TEORI DASAR
Potential) studi geofisika mulai dibangun pada awal abad ke 20. Pada tahun 1912
Schlumberger bersaudara di perancis bekerja dengan dasar metoda garis
equipotential dan tellurik. Di Amerika F.Wenner membangun konsep pengukuran
tahanan jenis semu. Di Swedia dua orang ahli geofisika, Lundberg dab Saundberg
membangun metoda elektromagnetik untuk prospek deposit ore.
Metode Geolstrik dapat membedakan batuan menurut tahanan jenis, permeabilitas
dan aktivitas elektrokimia. Metoda ini dapat dikelompokkan dari beberapa
pandangan. Dalam tesis ini pembahasan di khususkan pada Metode Geolistrik
Self Potential (Potensial diri)
II.2
murah, walaupun fenomena dari Self Potential ini lebih cenderung dimanfaatkan
dalam usaha pengeboran dibandingkan dengan penelitian diatas permukaan.
Umumnya metode ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal, sekitar 100m.
Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut informasi yang di peroleh kurang
akurat. Metode Self Potential ini lebih banyak di gunakan dalam bidang
Engineering Geology
alamiah bumi terukur diantara dua elektroda yang tertancap pada permukaan
bumi. Potensial yang diukur dapat bernilai antara kurang dari satu milivolt (mV)
sampai lebih besar dari satu volt, dan nilai yang bertanda positif (+) atau negatif () dari potensial terukur merupakan faktor penting dalam interpretasi dari anomali
SP. Self Potential dihasilkan dari sumber alamiah, walaupun proses alam yang
terjadi belum dapat dijelaskan secara jelas. Tetapi dari beberapa hal dapat
dikategorikan, dan pada tabel dibawah diberikan beberapa contoh dari sumber dan
tipe anomali SP.
Tabel II.1 Sumber dan tipe anomali SP (Reynold., 1997)
Sumber
Tipe Anomali SP
MINERAL POTENTIALS
Sulphide
Graphite
Magnetise
negatif ratusan mV
Coal
Manganese
Quartz veins
Pegmatites
positif puluhan mV
BACKGROUND
POTENTIAL
Fluid Streaming
Geochemical Reaction
positif/negatif 100 mV
negatif 300 mV
Groundwater
ELECTROKINETIC POTENTIAL
Electrofiltration
Electromechnical
Streaming
ELECTROCHEMICAL POTENTIAL
DIFFUSION POTENTIAL
Liquid Junction
NERNST POTENTIAL
Shale
-
MINERAL POTENTIAL
constant
SP terukur
20
10
50
100
150
muka air sebelum dipompa
5
10
15
Kedalaman (m)
20
exlpoitation borehole
monitoring borehole
10
aliran air, dalam hal ini muatan listrik mengalir dalam arah yang berlawanan.
Potensial elektrokinetik juga dapat digunakan dalam kasus hidrogeologi, dapat
dilihat pada gambar II.3 respon SP yang didapat sesuai dengan batas akuifer suatu
daerah yang telah diinterpretasikan dengan metoda geolistrik sounding. Hal
tersebut diasumsikan terjadi karena adanya aliran fluida dalam lapisan
1000 m
w a te r ta b le
P o s tu la te d
S a tu ra te d
Zone
800 m
Basem ent
100 m V
S P A n o m a ly
250 m
II.4.2
Potensial Elektrokimia
Perubahan potensial difusi (Ed) secara transien dapat mencapai beberapa
puluh mV. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan mobilitas elektrolit-elektrolit
yang memiliki konsentrasi yang berbeda-beda didalam air tanah. Untuk
menjelaskan kejadian potensial background diperlukan sumber yang dapat
mempertahankan ketidakseimbangan konsentrasi elektrolit. Apabila tidak terjadi
11
perbedaan konsentrasi akan hilang oleh difusi seiring dengan waktu. Potensial
Nernst (EN) adalah perbedaan potensial dari dua elektroda yang dicelupkan
kedalam larutan homogen dimana konsentrasi larutan tersebut secara lokal
berbeda-beda. Potensial elektrokimia timbul karena proses kimia dimana meliputi
potensial diffusi dan potensial Nerst.
Potensial diffusi (ED) terjadi karena perbedaan mobilitas berbagai ion
dalam larutan-larutan yang berbeda konsentrasinya. Ion bergerak dari konsentrasi
lebih besar ke konsentrasi yang kecil.
ED
dengan : R
R ( I a I c )
log(c1 / c 2 ) (2.1)
Fn ( I a I c )
= Suhu mutlak
= Valensi
Ia dan Ic
c1 dan c2
= Konsentrasi larutan
Potensial Nerst (Es) muncul ketika dua elektroda yang sama tetapi beda
konsentrasi larutannya.
Es
R
log(c1 / c2 ) .(2.2)
Fn
Namun, anomali potensial yang dihasilkan dari proses ini sangat kecil
sehingga tidak begitu berpengaruh besar. Anomali potensial yang besar dihasilkan
12
Potensial Mineral
mineral massif (dalam jumlah besar). Anomali potensial yang sangat negatif
teramati secara khusus pada pirit dan chalcopirit serta konduktor konduktor
lainnya. Juga dapat diamati pada sphalerite yang merupakan penghantar yang
buruk. Tipe sebuah fungsi ( sebagai contoh, polinominal, fungsi-fungsi
eksponensial, fungsi sinus dan cosines)
13
current flow
surface
H 2O
Fe 2
water table
O 2 dissolved
HFeO 2
Fe 3
H 2O2
OH
OH
elektron
H
Fe (OH ) 2
Fe (OH ) 3
Fe 2
FeS 4
Fe (OH ) 3
Model Sato dan Mooney (1960) memberikan penjelasan paling lengkap mengenai
timbulnya potensial mineral (Gambar II.4), walaupun belum ada hipotesa yang
bisa mencakup seluruh mineral yang telah teramati. Ketika sebagian badan bijih
berada diatas permukaan air tanah terbentuk katoda sebagai hasil dari reduksi ion
disekeliling elektrolit sehingga memerlukan elektron. Sebaliknya dibawah
permukaan air tanah terbentuk anoda dimana oksidasi lebih dominan dan ion
kehilangan elektron-elektronnya. Peran dari bijih meneral adalah meneruskan
aliran elektron dari bagian bawah ke bagian atas hasilnya bagian atas permukaan
menjadi lebih negatif (menjadi anomali negatif pada pengukuran metoda SP) dan
bagian bawah menjadi lebih positif.
II.5 Model Tali Busur (SECANT)
Metode Secant (baca:sekan) merupakan modifikasi metode NewtonRaphson. Pada Metode Newton Raphson kita menggunakan garis singgung pada
titik ( x0 , f ( x0 )) sebagai hampiran f (x) di sekitar x0 dan mencari titik potongan
dengan sumbu x sebagai hampiran akar. Dengan kata lain, Metode Newton-
14
Raphson memerlukan nilai dua buah fungsi, yakni f xn dan f ' ( xn ) , pada setiap
iterasi. Apabila kedua fungsi tersebut tidak rumit, metode tersebut mungkin sangat
baik mengingat tingkat kekonvergenannya. Akan tetapi sebagaimana sudah
disinggung di depan, dalam beberapa kasus mungkin tidak mudah menurunkan
f ' ( x) dari f (x) . Oleh karena itu diperlukan suatu metode pengganti yang
Y= f (x)
f (x0)
f (x1)
X3
X2
X1
X0
f ( x1 ) f ( x0 )
.
x1 x0
f ( x1 ) f ( x0 )
( x x1 )
x1 x0
(2.3)
Hampiran pertama x2 diperoleh dengan mencari titik potong kurva (2.3) dengan
sumbu x artinya titik ( x2 ,0) memenuhi persamaan diatas :
15
0 f ( x1 )
x2 x1
f ( x1 ) f ( x0 )
( x2 x1 )
x1 x0
atau
f ( x1 ) f ( x1 x0 )
f x1 f x0
x2 x1
jadi,
f ( x1 )( x1 x0 )
f ( x1 ) f ( x0 )
(2.4)
xn 1 xn
xn xn 1
f (x n ) f (x n 1 )
f ( x n ) .(2.5)
Proses iterasi metode Tali Busur dilukiskan pada gambar 2.5. Perhatikan, metode
Tali Busur berbeda dengan metode Newton-Raphson dalam hal kebutuhan titik
awal, sedangkan metode Tali Busur memerlukan dua buah titik awal sebagai
permulaan proses iterasinya. Metode Tali Busur juga berbeda dengan metode
Newton-Raphson dalam hal perhitungan fungsi pada setiap iterasi. Metode Tali
Busur hanya memerlukan perhitungan nilai-nilai sebuah fungsi f (di dua titik )
pada setiap iterasinya.
II.6
16
dan metode inversi. Kategori kedua meliputi metode geometri yang sederhana
yaitu model bola,silinder horizontal dan silinder vertical yang dapat menentukan
kedalaman dan bentuk dari strukur timbunan pada data observasi SP. Dari
kategori kedua inilah penulis mencoba membuat pemodelan, menghitung
kedalaman dan menganalisa suatu bentuk anomali yang tertimbun di daerah Karst
diDesa Masawah kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis Jawa Barat..
Keuntungan dari metode Fixed Geometri pada pemodelan 2D dan 3D yang
kontinyu dan metode inversi adalah tidak memerlukan kerapatan arus, resistivity
dan informasi kedalaman yang dibutuhkan dari data geologi dan geofisika. Untuk
interpretasi isolasi sumber anomali yang sederhana, metode Fixed Geometri juga
lebih
cepat
dan
tepat.
Beberapa
metode
telah
dikembangkan
untuk
V ( x, z , , q ) K
x1 cos z sin
, i 1,2,..., N
2
( xi z 2 ) q
(2.6)
17
z 2 q 1V (0)
.
sin
(2.7)
dimana V(0) adalah nilai anomali pada daerah origin, dengan membuat persamaan
(2.6) dipasang pada 0 kita dapatkan
cot
z
x0
(2.8)
dimana x0 adalah jarak dari titik nol ke anomaly. Dengan mensubtitusi persamaan
(2.7) dan (2.3.3) , persamaan (2.3.1) dapat ditulis dengan bentuk normalnya
adalah
x0V x, z , q
z 2q
V 0 x0 x1
xi2 z 2
(2.9)
dalam hal ini, kita dapat mengeliminasi K dan dari persamaan (2.6) dengan
memperkenalkan dua informasi yang dinamakan V(0) dan x0 , dengan cara
mendapatkan nilai dari z terlabih dulu. z yang belum diketahui pada persamaan
diatas dapat dicari dengan persamaan
N
L( x ) x
i 1
V ( 0) x
i 1
( x0 xi ) /( xi z 2 ) q 1
2
.
2
(2.10)
2 2 q 1
( x0 xi ) / x0 ( xi z )
2
18
gambar II.6 Sebuah tipekal Anomali dari SP dengan profil sebuah silinder horisontal
19
Gambar II.7 gambar irisan permukaan tampak samping dari silinder horizontal dan bola
II.7
Geologi Karst
Karst merupakan suatu komplek fenomena geologi dengan sistem
hidrologi yang sangat spesifik, tersusun atas batuan yang bersifat mudah larut
seperti batugamping, dolomit, gipsum, dan batuan mudah larut lainnya
(Milanovic, 1981). Berdasarkan tempat terbentuknya (lingkungan pengendapan)
batuan-batuan yang tersusun di karst merupakan Sedimen Laut (marine) atau
dengan kata lain diendapkan dilaut.
Secara fisik, kawasan karst merupakan daerah yang kering dan tandus,
sehingga penduduk yang tinggal di daerah tersebut mengalami kekurangan air,
terutama di musim kemarau. Permasalahan kekeringan di kawasan karst
sebenarnya dapat diatasi, mengingat potensi sumberdaya air yang dimilikinya
sangat melimpah. Permasalahannya adalah perilaku air di kawasan karst
membentuk sistem hidrologi khas dan rumit yang berkembang melalui sistem
20
rekahan dan saluran bawah permukaan sehingga sulit untuk diketahui potensi dan
pemanfaatannya (Setiawan dkk, 2008).
Salah satu kawasan karst yang menarik untuk diteliti adalah kawasan karst
Cijulang yang terletak di Kab. Ciamis, provinsi Jawa Barat. Kawasan Karst
Cijulang belum banyak diteliti, adapun penelitian sebelumnya berupa pemetaan
geologi dan fasies karbonat serta pemetaan hidrogeologi skala 1 : 250.000.
Dari sudut pandang Hidrogeologi zona lemah pada batuan (kekar, rekahan,
sesar) merupakan strukutr geologi yang sangat berperan dalam mengontrol sistem
hidrogeologikarst. Fluida, dalam hal ini air, memiliki kecendrungan mengalir
melaluli zona lemah pada batuan yg secara morfologi di tunjukkan oleh adanya
kelurusan morfologi pada kawasan karst sangat bergyna dalam menentukan polapola pengaliran bawah tanah.
Studi metoda Geolistrik Self Potential dicoba di Kec. Cijulang, Kabupaten
Ciamis, tepatnya antara Gua Seden dan Gua Sodong Hulu untuk mengetahui
tingkat kepekaan metoda ini dalam mendeliniasi alur sungai bawah tanah. Gua
Seden dan Gua Sodong Buluh merupakan dua Gua yang saling berhubungan dan
berisi air. Model alam ini dapat mencerminkan sungai bawah permukaan.
21