PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi adalah penelaahan kehidupan manusia secara ilmah yang penelaahannya dipatkan
pada kehidupan kelompok tersebut (Horton, 2005). Sedangkan menurut Soekanto (1986) dan
Selo Soemardjan (1964) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari pola hubungan manusia dengan
kelompok atau antarkelompok manusia baik tentang proses sosial, struktur, maupun perubahan
sosial.
Sosiologi Pertanian menurut Ulrich Planck adalah sosiologi yang membahas fenomena
sosial dalam bidang ekonomi pertanian. Sosiologi memusatkan hampir semua perhatiannya pada
petani dan permasalahan hidup petani. Ruang lingkup sosiologi pertanian meliputi objek
sosiologi pedesaaan dan objek sosiologi pertanian. Objek sosiologi pedesaan adalah seluruh
penduduk di pedesaan yang terus-menerus atau sementara tinggal disana (masyarakat pedesaan
dan pertanian yang dilihat dari sudut pandang hubungan antarmanusia dan proses yang timbul
dari hubungan manusia di dalam masyarakat). Objek sosiologi pertanian meliputi keseluruhan
penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya. Tema utama sosiologi
pertanian adalah UU Pertanian, orgaisasi sosial pertanian (struktur pertanian), usaha pertanian,
bentuk organisasi pertanian, dan masalah sosial pertanian.
Sosiologi pertanian mengarah pada masyarakat desa, karena pertanian memang
merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa. Sosiologi diartikan sebagai ilmu
tentang masyarakat, dimana suatu masyarakat yang mendiami suatu wilayah selalu berubah.
Antara kelompok masyarakat yang satu dan yang lain, perubahannya berbeda-beda. Perubahan
dapat berupa pertambahan, dapat pula berupa pengurangan. Kekhususan sosiologi adalah bahwa
perilaku manusia selalu dilihat kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan
kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan ditunjang bersama. (Veeger, 1985:3)
Memahami desa-desa dan pertaniannya saat ini, tentulah berbeda dengan memahami
desa-desa di waktu lampau. Hakekatnya paling tidak harus memperhitungkan tiga era dalam
memahami desa-desa tersebut. Pertama, adalah era sebelum modernisasi melanda dunia. Kedua,
era ketika proses modernisasi telah melanda dunia. Ketiga, adalah era globalisasi. Era
modernisasi merupakan suatu era yang menampilkan dunia dalam karakter dan citra yang sama
sekali berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Era globalisasi menimbulkan perubahan yang
drastis, khususnya yang terjadi di pedesaan. Setelah era globalisasi, perbedaan antara desa dan
kota semakin kabur oleh perkembangan teknologi.
Untuk dapat mempelajari kehidupan masyarakat pedesaan maka diperlukan suatu
pengamatan langsung terhadap masyarakat tersebut. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum
lapang sosiologi pertanian sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai lulus dalam mata kuliah
tersebut untuk mengamati langsung gambaran masyarakat pertanian dan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat pertanian.
B.
kompetensi sebagai mahasiswa pertanian yang sangat berharga. Latar belakang mahasiswa yang
sebagian besar bukan berasal dari lingkungan peertanian menjadikan tugas lapang ini menjadi
pengalaman baru dan menarik untuk dikaji secara sosiologi. Kegiatan yang mendukung
praktikum lapang kali ini adalah dialog langsung dengan petani, kelompok tani maupun
masyarakat, mengungkap permasalahan kongkrit yang dihadapi para petani serta mencari solusi
terbaik. Teori yang diperoleh selama proses pembelajaran telah cukup sebagai dasar untuk
memahami dinamika masyarakat pertanian secara faktual. Kajian teoritik dan fakta dikaitkan
untuk dibandingkan dan ditarik benang merah dari keduanya.
Tugas lapang ini diharapkan mahasiswa dapat memahami gambaran masyarakat
pertanian secara baik dan benar. Laporan praktikum yang dibuat meliputi cara-cara pengamatan,
analisis peristiwa dan implikasi terhadap masalah yang ada pada masyarakat pertanian.
BAB II
KEADAAN UMUM DESA
A. Letak Desa
Desa Kebumen terletak di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa
Tengah. Batas-batas Desa Kebumen yaitu :
1. Barat : Desa Karangnangka
2. Timur : Desa Rempoah
3. Utara : Desa Karangtengah
4. Selatan : Desa Pamijen
B. Keadaan Biogeofisik
Luas Desa Kebumen adalah 229,572 ha, memiliki ketinggian 290 mdl dengan bentang
wilayah datar, berbukit, dan lereng gunung. Desa Kebumen beriklim tropis, memiliki curah
hujan 3000 Mm / tahun, dan 3 bulan hujan. Desa Kebumen mempunyai suhu udara rata- rata 2732oC. Adapun jarak dari pusat pemerintah kecamatan adalah 1,2 km. Kemudian jarak dari pusat
pemerintah kota administratif adalah 4 km. Lalu jarak dari ibukota kabupaten kotamadya Dati II
adalah 7 km. Selain itu jarak dari ibukota negara adalah 460 km. Lahan di Desa Kebumen
digunakan untuk tanaman padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sawi,
mentimun, dan buah-buahan seperti mangga, rambutan, pepaya, pisang. Sedangkan, hewan
ternak yang dibudidayakan antara lain sapi, kerbau, ayam, bebek, kambing dan budidaya ikan.
D. Penduduk
Penduduk Desa Kebumen berjumlah 3.587 orang, yang terdiri dari laki-laki berjumlah
1788 orang dan jumlah perempuan 1799 orang, dengan 1089 kepala keluarga. Masyarakatnya
mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 3587 orang. Mayoritas penduduk di Desa Kebumen
adalah suku jawa asli. Kalaupun ada warga yang berasal dari luar desa, karena menikah dengan
warga tersebut dan menetap di wilayah desa Kebumen. Kemudian penduduknya hampir semua
memiliki kekerabatan yang dekat dan memiliki ikatan tradisi yang sangat kuat. Hal ini
digambarkan dengan adanya gotong royong antar warga dalam kebersihan dan hajatan warga.
5
Selain itu sebagian besar penduduk Desa Kebumen bekerja di bidang pertanian dan karyawan
swasta.
E. Kesehatan
Desa Kebumen memiliki fasilitas kesehatan, seperti lembaga kesehatan yaitu Kinik KB
sebanyak 1 buah dan posyandu sebanyak 6 buah serta terdapat Puskesmas. Selain itu ditunjang
pula dengan tenaga medis seperti dokter praktek sebanyak 1 orang dan bidan. Bidan di desa
tersebut membuka praktek karena ada panggilan jiwa untuk menolong warga desa Kebumen
sejak Oktober 2010. Warga di desa kebumen memiliki gizi yang cukup bagus. Rata-rata pasien
yang datang sebanyak 5 orang per hari, dengan berbagai keluhan. Akan tetapi yang paling sering
di keluhkan oleh warga yaitu badan yang pegal-pegal karena lelah bekerja di sawah. Adapun
penyakit yang di rasa cukup berat yaitu darah tinggi. Praktek Bidan ini berdiri sendiri, tidak
dapat bantuan dari dinas kesehatan. Jadi menggunakan modal dari pribadi.
F. Pendidikan
Desa Kebumen memiliki fasilitas pendidikan, di mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Untuk Sekolah Dasar di Desa Kebumen, telah dilebur atau dimerger dari dua sekolah menjadi
satu sekolah yang jumlah muridnya sebanyak 163 anak. Jumlah siswa yang berminat untuk
masuk SD dan MI sama besarnya. Sedangkan untuk tingkat SMP kebanyakan siswa memilih
untuk keluar Desa. Akan tetapi menurut Kepala SD Kebumen, Bapak Drs. Taufiqurahman, tak
jarang ada siswa yang putus sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena
jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh dan kurang kesadaran akan pendidikan dari orang
tuanya. Padahal biaya untuk sekolah dasar sekarang sudah dihapuskan atau gratis. Selain itu, tak
jarang juga siswa yang tidak melanjutkan ke tingkat SMP karena faktor tersebut diatas.
Secara umum masyarakat Desa Kebumen adalah tamatan SD. Karena pada zaman dulu,
pendidikan belum dianggap penting dan mereka lebih memilih mencari pekerjaan sebagai
pembantu rumah tangga maupun buruh pabrik. Sedangkan untuk perangkat desanya sendiri
hanya 2 orang yeng telah menjadi PNS, dan yang lainnya hanyalah lulusan SMA sederajat. Hal
ini karena pemilihan perangkat desa di pilih oleh warganya sendiri bukan melalui perangkat
pemerintah kecamatan.
BPD
KADES
(Slamet S)
Sekretaris Desa
(Suwarso)
Kasi
Masyarakat
(Suryanto)
Staf
(A KHOLIK)
KADUS I
(Slamet M)
Kaur Umum
(Sri Budiati)
Kaur Keuangan
(Adi Prawoto)
KADUS II
(Suroso)
H. Struktur Ekonomi
Berdasarkan data kependudukan tahun 2014, Desa Kebumen memiliki jumlah angkatan
kerja (penduduk usia 18-56 tahun keatas) 3.254 berjumlah orang, yang masih sekolah berjumlah
532 orang, menjadi ibu rumah tangga berjumlah 794.
Untuk pekerjaan, masyarakat Kebumen terdiri dari berbagi macam mata pencaharian
dengan sebagian besar sebagai petani, dari data yang kami peroleh sebagai berikut :
Petani
: 130 orang
Buruh tani
: 181 orang
Buruh/swasta
: 312 orang
Pegawai negeri
: 33 orang
Perangkat Desa
: 3 orang
Pedagang
: 203 orang
Peternak
: 2 orang
Wiraswasta
: 145 orang
Pertukangan
: 82 orang
Supir
: 64 orang
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Kebumen mempunyai
pekerjaan yang beraneka ragam, namun begitu dari info yang kita peroleh dari hasil wawancara
warga desa Kebumen, masih banyak masyrakatnya yang mencari pekerjaan di luar desanya yaitu
dengan bermigrasi ke luar kota bahkan ke luar negeri, dengan alasan mencari kepuasaan hidup
dengan mencari uang yang lebih banyak jika mereka bermigrasi dari desa mereka.
Sumber perekonomian yang didapat oleh penduduk Desa Kebumen berasal dari : 1)
Industri makanan 2 unit; 2) Industri bahan bangunan 3 unit; 3) Industri alat pertanian 1 unit; 4)
Toko Swalayan 1 unit; 5) Warung kelontong 4 unit; 6) Usaha peternakan 10 unit; 7) Usaha
perikanan 1 unit; 8) Usaha perkebunan 3 unit.
Warga desa kebumen ada pula yang berjualan di pasar Rempoah dan Pamijen. Jenis barang yang
dijualkannya beragam seperti sayuran dan sembako. Dari hasil pertaniannya sendiri, kebanyakan
warga digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, tidak banyak yang di jual. Jadi peran dari
tengkulak itu sendiri tidak begitu berpengaruh besar. Adapun lembaga yang memberikan
peminjaman modal biasanya dari wilayah kota.
I. Struktur Sosial
Desa Kebumen memiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang diberi nama Jaya
Makmur. Gapoktan ini memiliki dua kelompok tani, yaitu :
1. Kelompok Tani Handayani
Ketua
: Slamet Supriyono
Letak
: Ali Sopiyudin
Letak
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Jaya Makmur Desa Kebumen diketuai oleh Bapak
Sutrisno. Biasanya, kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan penyuluhan tentang pertanian.
Permasalahan yang sering muncul dan sering dibicarakan yaitu mengenai pemberantasan hama
wereng yang tinggi.Selain kelompok tani, Desa Kebumen memiliki kelompok ibu-ibu PKK yang
terdiri dari tingkat RT dan Pemerintahan desa.
Desa Kebumen juga memilki seorang Pemangku adat dan tokoh agama yaitu Bapak Drs. H.
Sahrudin Abdul Ahmad B.A. Biasanya mengadakan peringatan hari-hari besar agam islam
seperti Maulid nabi dengan pengajian dan syukuran.
BAB III
I.
Sifat masyarakat adalah dinamis, selalu bergerak. Desa adalah tempat/wilayah yang
dihuni oleh orang kurang dari 2500 serta pergaulannya ditandai oleh sifat keakraban, keramahan
10
yang meluas dan merupakan pusat kegiatan pertanian dalam arti luas. Menurut Paul H. Landis,
desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a)
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b)
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam
seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sambilan.
UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Masyarakat
kota memiliki sifat:
1. Heterogen.
2. Pergaulannya bersifat cosmopolitan.
3. Pusat kegiatannya pada bidang non pertanian.
Dalam kesehariannya warga Desa Kebumen masih menjunjung tinggi nilai gotong
royong dan musyawarah. Salah satunya terlihat dari penyelesaian konflik Pilkades.
11
12
Keadaan geografis Desa Kebumen yang sangat cocok untuk kegiatan pertanian
dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi berkebun,
sawah dan hutan. Dalam arti luas meliputi peternakan dan perikanan serta
pengolahannya. Kegiatan bertani yang mejadi kegiatan turun-temurun menjadi
pendapatan utama sebagian besar masyarakatnya selain sebagai pegawai negeri. Hasil
pertaniannya pun masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dari jumlah
keseluruhan warga, lebih dari 50% nya bekerja di bidang pertanian.
4. Pembagian kerja berdasarkan usia, perbedaan gender dan kemampuan fisik.
Warga yang berusia lebih tua dinilai memiliki pengalaman lebih banyak. Selain
itu lebih mengenal adat istiadat dari desa Kebumen. Sehingga pendapat-pendapatnya
lebih dapat diterima oleh warga dibadingkan orang yang masih muda. Maka
perangkat desa dan tokoh masyarakat pun merupakan golongan orang tua.
B. Gejala yang Mempererat Hubungan Desa - Kota yang Terlihat di Desa Kebumen
Uang kini telah menjadi alat transasksi utama baik di kota maupun di desa.
Termasuk di Desa Kebumen. Aliran uang masuk ke desa salah satunya melalui bank
dan lembaga keuangan lain. Di desa Kebumen, telah terdapat beberapa cabang bank
tingkat desa. Serta kegiatanperekonomian dari kota masuk melalui industri
pembuatan barang plastik dan peternakan yang dimiliki oleh warga di luar desa
Kebumen.
2. Pemasaran hasil hasil pertanian ke kota.
Hasil pertanian terutama palawija dan sayuran dari desa Kebumen dipasarkan ke
kota Purwokerto. Diantaranya ke pasar Wage dan Moro. Baik secara langsung oleh
petani sendiri maupun melalui pedagang pengepul atau diambil oleh pembeli menuju
lokasi produksi.
3. Tertariknya tenaga kerja dari desa ke kota.
Jumlah lapangan pekerjaan di desa Kembaran tidak dapat menampung seluruh
pencari kerja. Hal ini membuat warga desa Kembaran banyak yang mencari pekerjaan
ke luar kota. Mulai dari kota Purwokerto dan berbagai kota besar di pulau Jawa dan di
luar pulau Jawa. Ada pula warga yang bekerja ke luar negeri.
Selain itu, lapangan pekerjaan yang tersedia di desa Kebumen kebanyakan adalah
bertani, berdagang dan berternak. Sementara pemuda menginginkan pekerjaan di
industri atau sebagai pekerja kantoran untuk mendapat penghasilan yang lebih besar
dan peluang untuk berkembang.
4. Menyekolahkan anak-anak ke kota.
14
komunikasi
massa
di
desa
Kebumen
berkembang
mengikuti
15
ACARA II
BENTUK-BENTUK KERJASAMA
Kerjasama antarwarga merupakan buah dari proses sosial yang membentuk interaksi sosial.
Secara garis besar terdapat dua macam kerja sama. Yaitu secara internal antarwarga di dalam
Desa Kebumen. Serta eksternal yaitu antara warga Desa Kebumen dengan pihak dari luar desa.
Bentuk kerjasama dalam masyarakat desa Kebumen diantaranya :
a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.
16
Terlihat dari kebiasaan warga untuk bergotong royong. Saat terdapat warga
memerluka bantuan, maka dengan sukarela bahkan tanpa diminta pun warga akan
membantu. Seperti jika terdapat warga yang emerlukan bantuan mendirikan rumah,
tertimpa
musibah
atau
meninggal
dunia.
Juga
saat
terdapat
warga
yang
menyelenggarakan acara pernikahan, khitanan, dan pengajian warga akan hadir walau
tanpa undangan Selain itu, masih rutin dilaksanakan kerja bakti di beberapa RW.
b. Bargaining
Tukar menukar barang atau jasa. Hal ini tidak secara eksplisit terlihat dari keseharian
masyarakat desa Kebumen.
c. Ko-optasi
Menerima unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam
suatu organisasi. Melihat latar belakang masyarakat yang religious dari adanya pondok
pesantren, MI serta makam pendiri pondok Al-Masruriyah. Dahulu juga masih terdapat
penggolongan masyarakat berdasarkan Bani atau keturunan dalam agama Islam. Karena
saat ini 100% dari warga Kebumen beragama Islam.
Hingga yang menjadi tokoh masyarakat adalah juga tokoh agama. Serta yang dahulu
menjadi pemimpin seperti lurah, kadus, ketua RW dan ketua RT adalah yang menjadi
tokoh masyarakat. Namun sekarang masyarakat telah menerima unsur demokrasi dengan
sistem pemilihan langsung. Pemimpin warga tak terbatas dari golongan dan latar
belakang.
d. Joint-ventrue
e. Kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
17
Walaupun beberapa proyek seperti pengadaan fasilitas umum masih swadaya dari
masyarakat, namun warga mulai melihat peluang di bidang pariwisata. Seperti pendirian
villa.
Kerjasama antara warga desa Kebumen dengan pihak luar yang terbaru adalah pembuatan
bulu mata dan rambut dari perusahaan Korea yang mendirikan pabrik di Purbalingga. Warga desa
Kebumen banyak yang menjadi perajin bulu mata untuk memenuhi pesanan produksi yang
dikumpulkan ke Purbalingga.
Terdapat pula pengaruh dari adanya usaha kerajinan bulu mata ini. Masyarakat yang mulanya
bekerja sebagai peta kini ada yang beralih profesi menjadi perjain bulu mata. Namun ada pula
yang menjalani kedua profesi tersebut. Secara langsung tidak berpengaruh terhadap bidang
pertanian.
Kerjasama yang awalnya muncul dari hubungan kekerabatan antar warga bukan lagi tradisi.
Kini berkembang seiring masuknya teknologi dari luar. Terutama pada kerjasama bisnis.
Utamanya karena pengaruh teknologi dan informasi.
Kerjasama di bidang pertanian yaitu dengan adanya pihak luar yang memiliki peternakan
ayam di desa Kembaran. Dengan berbagai kerjasama ini, tentu dapat berpengaruh positif
terutama menyerap tenaga kerja. Selain itu, masyarakat menjadi berkembang.
Bentuk kerjasama di bidang politik juga mulai terlihat dari Pilkades desa Kebumen. Jabatan
pemerintahan desa yang dulunya masih berdasar keturunan kini mulai luntur. Pada pilkades
terbentuk kelompok masa yang mendukung masing-masing calon. Latar belakang masyarakat
yang santun dan masih memiliki hubungan kekerabatan membuat konflik akibat pilkades dapat
diatasi secara kekeluargaan. Tidak sampai menimbulkan silang fisik antarwarga.
18
ACARA III
MOBILITAS SOSIAL
Menurut Soekanto (2004) Mobilitas sosial atau gerak sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Mobilitas sosial
dapat terjadi secara individual maupun kelompok. Pada hakekatnya manusia senantiasa berada
pada suatu proses gerak sosial. Dengan gerak sosial, manusia dapat menempatkan diri dari status
satu ke status sosial lain.
Terdapat dua macam tipe gerak sosial, yaitu:
1. Gerak sosial horizontal
Merupakan peralihan idividu atau objek sosial lainnya dari satu kelompok sosial ke
kelompok sosial lainnya yang sederajat. Gerak sosial horizontal yang terlihat dari
masyarakat desa Kebumen umumnya adalah karena pengearuh teknologi. Warga
mengikuti perkembangan teknologi. Khususnya teknologi informasi dan pertanian.
Seperti mode pakaian dan penggunaan teknologi pertanian.
2. Gerak sosial vertical
Perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
lainnya yang tak sederajat. Gerak sosial vertical terdiri atas gerak menurun dan naik.
a. Gerak sosial vertical yang naik memiliki dua bentuk utama, yaitu: Masuknya
individu yang memiliki kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
19
b. Pembentukan suatu kelompok baru , yang kemudian ditempatka pada derajat yang
lebih tinggi dari kedudukan individu individu pembetuk kelompok tersebut.
Gerak sosial vertical menurun mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya,
b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok
sebagai suatu kesatuan.
Kedua gerak ini teerjadi pada tatanan sosial masyarakat Desa Kebumen. Sistem sosial
masyarakat desa Kebumen tergolong terbuka karena dapat menerima unsure dari luar. Sehingga
gerak sosial yang terbentuk menjadi cepat dan dinamis.
Golongan dalam masyarakat sempat terbentuk di desa Kebumen. Masyarakat desa yang
seluruhya menganut agama Islam dan dalam organisasi Nahdatul Ulama terdiri dari dua
golongan bani yang memisahkan masyarakat secara kasat mata. Namun ini hal itu sudah luntur
dari masyarakat desa Kebumen.
Faktor yang memengaruhi terjadinya mobilitas sosial di Desa Kebumen seperti :
1. Pendidikan
Masyarakat Desa Kebumen memiliki latar belakang pendidikan yang sangat beragam.
Mulai dari tingkatnya hingga jenisnya. Bahkan masih terdapat warga yang putus sekolah
atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan. Akibat terbatasnya jumlah sarana
pendidikan yang terdapat di Desa Kebumen. Maka warga banyak yang mencari
pendidikan ke luar desa bahkan ke luar kota. Hal ini membuat gejala mobilitas horizontal
masyarakatnya.
Warga yang memiliki pendidikan setingkat SMA atau bahkan perguruan tinggi akan
memiliki wawasan dan pergaulan lebih luas dari warga lainnya. Maka pendapatnya akan
banyak digunakan dan dipercaya. Dengan ini, secara otomatis akan menaikkan
20
21
ACARA IV
23
c. Pertanian
Awalnya, penerimaan unsur teknologi oleh masyarakat Desa Kebumen
khususnya di bidang pertanian tidak serta merta diterima. Terdapat proses adaptasi.
Terutama dari cara bercocok tanam. Kemampuan yang dimiliki untuk bercocok
24
tanam adalah turun temurun dari orang tua. Sehingga untuk memasukan teknologi
baru perlu waktu dan pengertian dari pemberi teknologi tersebut.
Teknologi pertanian harus diselaraskan dengan kultur masyarakat, hal ini
diupayakan agar tidak menimbulkan dampak negatif. Hambatannya adalah masih
rendahnya pengetahuan para petani dan masih terdapat kepercayaan terhadap mitos.
Teknologi pertanian masuk sebagian besar dari Petugas Penyuluh Lapang.
Selain itu, masuk dari orang kota yang memiliki lahan dan menerapkan atau
memperkenalkan suatu teknologi baru. Sedikit yang memperoleh teknologi dari
media, baik cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi pertanian
berlangsung dari pembagian pengalaman dari antarpetani. Petani belum dapat
percaya terhadap teknologi sebelum melihat hasilnya atau karena ditetapkan oleh
pemerintah.
Teknologi pertanian yang diterapkan di Desa Kebumen meliputi:
a. Bibit, seperti IR 64, Cimalaya dan Cisadane.
b. Pupuk, Seperti Urea dan ZA.
c. Insektisida/pestisida, seperti Fastak dan CS.
d. Cara bercocok tanam, Selain bercocok tanam secara umum, sudah
diterapkan di beberapa lahan dengan sistem jajar legowo.
e. Mekanisasi pertanian, Walaupun lokasi persawahan banyak yang sulit
dijangkau, namun penggunaan traktor sudah umum di lahan sawah Desa
Kebumen. Serta telah umum digunakan alat penyeprot insektisida.
Kecepatan menyerap teknologi pertanian berbeda antar petani. Terdapat petani
yang relative cepat menerima teknologi baru pertanian. Diantaranya petani yang
25
berpendidikan atau memiliki pengetahuan lebih di bidang pertanian. Selain itu, petani
yang aktf di kegiatan perkumpulan tani. Sebab merekalah yang lebih dulu menerima
informasi dan lebih terbuka terhadap teknologi. Serta partani yang usianya tergolong
muda (empat puluh tahun ke bawah).
Petani yang tergolong lambat menerima teknologi yaitu petani yang kurang aktif
di perkumpulan atau petani pasif. Petani yang berusia lebih tua juga lebih lambat
menerima teknologi. Sebab merasa sudah terbiasa dengan sistem yang sudah
dikerjakannya selama ini.
Secara keseluruhan petani bersikap terbuka menerima masuknya teknologi dalam
bidang pertanian. Beberapa petani bersikap acuh atau belum mau menerapkan.
Namun tidak terdapat petani yang menentang masuknya teknologi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil observasi di Desa Kebumen dapat disimpulkan bahwa keadaan umum Desa Kebumen
sangat strategis untuk kegiatan pertanian.
26
2. Adanya hubungan desa kota menyebabkan masuknya teknologi baik teknologi pertanian,
komunikasi, dan informasi di Desa Kebumen.
3. Kerjasama antar masyarakat Desa Kebumen merupakan suatu kebiasaan yang terjadi secara
turun-temurun, selain itu kerjasama dilakukan secara sukarela, dengan kesadaran masingmasing individu (tanpa pamrih).
4. Mobilitas sosial dalam masyarakat disebabkan karena adanya keinginan untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik lagi.
5. Masuknya teknologi baru ke desa khususnya untuk masyarakat pertanian dapat membantu
proses pertanian lebih efisien dan maju. Masyarakat Desa Kebumen bersifat terbuka terhadap
masuknya teknologi demi kemajuan desa yang lebih baik.
B. Saran
1. Sosiologi pertanian merupakan suatu ilmu yang digunakan dalam mempelajari masyarakat,
sehingga diperlukan adanya sikap kritis bagi mahasiswa agar dapat memahami kejadiaan
ataupun perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat.
2. Perlunya kebijakan pemerintah dan fokus pada bidang pertanian, karena semakin banyak
masyarakat yang beralih dari petani ke pekerjaan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
27