kat dari kejahatan. Pengkajian Durkheim, pengaruh paham positivisme sangat domin
an. Karena perkembangan ilmu-ilmu sosial pada saat itu dilatar belakangi oleh se
mangat untuk menelaah masyarakat secara logik, scientafic dan methodologis. Akan
tetapi perkembangan selanjutnya dari ilmu-ilmu sosial menunjukkan bahwa dalam m
empelajari masyarakat, telaah-telaah yang bersifat kesadaran manuasia ( human co
nsciousness) .
Sosiologi hukum menurut Max Weber, tidak berurusan dengan karekteristik internal
dari suatu ketertiban hukum, tetapi sosiologi hukum berkepentingan dengan anali
sis tentang hubungan antara sistim hukum dan sistim sosial lainnya. Dihubungkan
dengan konsepnya tentang dominasi hukum, maka hukum bukan hanya merupakan bentuk
khusus dari ketertiban politik, melainkan juga merupakan suatu ketertiban sentr
al yang bersifat mengatur secara independen.
Perkembangan sosiologi hukum ( Law Sociology ) suatu disiplin ilmu yang relatif
muda, maka masih belum banyak mengungkapkan pengertian-pengertian yang masuk dal
am bahasan sosiologi hukum. Wignyosoebroto berpendapat bahwa sosiologi hukum ada
lah salah satu cabang kajian sosiologi yang termasuk pada keluarga ilmu pengetah
uan sosial, cabang kajian tentang kehidupan bermasyarakat manusia pada umumnya,
yang memberikan perhatian kepada upaya-upaya manusia menegakkan dan mensejahtera
kan kehidupannya, serta mempunyai kekhususan yang berbeda dengan kajian pada cab
ang-cabang sosiologi yang lain. Sosiologi hukum berfokus pada masalah otoritas d
an kontrol yang mungkin kehidupan kolektif manusia itu selalu berada dalam keada
an yang relatif tertib berketeraturan. Kekuatan kontrol dan otoritas pemerintah
sebagai pengembangan kekuasaan negara yang mendasari kontrol itulah yang disebut
hukum.
Hukum sebagai sarana perubahan sosial yang dalam hubungannya dengan sektor hukum
merupakan salah satu kajian penting dari disiplin sosiologi hukum. Hubungan ant
ara perubahan sosial dan sektor hukum tersebut merupakan hubungan interaksi, dal
am arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap sektor hukum sementara dipih
ak lain perubahan hukum juga berpengaruh terhadap suatu perubahan sosial. Peruba
han kekuasaan yang dapat mempengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salahsatu
fungsi hukum, yakni hukum sebagai sarana perubahan sosial atau sarana rekayasa m
asyarakat ( social engineering ).
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung pada berbagai fa
ktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum dalam masyarakat yang b
elum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam masyarakat maju. Dalam se
tiap masyarakat hukum lebih berfungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat d
an jaminan pencapaian struktur sosial yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, da
lam masyarakat yang sudah maju hukum, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan leb
ih berjarak dengan konteksnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa fungsi hukum dalam masyarakat. Ya
itu ;
1. Fungsi Menfasilitasi
Dalam hal ini termasuk menfasilitasi antara pihak-pihak tertentu sehinggga terca
pai suatu ketertiban.
2. Fungsi Represif
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat bagi elite penguasa untuk m
encapai tujuan-tujuannya.
3. Fungsi Ideologis
Fungsi ini termasuk menjamin pencapaian legitimasi, hegemoni, dominasi,
kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan lain-lain.
4. Fungsi Reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat sehingga mesti
nya hukum bersifat netral.
Selanjutnya Aubert mengklasifikasi fungsi hukum dalam masyarakat, antara lain :
1. Fungsi mengatur ( Govermence )
2. Fungsi Distribusi Sumber Daya
3. Fungsi safeguart terhadap ekspektasi masyarakat
4. Fungsi penyelesaian konflik
5. Fungsi ekpresi dari nilai dan cita-cita dalam masyarakat.
Menurut Podgorecki, bahwa fungsi hukum dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Integrasi
Yakni bagaimana hukum terealisasi saling berharap ( mutual expectation ) dari ma
syarakat.
2. Fungsi Petrifikasi
Yakni bagaimana hukum melakukan seleksi dari pola-pola perilaku manusia agar dap
at mencapai tujuan-tujuan sosial.
3. Fungsi Reduksi
Yakni bagaimana hukum menyeleksi sikap manusia yang berbeda-beda dalam
masyarakat yang kompleks sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam hal
ini, hukum berfungsi untuk mereduksi kompleksitas ke pembuatan putusan-putusan t
ertentu.
4. Fungsi Memotivasi
Yakni hukum mengatur agar manusia dapat memilih perilaku yang sesuai dengan nila
i-nilai dalam masyarakat.
5. Fungsi Edukasi
Yakni hukum bukan saja menghukum dan memotivasi masyarakat, melainkan juga melak
ukan edukasi dan sosialisasi.
Selanjutnya, menurut Podgorecki, fungsi hukum yang aktual harus dianalisis melal
ui berbagai hipotesis sebagai berikut :
1. Hukum tertuis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda, sesuai dengan sistem sos
ial dan ekonomi masyarakat.
2. Hukum tertuis ditafsirkan secara berbeda-beda oleh berbagai sub kultur dalam
masyarakat. Misalnya, hukum akan ditafsirkan secara berbeda-beda oleh mahasiswa,
Dosen, advokat, polisi, hakim, artis, tentara, orang bisnis, birokrat dan sebag
ainya.
3. Hukum tertulis dapat ditafsrkan secara berbeda-beda oleh berbagai personalita
s dalam masayarakat yang diakibatkan oleh berbedanya kekuatan/kepentingan ekonom
i, politik, dan psikososial. Misalnya golongan tua lebih menghormati hukum darip
ada golongan muda. Masyarakat tahun 1960-an akan lebih sensitif terhadap hak dan
kebebasan dari pekerja.
4. Faktor prosedur formal dan framework yang bersifat semantik lebih menentukan
terhadap suatu putusan hukum dibandingkan faktor hukum substantif.
5. Bahkan jika sistem-sistem sosial bergerak secara seimbang dan harmonis, tidak
berarti bahwa hukum hanya sekedar membagi-bagikan hadiah atau hukuman.
Dalam suatu sistem bahwa antara hukum, kekuasaan dan politik sangat erat kaitann
ya serta studi tentang hubungan antara komponen hukum, kekuasaan dan politik jug
a merupakan bidang yang mendapat bagian dari sosiaologi hukum.
Fungsi hukum menurut masyarakat yaitu, hukum merupakan sarana perubahan sosial.
Dalam hal ini, hukum hanyalah berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi saja s
ehingga dalam kasus seperti ini bukan hukum yang mengubah masyarakat, melainkan
perkembangan masyarakat yang mengubah hukum. Sikap dan kehidupan suatu masyaraka
t berasal dari berbagai stimulus sebagaia berikut :
1. Berbagai perubahan secara evolutif terhadap norma-norma dalam masyarakat.
2. Kebutuhan dadakan dari masyarakat karena adanya keadaan khusus atau keadaan d
arurat khususnya dalam hubungan distribusi sumber daya atau dalam hubugan dengan
standar baru tentang keadilan.
3. Atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat melihat jauh
ke depan yang kemudian sedikit demi sedikit mempengaruhi pamndangan dan cara hid
up masyarakat.
4. Ada ketidak adilan secara tekhnikal hkum yang meminta diubahnya hukum tersebu
t.
5. Ada ketidak konsistenan dalam tubuh hukum yang juga meminta perubhan terhadap
hukum tersebut.
6. Ada perkembangan pengetahuan dan tekhnologi yang memunculkan bentukan baru un
tuk membuktikan suatu fakta.
Kemudian dalam suatu masyarakat terdapat aspek positif dan negatif dari suatu ga
ya pemerintahan yang superaktif. Negatifnya adalah kecenderungan menjadi pemerin
tahan tirani dan totaliter. Sedangkan positifnya adalah bahwa gaya pemerintahan
yang superaktif tersebut biasanya menyebabkan banyak dilakukannya perubahan huku
m dan perundang-undangan yang dapat mempercepat terjadinya perubahan dan perkemb
angan dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat seperti ini bisa kearah positif,
tetapi bisa juga kearah yang negatif.
Ada beberapa lapisan dari suatu realitas sosial. Lapisan dari realitas sosial te
rsebut antara lain :
1.Lapisan dalam bentuk dasar-dasar geografis da demografis.
Ini merupakan lapisan paling atas dari realitas sosial. Dalam hal ini kebutuhan
masyarakat seperti makanan atau komunikasi menjadi dasar bagi masyarakat
Manakala faktor-faktor tersebut merupakan hasil transformasi dari tindakan kolek
tif masyarakat atas desakan dari simbol, cita-cita dan nila dalam masyarakat.
2. Lapisan Institusi da tabiat kolektif (Kolektif Behaniove) ini merupaka lapisa
n kedua dalam suatu realitas sosial. Dalam lapisan yang bersifat morfologis ini,
dijumpai institusi masyarakat dan tingkah laku masyarakat yang mengkristal dala
m bentuk-bentuk kebiasaan praktik dalam organisasi.
3. Lapisan simbol-simbol
Lapisan ini berhubungan langsung dengan institusi yang berfungsi sebagai tanda a
tau sarana praktik, seperti lambang, bendera, obyek suci, dogma-dogma, prosedur,
sanksi atau kebiasaan.
4. Lapisan nilai (value ) dan tujuan kolektif
Lapisan merupakan produk dari suatu kehidupan sosial yang mengarahkan suatu pemi
kiran kolektif yang bebas.
5. lapisan pikiran kolektif ( Collective Mind )
Lapisan pikiran kolektif ini merukan memori kolektif, representasi kolektif, per
asaan kolektif, kecenderungan dan aspirasi kolektif, dalam suatu kesadaran indiv
idu.
Dalam kehidupan masyarakat ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan sosial. Ke
tiga faktor tersebut adalah :
1. Kumulasi penemuan tekhnologi.
2. Kontrak konflik antar kebudayaan.
3. Gerakan sosial (social movement )
Kemudian, teori kebudayaan yang tentunya dianut oleh para ahli kebudayaan yang m
engemukakan bahwa penyebab utama terjadinya perubahan masyarakat adalah bertemun
ya dua atau lebih kebudayaan yang berbeda sehingga masing-masing akan menyesuaik
an kebudayaannya dengan kebudayan baru untuk mendapatkan sistem kebudayaan yang
lebih baik menurut penilaian mereka. Sementara itu teori gerakan sosial menyatak
an bahwa perubahan masyarakat terjadi karena adanya gerakan sosial dimana geraka
n tersebut terjadi karena adanya unsur ketidakpuasan yang menimbulkan protes-pro
tes dikalangan masyarakat, yang pada akhirnya menghasilkan suatu tatanan masyara
kat baru, termasuk didalamnya suatu tatanan hukum yang baru. Jadi menurut teoriteori tersebut, justru perubahan hukum, bisa menghasilkan suatu tatanan hukum ya
ng baru. Ini merupakan akibat dari adanya perubahan masyarakat tersebut.
Fungsi hukum dalam masyarakat juga memberikan gambaran kepada kita bahwa apabila
fungsi hukum dalam masyarakat tidak berjalan sebagaimana yang seharusnya, akan
menimbulkan pemerintahan yang sewenang-wenang, yang pada akhirnya pemerintahan t
idak lagi dibatasi oleh hukum. Pemerintahan tersebut akan menjadikan dirinya huk
um itu sendiri. Seperti sistem pemerintahan diktator. Sehingga rakyat beranggapa
n bahwa siapa yang memerinta dialah yang berkuasa, dan siapa yang berkuasa maka
dialah undang-undang. Contohnya jarang sekali seorang pejabat aktif masuk penjar
a, biasanya setelah selesai dari jabatannya baru ditangkap. Menurut Hatta sebaik
nya walaupun dia seorang pejabat bila terbukti bersalah harus di turunkan dari j
abatannya, kemudian di ganti orang lain. Bila penggantinya terjadi lagi distorsi
harus diganti lagi. Sebab generasi bangsa banyak yang punya potensi tetapi tida
k diberikan kesempatan oleh pemimpin terdahulu. Hal seperti ini yang mengancam k
esenjangan-kesenjangan sosial. Jadi untuk menjaga keseimbangan bermasyarakat, be
rbangsa dan bernegara perlu ada tindakan nyata agar tidak terjadi disintegrasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan :
1. Sosiologi hukum adalah disipli ilmu yang sudah berkembang dewasa ini bahkan b