Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
alat
alat
kerja
dan
fungsinya
sehingga
kadang
sehingga
hal-hal
yang
akan
menyebabkan
terjadinya
1. Tujuan
2. Manfaat penulisan
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penyajian
Handling dan
untuk
b. Studi Kepustakaan
1) Bahan pembelajaran selama mengikuti program ANT-I di
BP3IP
yang
berkaitan
dengan
upaya
meningkatkan
ketrampilan kerja.
2) Referensi dari literature-literatur marine offshore.
3) Peraturan-peraturan
perusahaan
pelayaran
mengenai
BAB II
FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta
1. Data Kapal
AHTS adalah jenis kapal yang dirancang khusus sebagai
sarana untuk melayani pekerjaan-pekerjaan eksplorasi di lepas
pantai. Secara khusus kapal ini menjadi sarana pendukung yang
menjadi satu kesatuan dengan Platform instalation, Derrick Lay
Barges sebagai mitra kerja, DLB dilengkapi dengan 8 sampai 10
buah jangkar, berat setiap jangkar 15 sampai 25 Ton, jenis jangkar
Delta Flipper Anchor dengan panjang wire sampai 2000 m untuk
pekerjaan pemasangan pipa di dasar laut, instalasi jacket dan
Platform. AHTS mempunyai panjang yang ideal yaitu 55 mtr (LOA),
bentuk buritan yang spesifik sebagai tempat naik turunnya jangkar
(stern roller) dan dek yang lebar 12.6 m x 18 m sebagai tempat
jangkar dan buoy.
handling adalah :
a. Sistem propeler ganda dengan model khusus yaitu CPP
(Controllable Pitch Propeller) yang mudah di operasikan dan
mempunyai power yang besar (3.200 HP x 2) serta
bisa
melakukan
running
recovery
dan
connecting
Lifter pin sebagai alat penjepit secara vertikal yang terletak tepat
di depan shark jaw
2. Fakta kondisi
a. Banyak Teguran atau Komplain dari Pen-charter
Selama penulis bekerja di atas kapal AHTS INTERSURF
pada bulan Desember 2011 Mei 2012, banyak mendapat
8
bulan
February
2012,
penulis
mengalami
B. Permasalahan
Kapal AHTS adalah kapal yang dibuat khusus untuk melayani
pekerjaan pengeboran lepas pantai. Selama penulis bekerja di atas kapal
AHTS ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu :
1. Identifikasi Masalah
a.
awak
kapal
ini
tentu
akan
berdampak
negatif
pada
pendidikan
di
darat
yang
khusus
memberikan
11
merupakan
faktor
penentu
di
dalam
untuk
12
saat
masa
kontraknya
berakhir
menjadi
menurun
2.
Masalah Utama
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Landasan teori
Pada bab ini penulis akan menguraikan landasan teori yang berkaitan
dengan pokok bahasan. Adapun landasan teori yang dimaksud adalah:
ISM
Code
merupakan
panduan
yang
berisi
petunjuk
14
disampaikan
setelah
sebelumnya
diteliti
dan
didokumentasikan.
6.4 Perusahaan harus memastikan agar seluruh personil yang
terlibat dalam SMS perusahaan memiliki pengertian yang cukup
luas atas aturan dan peraturan code dan garis panduan yang
berkaitan.
6.5 Perusahaan harus menyusun dan memelihara prosedur agar
dapat ditentukan pada setiap pelatihan yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan SMS dan meyakini bahwa latihan
dimaksud diberikan kepada seluruh personil terkait.
15
2. Teori Kedisiplinan
untuk
mengurangi
kecelakaan
kerja
dan
menjamin
1.
Minimnya
keterampilan
awak
kapal
dalam
melaksanakan
pekerjaan
Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya pelatihan khusus tentang anchor handling bagi
awak kapal
Tidak adanya Diklat atau pelatihan khusus tentang anchor
handling atau towing job sehingga bagian penerimaan awak
kapal mendapat kesulitan dalam proses seleksi penerimaan
tenaga baru yang kompeten. Pengalaman menunjukan bahwa
kepandaian dan keahlian seseorang yang di peroleh dari pelatihan
/ pendidikan formal tidak selamanya dapat memenuhi ketentuan
suatu pekerjaan atau job requirement sehingga tidak jarang kita
16
yang
menghasilkan
kurang
suatu
memuaskan.
kegagalan
yang
dengan
kata
mana
dapat
lain
suatu
pengetahuan
dalam
pekerjan
anchor
handling
17
pengawasan
dari
para
perwira
kapal
prosedur
kerja
yang
telah
ada
namun
awak
dari
perusahaan
membuat
awak
kapal
kurang
18
keterampilan
awak
kapal
dalam
melaksanakan
pekerjaan
Pemecahannya adalah :
dan
prosedur-prosedurnya.
program-program
tersebut
diharapkan
dapat
mereka
jarang
melaksanakan
pekerjaan
dengan
berupaya
tertentu,
untuk
mengajarkan
menyampaikan
berbagai
pengetahuan
yang
melakukan
pekerjaan
secara
informal
dan
2) Penugasan Sementara :
Penempatan awak kapal pada posisi tertentu untuk
jangka waktu yang ditetapkan. Misal seorang awak kapal
ditempatkan di posisi menyambung Towing Wire dari kapal
dengan Towing Pendant dari Rig, sementara awak kapal
yang lain membantu menyiapkan alat-alat untuk menyambung
21
memahami
3) Simulasi :
Program latihan di sela-sela waktu operasi kapal agar
tidak mengganggu operasi-operasi normal, dapat dilakukan
dengan cara seorang Mualim satu atau Nakhoda (supervisor /
penyelia) memberikan latihan kepada awak kapal yang
dikatakan baru dengan pekerjaan di atas kapal.
Dengan seijin dari pihak Rig, kapal dapat mengadakan
pelatihan-pelatihan yang diperlukan. Untuk pelaksanaan Rig
Move, masing- masing awak kapal ditempatkan pada posisi
yang berbeda dalam setiap pelatihan yang diadakan,
sehingga
memungkinkan
mereka
untuk
mengetahui
Shackles
g)
Chain Stopper
22
kapal
saat
mengambil
Pendat
Wire
dan
mengkoordinasi
terhadap
anak
dan
buahnya.
dalam
melaksanakan
suatu
kerja
dan
membuat
kelompok
kerja
yang
membentuk
prosedur
pelaksanaan
kelompok-kelompok
pekerjaan
kerja,
tersebut
yang
disusunlah
langsung
dalam
pengoperasian
kapal,
aspek
dari
manusia
25
yang
tinggi
ini
juga
dilalui
dengan
dari
masing-masing
pelaksana
kerja
yang
merupakan
salah
satu
faktor
yang
26
menyelesaikan
pekerjaan
dan
tanggung
jawabnya
Insentif
ini
merupakan
alat
yang
dipergunakan
yang
efektif
untuk
mengurangi
kendala
yang
besar
dalam
suatu
pekerjaaan.
Maka
dengan
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan, penulis
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Terbatasnya pelatihan khusus tentang anchor handling bagi awak
kapal sehingga masih minimnya keterampilan awak kapal dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Tidak selektifnya proses rekruitment yang dilakukan oleh Perusahaan
sehingga
awak
kapal
yang
bekerja
di
atas
kapal
kurang
B. Saran
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Rosadhi Sammi, Drs, MM. (1999), Implementasi STCW 1995, Edisi kesatu,
Jakarta.
Yatim,
Rozaimi,
(2003),
Kodefikasi
Manajemen
Keselamatan
31