Anda di halaman 1dari 41

PNEUMONIA

Oleh :
Rikha Vebrianti
Pembimbing:
dr. Cece Alfalah, Sp. A, M.Biomed
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang


meliputi alveolus dan jaringan interstitial
World Health Organization (WHO) memperkirakan di
negara berkembang kejadian pneumonia anak-balita
sebesar 151,8 juta kasus pneumonia per tahun, sekitar
8,7% (13,1 juta) diantaranya pneumonia berat
S.pneumonia merupakan penyebab tersering pnemonia
bakterial pada semua kelompok umur

ETIOLOGI
Usia

Organisme penyebab tersering

0-1 bulan

Streptococcus grup B, bakteri gram negative, chlamidia trachomatis, listeria


monocytogen

1-24 bulan

RSV, streptococcus pneumonia, hemofilus influenza, bordetela pertussis

2-5 tahun

RSV, streptococcus pneumonia, hemofilus influenza

6-18 tahun

Mycoplasma pneumonia, chlamidia pneumonia, streptococcus pneumonia,


respiratory virus

KLASIFIKASI
Kelompok Umur

Kriteria Pneumonia

2 bulan- < 5 tahun Batuk bukan pneumonia

Gejala Klinis
Tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan
dinding dada bagian bawah

Pneumonia

Adanya napas cepat dan tidak tarikan dinding


dada bagian bawah kedalam

Pneumonia berat

Adanya tarikan dinding dada bagian bawah


kedalam

< 2 bulan

Bukan pneumonia

Tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan


dinding dada bagian bawah kedalam yang kuat

Pneumonia berat

Adanya napas cepat dan tarikan dinding dada


bagian bawah

Sumber : Ditjen P2PL, Depkes RI. 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita

Faktor resiko

gangguan nutrisi (malnutrisi)


BBLR ( 2500)
tidak mendapat ASI yang adekuat
tidak mendapat imunisasi
tingginya pajanan terhadap polusi udara
kepadatan hunian
paparan asap rokok secara pasif
defisiensi zink, bersamaan dengan penyakit lain (diare, penyakit jantung, asma)
polusi udara

PATOGENESIS

Virus masuk dan menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli (umumnya
mengenai banyak lobus) Pada infeksi virus ditandai lesi awal berupa
kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris kedalam lumen.

Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel sel mononuklear ke dalam


submukosa dan perivaskular. Sejumlah kecil sel sel PMN akan didapatkan di
dalam saluran nafas kecil, bila proses ini meluas dengan adanya sejumlah
debris dan mukus serta sel sel inflamasi yang meningkat dalam saluran
nafas obstruksi baik parsial maupun total

Respon inflamasi ini dapat mengakibatkan terjadinya denudasi


(pengelupasan) epitel, maka dari itu pneumonia pada anak merupakan
predisposisi terjadinya pneumonia bakterial

DIAGNOSIS

anamnesis

Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
penunjang

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Gambaran infeksi umum


Gambaran gangguan
respiratorius

Penilaian keadaan umum,


kesadaran, frekuensi
nafas, dan nadi
Demam dan sianosis
Gejala distress
pernafasan: takipnea,
retraksi subkostal, batuk,
krepitasi, penurunan
suara paru
Crackles
Ronki basah halus dan
suara nafas bronkial
Adanya wheezing,
terutama jika tidak ada
demam menyingkirkan
diagnosis pneumonia
bakteri tipikal

WBC 15.000 - 40.000/mm3


laju endap darah (LED)
biasanya meningkat hingga
100/mm3
Gambaran radiologis :
virus gambaran infiltrat
intertisial dan hiperinflasi
Bakteri infiltrat
bilateral atau
bronkopneumonia.

TATALAKSANA
Bayi

Anak

Saturasi oksigen 92%,


Sianosis
Frekuensi nafas > 60 x/ menit
Distress pernafasan, apnea
intermiten atau grunting
Tidak mau minum/ menetek
Keluarga tidak bisa merawat
dirumah

Saturasi oksigen 92%,


Sianosis
Frekuensi nafas > 50 x/ menit
Distress pernafasan, apnea
intermiten atau grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat
dirumah

TERAPI ANTIBIOTIK
Terapi antibiotika awal: berdasarkan pada klasifikasi pneumonia
dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis tidak
tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan
sensitivitas antibiotika.
Tindakan suportif: meliputi oksigen untuk mempertahankan
PaO2 > 8 kPa (SaO2 < 90%) dan resusitasi cairan intravena
untuk memastikan stabilitas hemodinamik.

Antibiotik

Dosis

Frekuensi

Penisilin G

50.000

unit/kgBB/kali Tiap 4 jam

Relative cost

Keterangan

Rendah

S. pneumonia

dosis tunggal maks.


4.000.000 unit
Ampisilin

100 mg/kgBB/hari

Tiap 6 jam

Rendah

Kloramfenikol

100 mg/kgBB/hari

Tiap 6 jam

Rendah

Ceftriaxone

50 mg/kgBB/kali dosis 1x/hari

Tinggi

S. Pneumonia + H. influenza

Tinggi

S. pneumonia + H. influenza

Rendah

Grup A streptococcus, S. aureus, S. pneumonia

Rendah

S.

tunggal maks 2 gram


Cefuroxime

50 mg/kgBB/kali dosis Tiap 8 jam


tunggal maks 2 gram

Clindamycin

10 mg/kgBB/kali dosis Tiap 6 jam


tunggal maks. 1,2 gr

Eritromisin

10

mg/kg/kali

dosis Tiap 6 jam

tunggal maks 1 gram

pneumonia,

chlamidia

mycoplasma pneumonia

pneumonia,

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama/No.MR : An KNH/882165
Umur
: 2 bulan
Ayah/Ibu
: Indil/Isum
Suku
: Minang
Alamat
: Teluk paman kampar kiri
Tgl Masuk
: 02/03/2015

Keluhan Utama
: Sesak napas yang semakin memberat
sejak 1 minggu SMRS

1 minggu SMRS ibu pasien mengeluhkan pasien tampak sesak


napas. Sesak napas hilang timbul dan berulang. Sesak napas lebih
berat pada pagi hari, saat pasien tidur terlentang dan merasa lebih
nyaman jika pasien digendong, karena sesak pasien juga tampak
lebih cepat lelah saat menyusui. Lama pasien menyusui 3 menit,
kemudian berhenti dan baru menyusui lagi. Keluhan sesak napas
ini disertai batuk tidak berdahak, muntah tidak ada, pilek tidak ada,
napas terdengar berbunyi saat sesak. Jika sesak sangat hebat bibir
tangan dan kaki pasien tampak membiru, demam tidak ada.

2 minggu SMRS pasien juga pernah dirawat di RSUD


AA dengan keluhan sesak napas, pasien dirawat 1 hari.
Karena keterbatasan biaya pasien Pulang Atas
Permintaan Sendiri

Riwayat penyakit dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan sesak napas pada keluarga
Riwayat asma (+) kakek pasien
Riwayat alergi lainnya (-)
Riwayat Orang Tua
Ayah : Wiraswasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga

Riwayat Kehamilan

Kehamilan cukup bulan


Lahir spontan dibantu bidan
Berat Badan Lahir 2700 g
Saat lahir pasien langsung menangis, tidak ada sesak napas, biru, kuning saat awal
kelahiran

Riwayat Makan dan Minum


ASI : 0 sekarang

Riwayat Imunisasi
Belum ada

Riwayat pertumbuhan

Berat Badan Lahir : 2700


Berat Badan Sekarang : 3800

Panjang Badan Lahir : lupa


Panjang Badan Sekarang : 51 cm

Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal

Rumah : permanen
Sumber Air Minum : air galon
Sumber Air Bersih : Sumur

Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat


Kesadaran : Alert
Tanda-tanda Vital
Suhu
: 36,7 C
Nadi
: 130 x/i
Nafas
: 48 x/I dengan O2 nasal 2L/menit
Gizi
TB

: 51 cm
BB
: 3,8
Lila
: 11 cm
Lingkar Kepala
: 35 cm

Kepala : Normocephali, Ubun-ubun datar


Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata :
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pupil
: isokor, bulat, 2mm/2mm
Refleks cahaya : Langsung dan tidak langsung (+/+)

Telinga : Dalam Batas Normal


Hidung : Dalam Batas Normal
Mulut :
Bibir
: basah
Selaput Lendir
: basah
Palatum
: utuh
Lidah
: tidak kotor
Gigi
: karies (-)
KGB
Kaku kuduk

: Pembesaran KGB (-)


: tidak ditemukan

Thoraks
Inspeksi : gerakan dada kanan
tertinggal
Palpasi : vokal fremitus tidak dapat
dinilai
Perkusi : redup diparu kanan
Auksultasi:vesikuler melemah diparu
kanan, ronkhi basah kasar
(+/+)

Abdomen
Inspeksi : tampak cembung, distensi
(-)
Palpasi : supel, organomegali (-)
nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auksultasi: Bising Usus (+) normal

Alat Kelamin : Dalam Batas Normal


Ekstremitas

: Akral hangat, CRT < 2 , edema (-)

Status Neurologis : Defisit neurologis (-)


Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin (02 februari 2015)
Hb : 10,2 gr/dl

Ht

Leu : 11.600 /mm

Trom: 475.000/mm

MCV

MCH: 31,6 pg

MCHC: 32,6 g/dL

: 31,1 %

: 96,8 fL

Kesan : Anemia normositik normokrom e.c penyakit infeksi akut

Urin
: tidak dilakukan pemeriksaan
Feses : tidak dilakukan pemeriksaan
Radiologi :

Tanggal 02-03-015

Tanggal 19-02-2015

Cor : Bentuk dan besar normal


Paru : Corakan bronkovaskular normal, infiltrat (-)
Diafragma dan sinus kostofrenukis normal
Kesan : Cor : Dalam batas normal
Pulmo: tidak tampak kelainan
Dibanding foto thorax tanggal 19 februari 2015 :
Cor dan Pulmo relative sama (stqa)

Diagnosis Kerja : pneumonia dengan atelektasis paru dextra + anemia normositik


normokrom e.c penyakit infeksi akut
Tatalaksana :
Oksigen 2L

IVFD KAEN IB + KCL 10 meq 8ml/jam

Ranitidin 2x4 mg IV

Ceftriaxone IV 1x350 mg

Ampisilin 4x100 mg

Dexamethasone 3x1,5 mg IV

Gizi :
ASI 25 ml/2jam

FOLLOW UP
Tanggal

03/03/15

Sesak napas (+), batuk

KU : tampak sakit berat

IVFD KaEn 1B + KCL

tidak

(+),

Kesadaran: Alert

muntah (-) BAK tidak

HR : 128 x/menit

ada keluhan

RR : 48 x/menit

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

berdahak

10 meq 12 tpm
Ceftriaxon IV 1x350
mg

T : 36 C

Ampicilin 4x100mg IV

Mata: konjungtiva anemis (-/-),

PCT 4x0,35 cc

Sklera ikterik (-/-)

Dexametason

Thorax :

3x1,5mg IV

I= gerakan dada kanan tertinggal,

Rencana dekompresi

P=Vokal fremitus sulit dinilai

+ puasa 6 jam

P=redup pada paru kanan


A=vesikuler melemah pada paru
kanan, ronkhi basah kasar (+)
Abdomen : tampak cembung,nyeri
tekan (-) bising usus (+/+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT <
2 detik, edema (-)

Tanggal

04/03/15

Sesak napas (+), batuk

KU : tampak sakit berat

IVFD KaEn 1B + KCL

tidak

Kesadaran: alert

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

berdahak

muntah (-)

(+),

HR : 130 x/menit
RR : 48 x/menit

10 meq 12 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV

T : 36,7C

Gentamisin 2 x10 mg

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

IV

sklera ikterik (-/-)

Ranitidin 2x 4 mg IV

Thorax :

PCT 4x0,35 cc

I= gerakan dada kanan tertinggal,

Dexametason 3x1,5mg

P=Vokal fremitus sulit dinilai

IV

P=redup pada paru kanan

Kultur

A=vesikuler melemah pada paru

sensitif test

kanan, ronkhi basah kasar (+)

Pindah HCU

Abdomen : tampak cembung,nyeri


tekan (-) bising usus (+), timpani\
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)

darah

dan

Tanggal

05/03/15

Sesaknapas berkurang,

KU : tampak sakit berat

IVFD KaEn 1B + KCL

batuk tidak berdahak

Kesadaran: alert

(+), muntah (-)

HR : 120 x/menit

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

RR : 36 x/menit
T : 36,1C

10 meq 12 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

Ranitidin 2x 4 mg IV

sklera ikterik (-/-)

PCT 4x0,35 cc

Thorax :

Dexametason 3x1,5mg

I= gerakan dada kanan tertinggal,

IV

P=Vokal fremitus sulit dinilai


P=redup pada paru kanan
A=vesikuler melemah pada paru
kanan, ronkhi basah kasar (+)
Abdomen : tampak cembung,nyeri
tekan (-) bising usus (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)

Tanggal

06/03/15

Sesak berkurang, batuk

KU : tampak sakit sedang

IVFD KaEn 1B + KCL

berkurang

Kesadaran: alert

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

HR : 100 x/menit
RR : 29 x/menit
T : 36,5C

4 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV

Mata : konjungtiva anemis (-/-),

Ranitidin 2x 4 mg IV

sklera ikterik (-/-)

PCT 4x0,35 cc

Thorax :

Dexametason 3x1,5mg

I= gerakan dada kanan tertinggal

IV

P=Vokal fremitus sulit dinilai

ASI/SF 25 ml/2 jam

P=redup pada paru kanan


A=vesikuler melemah pada paru
kanan, ronkhi basah kasar (+)
Abdomen : tampak cembung,nyeri
tekan (-) bising usus (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)

Tanggal

07/03/15

Sesak berkurang, batuk

KU : tampak sakit sedang

IVFD KaEn 1B + KCL

berkurang

Kesadaran: alert

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

HR : 119 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5C

4 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera

Ranitidin 2x 4 mg IV

ikterik (-/-)

PCT 4x0,35 cc

Thorax :

Dexametason 3x1,5mg

I= gerakan dada kanan tertinggal

IV

P=Vokal fremitus sulit dinilai

ASI/SF 25 ml/2 jam

P=redup pada paru kanan


A=vesikuler

melemah

pada

paru

kanan, ronkhi basah kasar (+)


Abdomen : tampak datar, nyeri tekan
(-) bising usus (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)

Tanggal

08/03/15

Sesak

dan

berkurang

batuk

KU : tampak sakit sedang

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

IVFD KaEn 1B + KCL

Kesadaran: alert
HR : 110 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5C
Mata

4 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg

konjungtiva

anemis(-/-),

IV

sklera ikterik (-/-)

Ranitidin 2x 4 mg IV

Thorax :

PCT 4x0,35 cc

I= gerakan dinding dada simetris kiri

Dexametason 3x1,5mg

dan kanan

IV

P=Vokal fremitus sulit dinilai

ASI/SF 25 ml/2 jam

P= sonor diseluruh lapang paru


A=vesikuler

(+/+)

Abdomen

tampak datar, nyeri tekan (-) bising


usus (+), timpani
Abdomen : tampak datar, nyeri tekan (-)
bising usus (+), timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)

Tanggal

09/03/15

Sesak dan batuk (-)

KU : tampak sakit sedang


Kesadaran: alert
HR : 110 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,5C

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

IVFD KaEn 1B + KCL

Mata : konjungtiva anemis


(-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax :
I= gerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan
P=Vokal fremitus sulit dinilai
P= sonor diseluruh lapang paru
A=vesikuler (+/+)
Abdomen : tampak datar, nyeri
tekan (-) bising usus (+),
timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT
< 2 detik, edema (-)

4 tpm
Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV
Ranitidin 2x 4 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason 3x1,5mg
IV
ASI/SF 25 ml/2 jam

Tanggal

10/03/15

Sesak dan batuk (-)

KU : tampak sakit sedang


Kesadaran: alert
HR:104 x/menit
RR : 27 x/menit
T : 36,6C

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

IVFD plug
Meropenem 3x 150
mg IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV
Ranitidin 2x 4 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 jam
Menunggu hasil
kultur

Mata: konjungtiva anemis (-/-),


sklera ikterik (-/-)
Thorax :
I= gerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan
P=Vokal fremitus sulit dinilai
P= sonor diseluruh lapang paru
A=vesikuler (+/+)
Abdomen : tampak datar, nyeri
tekan (-) bising usus (+),
timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT
< 2 detik, edema (-)

Tanggal

11/03/15

Tidak ada keluhan

KU : tampak sakit sedang

pneumonia dengan
atelektasis paru dextra,
anemia normositik
normokrom ec penyakit
infeksi akut

Meropenem 3x 150 mg
IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV
Ranitidin 2x 4 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason 3x1,5mg
IV
ASI/SF 25 ml/2 jam
hasil kultur :
selected organism
staphylococcus
hominis sp

Kesadaran: alert
HR : 128 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Thorax :
I= gerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan
P=Vokal fremitus sulit dinilai
P= sonor diseluruh lapang paru
A=vesikuler (+/+) Abdomen : tampak
datar, nyeri tekan (-) bising usus (+),
timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-)

pasien diperbolehkan
pulang

PEMBAHASAN

Anak perempuan usia 2 bulan masuk RSUD AA dengan keluhan utama sesak napas yang
semakin memberat sejak 1 minggu SMRS, sesak napas hilang timbul dan berulang. Sesak
napas lebih berat pada pagi hari, saat pasien tidur terlentang dan merasa lebih nyaman jika
pasien digendong, karena sesak pasien juga tampak lebih cepat lelah saat menyusui. Keluhan
sesak napas ini disertai batuk tidak berdahak, napas terdengar berbunyi saat sesak. Jika
sesak sangat hebat bibir tangan dan kaki pasien tampak membiru.

Berdasarkan anamnesis pasien didiagnosis kerja pneumonia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

a.

Sesak napas

b.

Keluhan sesak napas ini disertai batuk

c.

Jika sesak sangat hebat bibir tangan dan kaki pasien tampak membiru.

d.

Hal ini diperkuat dari usia pasien < 5 tahun yang merupakan usia dengan insidensi terbanyak
terjadinya pneumonia pada anak.

Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran alert.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang disertai
takipneu, tanda vital: suhu 36,6 C, nadi 142x/menit, RR 58x/menit. Pada
pemeriksaan fisik toraks didapatkan gerakan dada kanan tertinggal, redup pada paru
kanan. Auskultasi pulmonal didapatkan ronki basah kasar pada lapangan paru kanan
dan penurunan suara paru

Dari hasil pemeriksaan fisik ini memperkuat diagnosis pasien yaitu pneumonia.

Kriteria WHO yang digunakan di Negara berkembang yaitu

a. nafas cepat lebih dari 50 kali permenit untuk anak usia 2 sampai dengan 12 bulan
b. sesak nafas
c. adanya gerakan dinding dada kanan tertinggal dan pasien masih mau minum ASI
d.

tidak ada kejang atau pun letargis serta tidak malnutrisi.

Pemeriksaan penunjang radiologi teratelektasis diparu dextra


atelektasis paru merupakan salah satu komplikasi pneumonia yang terjadi akibat
infeksi masuknya bakteri patogen kedalam saluran nafas bagian bawah.
Diagnosis anemia normositik normokrom ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium
darah rutin Hb ; 10,2, MCV ; 96,8 fL MCH ; 31,6 fL, MCHC ; 32,6 fL
Pada pasien ini diberikan antibiotik ampisilin 4x100mg IV yang merupakan lini pertama
pengobatan pada pasien dengan pneumonia dan ceftriaxon 1x350 mg IV.
Antibiotik yang diberikan pada pasien ini sudah sesuai anjuran pemberian antibiotik
pada pneumonia berat yaitu dimana neonatus yang lebih dari 2 bulan diberikan
Ampisilin.

Antibiotik intravena berupa ceftriaxon 2 x 350 mg diberikan pada pasien ini


karena pasien dicurigai adanya infeksi bakteri dan diberikan secara intravena
karena pasien tidak dapat menerima obat per oral atau termasuk dalam derajat
pneumonia yang berat
Pemilihan antibiotik pada pasien ini sudah tepat berdasarkan tatalaksana
pneumonia pada anak dari Infectious Diseases Society of America (IDSA)
and the Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS) tahun 2013\
Antibiotik gentamisin 2x10 mg IV diberikan karena keluhan batuk pada pasien
tidak berkurang dan sesuai hasil kultur dimana didapatkan hasilnya sensitive
terhadap
Gentamisin yang juga merupakan lini pertama pada pengobatan pasien
dengan pneumonia dan meropenem Meropenem 3x 150 mg IV

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai