jika terjadi
kecelakaan, dan terdapat juga katup isolasi yang mengisolasi bejana reaktor dan
sistem di luarnya. Peningkatan tekanan pada saat terjadi isolasi bejana reaktor
dihindari dengan sistem supresi. Sistem ini akan mengalirkan uap yang terbentuk
ke kolam supresi. Dalam kolam supresi yang berisi air, uap akan besentuhan
dengan air dan mengalami kondensasi yang mengakibatkan turunnya tekanan uap.
19
Gambar 21. konsep sistem pendingin teras darurat reaktor air didih
20
Perlu diingat pula bahwa tidak semua uranium yang ada di perangkat bahan bakar
akan habis dipakai dalam waktu 3 tahun. Perangkat bahan bakar yang sudah
dipakai disebut dengan istilah bahan bakar bekas atau spent fuel. Pada bahan bakar
bekas masih terdapat sekitar 1% U-235 yang tidak terkonsumsi, 94% U-238,
sekitar 1% plutonium dan 4% produk fisi.
21
Selama operasi pada reaktor BWR sebagian atom uranium berubah menjadi unsur
lain akibat reaksi fisi dan serapan neutron. Unsur-unsur ini merupakan produk fisi
yang merupakan limbah radioaktif. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat
dalam pengolahan limbah radioaktif.
2.2.3
a. Tanpa reprocessing
Pada reaksi fisi akan dihasilkan produk-produk fisi yang sifatnya radioaktif,
oleh karenanya setelah keluar dari reaktor, perangkat bahan bakar harus
didinginkan terlebih dahulu. Untuk itu perangkat bahan bakar akan
dimasukkan ke dalam kolam bahan bakar bekas (spent fuel pool) selama
beberapa tahun. Selanjutnya bahan bakar akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan kering (dry cask storage). Baik kolam bahan bakar bekas
maupun tempat penyimpanan kering, keduanya masih berada di lokasi sekitar
reaktor.
22
b. Reprocessing
Telah disebutkan di atas bahwa bahan bakar bekas akan mengandung 94%
U-238, 1% U-235, 1% plutonium dan 4% produk fisi. Untuk mengolah bahan
bakar bekas, tabung penyimpan kering akan dibawa ke pabrik pengolah ulang
(reprocessing plant).
Di pabrik ini bahan bakar bekas akan dipisahkan menjadi tiga kategori,
yaitu uranium, plutonium dan limbah yang mengandung produk fisi. Uranium
yang masih mengandung U-235 lebih tinggi daripada uranium alami kemudian
akan dilakukan konversi dan dikirim ke pabrik pengkayaan. Dengan kata lain
uranium akan didaur ulang kembali ke tahapan 2 dan 3. Plutonium dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu plutonium dari pabrik
pengolah ulang akan dikirim ke fasilitas fabrikasi agar dibuat pelet plutonium
23
dioksida (PuO2) dan bersama-sama dengan pelet UO2 akan dijadikan sebagai
bahan bakar MOX (Mixed OXide) untuk reaktor yang menggunakannya.
PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah yang telah dipisahkan di pabrik pengolahan ulang akan dioleh
tersendiri. Agar bisa disimpan untuk jangka panjang, limbah perlu distabilkan
terlebih dahulu dalam bentuk atau struktur yang tidak akan bereaksi maupun
berkurang kekuatannya. Ada beberapa cara untuk melakukannya, antara lain
dengan melakukan vitrifikasi yaitu dengan mengubahnya material limbah
menjadi gelas Pyrex dan disimpan di dalam tabung baja tahan karat. Gelas
yang terbentuk sangat tahan terhadap air.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan metode Synroc atau Syntethic
Rock. Pada metode ini, limbah nuklir dicampur dengan tiga buah mineral yaitu
hollandite (BaAl2Ti6O16), zirconolite (CaZrTi2O7) dan perovskite (CaTiO3).
Selanjutnya dengan memberikan tekanan pada suhu yang tinggi, campuran
tersebut akan membentuk struktur yang padat dan keras seperti batu cadas.
24
25
PENYIMPANAN LESTARI
Kontainer limbah maupun synroc selanjutnya akan diletakkan di tempat
penyimpanan lestari (final waste repository). Lokasi ini dipilih di kawasan yang
stabil secara geologis dan berada di bawah tanah, biasanya pada kedalaman lebih
dari 500 m di bawah permukaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengisolasi
limbah nuklir (yang sudah diolah tentu saja) dari jangkauan khalayak ramai.
26
BAB III
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Energi nuklir memiliki potensi besar sebagai energi alternatif pengganti
energi berbahan bakar fosil. Sehingga pemanfaatan sumber energi nuklir dikaji
lebih lanjut agar menjadi lebih ekonomis, efisien, dan ramah lingkungan. Untuk
itu diperlukan pengetahuan tentang siklus bahan bakar nuklir. Siklus bahan bakar
nuklir dimulai pada tahap front-end yaitu mulai dari proses mining, miling,
konversi dalam bentuk UF6 serta pengayaan dan fabrikasi dalam bentuk UO8.
Selanjutnya dicetak dalam bentuk pellet kemudian dimasukan dalam pin lalu
dimasukan dalam assembly. Selanjutnya itu tahap in-core yaitu tahap
pemberdayaan bahan bakar yang telah dijadikan dalam bentuk perangkat bahan
bakar agar menghasilkan daya/energi pada PLTN dalam hal ini pemakalah
menyajikan tentang reaktor BWR sebagai penghasil daya. Setelah daya dihasilkan
di reaktor menghasilkan limbah bahan bakar nuklir. Untuk itu diperlukan tahap
27
back-end yaitu meliputi pengolahan ulang dan penyimpanan limbah agar limbah
tidak menimbulkan dampak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://Sekilas tentang siklus bahan bakar nuklir _ Nuklir itu indah, diakses mei,
2015
http:// Bahan bakar nuklir Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,
diakses mei
https://www.scribd.com/doc/133538366/PEMBANGKIT-LlSTRIK-TENAGANUKLIR-SISTIM-AIR-MENDIDIH-B-W-R,
www.warintek.ristek.go.id/nuklir/reaktor_air_didih.pdf,
28
29