DEFINISI
Ada bermacam-macam definisi mengenai ketuban pecah
dini. Ada teori yang mengatakan bahwa yang disebut pecah dini
bila pecahnya ketuban beberapa jam sebelum inpartu misalnya,
2,4, dan 6jam. Ada juga mengatakan bahwa ketuban pecah dini
adalah ketuban pecah sebelum inpartu yaitu bila permukaan pada
primi kurang dari 3 jari dan pada multipara kurang dari 5 jari.
Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I dan kala II
persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan
sehingga kadang kalau perlu dipecahkan (amniotomi).
ETIOLOGI
Etiologi ketiban pecah dini belum diketahui jelas sampai
sekarang.
Anatomi dan Fisiolgi Air Ketuban
Di dalam ruang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari
lapisan amnion dan khorion terdapat liquor amnii (air ketuban).
Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna
putih agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis,
dan manis.
Asal air ketuban adalah dari fetal urine, trandusi dari darah
ibu, sekresi dari epitel amnion dan teori lain mengemukakan air
ketuban berasal dari plasenta.
PATOGENESIS
Taylor dkk, telah menyelidiki ketuban pecah dini ternyata
ada hubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya hipermotalitas seperti rahim yang sudah lama
terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti
pielonefritis, sistitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama
dengan motilitas rahim.
b. Selaput ketuban selalu tipis.
c. Infeksi (amnionitis atau korioamnitis)
d. Faktor-faktor
lain
multipara,
malformasi,
serviks
MANIFESTASI KLINIS
Bila terjadi air ketuban pecah dini, dapat ditemukan hal-hal
seperti berikut ini :
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau,
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada lagi, air
ketuban sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
f. Dengan pemeriksaan USG dapat dilihat indeks cairan
amnion berkurang dan pemeriksaan leukosit darah lebih
15.000/mm3 bila terjadi infeksi.
DIAGNOSA
Diagnosis KPD ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba- tiba dari jalan lahir. Cairan yang
berbau kahas, dan juga perlu diperhatikan warna keluarnya cairan
tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum ( OUE), kalau belum
juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
mengedan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian
terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium
uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan Dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif ( diharapkan ketuban menutup)
1. Istirahat total
2. Sedative : fenobarbital ( luminal) 3 x 30mg/hari
3. Minum 2 liter ( 10 gelas )/hari
4. Antibiotik : Amoksisilin 3 x 500mg (5 hari)
5. Dexametason 3 x 5mg/hari (2 hari) mematangkan paru
6. Bila dalam 3 x 24 jam air ketuban tidak keluar mobilisasi
7. Bila terjadi infeksi ( leukosit > 15.000,suhu > 38
C, air
uteronelaksen
atau
tocolitic
agent
dapat
10
KOMPLIKASI
Pada anak :
1. IUFD dan IPFD
2. Asfiksia
3. Prematuritas
Pada ibu :
1. Partus lama dan partus kering
2. Infeksi intrapartum (korioamnionitis) dengan tanda-tanda
takikardia, nyeri tekan uterus, suhu > 38 0C, air ketuban
perulen dan berbau busuk, leukosit > 15000/mm3
3. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
4. Atonia uteri
5. Perdarahan postpartum atau infeksi nifas
11
PROGNOSIS
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasikomplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam: Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri
Patologi edisi 2 Jakarta. EGC: 1998.
2. Manjoer Arif, dkk: Kapita Selekta. jilid 1 edisi I. Jakarta.
Media FK UI 2 hal: 376-378: 2001.
3. Winkijasastro, Hanifa: Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo: 1999.
12
catatan_kecil/Ketuban_Pecah_Dini/September
8,2009
5. KPD ; http;//o.gravatar.com/avatar/ee3572a133ao.html
6. Ketuban Pecah Dini, available at ;
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ketuban_pecah_dini_k
pd.
html
7. Ketuban Pecah Dini, available at;
http://www.klikdokter.com/illness/detail/134.html
STATUS PASIEN
ANAMNESE PASIEN
Pasien
Suami
No MR
: 02 39 02
Nama
Tampil
Sembiring
: 28 tahun
Agama
: Katolik
Suku
: Karo
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru Honor
13
34 tahun
Katolik
Karo
S1
Wiraswasta
Alamat
Abortus : 0
RIWAYAT PERSALINAN
Anak I
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama
Telaah
RPT
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
: 26 1 - 2010
TTP
: 03 11 -2010
14
STATUS PRESENT
Vital sign
Sensorium : compos mentis
anemia : (-)
TD : 110/80 mmHg
sianosis : (-)
HR : 82 x/I
icterus
RR : 24 x/I
dyspnoe : (-)
T : 36,5
edema
: (-)
: (-)
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata
Hidung
: Simetris
Mulut
Leher
: Cyanosis(-)
:
Pembesaran
kelenjar
getah
bening(-),struma(-)
Thoraks
Abdomen
15
xyphoidesus
Leopold II : Punggung janin sebelah kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
PEMERIKSAAN OBSTETRI/GINEKOLOGI
Inspekulo : air ketuban (+)
Warna : putih keruh
Bau
: amis
Palpasi :
Leopold I
xyphoideus Leopold II
processus
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
V. Toucher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin :
USG
: 12,3 gr/dL
Leukosit
: 14.000 mm3
16
RESUME
Keluhan Utama : Keluar cairan dari jalan lahir
Telaah :
RPT
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
HPHT
: 26 1 - 2009
TTP
: 03 11 -2010
STATUS PRESENT
Sensorium : compos mentis
anemia : (-)
TD
: 110/80 mmHg
sianosis : (-)
HR
: 82 x/I
icterus : (-)
RR
: 24 x/I
dyspnoe : (-)
: 36,5
edema : (-)
17
PEMERIKSAAN OBSTETRI/GINEKOLOGI
Inspekulo : air ketuban (+)
Warna : putih keruh
Bau
: amis
Palpasi :
Leopold I
xyphoideus Leopold II
processus
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
USG
: 12,3 gr/dL
Leukosit
: 14.000 mm3
DIAGNOSA SEMENTARA
SG + KDR ( 38 39 minggu ) + LK + AH + KPD
RENCANA TINDAKAN
Sectio Caesaria
Persiapan sebelum operasi :
18
IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Cefotaxim 1 gr
Inj. Dexamethason 2 amp
Pasang kateter
Cukur
SIO ( Surat Izin Operasi)
LAPORAN OPERASI POST SECTIO CAESARIA
Dilakukan incisi pada abdomen
Dilakukan incisi pada SBR (Segmen Bawah Rahim)
Dengan mengeluarkan kepala, lahir bayi Laki- Laki, BB
4000 gr, Apgar Score 8/9
Plasenta lahir lengkap
Dilakukan penjahitan pada uterus
Evaluasi perdarahan : tidak ada perdarahan
Dinding perut dijahit lapis demi lapis.
KEADAAN PASIEN POST OPERASI : Baik
Therapy post operasi : Puasa
IVFD D5% : RL 30 gtt/i
Inj. Cefotaxim 1 gr/ 12 jam
Inj. Gentamycin 80 mg/ 8 jam
Inj. Tramadol 1 amp/ 8 jam
Inj. Metrodinazol 1 amp / 8 jam
19
FOLLOW UP
Follow up Post Operasi hari I ( 25 Oktober 2010)
KU
TD
: 110/80 mmHg
HR
: 82 x/i
RR
: 24 x/i
: 36 0C
Platus
: Ada
BAB
: Belum Ada
P/V
:(+)
TFU
Therapy :
IVFD Rl 20 gtt/i
Diet : MII
Follow up Post Operasi hari II ( 26 Oktober 2010)
KU
TD
: 120/80 mmHg
: 84 x/i
RR
: 28 x/i
: 36 0C
Platus
20
: Ada
BAB
:(+)
P/V
:(+)
TFU
Therapy :
IVFD Rl 20 gtt/i
Diet : MII
Follow up Post Operasi hari III ( 27 Oktober 2010)
KU
TD
: 120/70 mmHg
HR
: 80 x/i
RR
: 26 x/i
: 36,4 0C
Platus
: Ada
BAB
: Belum Ada
P/V
:(+)
TFU
Therapy :
IVFD Rl 20 gtt/i
Ciprofloxacin 3 x 500 mg
21
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Viferon 1 x 1
Diet : MB
: Baik
TD
: 110/70 mmHg
HR
: 68 x/i
RR
: 20 x/i
: 36,5 0C
Platus
: Ada
BAB
: Ada
P/V
:(+)
TFU
Therapy :
IVFD Rl di aff
Ciprofloxacin 3 x 500 mg
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Viferon 1 x 1
Diet : MB
Follow up Post Operasi hari V ( 29 Oktober 2010)
KU
: Baik
TD
: 130/80 mmHg
: 80 x/i
RR
: 22 x/i
: 36,5 0C
Platus
22
: Ada
BAB
: Ada
P/V
:(+)
TFU
Therapy :
IVFD Rl di aff
Ciprofloxacin 3 x 500 mg
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Viferon 1 x 1
Pasien diperbolehkan pulang