Anda di halaman 1dari 29

o

STRSDNSAND;LAdnlSA6/15/2015S><6/15/201

5x;sa,CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC
CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCdp,saD;/,XABISMUS

Strabismus merupakan suatu kelainan kedudukan bola mata yang bisa


terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan
kedudukan untuk penglihatan jarak jauh saja atau kearah atas saja, atau
terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.6

Penyimpangan posisi bola mata yang terjadi oleh karena syarat-syarat


penglihatan binokuler tidak terpenuhi.7

Suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. 2

Strabismus merupakan keadaan dimana salah satu mata tidak sejajar


dengan mata yang lain sehingga pada satu waktu hanya satu mata yang
melihat objek yang dipandang.9

Kelainan kedudukan bola mata dibagi dalam kedudukan


yang bersifat laten dan yang manifes. Kelainan kedudukan
laten disebut sebagai Foria sedang manifes disebut

sebagai Tropia, sedang keadaan normal disebut sebagai

ortoforia.2
Tergantung arah deviasinya kelainan kedudukan bola mata
disebut esoforia / tropia apabila deviasi axis penglihatan
berdeviasi

ke

arah

superior

maka

disebut

sebagai

hipertrofia / tropia dan bila ke arah inverior maka disebut


sebagai hipovoria / tropia. Bila salah satu mata terletak
lebih tinggi dari lainnya disebut sebagai hipertropia dan
dinyatakan mata mana yang terletak lebih tinggi.2 Syaratsyarat penglihatan binokuler yang normal8

Faal masing-masing mata harus baik, yakin bahwa benda yang menjadi
perhatian bisa difiksir pada kedua fovea & sebanding

Posisi kedua mata adalah sedemikian rupa sehingga pada setiap arah
penglihatan, bayangan benda yang menjadi perhatian selalu jatuh tepat
pada kedua fovea. hal ini dicapai karena kerjasama yang baik dari
seluruh otot-otot ekstraokuler kedua mata & terlebih dulu masing-masing
otot mempunyai faal yang normal.

Harus ada kemampuan susunan syaraf pusat untuk mensintesa kedua


bayangan yang diterima kedua mata menjadi suatu sensasi berupa
bayangan tunggal, hal ini disebut fusi.

Kalau diperhatikan syarat-syarat tersebut diatas maka


nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah visual
sensori motor anomali.

o II.3 ETIOLOGI
Faktor Keturunan
Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi
akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita
strabismus

dengan

operasi

berhasil

baik,

maka

bila

anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil


baik pula.
Kelainan Anatomi

Kelainan otot ekstraokuler

Over development

Under development

Kelainan letak insertio otot

Kelainan pada vascial structure


Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler
dapat menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.

Kelainan dari tulang-tulang orbita

Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital


abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.

Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.

Fovea tidak dapat menangkap bayangan.

Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.

Kelainan Sensoris

Kelainan Inervasi
o Gangguan proses transisi dan persepsi

II.4 PATOGENESIS

Bila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat


mengimbangi gerak otot-otot lainnya maka akan terjadi
gangguan

keseimbangan

gerak

kedua

mata,

sumbu

penglihatan akan menyilang, mata menjadi strabismus &


penglihatan menjadi ganda (diplopia)

Gangguan gerakan mata :

Tonus yang berlebihan.

Paretik / paralytik.

Hambatan mekanik.

Contoh : parese / paralyse rectus lateralis mata kanan, maka akan


terjadi esotropi mata kanan.2,8

Gambar 3. Arah gerakan otot mata

Gangguan Faal Otot Penggerak Bola Mata1,2,10

Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar


sedemikian rupa sehingga bayangan benda yang menjadi
perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua fovea sentralis.
Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua
belas akan selalu bergerak secara teratur; gerakan otot
yang satu akan mendapatkan keseimbangan gerak dari
otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot

penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu

melihat secara binokular.


Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata
yang

tidak

dapat

mengimbangi

gerak

otot-otot

lainnya,maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak


antara

kedua

mata,

sehingga

sumbu

penglihatan

menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi


perhatiannya dan disebut juling (crossed Eyes). Gangguan
keseimbangan gerak bola mata (muscle imbalance) bisa
disebabkan oleh hal-hal berikut :

Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak
menjadi berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola
mata dari kedudukan normal. Apabila otot yang hiperaktiv adalah otot
yang berfungsi untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen
(esotropia).

Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot
penggerak bola mata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau
paretik. Bila hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi,
maka terjadilah juling divergen (ekstropia).

Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di


atas,

besarnya

sudut

deviasi

adalah

berubah-ubah

tergantung pada arah penglihatan penderitaan.Keadaan


juling seperti itu disebut sebagai gangguan keseimbangan
gerak

yang inkomitat.

Sebagai

contoh

adalah

suatu

kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan, maka besar


sudut deviasi adalah kecil bila penderita melihat kearah kiri

dan membesar bila arah pandang ke kanan.


Gangguan keseimbangan gerak bola mata dapat pula
terjadi karena suatu kelainan yang bersifat sentral berupa
kelainan

stimulus

pada

otot.Stimulus

sentral

untuk

konvergensi bisa berlebihan sehingga akan didapatkan


seorang penderita kedudukan bola matanya normal pada
penglihatan
konvergen

jauh
pada

(divergensi)
waktu

melihat

tetapi
dekat

menjadi

juling

(konvergensi);

demikian kita kenali :

Convergence excess bila kedudukan bola mata penderita normal melihat


jauh dan juling ke dalam esotopia pada waktu melihat dekat.

Divergence excess (aksi lebih konvergensi) bila kontraksi otot penggerak


bola mata penderita normal pada penglihatan dekat, tetapi juling keluar
(divergent squint) bila melihat jauh.

Convergence

insuffiency

bila

kedudukan

bola

mata

normal

pada

pennglihatan jauh tapi juling keluar pada waktu melihat dekat.

Divergence insuffiency bila penderita mempunyai kedudukan bola mata


yang normal untuk dekat tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.

Anisometropia
Apabila

seseorang

berbeda

derajat

hipermetropinya

sebanyak dua dioptri atau lebih, maka secara sadar atau


tidak ia akan memakai mata dengan derajat hipermetropia
yang lebih ringan untuk penglihatan jauh maupun dekat,
karena jumlah enersi untuk akomodasi yang diperlukan
untuk melihat jelas adalah lebih ringan. Dengan jumlah
akomodasi ini mata dengan hipermetropi yang lebih berat
tidak pernah melihat dengan jelas, baik untuk penglihatan
dekat maupun jauh. Bila keadaan ini terjadi secara dini

dalam masa perkembangan penglihatan dan di biarkan


sampai anak berumu lebih dari lima tahun maka kemajuan
melihat dari

mata dengan hipermetropia yang lebih

tidaklah sebaik di banding mata lainnya. Kelemahan


penglihatan yang tidak di dasarkan pada adanya kelainan

organik disebut ambilopia.


Perbedaan kekuatan miopia antara mata satu dan lainnya
pada umumnya tidak mengakibatkan timbulnya ambliopia
yang mencolok, disebabkan oleh kerena mata dengan
miopia yang lebih berat sifatnya masih dapat melihat
berbeda-beda secara jelas untuk dekat tanpa akomodasi,
lagi pula kelainan miopia umumnya bersifat progresif dan
umumnya belum terdapat secara menyolok pada usia
sangat muda.

Aniseikonia

Apabila kita melihat ke suatu benda yang berjarak antara


satu dan dua meter dihadapan kita, kemudian menutup
satu mata berganti, maka kita akan mengetahui bahwa
terdapat perbedaan bentuk, tempat maupun besarnya

10

benda yang kita perhatikan. Perbedaan penglihatan antara


mata kanan dan kiri tersebut dikenal dengan nama
penglihataan diantara dua mata kita. Disparitas yang
ringan memang diperlukan untuk kemampuan penglihatan

stereoskopik.
Disparitas penglihatan

yang

terlalu

besar,

seperti

contohnya seorang dengan afaki monokular yang dikoreksi


dengan kaca mata, mengakibatkan kesulitan bagi sistem
saraf pusat untuk menyatukan (memfusikan) menjadi satu
bayangan tunggal dan benda-benda yang dilihat akan
tampak ganda. Disparitas penglihatan yang menimbulkan
gangguan berupa penglihatan ganda atau diplopia disebut
aniseikonia. Seseorang yang menderita diplopi sudah
barang tentu akan menjadi binggung seperti seorang yang
baru belajar menggunakan mikroskop monokular, secara
sadar ataupun tidak akan menutup salah satu matanya
agar penglihatan menjadi tunggal kembali. Lama kelamaan
orang tersebut akan belajar mengelimi nasi bayangan
salah satu matanya dan disebut sebagai image supression
dan dalam buku ini akan disebut sebagai supresi.

11

Supresi dapat dilakukan secara sadar pada ke dua mata


berganti

ganti

menjadi

dan

disebut

Alternating

Suppression, tapi dapat pula terjadi secara terus menerus


pada mata yang sama dan memilih menggunakan mata
lainnya untuk penglihatan. Dalam hal ini maka mata yang
dipakai untuk penglihataan sehari-hari disebut sebagai
mata yang dominan sedang mata yang mengalami supresi
sebagai mata malas (lazy eye). Mata malas dalam keadaan
sehari-hari tidak dipakai melihat, maka pada umumnya
mata ini mengalami kemunduran-kemunduran fungsional
dan menjadi ambliopia bahkan kadang-kadang mengalami

deviasi sumbu penglihatan dan menjadi juling.


Penglihatan ganda atau diplopia dapat pula disebabkan
karena kelainan orbita atau menderita kelumpuhan otot
pergerakan mata. Dalam hal ini penglihatan ganda terjadi
karena arah penglihatan mata yang satu berbeda dari
mata yang lainnya.

Hukum dalam Strabismus2

12

Hukum

Desmarrens

Bila

sumbu

penglihatan

bersilangan

maka

bayangan tidak bersilangan

Hukum Donder : Kedudukan bola mata terhadap fiksasi penglihatan


ditentukan oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan
tanpa disadari atau disengaja.

Hukum Gullstrand: bila pasien yang sedang berfiksasi jauh digerakkan


kepalanya maka reflex kornea pada kedua mata akan bergerak searah
dengan arah gerakan kepala atau bergerak kea rah otot yang lebih
lemah.

Hukum Hering : Pada pergerakan bersama kedua bola mata didapatkan


rangsanag yang sama dan simultan pada otot-otot mata agonis dari
pusat persarafan okulogiri untuk mengarahkan kedudukan mata.

Hukum Listing : Bila terjadi perubahan grafis fiksasi bola mata dari posisi
primer ke posisi yang lainnya maka sudut torsi pada posisi sekunder ini
sama seperti bila mata itu kembali pada posisinya dengan berputar pada
sumbu yang tetap yang tegak lurus pada sumbu permulaan dan posisi
akhir dari garis fiksasi.

13

Hukum Sherington : Otot mata luar seperti pada otot serat lintang
menunjukkan persarafan resiprokal pada otot antagonisnya.

o
o

II.5 KLASIFIKASI
Strabismus dapat dibagi dalam berbagai kategori

Menurut arah deviasi.

Keluar : exptropia

Kedalam : esotropia

Kebawah : hypotropia

Keatas : hypertropia

b. Menurut manifestasinya.

Manifest = heterotropia

Latent = heterophoria : deviasi terjadi apabila mekanisme fusi diputus.

Menurut sudut deviasi

14

Comitment strabismus : sudut deviasi tetap konstan pada berbagai


posisi.

Non comitant strabismus : sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan


kasus disebabkan kelumpuhan otot ekstraokuler, karenanya sering
disebut sebagai paralytic strabismus .

Menurut kemampuan fixasi mata

Unilateral strabismus : bila satu mata yang berdeviasi secara konstan.

Alternating strabismus : bila kedua mata berdeviasi secara bergantian.

Menurut waktu berlangsungnya strabismus

Permanent : mata tampak berdeviasi secara konstan.

Intermittent : pada keadaan tertentu misalnya lelah, cemas dll, mata


kadang2 tampak berdeviasi, kadang-kadang normal.

Eksotropia

Merupaka strabismus divergen manifest dimana sumbu


penglihatan ke arah temporal.

15

Karena

syarat

penglihatan

binokuler

tidak

terpenuhi

misalnya pada myopia yang lama tidak dikoreksi, pada


anisokonia

atau

lesi

kemudian eksotropia.

retina

akan

terjadi

amblyopia

7,10

Eksotropia intermiten

Onset deviasi mungkin pada tahun pertama dan dalam


praktiknya semua kasus sudah muncul dalam usia 5 tahun.
Dari

anamnesis

sering

diketahui

kelainan

tersebut

memburuk secara progresif.Suatu tanda yang khas adalah


penutupan satu mata dalam cahaya yang terang. Karena
anak melakukan fusi paling tidak pada sebagian waktu,
amblyopia jarang terjadi, walaupun ada hanya ringan.10

Eksotropia konstan

Lebih jarang dibandingkan intermiten.Kelainan ini dijumpai


sejak

lahir.Karena

itu

anak-anak

dengan

eksotropia

infantile berisiko mengalami kerusakan neurologi dan


keterlambatan

perkembangan.Derajat

dari

eksotropia

16

konstan

bervariasi,

lamanya

penyakit

atau

adanya

penurunan penglihatan pada satu mata dapat menjadikan


deviasi semakin besar.10
Hipertropia

Hipertropia

adalah

penglihatan

yang

penglihatan

menuju

penglihatan

yang

suatu

nyata
titik

lainnya

penyimpangan

dimana
fiksasi

salah

sumbu

satu

sumbu

sedangkan

sumbu

menyimpang

pada

bidang

vertikal ke arah superior (atas).


Hipotropia

Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan


yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju
titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya
menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).

II.6 GEJALA KLINIS

17

Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal
ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada
parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya
mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa
menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadangkadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya
diplopia saja.

Deviasi
Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh
bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik,
sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih
jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh
bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini
tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.

Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat
kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.

Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata
kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata

18

kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri =
deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.

Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi
lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini.

Ocular torticollis (head tilting). Penderita biasanya memutar kearah kerja


dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong
diagnosa

strabismus

paralitikus.

Dengan

memiringkan

kepalanya,

diplopianya terasa berkurang.

Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada
lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh
menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka
jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai
dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan,
rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh,
untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan
yang salah pada penderita.

19

Vertigo

mual-mual,

disebabkan

oleh

diplopia

dan

proyeksi

yang

salah. Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.

o
o

II.7 PEMERIKSAAN
II.7.1 Pemeriksaan Diagnostik

E-chart / Snellen Chart

Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 6 tahun dapat digunakan
Snellen chart.

Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara

Objektif dengan optal moschope

Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya

Dengan oklusi / menutup cat mata

Menentukan anomaly refraksi

20

Dilakukan retroskopi setelah antropinisasi dengan atropin 0,5 % 1%

Retinoskopi

Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara


objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5
% - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti
pada orang dewasa.

Cover Test : menentukan adanya heterotropia

Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria

Hirsberg Test

Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea.

Cara :

21

Penderita melihat lurus ke depan

Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan


setinggi kedua mata pederita

Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.

Prisma + cover test

Uji Krimsky

Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan ditengah


cahaya refleks kornea dengan prisma.

Pemeriksaan gerakan mata

Pemeriksaan pergerakan monokuler

Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang
digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan
rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini biasanya karena para
usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.

Pemeriksaan pergerakan binokuler

22

Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara


subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2
objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua objek akan
terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan
terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan
fusi tidak memberikan kesan tunggal.

o
o

II.7.2 Test Tambahan


Pemeriksaan Ini dilakukan untuk mengukur derajat strabismus.
Diantara nya:

Tes Hisch Berg

o
o

Caranya :
Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci
(30cm).perhatikan reflek cahaya terhadap pupil. Kalau letak nya di
pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya
diantara pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan
jika letak nya di limbus, maka derajat deviasinya 45 derajat.(catt :
1 derajat= 2 prisma diopter)

23

Tes Krimsky

o
o

Caranya:
Penderita

melihat

kesumber

cahaya

yang

jarak

nya

ditentukan.Perhatikan reflek cahaya pada mata yang berdeviasi.


Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang
brdeviasi, sampai reflek cahaya yang terletak disentral kornea

Tes Maddox Cross

Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang
nya 1 m. pada jarak 1m dari Maddox cross, kedua mata penderita,
musle light yang terletak ditengah-tengah Maddox cross dan
ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut
dasarnya 45o. Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak
ada strabismus, reflek cahaya terletak di tengah-tengah pupil,
namu bila strabismus, letaknya eksentrik

Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler

o
o

Caranya:
Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang
lain mengikuti cahaya atau objek yang diarahkan kesemua arah.

24

Kelemahan

deduksi

dapat

diketahui

yang

disebabkan

oleh

kelemahan otot atau kelainan anatomis dari otot.

Uncover Test

o
o

Caranya:
Pasien diminta melihat objek fiksasi.Mata kanan ditutup dan mata
kiri tidak.Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak,
heterophoria diam,orhoporia, exophoria bergerak nasal.

II.8 PENATALAKSANAAN

Terjadinya strabismus adalah akibat dari tidak dipenuhinya


syarat2

binokuler

vision

normal,

karena

itu

tujuan

pengobatan strabismus adalah mendapatkan binokuler


vision yang baik. 3 tahap pengobatan strabismus : 2,4,6,7,8,10

Memperbaiki visus masing-masing mata :

Dengan menutup mata yang baik

Pemberian kaca mata

25

Latihan ( oleh orthoptist )

Memperbaiki kosmetik :

Mata diluruskan dengan jalan operasi

Pemberian kaca mata

Kombinasi keduanya

Penglihatan binokuler :

Latihan orthoptic

Operasi & orthoptic

Kaca mata & orthoptic

Jadi pengobatan strabismus dapat disimpulkan :

Non operatif

Kaca Mata

26

Orthoptics :

Oklusi

Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata


yang ambliopia. Oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan
membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai
cara.

Pleoptic

Obat-obatan

Latihan Synoptophore

Memanipulasi akomodasi

Lensa plus / dengan miotik

o
o
o

Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai


2. Lensa minus dan tetes siklopegik
Merangsang akomodasi pada anak-anak

Penutup Mata

27

Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan


merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara
menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye
patch).

Penggunaan

plester

mata

harus

dilakukan

sedini

mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun


biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik
berkembang sebelum usia 8 tahun.

Operatif

Melemahkan otot : Recession

Memperkuat otot : Recection

o II.9 KOMPLIKASI
o Komplikasi pada strabismus dapat berupa:
Supresi
o Merupakan usaha yang tak disadari dari

penderita

untuk

menghindari diplopia yang timbul akibat adanya deviasinya.


Mekanisme bagaimana terjadinya masih belum diketahui.
Amblyopia
o Yaitu menurunkan visus pada satu / dua mata dengan / tanpa
koreksi kacamata & tanpa adanya kelainan organiknya.
Anomalous retinal correspondence

28

Adalah suatu keadaan dimana fovea dari mata yang baik ( yang
tidak berdeviasi ) menjadi sefaal dengan daerah diluar fovea dari

mata yang berdeviasi.


Defect otot

Misal : kontraktur

Kontraktur otot mata biasanya timbul pada strabismus yang


bersudut besar & berlangsung lama.

Perubahan2 sekunder dari struktur conjungtiva & jaringan fascia yang


ada disekeliling otot menahan pergerakan normal mata

Adaptasi posisi kepala


Antara lain : Head Tilting, Head Turn. Keadaan ini dapat timbul untuk
menghindari pemakaian otot yang mengalami defect atau kelumpuhan
untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya
kearah aksi otot yang lumpuh. Contoh :Paralyse Rectus Lateralis mata
kanan akan terjadi Head Turn kekanan.

29

Anda mungkin juga menyukai