Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 TujuanPercobaan
Mengetahui contoh-contoh obat anti diare
Mengetahui cara kerja obat anti diare
1.2 Latar Belakang
Makanan yang ditelan akan bercampur dengan air liur yang mengandung amilase yaitu
enzim yang membantu pencernaan, makanan masuk keesofagus dengan bantuan suatu
mekanisme peristaltik dan seterusnya masuk ke dalam lambung. Dalam lambung makanan
akan mengalami beberapa hal yang penting antara lain terjadi pemecahan protein menjadi
asam amino, kemudian makanan diteruskan oleh gelombang peristaltik sedikit demi sedikit
masuk ke dalam usus halus, bila porsi kecil makanan telah memasuki usus halus akan timbul
refleks untuk menghentikan sementara penyaluran makanan dari lambung ke dalam usus
halus dan refleks yang lain akan memacu kelenjar utama dari saluran cerna ( hati, kandung
empedu, pancreas) untuk membantu penyerapan dari zat-zat makanan. Setelah menelan
makanan, suatu gelombang peristaltik mambawa bolus makan menuju esofagus dengan
cepat. gelombang ini akan membuka sfingter esophagus bagian bawah. Pada beberapa
penyakit gelombang ini tidak dapat membuka sfingter esophagus bagian bawah dengan
sempurna. Sfingter esophagus akan selalu tertutup untuk mencegah isi lambung mengalir
kembali ke esofagus, Rasa nyeri retrosternal (heart burn) dan Peradangan mukosa esophagus
(esofagitis refluks : mukosa sangat merah dan mudah berdarah) disebabkan karena adanya
refluks asam lambung kedalam esophagus yang merupakan akibat kelumpuhan pada refleks
sfingter esophagus bagian bawah di sebabkan karena kebiasaan merokok dan minum kopi.1
Angka kejadian diare, penyakit yang ditandai perubahan konsistensi tinja dan
peningkatan frekuensi berak, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Kepala Subdit Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya di
Jakarta, Kamis, mengatakan, angka kejadian diare Indonesia menurut survei morbiditas yang
dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk.
"Sedangkan pada balita, setiap balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam satu
tahun," katanya serta menambahkan bahwa tingkat kematian akibat diare pun masih cukup
tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama 2006,
kata Wayan, sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare di wilayahnya.

1.3 Hipotesis

Diduga air teh dapat digunakan untuk pengobatan anti diare karena teh pahit kental dapat
membersihkan bakteri penyebab diare serta membunuh jamur (spora), virus, dan bakteri
penyebab diare.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan. Makanan dari lambung
akan dicerna membentuk chymus( masa seperti bubur), masuk ke usus kecil dengan adanya
enzim pencernaan makana akan dirombak, kemudian bahan diresorpsi, sisanya berupa serat dan
90% air, masuk ke usus besar. Didalam usus besar air akan diresorpsi sehingga sisa makanan
yang encer memadat.2
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi normal, serta konsistensi
feses yang encer. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Penyebab diare pun bermacam-macam.3
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan refleks mempercepat peristaltik usus. Diare akut disebabkan oleh infeksi dengan
bakteri seperti: E.Coli, Shigella, Salmonella, V.cholerae. diare kronis mungkin berkaitan dengan
berbagai gangguan gastrointestinal, ada pula diare yang berlatar belakang kelainan psikhomatik,
alergi oleh makanan atau obat-obatan tertentu. Kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme
kekurangan vitamin dan sebagai akibat dari radiasi.3.4
Diare hebat sering disertai muntah sehingga tubuh kehilangan banyak air dan garamgaram terutama Na dan K sehingga terjadi kekeringan(dehidrasi) kurang K(hipokilemia) dan
acidosis(darah jadi asam). Pada anak-anak dan bayi lebih bahaya karena cadangan cairan intra
sel sedikit, sedangkan cairan ekstra sel lebih mudah dilepaskan dibanding orang dewasa. Gejala
dehidrasi, perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit keriput, air seni berkurang, berat badan
turun, gelisah, ngantuk, lemah otot dan sesak napas.2
Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuh banyak
kehilangan energi cairan dan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan terapi pengganti dengan
cairan dan elektrolit serta kalori, obat anti bakteri atau anti amuba tergantung penyebab diare
maupun obat-obat lain yang bekerja memperlambat peristaltik usus, menghilangkan nyeri dan
menenangkan.
A.
Obat Antidiare
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati
penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.
Diare dapat ditimbulkan oleh.4
1. Infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri coli.
2. Infeksi oleh kumanthypus (kadang-kadang) dan kolera.
3. Infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan travellers diarre (masuk angin akibat
perjalanan).
4. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita).
2

5.
6.
7.
8.

Keracunan makanan atau minuman.


Gangguan gizi.
Pengaruh enzim tertentu.
Pengaruh saraf (terkejut, takut).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare (terapi simptomatis), maka
anti diare dibagi menjadi 4 yaitu:4
1. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide.
2. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin.
3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab
diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin.
4. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir yang luka.
Obat-obat lain yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:4
1. Kemoterapi, untuk terapi kasual yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan
obat golongan sulfonamida atau antibiotika.
2. Spasmolitik, zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare
misalnya atropin sulfat.
3. Oralit, sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut
seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit
yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
menyebabkan kematian.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat bedah
2. Papan viksasi
3. Penggaris
4. Spuit injeksi
5. Stopwatch
6. Timbangan
B. Bahan
1. Air teh pekat
2. CMC ( Carboksil Metil Celator )
3. Diapet
4. Eter
5. Karbon aktif
6. Loperamid
7. NaCl fisiologis
8. Tikus
3.2 Cara kerja :
1. Disediakan hewan coba tikus
2. Diberikan Air teh pekat 1 ml
3. Dibiarkan selama 45 menit
4. Diberikan karbon aktif yang sudah dilautkan dalam CMC
5. Dibiarkan 20 menit
6. Dimatikan hewan coba memakai eter
7. Dibuka ususnya
8. Dibandingkan pergerakan karbon aktif dalam usus antara bahan aktif dengan panjang
usus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Hasil Pengamatan
senyawa

pergerakan
4

Air teh
Diapet
Loperamid
NaCl

1
5
2
6
3
7
4
8

a = 27 cm
a = 42 cm
a = 55 cm
a = 45 cm
a = 63 cm
a = 35 cm
a = 56 cm
a = 44,5 cm

b = 67 cm
b = 98 cm
b = 72 cm
b = 91 cm
b = 108 cm
b = 88 cm
b = 96,5 cm
b = 88 cm

X = 40,29 %
X = 42,86 %
X = 76,38 %
X = 49,45 %
X = 58,33 %
X = 39,77 %
X = 58,03 %
X = 50,57 %

4.2 perhitungan
dik : a ( panjang karbon aktif diusus) = 42 cm
b ( panjang seluruh usus) = 98 cm
x=

a
x 100
b
42
x 100 =42,86
98

4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai contoh-contoh dan cara kerja obat anti diare bagi
tubuh dengan berbagai larutan untuk dilihat perbandingan dan efeknya didalam tubuh, larutan
yang digunakan yaitu air teh, diapet, loperamid dan NaCl.
Aquadest yang diberikan ke dalam usus melalui syringe termasuk larutan hipotonis.
Hipotonis merupakan keadaan dimana konsentrasi dalam larutan rendah dan mengandung
banyak air. Ketika larutan aquadest sebagai larutan hipotonis dimasukkan ke dalam lumen usus,
maka aquades tersebut akan diabsorpsi ke luar usus hingga tercapai suatu keseimbangan
konsentrasi di dalam maupun diluar usus. Oleh karena itu, volume aquades akhir berkurang dari
1 ml menjadi 0,9 ml.
Larutan NaCl 0,9% dan MgSO4 1,5% termasuk larutan isotonis. Isotonis merupakan
keadaan dimana konsentrasi larutan dan air dalam keadaan seimbang. NaCl 0,9% yang diberikan
ke dalam lumen usus tidak menimbulkan absorpsi maupun penarikan air ke dalam lumen karena
konsentrasi di luar dan di dalam sudah seimbang. Oleh karena itu, seharusnya volume akhir
5

larutan tidak terjadi perubahan dari volume awal nya. Namun hasil yang didapatkan tidak sesuai
dikarenakan pada saat percobaan mengalami kesalahan pada saat penyuntikkan yang
mengakibatkan banyak cairan/larutan yang terbuang. Sehingga volume akhir yang didapatkan
hanya 2 ml sedangkan volume awal nya 2,5 ml pada larutan NaCl 0,9 % (kelompok 2). Begitu
pula pada MgSO4 1,5% kelompok 7 volume akhir larutan adalah 0,4 ml dari volume awal 1 ml.
Sedangkan pada MgSO4 1,5% kelompok 4 mengalami perubahan volume akhir lebih besar
dibandingkan volume awalnya yaitu 1 ml dari 0,75 ml. Hal ini terjadi mungkin karena pada saat
pengurasan usus belum sepenuhnya bersih sehingga sisa cairan terbawa/terambil pada saat
pengambilan cairan/larutan tersebut.
Larutan hipertonis pada praktikum ini adalah MgSO4 1,7 % dan NaCl 3% . Apabila
larutan hipertonis berada pada lumen usus dalam jumlah tertentu maka cairan akan bergerak dari
epitel usus ke lumen usus. Pergerakan cairan ini akan membuat feses yang padat akan menjadi
encer sehingga defekasi menjadi mudah. Dari hasil pengamatan seharusnya diperoleh perubahan
volume setelah dua larutan hipertonis tersebut dimasukkan ke lumen usus. Namun hasil yang
didapatkan tidak sesuai, hal ini kemungkinan terjadi kesalahan pada saat posisi penyuntikan,
ikatan tiap segmen kurang erat sehingga dapat terjadinya perpindahan cairan dan data biologis
dari tiap hewan coba juga dapat mempengaruhi hasil. Sehingga didapat larutan MgSO 4 1,7%
kelompok 5 mengalami perubahan volume dari volume awal 1 ml menjadi 0,6 ml volume akhir
dan pada kelompok 8 mengalami perubahan volume dari volume awal 2 ml menjadi 0,7 ml
volume akhir. Begitu juga pada larutan NaCl 3 % kelompok 3 mengalami perubahan volume dari
volume awal 1 ml menjadi 0,5 ml volume akhir. Sedangkan pada larutan NaCl 3% kelompok 6
mengalami perubahan volume dari volume awal 0,7 ml menjadi 1,1 ml dan hasil ini
menunjukkan hasil yang didapat sesuai dengan literatur.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aquadest yang diberikan ke dalam usus merupakan larutan hipotonis sehingga volume
akhir akan berkurang, sedangkan Larutan NaCl 0,9% dan MgSO4 1,5% merupakan larutan
isotonis sehingga volume akhir akan tetap dari volume awalnya. Adapun NaCl 3% dan MgSO 4
1,7% merupakan larutan hipertonis dimana volume akhirnya akan lebih besar dari volume dapat
dikatakan NaCl 3% dan MgSO4 1,7% yang merupakan laktansia garam.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.


Katzung, Bertram G.,1986,Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : SalembaMedika
Priyanto. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.LESKONFI.

Jakarta. 2010.
Tjay,TanHoandan K. Rahardja.2007.Obat-obat Penting. Jakarta : PT Gramedia
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.

Anda mungkin juga menyukai