Anda di halaman 1dari 16

10 FATWA - FATWA IMAM SYAFI ’ I

YANG PERLU DIKETAHUI


“Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah”
Dr. Muhammad bin Abdil-Wahab al-‘Aqil
1. MERATAKAN KUBURAN

 “Saya suka kalau tanah kuburan itu


tidak ditinggikan dan selainnya dan
tidak mengambil padanya dan tanah
yang lain. Tidak boleh, apabila
ditambah tanah dan lainnya menjadi
tinggi sekali, dan tidak mengapa jika
ditambah sedikit saja. Saya hanya
menyukai ditinggikan (kuburan) di
atas tanah satu jengkal atau sekitar
itu dari permukaan tanah”.
 (Syarah Muslim 2/666, Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah,
1/257)
2. HUKUM MEMBANGUNKAN
BANGUNAN (KIJING) DI KUBURAN
“Saya suka bila (kuburan) tidak dibuat binaan

dan bangunan, karena itu menyerupai


penghiasan dan kesombongan, dan kematian
bukan tempat bagi salah satu dari keduanya.
Dan saya tidak melihat kuburan para sahabat
Muhajirin dan Anshar didirikan sebarang
binaan. Seorang perawi menyatakan dari
Thawus, bahwa Rasulullah saw. telah
melarang kuburan dibinakan binaan atau
ditembok. Saya sendiri melihat sebahagian
penguasa di Makkah menghancurkan semua
bangunan di atasnya (kuburan), dan saya
tidak melihat para ahli fikih mencela hal
tersebut.
3. HUKUM MEMBINA MASJID DI
TEMPAT YANG ADA KUBUR
 “Saya melarang dibinakan masjid di
atas kuburan dan disejajarkan atau
dipergunakan untuk solat di atasnya
dalam keadaan tidak rata atau solat
menghadap kuburan. Apabila ia solat
menghadap kuburan, maka masih sah
namun telah berbuat dosa”.
 (al-Umm 1/278. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 1/261)
4. PERSOALAN FITNAH KUBUR

 “Sesungguhnya Azab kubur itu benar


dan pertanyaan malaikat terhadap
ahli kubur adalah benar.”

 (al-I’tiqad karya Imam al-Baihaqiy.


 Manhaj Imam asy-Syaf’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/420)


5. PERSOALAN HISAB, SYURGA,
DAN NERAKA
 “Hari kebangkitan adalah benar, hisab
adalah benar, syurga dan neraka serta
selainnya yang sudah dijelaskan dalam
sunnah-sunnah (hadis-hadis), lalu ada
pada lisan-lisan para ulama dan
pengikut mereka di negara-negara
muslimin adalah benar.”
(Manaqib asy-Syafi?i, karya Imam al-Baihaqiy, 1/415. Manhaj Imam asy-

Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/426)


6. BERSUMPAH DENGAN NAMA
SELAIN NAMA ALLAH
 Semua orang yang bersumpah
dengan nama selain Allah, maka
saya melarangnya dan
mengkhuwatirkan pelakunya,
sehingga sumpahnya itu adalah
kemaksiatan. Saya juga membenci
bersumpah dengan nama Allah
dalam semua keadaan, kecuali hal
itu adalah ketaatan kepada Allah,
seperti berbai’at untuk berjihad dan
yang serupa dengannya.
7. PERNYATAAN TENTANG SYAFA’AT

 Beliau (Rasulullah s.a.w.) adalah


manusia terbaik yang dipilih Allah
untuk menyampaikan wahyu-Nya
lagi terpilih sebagai Rasul-Nya dan
yang diutamakan atas seluruh
makhluk dengan membuka rahmat-
Nya, penutup kenabian, dan lebih
menyeluruh dan ajaran para rasul
sebelumnya. Beliau ditinggikan
namanya di dunia dan menjadi
pemberi syafa?at, yang syafa’atnya
dikabulkan di akhirat.

 Beliau juga menyatakan tentang syarat
diterimanya syafa’at:
“Semalam saya mengambil faidah (istimbath) dari

dua ayat yang membuat saya tidak tertarik kepada


dunia dan yang sebelumnya. Firman Allah: “...Dia
bersemayam di atas Arsy (singgasana) untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang
akan memberi syafa?at kecuali sesudah ada
keizinan-Nya....” (Surah Yunus, 1O: 3). Dan dalam
kitabullah, hal ini banyak: “Siapakah yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (Surah
al-Baqarah, 2: 256)

 Syafa’at tertolak kecuali dengan izin Allah.


 (Ahkamul Qur’an 2/180-181. Manhaj Imam asy-Syafi?i fi Itsbat al-Aqidah,
1/291)


8. PENDIRIAN BERKENAAN ASMA’
WA SIFAT ALLAH
 Imam Syafi’irahimahullah menjelaskan
melalui riwayat yang diriwayatkan oleh
Ali bin Abi Talib radiallahu‘anhu:
 "Bagi-Nya dua tangan sebagaimana
firman-Nya: (Tidak demikian), tetapi
kedua-dua tangan Allah terbuka. Bagi-
Nya tangan sebagaimana firman-Nya:
Langit digulung dengan tangan kanan-
Nya. Allah mempunyai wajah
sebagaimana firman-Nya: Setiap
sesuatu akan binasa kecuali Wajah-
Nya.”
Baginya kaki sebagaimana sabda Nabi
saw:
“Sehinggalah Dia meletakkan wajah dan

KakiNya. Dia mempunyai jari


sebagaimana sabda Nabi sallallahu 'alaihi
wa-sallam: Tiadalah hati itu kecuali
antara jari-jari dari jari-jari Ar-Rahman
(Allah). Kami menetapkan sifat-sifat ini
dan menafikan dari menyerupakan
sebagaimana dinafikan sendiri oleh Allah
sebagaimana difirmankan: (Tiada sesuatu
yang semisal dengan-Nya dan Dia Maha
Mendengar dan Maha Melihat)".
(Lihat: I’tiqad Aimmah al-Arba'ah Abi Hanifah wa Malik wa Syafi’e wa
Ahmad, m/s. 46- 47, Cetakan pertama, 1412 -1992M. Darul 'Asimah Saudi
Imam Syafi’i seterusnya menjelaskan lagi:
"Kita menetapkan sifat-sifat
(mengithbatkan sifat-sifat Allah)
sebagaimana yang didatangkan oleh al-
Quran dan yang warid tentangNya dari
sunnah, kami menafikan tasybih
(penyerupaan) tentangNya karena
dinafikan oleh diriNya sendiri
sebagaimana firmanNya (Tiada sesuatu
yang semisal denganNya)".
 (Lihat: I’tiqad Aimmah al-Arba'ah, Abi Hanifah, Malik, Syafie wa Ahmad, m/s. 42)


9. SIKAP IMAM ASY-
SYAFI’ITERHADAP SYI’AH
 Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata:
Saya telah mendengar asy-Syafi’i,
apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah,
maka ia mencelanya dengan sangat
keras, dan berkata: “Kelompok
terjelek! (terhodoh)”.
 (al-Manaqib, karya al-Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi?i fi
Itsbat al-Aqidah, 2/486)
  Saya belum melihat seorang pun yang
paling banyak bersaksi/bersumpah
palsu (berdusta) dari Syi?ah Rafidhah.
 (Adabus Syafi?i, m/s. 187, al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468
dan Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-Syafi?i fi Itsbat
al-Aqidah, 2/486)
 ‘Asy-Syafi’i berkata tentang seorang
Syi’ah Rafidhah yang ikut berperang: ?
Tidak diberi sedikit pun dari harta
rampasan perang, kerana Allah
menyampaikan ayat fa?i (harta
rampasan perang), kemudian
menyatakan: Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin
dan Anshar), mereka berdoa: ?Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami?.
(Surah al-Hasyr, 59: 10) maka barang
siapa yang tidak menyatakan
demikian, tentunya tidak berhak
10. SIKAP IMAM ASY-SYAFI’E TERHADAP
KAUM (ORANG-ORANG) SUFI

 Seandainya seorang menjadi sufi


(bertasawwuf) di pagi hari, niscaya
sebelum datang waktu Zuhur, engkau
tidak dapati ia, melainkan telah
menjadi orang suci.
 (al-Manaqib lil Baihaqiy, 2/207. Manhaj Imam asy-Syafi?i fi Itsbat al-Aqidah, 2/503)

 Tidaklah seorang sufi menjadi sufi,


hingga memiliki empat sifat: malas,
suka makan, sering merasa suci, dan
banyak berbuat sia-sia.
 (Manaqib lil Baihaqiy, 2/207. Manhaj Imam asy-Syafi?i fi Itsbat al-Aqidah, 2/504)

 Asas tasawwuf adalah kemalasan.


 (al-Hilyah 9/136-137. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/504
Terima kasih

 Saya mengucapkan terima kasih


kepada perangkum naskah ini.
Semoga amal Saudara menjadi
wasilah di yaumil hisab yang sangat
pedih bagi pendurhaka.

Anda mungkin juga menyukai