Disusun oleh :
Yuliana Sandra Prastiwi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
RESUME...................................................................................................................................1
1.
Lingkup Imunologi........................................................................................................1
2.
2.2
3.
4.
4.2
5.
6.
7.
Antibodi..........................................................................................................................7
8.
Antigen...........................................................................................................................8
9.
10.
11.
Komplemen..............................................................................................................12
12.
Sitokin.......................................................................................................................16
13.
14.
15.
16.
RESUME
1. Lingkup Imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546,
Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada
penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari
satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi.
Sejarah Perkembangan Imunologi Sejarah perkembangan imunologi
1. Tahap empirik
Mithridates eupatoris VI (132-63 SM)
Abad 12 bgs Cina & Tim Teng
Variolasi
Dr.Edward Jenner (1749-1823)
Vaksinasi (vacca = sapi )
2. Tahap ilmiah
Louis Pasteur (1822-1895) : vaksinasi kolera
Pfeifer (1889) : vibrio cholera pd manusia
Elie Metchnikoff (1845-1916) : teori peran fagosit dlmproses kekebalan
Robert Koch (1843-1910) : menemukan basil tuberculosis
Wright & Douglas (1903) : teori aktivitas opsonin terhadapfagositosis
Pirquet (1906) : penyimpangan imunitas
3. Tahap Modern
JFAP Miller (PD II) : peran sentral kelenjar thymusdlm imunologi
Dausset & Snell : pencangkokan organ & reaksipenolakan
Milstein & Kohler (1984) : pembuatan antibodimonoklonal
S. Tonegawa (1987) : mekanisme diverssitasantibodi
2. Kedudukan dan Peran Imunologi
2.1 Kedudukan Imunologi dalam Kehidupan
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari mekanisme yang melindungi hospes
dari kesakitan. Kesakitan tersebut dapat berasal dari mikroorganisme dari luar
tubuh (misal bakteri, virus atau fungi), kimiawi eksogenus (misal polen, dander,
atau racun ivy), atau sel-sel endogenus (misal sel malignan atau sel senescent).
Secara kolektif mekanisme ini disebut respon imun dan merupakan mekanisme
pertahanan yang luas, termasuk inflamasi, fagositosis, sintesis antibodi, dan
efektor sel T. Disamping pertahanan, sistem imun mendeteksi dan mengeliminasi
sel-sel neoplastik dan menjaga homeostasis dengan mengeluarkan sel-sel normal
yang mati. Sistem imun adalah kompleks, suatu rangkaian proses, diatur dengan
ketat, yang memerlukan hospes untuk mendeteksi perubahan sel-sel dalam hospes
atau sel-sel eksogenus yang tidak diinginkan. Tujuan utama respon imun, adalah
1
Dari uraian diatas, diperoleh pengertian bahwa tujuan utama respon imun, adalah
untuk melindungi individu dari tantangan dan untuk memperbaiki homeostasis.
Tetapi dalam keadaan tertentu tujuan utama respon imun yang menguntungkan,
akan berubah menjadi merugikan.
Pertahanan Humoral
a. Imunoglobulin M :
- Berperan pada reaksi kekebalan awal mis. Infeksi tahap awal.
- Tidak dapat melalui plasenta
b. Imunoglobulin G:
- Berperan pada reaksi kekebalan sekunder (lanjutan)
c. Imunoglobulin A :
- Pada perm. sel. lendir mis.sal. cerna (IgA sekretorik) atau sal. napas
d. Imunoglobulin E:
- Menempel pada sel mast (berperan pada reaksi peradangan/ alergi ), bekerja
sama dengan sel eosinofil menghancurkan parasit
e. Imunoglobulin D:
- Kadarnya sangat kecil, fungsi belum jelas
Pertahanan Seluler
a. Diperankan oleh sel T dan monosit/makrofag
b. Kontak antar sel melalui sitokin
c. Berperan pada infeksi kronik terutama infeksi kuman dalam sel mis. Tbc, virus
serta jamur
4. Konsep Dasar Pertahanan Tubuh
4.1 Sistem Imunitas Tubuh
Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Berbagai bahan
organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati asal hewan,
tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap
dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup sehingga setiap saat
bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan
sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu
disingkirkan.
Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat
dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misalnya
di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas,
saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini
berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, sistem limfatik,
serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang (organ limfoid
primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan
dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan
fungsi masing-masing.
4.2 Pembagian Sistem Imun
Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang
mempunyai kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang
lain, sistem imun ini semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel
darah putih ).
a. Sistem imun nonspesifik Kekebalan dasar yang diturunkan secara genetik
dari satu generasi ke generasi berikutnya dan merupakan pertahanan tubuh
terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat
memberikan respon langsung terhadap antigen.. Sel-selnya terdiri dari sel
makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator.
b. Sistem imun spesifik Imunitas yang didpt sepanjang hidup suatu individu,
tidak merupakan bagian dari struktur tubuh & bersifat khas terhadap 1 jenis
mikroba. Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B.
Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol
sistem imun. Terdapat 2 macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ),
menghasilkan antibodi yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraseluler virus dan bakteri, sedangkan sistem imun spesifik seluler ( sel T )
untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit
dan keganasan.
5. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.Benda
asing yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi
sensitiasi sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan
benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat,
kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya
mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu
disebut spesifik.
Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen,
fagosit dan antara sel T makrofag. System imun Spesifik diperlukan untuk melawan
antigen dari imunitas nonspesifik. Antigen merupakan substansi berupa protein dan
polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi).
Mikrobia yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen
ini juga dapat berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat
membentuk sistem imun (kekebalan) dengan sendirinya. Setelah mempunyai
kekebalan, tubuh akan kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah
terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya
hanya menjangkiti manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah
membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T
limfosit.
6. Sistem Imun Non Spesifik
6
8. Antigen
Antigen adalah suatu bahan / molekul yang dapat menimbulkan respon imun baik
humoral maupun selular. Protein makromolekular pada umumnya adalah antigen.
Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat menginduksi
pembentukan antibodi dan diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau
reseptor limfosit. Hapten adalah epitop yang memiliki BM rendah dan baru menjadi
7
antigen apabila diikat oleh molekul besar (carrier), dan dapat mengikat antibodi.
Hapten biasa dikenal oleh sel B sedangkan carrier dikenal oleh sel T.
a. Klasifikasi Antigen
AntigenPembagian antigen menurut epitop :
1. Unideterminan, univalen
hanya satu jenis determinan/epitop pada
satu molekul
2. Unideterminan, multivalen
hanya satu jenis determinan tetapi dua
atau lebih determinan tersebut pada satu molekul.
3. Multideterminan, univalen
banyak epitop yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)
4. Multideterminan, multivalen
banyak macam determinan dan banyak
dari setiap macam pada satu molekul.
Pembagian antigen menurut spesitisitas :
1. Heteroantinogen
dimiliki oleh banyak spesies
2. Xenoantinogen
dimiliki oleh banyak spesies tertentu.
3. Aloantinogen
spesifik untuk individu dalam satu spesies
4. Antigen organ spesifik
dimiliki organ tertentu.
5. Autoantigen
dimiliki alat tubuh sendiri
Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :
1. T dependen
memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk
dapat menimbulkan respon antibodi.
2. T independen
merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibodi.
Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :
1. Hidrat arang (polisakarida)
2. Lipid
3. Asam Nukleat
4. Protein
Cara masuk dalam tubuh :
1. Parental
Melalui pembuluh darah (jarum suntik)
2. Oral
Makanan
3. Kontak Mukosa
Berhubungan badan
4. Kontak Kulit
Produk Bakteri :
1. Toksin
2. Virus
3. Parasit
4. Obat dengan BM meningkat (ex. Insulin, penicillin, dll)
b. Contoh Bakteri
Bakteri
Virus
Sel darah yang asing
Sel-sel dari transplantasi organ
Toksin
c. Sifat-sifat antigen
adalah keasingan
Sifat-sifat fisik
Kompleksita
8
Bentuk-bentuk
Muatan dan kemampuan masuknya.
wanita seperti itu kemudian hamil dengan bayi Rh positif ( sifat ini di warisi sebagai
dominan),maka jaminannya sering menjadi anemic yang membahayakan karena
antibodi ibunya ( yang menentang plasentanya). Menyerang sel-sel darah merah sang
bayi. System imun juga membangkitkan lifosit melawan agen- agen yang tidak
berdaya tular,sebagai contohnya yang dikenal benar ramuan aktif pada tumbuhan
ivyyang beracun. Jadi adakah batas batas bagi yang dapat berfungsi sebagai
antigen. Bahwa polisakarida dan protein merupakan antigen yang sangat baik yang
agak kurang efektik namun masih antigenic ialah asam2 nukleat kategiri utama ketiga
pada makro molekul. Sebaliknya,molekul kecil umpamanya ( glukosa) tidak
mengeluarkan pembentukan antibodi. Oleh sebab itu ukuran agaknya merupakan satu
persyaratan untuk menimbulkan respon imun.tetapi bagaimana dengan molekul kecil
yang menimbulkan keracunan ivy? apa gerangan yang terjadi pada kasus ini ialah
bahwa molekul tersebut mula mula bergabung dengan sedikit protein dalam kulit
kita,dan yang menjadi antigenic itu ialah komleks yang menjadi hasilnya.
Walau hanya makromolekul yang mendorong mekanisme imun,antibodi yang
terbentuk itu tergabung dengan bagian kecil saja dari antigen,yaitu determinan.
Interaksi diantara keduanya itu teramat tepat.sistem imun kita dapat membuat antibodi
yang membedakan insulin babi dengan insulin manusia( hanya satu asm amino
daintara yang 51 itu berlainan).dan bahkan antara galaktosa dsn glukosa yang ada
dalam 1 determinan ( isomer yang identik kecuali orientasi gugus H dan OH -)
Ada satu gugus makromolekul yang tidak berlaku sebagai antigen,yaitu yang
merupakan komponen- komponen normal pada tubuh.
10. Struktur MHC Kelas I dan MHC Kelas II
Mayor Histocompatibility Complex atau MHC merupakan molekul permukaan sel
yang dikodekan oleh sebagian besar keluarga gen di semua veterbrata.Molekul MHC
memediasi interaksi leukosit yang berfungsi dalam kekebalan tubuh atau proses
imunitas.MHC merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari semua sel yang
berinti sehingga peranannya hampir diseluruh sel tubuh kecuali sel darah merah pada
mamalia.
Berdasarkan prosesnya,MHC dibagi menjadi dua bagian yaitu MHC I dan MHC
II.Dalam prosesnya,kedua jenis MHC ini memiliki kesamaan alias tidak
berbeda,sedangkan pembedanya terletak pada proses terjadinya dan sel yang
merespon akan tindakan MHC.
a. MHC Kelas I atau MHC I
MHC 1 bekerja di luar sel atau ekstraseluler.Prosesnya pun cukup unik,pertama
antigen (makluk asing) masuk ke dalam darah ataupun di beberapa bagian
tubuh,kemudian secara langsung makrophage yang berperan dalam sistem
imunitas pertama langsung memakan antigen tersebut dalam proses phagositosis
(proses makan),sehingga antigen akan sampai di dalam tubuh si
makrophage.Setelah berada di dalam sel makrophage kemudian antigen tadi akan
di pecah atau di fragmen-fragmen sehingga bagian yang patogenik akan terpisah
dengan yang tidak terpisah. Yang bertugas memfragmen adalah enzim lisosom
yang ada pada tubuh makrophage.Setelah itu,MHC 1 akan berikatan pada setiap
10
a dan b yang terikat secara nonkovalen yang masing-masing terdiri atas 229 dan
237 asam amino yang membentuk 2 domain. Rantai a dan b HLA kelas II
tersusun dari regio hidrofilik ekstraseluler, regio hidrofobik transmembran dan
regio hidrofilik intraseluler. Terdapat rantai invarian yang merupakan rantai non
polimorfik yang berperan dalam pembentukan dan transport molekul MHC kelas
II dengan antigen.
Perbedaan mendasar dari MHC I dan II adalah sebagai berikut
a. Pada MHC I terjadi di ekstraseluler sedangakn MHC II di intraseluler.
b. Pada MHC I yang bertugas mem-fragmen antigen adalah enzim lisosom pada
makrophage sedangkan di MHC II proteosom
c. Pada MHC I,setelah di presentasikan yang merespon adalah sel CD 8 atau sel T
killer sedangakn pada MHC II sel CD 4 atau sel T helper
11. Komplemen
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang
sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular[1] dan sistem kekebalan
humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus
bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari
patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem
kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa
protein komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari
sistem kekebalan humoral.
Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yang disebut
zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah protease
yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri
menjadi pepsin saat terstimulasi derajat keasaman pada lambung.
Protein hasil irisan zimogen berguna bagi:
peningkatan respon antibodi dan memori imunologis
proses lisis
pembersihan kompleks imun dan sel apoptotik
proses kemotaksis
mediator peradangan seperti mastosit untuk memicu proses degranulasi antibodi
IgE.
melalui lintasan yang disebut:
Lintasan klasik
C1qrs, C2, C3, C4, C1-INH, C4-BP
Lintasan MBL
MBL, MASP, MASP2
Lintasan alternatif
12
Fungsi Komplemen
a. Mencerna sel, bakteri, dan virus
b. Opsonisasi,
yaitu
memicu
fagositosis antigen partikulat
c. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem kekebalan, memicu
fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul imunoregulator
d. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari sistem
kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati
Jalur aktivasi komplemen
-
yang membantu menghancurkan bakteri gram negatif serta sel tubuh yang
mempresentasikan antigen asing (sel yang terinfeksi virus, sel tumor, dll). Hal ini
juga dapat merusak evelope dari virus.
5. Menyediakan sinyal kedua untuk mengaktifkan limfosit B naif
Beberapa C3b dikonversi menjadi C3d. C3d mengikat reseptor CR2 pada limfosit
B. Hal ini berfungsi sebagai sinyal kedua untuk aktivasi limfosit B yang mana
reseptor sel B berinteraksi dengan antigen yang sesuai dengan mereka.
autoimun. Beberapa sitokin inflamasi diinduksi oleh stres oksidan. Fakta bahwa
sitokin, sendiri memicu pelepasan sitokin lainnya dan menyebabkan stres oksidan
juga meningkat, membuat mereka penting dalam inflamasi kronis. Disregulasi sitokinsitokin baru-baru ini telah dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada bersifat memacu
dan menghambat. Bersifat memacu yaitu sesuai dengan populasi sel yang fungsi
mereka mempromosikan: sel T helper 1 atau 2. Kategori kedua sitokin memiliki peran
dalam pencegahan berlebihan tanggapan kekebalan pro-inflamasi, termasuk IL-4, IL10 dan TGF- (untuk beberapa nama). Sitokin merupakan sinyal penting yang
dihasilkan oleh sel-sel tubuh untuk dapat mengaktifkan kerja sel yang lain, sehingga
jenis dari sitokin yang disekresikan oleh sel akan memberikan efek pada sel targetnya.
Beberapa penyakit autoimun ditandai dengan perubahan komposisi Th1 vs Th2 dan
keseimbangan IL-12/TNF- vs IL-10. Pada beberapa penyakit seperti RA, MS, DM
tipe 1, penyakit tiroid autoimun, dan Crohns, keseimbangan bergeser menuju Th1
(IL-12 & TNF-), sedangkan aktifitas Th2 (IL-10) berkurang. Pada SLE berkaitan
dengan pergeseran ke Th2 (IL-10), sedangkan produksi IL-12 dan TNF- oleh Th1
sangat kurang. pada gambar berikut ini menjelaskan pada penyakit DM tipe 1 yang
diperantarai oleh sitokin yang dihasilkan sampai terjadinya kerusakan sel-sel beta
pakreas.Pada dasarnya, istilah sitokin telah digunakan untuk merujuk kepada agen
immunomodulating (interleukin interferon, dll.). Berisi data yang bertentangan
tentang apa yang disebut sitokin dan apa yang disebut hormon. Anatomi dan struktural
perbedaan antara sitokin dan klasik hormon yang memudar seperti kita belajar lebih
banyak tentang masing-masing. Klasik protein hormon yang beredar dalam
konsentrasi nanomolar (10) yang biasanya bervariasi oleh kurang dari satu urutan
besarnya. Sebaliknya, beberapa sitokin seperti IL-6 beredar di picomolar konsentrasi
yang dapat meningkatkan hingga 1,000-fold selama trauma atau infeksi. Distribusi
luas sumber selular sitokin mungkin fitur yang membedakan mereka dari hormon.
Hampir semua tercampur sel, tapi terutama endo/epitel sel dan makrofaga adalah
tempat produksi IL-1, IL-6, dan TNF-. Sebaliknya, hormon klasik, seperti insulin,
dikeluarkan dari kelenjar (misalnya, pankreas). Terminologi saat ini merujuk sitokin
sebagai agen immunomodulating. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan di daerah
ini mendefinisikan sitokin dan hormon.
Sitokin masing-masing memiliki reseptor sel-permukaan yang cocok. Kaskade sinyal
intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. Ini mungkin termasuk
upregulation dan / atau downregulation dari beberapa gen dan faktor-faktor transkripsi
mereka, sehingga dalam produksi sitokin lainnya, peningkatan jumlah reseptor
permukaan untuk molekul lain, atau penindasan efek mereka sendiri dengan inhibisi
umpan balik.
Respon Imun manusia diatur oleh jaringan yang sangat kompleks dan rumit dari
elemen kontrol. Yang menonjol diantara komponen-komponen regulasi ini adalah
sitokin anti-inflamasi dan inhibitor sitokin spesifik.
16
17
Eliminasi mikroba yang berada di vesikel fagosit atau sitoplasma sel merupakan
fungsi utama limfosit T pada imunitas didapat. Sel T helper CD4+ juga membantu sel
B memproduksi antibodi. Dalam menjalankan fungsinya, sel T harus berinteraksi
dengan sel lain seperti fagosit, sel pejamu yang terinfeksi, atau sel B. Sel T
mempunyai spesifisitas terhadap peptida tertentu yang ditunjukkan dengan major
histocompatibility complex (MHC). Hal ini membuat sel T hanya dapat merespons
antigen yang terikat dengan sel lain.
Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit) dalam
menghancurkan patogen. Setelah kontak pertama dengan sebuah antigen melalui
makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar
diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi beberapa sub
populasi. Sub populasi tersebut, antara lain sel T sitotoksik (cytotoxic T cell ), sel T
penolong ( helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori
(memory T cell ).
Tugas utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah
terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang telah
menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh tersebut. Hal ini tidak
dapat dilakukan oleh antibodi tubuh. Sebenarnya hanya sel T sitotoksik saja yang
dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel yang terinfeksi memiliki antigen asing
milik virus atau bakteri yang menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang
dapat berikatan dengan antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang
terinfeksi, sel T sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi
membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat masuk dan
menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang menyerangnya.
Fungsi imunitas seluler :
Imunitas selular berfungsi untuk mengorganisasi respons inflamasi nonspesifik
dengan mengaktivasi fungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta sel
fagosit lainnya. Selain itu juga mengadakan proses sitolitik atau sitotoksik spesifik
terhadap sasaran yang mengandung antigen.
Imunitas selular berfungsi pula untuk meningkatkan fungsi sel B untuk
memproduksi antibodi, juga meningkatkan fungsi subpopulasi limfosit T baik sel
Th/ penginduksi maupun sel Tc/ sel supresor. Fungsi lainnya adalah untuk
meregulasi respon imun dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif
terhadap respon imun. Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan
reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk
antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan
antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop,
sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
14. Mekanisme Imunitas humoral
Imunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul di dalam darah, yang
disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini
18
ditujukan untuk benda asing yang berada di luar sel (berada di cairan atau jaringan
tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi
antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul spesifik
(antigen) dipermukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan
menggumpalkan benda asing tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan
sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik akan
bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan berekasi dengan
dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B.
Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi
dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau
antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem
komplemen (protein komplemen).
15. Interaksi Antigen dan Antibodi
Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh makrofag
atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi sel-sel Langerhans di kulit,
sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta monosit dalam darah. Sel-sel tersebut
berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells
(APC).
Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan interaksi dan
pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk
mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut dengan determinan antigenik.
Berikut merupakan gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan dengan situs
pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pad antibodi
Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza pada antigen
yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti tergabung (physically-linked).
Kompleks antigen yang tergabung ke reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin
permukaan, sIg) akan didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II.
Kompleks peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan
berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan
antigen serta sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani
proses proliferasi menjadi sel penghasil antibodi (sel plasma).
Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubung-silangkan
reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan antigen
protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitop-epitop yang
berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen protein, sel B
memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini dipanggil antigen
bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen bergantung timus
19
- Kulit
- Air mata
- Sekresi kelenjar minyak dan kelenjar keringat
- mukus
b. Pertahanan mekanik
merupakan pertahanan tubuh karena adanya pergerakan struktur organ didalam
tubuh. Misalnya rambut hidung sebagai filter udara, struktur silia pada saluran
pernafasan juga terus menerus mengalami pergerakan yang mendorong pathogen
yang telah terikat pada mucus ke luar tubuh.
c. Pertahanan kimia
Pada manusia, misalnya sekresi yang berupa air mata, mukus, saliva, keringat,
sebum akan memberikan pH yang berkisar 3-5 yang cukup asam dalam mencegah
kolonisasi oleh banyak pathogen. Selain itu, semua sekresi tersebut mengandung
protein antimikroba yang disebut dengan lisozim. Lisozim yaitu enzim yang
mencerna dinding sel dari banyak jenis bakteri. Mikroba yang masuk kedalam
saluran pencernaan bersama makanan juga akan menghadapi suasana lambung
yang sangat asam. Asam akan merusak banyak banyak mikroba sebelum mikroba
tersebut masuk kesaluran usus. Akan tetapi terdapat pengecualian penting yaitu
virus hepatitis A merupakan salah satu dari sekian banyak pathogen yang dapat
bertahan hidup dalam keasaman lambung. Selain itu, asam laktat yang terkandung
dicairan keringat dan cairan yang disekresikan vagina.
d. Pertahanan biologis
Terdapat beberapa jenis bakteri yang merupakan flora alami kulit dan membran
mukosa. Bakteri tersebut tidak berbahaya bagi tubuh melainkan melindungi kita
dengan cara berkompetisi dengan bakteri pathogen dalam mendapatkan nutrisi.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/79069178/1-Pengenalan-Immunologi
http://anidesnita.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-imunologi.html
http://www.pustakasekolah.com/sistem-pertahanan-tubuh-spesifik.html
https://www.academia.edu/9492922/SISTEM_IMUN_SPESIFIK
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_komplemen
https://moko31.wordpress.com/2013/05/07/sistem-komplemen-dalam-imunologi/
Referensi : Rother RP, Rollins SA, Mojcik CF, Brodsky RA, Bell L. Discovery and
development of the complement inhibitor eculizumab for the treatment of paroxysmal
nocturnal hemoglobinuria. Nat Biotechnol. 2007 Nov;25(11):1256-64.(Pubmed)
22