Anda di halaman 1dari 5

Merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.

Disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Karakteristik :


1. Demam yg memanjang
2. Bakteremia tanpa terlibatnya endotel atau endokardium
3. Invasi n multiplikasi bakteri pd sel MN hepar, limpa, nodus limfaikus, dan plak peyer
Epidemiologi
1.
2.
3.
4.
5.

Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Transmisi tertinggi di Afrika sub saharan, Asia tengah, Asia tenggara
Masih mrpkn masalah kesehatan di negara tropis indonesia mrp endemis
Angka kejadian 16 juta kasus setiap tahun Indonesia 760-810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dg mortalitas 3,1 10,4 %
Menyerang umur 5-30 tahun, jarang ( < 2 tahun atau > 60 tahun )
Laki2 = perempuan
Perbedaan infeksi typhoid n paratyphoid
Faktor yang Mempengaruhi
1. Scr umum, tngkat kesakitan n
komplikasi pd infeksi paratyphoid
1. Host
lbh sedang dan durasinya lbh pendek
a. Higienitas : kebiasaan jajan di luar, kebiasaan cuci tangan
2. Perbandingan kasus typhoid n
b. Menurunnya sistem imun penderita
paratyphoid 10 : 1
c. Intensitas infeksi
d. Usia
e. Keasaman lambung
f. Malnutrisi
g. Genetik : bergantung dari gen HLA yg diturunkan, gen ini dsb gen respon imun ( mengatur interaksi dr sel ke sel dalam sistem imun
2. Agent
a. Faktor virulensi kuman
a) Antigen somatik ( O )
b) Antigen kapsular ( Vi )
c) Antigen flagel ( H )
d) Outer Membran Protein ( OMP ) : porin dan nonporin
b. Jumlah kuman infeksius 105 109
c. Mutasi genetik shg kuman mjd lbh virulen
d. Resistensi thd pengobatan
3. Environment
a. Kesehatan dan sanitasi yang rendah
b. kualitas sumber air yg tdk memadai
Penularan
Penularan oleh Salmonella typhi ke manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid :
1.
2.
3.

Penderita yg sdg terinfeksi


Penderita sdg masa penyembuhan
Carrier

Gambaran Klinis
1.
2.

Masa inkubasi 3-60 hari ( S typhi ) dan 1-10 hari ( S paratyphi )


Perlu ditanyakan
a. Berasal atau bepergian dari daerah endemis
b. Kebiasaan makan minum ( kerang, ice cream, air mentah )
c. Pernah menjalani vaksinasi demam tifoid

Durasi penyakit yg tdk diobati rata-rata 4 minggu

Minggu I
Manifestasi

1.

2.

Patologi

Demam
a. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak berapa tinggi
b. bersifat btahap makin naik
setiap hari (step ladder),
biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari
c. Biasanya pd anamnesis deman
tjd 5-7 hari yg tdk berhasil dg
antipiretika
Disertai dg : lesu, malaise, nyeri
kepala, nyeri otot punggung dan
sendi, perut kembung obstipasi
(kadang diare), mual, muntah,
batuk non produktif

Bakteremia

Minggu II
1.
2.
3.
4.

KU : pasien terlihat toxic


Kesadran : apatis
Demam terus meningkat
Bradikardi relatif (pe suhu10C tdk
diikuti pe nadi 8x/mnt )
5. Tifoid tounge (lidah kotor di tengah,
tepi n ujungnya merah )
6. Rose spot
a. Bercak makulopapular ukuran 16 mm, dapat timbul pada kulit
dada dan abdomen tjd krn
embolisasi bakteri pd kulit yg
hilang pd penekanan
a. Pd 40-80% penderita
b. Berlangsung singkat (2-3 hari),
antara hari ke7-ke12
7. Splenomegali
8. Hepatomegali
9. Distensi abdomen
10. Nyeri abdomen
11. diare atau konstipasi
Vaskulitis, hiperplasia plak peyer, nodul tifoid
pd hati n limpa

Minggu III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

KU : trlht sangat sakit,


lemah
Kesadaran : delirium
Demam tinggi menetap
Nadi lemah, napas cepat
Distensi abd semakin nyata
n bising usus melemah
Diare : feses cair, warna
hijau kekuningan
Komplikasi : perdarahan sal
cerna, perforasi, syok

Ulserasi plak peyer, perforasi disertai


peritonitis

Px Laboratorium Penunjang
1.
2.

Darah : Leukopenia atau leukositosis, Neutropenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia, Laju Endap Darah (LED), SGOT / SGPT meningkat
Urin : Albuminuria, Tes Diazo (+)

Minggu IV
1.
2.
3.
4.

KU : membaik
Kesadaran : CM
Suhu tubuh kembali
normal
Komplikasi msh timbul

Kolesistitis, carrier kronik

3.
4.

5.

6.

Tinja : pra soup stool ( bnyk eritrosit di tinja ) atau bloody stool
Identifikasi kuman melalui isolasi/biakan
a. Biakan darah
a) Minggu I : positif 80 90 %
b) Minggu II : positif 20-25 %
c) Minggu III : positif 10-15 %
b. Biakan urine : positif setelah minggu pertama
c. Biakan feses
medr minggu II (10-15%) hingga minggu III (75%) dan turun secara perlahan
d. Biakan sumsum tulang
hasil (+) didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan
e. Biakan empedu : tumbuh koloni Salmonella typhi
f. Rose spots
Pemeriksaan serologi
a. Uji Widal
Prinsip : reaksi aglutinasi ( antigen S.typhi/S.paratyphi bila dicampurkan dengan serum
penderita demam tifoid yg mg antibodi terhadap S.typhi/S.paratyphi akan terjadi aglutinasi
a) Tes kualitatif : ada aglutinasi / tdk
Interpretasi :
b) Ter kuantitatif : menentukan titer antibodi dalam sampel
Daerah endemik : titer H dan O > 1:160 menyokong diagnosis
1. Titer O, 1 : 160 ada infeksi akut
Di daerah non endemik, titer H dan O > 1: 80 menyokong diagnosis
2. Titer H, 1 : 160 penderita pernah di vaksin atau terinfeksi
b. Tes TUBEX-TF
3. Titer Vi, 1 : 160 kemungkinan carrier
mendeteksi adanya antibodi IgM di serum sampel terhadap antigen S.typhi LPS-O9
(lipopolisakarida) dengan metoda Immunoassay Magnetic Binding Inhibition (IMBI)
Tingkat inhibisi setara dengan kadar antibodi IgM S.typhi dalam sampel
c. EIA DOT
d. ELISA)
e. Px dipstik
Identifikasi kuman secara molekuler
PCR Salmonella typhi hasilnya (+)

Penatalaksanaan
1.

Non farmako
a. Tirah baring
b. Makanan lunak rendah serat utk cegah perdarahan dan perforasi
c. Diet mgd kalori dan protein yang cukup
d. Asupan cairan yg cukup utk mencegah dehidrasi akb demam

2.

Farmakologi
a. Antibiotik
a) Kloramfenikol 4x500 mg selama 11-14 hari
b) Tiamfenikol 4x500 mg
c) Trimetropim- Sulfametoksazol 2x2 tablet

b.

d) Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu


e) Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
f) Sefalosporin generasi III seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1
gram, sefoperazon 2 x 1 gramo
g) Fluorokuinolon (demam pada umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV)
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi 2 antibiotik bla tjd toksid tifoid,
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
peritonitis, perforasi, syok septik
Simtomatik
Bumil : amoksisilin, ampisilin, seftriakson
a) Antipiretik
Kortikosteroid : bila td toksik tifoid atau
b) Antiemetik
syok septik, dosis 3x5 mg
c) Vitamin

Kekambuhan
Angka kekambuhan 10-20 % setelah satu minggu terapi antibiotik dihentikan. Berat gejala ringan-sedang. Tanda :
1. Kultur darah kembali positif, even in the presence of high serum levels of H, O and Vi antibodies
2. Dapat timbul rose spot
Karier
20% dari penderita, akan tetap mengeluarkan MO mll feses smp 2 bulan. 3% dari jumlah tsb akan menjadi ( kultur fese positif selama lbh dr 1 tahun ). Insiden tinggi pd wanita dan dewasa
and is probably correlated with the prevalence of cholelithiasis. Terapi
1. Tanpa disertai kolelitiasis
a. Ampisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 100mg/kgBB/hari
b. Amoksisilin 100mg/kgBB/hari + probenesid 100mg/kgBB/hari
c. Trimetropin + sulfametoksazol 2 tablet/2kali/hari
2. Disertai kolelitiasis
a. Kolesistektomi + regimen diatas slm 28 hr
b. Kolesistektomi + salah satu dr ( siprofloksasin 750 mg/2 kali/hari atau norfloksasin 400 mg/2 kali/hari
3. Disertai infeksi schisostoma haematobium pd traktus urinarius
a. Eradikasi haematobium : Prazikuantel 40mg/kgBB dosis tunggal atau Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan3 dosis interval 2 mngg
b. Setelh terapi di atas baru dilakukan terapi utk tifoid
Dinyatakan bkn sbg tifoid carrier bl stl dilakkn biakan scr acak serial minimal 6x px dinyatakan tdk ditemukan bakteri salmonella
Pencegahan
1.
2.

Identifikasi dan eradikasi S typhii pd pasien asimtomatik, karier, dan akut


Pencegahan transmisi langsung dr penderita karier maupun infeksi akut

3.
4.

Proteksi pd orang yg beresiko tinggi tertular dan terinfeksi


Vaksin
a. Vaksin oral Ty21a : blm beredar d indonesia
b. Vaksin parenteral : ViCPS, vaksin kapsul polisakarida

Komplikasi
1.
2.

Intestinal
a. Perdarahan intestinal
b. Perforasi usus
Ekstraintestinal
a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis dan endokarditis (1-5 %), trombosis, tromboflebitis
b. Hematologi : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata ( CID ), dan sindrom uremia hemolitik
c. Paru : bronkitis (11-86 %), pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Hepar dan sistem bilier : hepatitis tifosa dan kolelitiasis, Pankreatitis
e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
f. Tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
g. Neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia

Anda mungkin juga menyukai