Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah bagian dari kehidupan di permukaan bumi. Air bukan
merupakan hal yang baru, karena kita ketahui bersama bahwa tidak ada
satupun kehidupan dimuka bumi ini dapat berlangsung tanpa adanya air.
Oleh karena itu , air dikatakan benda mutlak yang sangat diperlukan dalam
kehidupan makhluk hidup. Volume air dalam tubuh manusia rata - rata
65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat bervariasi pada
masing masing orang, bahkan juga bervariasi pada bagian bagi tubuh
seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air
antara lain : otak 74%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah
83%.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan
WHO, di negara - negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 120
liter perhari. Sedangakan di Negara berkembang , termasuk Indonesia tiap
orang memerlukan air antara 30 60 perhari. Selain memenuhi syarat
kuatitas, penyediaan air minum bagi masyarakat juga harus memenuhi
syarat kualitas yang meliputi syarat fisik, syarat bakteriologis, syarat kimia
dan syarat radiologis dan juga tidak melewati nilai ambang batas yang
telah ditetapkan. Sampai saat ini, air permukaan ( sungai, mata air,waduk
dan lain lain) masih menjadi air baku bagi perusahaan air minum baik
perusahaan pemerintah maupun swasta. Oleh karena permukaan air mudah
terkontaminasi terutama bakteri, virus, jamur dan zat - zat kimia lain,
maka harus diadakan pengawasan kualitas air minum yang diproduksi
tetap terjaga.
Pengolahan air dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang
semula tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi air yang memenuhi
syarat kesehatan. Sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, tanggal 19 April 2010, air yang boleh
dikonsumsi oleh manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan

mikrobiologi dengan kadar parameter tertentu. Menurut kualitasnya, air


dapat digolongkan menjadi air baku, air bersih dan air minum.
PDAM Tirta Moedal merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) yang memberikan jasa pelayanan bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air bersih yang merupakan salah satu kebutuhan
pokok masyarakat. Jumlah masyarakat yang terus meningkat membuat
tingkat permintaan akan air bersih meningkat, sehingga pelayanan PDAM
harus dilakukan dengan baik sesuai dengan aturan sehingga dapat segera
memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Maka peran PDAM Tirta
Moedal menjadi semakin penting. Yaitu untuk mengetahui tentang
bagaimana sistem pelayanan dilakukan PDAM Tirta Moedal Kota
Semarang.
Berdasarkan data statistik PDAM Tirta MOEDAL, dari tahun ke
tahun kebutuhan air di kota Semarang akan terus meningkat secara
spesifik. Perbandingan jumlah konsumsi air dengan jumlah yang tersedia
(dalam Liter/hari) pada tahun 2003=6500:2018; tahun 2009=9000:3300;
dan diperkirakan pada tahun 2015=12500:4800. Data di atas menunjukkan
bahwa PDAM Tirta MOEDAL masih belum dapat memenuhi kebutuhan
air masyarakat Kota Semarang. Namun, PDAM Tirta MOEDAL akan terus
mengusahakan ketersediaan air bersih yang akan dapat memunuhi
kebutuhan masyarakat. Kita pasti tahu bahwa air mutlak dibutuhkan oleh
makhluk hidup, karenanya diharapkan bagi semua warga, terutama di Kota
Semarang dapat menghemat air dari sekarang.
B. Tujuan
a. Mahasiswa memperoleh Informasi mengenai Sistem Pengolahan
dan Monitoring Kualitas Air Minum di PDAM Tirta Moedal Kota
Semarang
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis Pengolahan Air Minum yang
digunakan di PDAM Tirta Moedal Kota Semarang
c. Mahasiswa dapat mengetahui cakupan Pelayanan Pengolahan Air
Minum yang dilakukan di PDAM Tirta Moedal Kota Semarang

serta dampak yang ditimbulkan bagi Lingkungan baik Fisik


maupun Sosial.
d. Mahasiswa dapat memperluas pengetahuan tentang pengolahan Air
Minum yang didapat dibangku perkuliahan dengan yang ada di
Lapangan.
B. Manfaat
a. Mahasiswa mengetahui proses sistem pengolahan dan monitoring
kualitas air minum yang ada di Instalasi Pengolahan dan
Monitoring Kualitas Air Minum di PDAM Tirta Moedal Kota
Semarang.
b. Mahasiswa mendapat wawasan dan ilmu baru di lapangan diluar
perkuliahan.
c. Mahasiswa mampu membandingkan dan menerapkan teori yang
telah diajarkan di bangku kuliah dengan keadaan lapangan Instalasi
Pengolahan Air Minum yang sebenarnya.
d. Mahasiswa mengetahui beberapa dampak yang dapat ditimbulkan
dari PDAM Tirta Moedal Kota Semarang bagi lingkungan baik
fisik maupun sosial.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian Air Minum


Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses


pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Jenis air minum menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air Kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
B.

disajikan kepada masyarakat.


Syarat-syarat Air Minum
Syarat syarat air minum adalah, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang
dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang
dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk
mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 2004).

C.

Sumber Air Minum


Menurut Chandra (2007), air yang diperuntukkan bagi konsumsi
manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan batasan
sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan.
Air yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi:

1. Air Angkasa (Hujan)


Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi.
Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air
tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel
debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan
amonia.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan badan air semacam sungai,
danau, telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar
berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut
kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun
lainnya.
3.

Air Tanah
Air tanah (groundwater) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau mengalami
penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah.
Proses proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam
perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah biasanya bebas dari
kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau
penjernihan serta persediaannya cukup di sepanjang tahun, walaupun saat
musim kemarau. Tetapi air tanah juga mengandung zat zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi seperti magnesium, kalsium, dan logam berat.

D.

Standar Kualitas Air Minum


Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia
haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan
biologis.

1. Syarat fisik, antara lain:


Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai
berikut:
a. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran
koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air
semakin keruh
b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya
bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air
tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam
tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik (Juli Soemirat
Slamet, 2002:112).
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
e. Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar
tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang
dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikro organisme.
f. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS biasanya tersdiri atas zat organic, garam anorganik
dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik.
Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada

spesies kimia penyebab masalah tersebut (Juli Sumirat Slamet,


2002:112). Menurut Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
batas TDS yang diperbolehkan ada dalam air adalah 500 mg/l.
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air
pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air
terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum
menurut Permenkes No. 492/Menkes/Per/Iv/2010 dalam hal pH
yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 8,5 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun
yang sangat mengganggu kesehatan.
pH yang lebih dari 7 menentukan sifat korosi yang rendah
sebab semakin rendah pH, maka sifat korosinya semakin tinggi
(Gupta et al, 2009). pH air yang lebih besar dari 7 memiliki
kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa dan kurang
efektif dalam membunuh bakteri sebab akan lebih efektif pada
kondisi netral atau bersifat asam lemah (Sururi et al, 2008)
b. Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan
kesadahanvnonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat
keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan
dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan
kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan
oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan
Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium
dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat
menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang
lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada
pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi

dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa
mual.
Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahanbahan terlarut yang ada di dalam air. Apabila kondisi air semakin
keruh maka cahaya matahari yang masuk ke permukaan air
berkurang, sehingga jumlah suplai oksigen yang diberikan oleh
tumbuhan akan berkurang. Bahan bahan terlarut dalam air juga
menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat, sehingga
jumlah oksigen terlarut dalam air juga berkurang. (Rahayu, dkk,
2009).
c. Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning
dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan
korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah
satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang
banyak ditemukan diperairan umum. Menurut Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 batas maksimal yang terkandung didalam
air adalah 0,3 mg/l. Penyimpangan standar akan menyebabkan rasa
tidak enak dalam air, menimbulkan noda putih pada alat serta
menimbulkan bau dan warna pada air.
d. Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut
Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0,2 mg/l. Air yang
mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak
enak apabila dikonsumsi.
e. Zat organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi
zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu
seperti NH4,H2S, So4 dan NO3 (Kusnaedi, 2004:6).
f. Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah
dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun

dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh


bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar
dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat
bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk
methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen
didalam tubuh. Menurut Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
batas nitrat yang diperbolehkan dalam air adalah 50 mg/l dan nitrit
adalah 3 mg/l.
3. Syarat biologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit. Seperti kita ketahui
jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar
tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya
investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi
penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk
membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang
layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan
Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas


dan kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar
masyarakat
Keberadaan nakteri dalam unit pengolahan air juga merupakan
kunci efisiensi proses biologis. Bakteri berperan penting untuk
mengevaluasi kualitas air. ( Sakti A. Siregar, 2005)
E.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus


memenuhi standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus
diperiksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab,
air baku belum tentu memenuhi standart, maka sering dilakukan pengolahan
air untuk memenuhi standart air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
meliputi :
1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik
yaitu, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15
TCU), suhu udara maksimum 3C, dan tidak keruh (maksimum 5
NTU)
b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi
kuman Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab
keberadaan bakteri Escherichia coli merupakan indikator terjadinya
pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan Escherichia coli dan
Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan
bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi
ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek
kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum
tidak boleh melabihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Persyaratan Kualitas Air Minum
( Peraturan Pemerintah No.492 Tahun 2010)

F.

PDAM Semarang
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang
merupakan perusahaan milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat yang menyediakan air bersih untuk masyarakat Kota
Semarang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terletak pada posisi
astronomi di antara garis 650 710 Lintang Selatan dan garis 10935
11050 Bujur Timur sehingga Kota Semarang berada dilokasi perbukitan dan
pesisir pantai. Menurut batas wilayah administratif kota semarang terbagi atas
wilayah Barat berbatasan dangan Kabupaten Kendal, wilayah Timur
berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Demak, wilayah Utara berbatasan
dengan Laut Jawa dan wilayah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Ungaran. Penduduk Kota Semarang menurut data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Semarang tahun 2013 jumlah penduduk kota Semarang
1.739.989. (pdamkotasmg.co.id).

Peta Pelayanan PDAM Kota Semarang dalam cakupan pendistribusian


air

bersih

wilayah

Kota

Semarang

per Februari

2014

berjumlah

145.638 pelanggan yang terbagi dalam 5 cabang adalah sebagai berikut :


Cabang Selatan
Cabang Barat
Cabang Timur
Cabang Utara
Cabang Tengah
G.

24.848 pelanggan
31.232 pelanggan
40.566 pelanggan
29.179 pelanggan
19.813 Pelanggan

Metode Pengolahan Air Minum


1.

Pengolahan Lengkap

Gambar 1 Pengolahan Air Minum PDAM Tirta Moedal Kota Semarang


Metode pengolahan air dibagi menjadi dua yaitu pengolahan air
lengkap dan pengolahan air tidak lengkap. Pengolahan air lengkap digunakan
untuk mengolah sumber air dengan kualitas yang buruk. Pengolahan air tidak
lengkap berarti mengabaikan beberapa tahapan pengolahan sebelumnya.
Tahapan pada pengolahan lengkap yaitu screening, pra sedimentasi, koagulasi
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi. Sedangkan pengolahan air tidak

lengkap terdiri dari aerasi dan klorinasi. Pengolahan air tidak lengkap biasanya
digunakan untuk mereduksi parameter tertentu yang terkandung di dalam air.
a. Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan Bar screen /
penyaring yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung
(sampah) agar tidak sampai masuk ruang intake karena bisa
mengganggu kinerja pompa.
b. Koagulasi & Flokulasi
Proses Koagulasi adalah proses pemberian koagulan CMA dengan
maksud mengurangi gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga
partikel koloid tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil.
c. Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud
menggabungkan flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses
sebelumnya (koagulasi) sehingga menjadi besar dan mudah untuk
diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami pengadukan lambat
memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin besar dan
mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
d. Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok-

flok yang

terbentuk dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada


bak sedimentasi dilengkapi tube settler yang bertujuan untuk
mempercepat proses pengendapan.

e. Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok
halus yang belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses
filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan air melalui media porous
yaitu; pasir silica/ kwarsa.
f. Chlorinasi

Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium


Hypochlorit) yang bertujuan untuk
ada, baik di

membunuh bakteri yang mungkin

reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke

pelanggan.
2. Pengolahan Tidak Lengkap
Pengolahan tidak lengkap diberlakukan pada air baku yang
hanya mempunyai beberapa parameter saja yang harus diturunkan
kadarnya, contoh air baku yang berasal dari mata air dan air tanah
dalam. Misal air baku tersebut mempunyai kadar zat besi (Fe) yang
melebihi ambang batas, maka pengolahan yang perlu dilakukan adalah:
a. Aerasi

: adalah suatu proses pengolahan yang bertujuan untuk

mengurangi kadar zat besi yang melampaui batas ambang yang


telah ditetapkan DepKes RI.
b. Chlorinasi : adalah pembubuhan zat disinfeltan (misal gas chlor,
sodium Hypochlorit) yang bertujuan untuk membubuh bakteri
yang mungkin ada, baik di reservoir , jaringan pipa distribusi
hingga sampai ke pelanggan.
H.

Proses Koagulasi dan Flokulasi


Koagulasi adalah peristiwa pembentukan atau penggumpulan partikelpartikel kecil menggunakan zat koagulan. Flokulasi adalah peristiwa
pengumpulan partikel-partikel kecil hasil koagulasi menjadi flok yang lebih
besar sehingga cepat mengendap. Tawas dan kapur merupakan zat koagulan
dan flokulan yang telah banyak digunakan dalam proses koagulasi (Putra,
2009).
Pengadukan campuran dibagi menjadi 2 berdasarkan kecepatan
pengadukannya yaitu pengadukan cepat dengan kecepatan 120 rpm dan
pengadukan lambat dengan kecepatan 40 rpm. Pengadukan cepat dilakukan
selama 2 menit yang dihitung sejak penambahan koagulan. Pengadukan cepat
ini bertujuan untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-partikel
koloid dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan

bertumbukan satu sama lain. Sedangkan pengadukan lambat dilakukan dengan


waktu pengadukan yang divariasikan mulai dari 5 hingga 25 menit, yang
dimulai tepat setelah pengadukan cepat selesai.
Pengadukan lambat ini berujuan untuk menggumpalkan partikelpartikel terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang
lebih besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi dengan partikel-partikel
tersuspensi lainnya. Pengadukan pelan akan memperpendek jarak antar
partikel sehingga gaya tarik menarik antar partikel menjadi lebih besar dan
dominan dibanding gaya tolaknya, yang menghasilkan kontak dan tumbukan
antar partikel yang lebih banyak dan lebih sering. Kontak inilah yang
menggumpalkan partikel-partikel padat terlarut terkoagulasi berukuran mikro
menjadi partikel flok yang lebih besar. Ketika pertumbuhan flok sudah cukup
maksimal massa dan ukurannya flok-flok ini akan mengendap ke dasar
reservoir sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air jernih pada bagian atas
reservoir dan lapisan endapan flok yang menyerupai lumpur pada dasar
reservoir (Karamah, 2007).
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah
dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi,
partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk
flok. Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air
limbah. Dengan mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling yang terjadi
pada membran akan berkurang sehingga penggunaan mikro filtrasi dalam
proses pengolahan air bersih menjadi layak untuk dilakukan (Karamah, 2007).
Proses koagulasi tidak berbeda dengan proses mekanis, tetapi pada
proses ini ditambahkan koagulan, yaitu bahan kimia yang dapat mempercepat
proses pengendapan partikel dan menurunkan kadar karbonat dalam air.
Proses koagulasi merupakan proses penggumpalan partikel yang larut dalam
air (Subarnas, 2007).
Koagulasi terhadap air dilaksanakan karena beberapa alasan. Alasan
utama adalah untuk menghilangkan (Manurung, 2012):
1. Kekeruhan, bahan organik dan anorganik
2. Warna

3. Bakteri
4. Algae dan organisme lain sebagai plankton
5. Rasa dan bahan-bahan penyebab rasa
6. Fosfat, sebagai sumber makanan bagi algae
Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan,
penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda
muatan, atau karena elektroforesis. Elektroforesis dapat menyebabkan
koagulasi karena endapan pada salah satu elektrode semakin lama semakin
pekat dan akhirnya membentuk gumpalan. Beberapa proses koagulasi yang
sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain perebusan telur,
pembuatan yoghurt, pembuatan tahu, pembuatan lateks, dan penjernihan air
sungai (Sutresna, 2007).
Mekanisme terjadinya koagulasi dikelompokkan atas teori kimia dan
teori fisika. Teori kimia menyatakan bahwa koloid memperoleh muatan listrik
pada permukaannya oleh ionisasi gugus kimia dan koagulasi terjadi karena
interaksi kimia di antara partikel koloid dan koagulan. Muatan partikelpartikel koloid penyebab kekeruhan di dalam air adalah sejenis, oleh karena
itu jika kekuatan ionik di dalam air rendah, maka koloid akan tetap stabil.
Stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunya
permukaan muatan sejenis. Sedangkan teori fisika menekankan terutama
terhadap faktor fisik sebagai lapisan listrik ganda dan adsorbsi counter ion di
mana koagulasi terjadi melalui pengurangan gaya sebagaimana halnya beda
potensial. Partikel koloid menyerap ion-ion positif, ion-ion ini kemudian
menyerap ion negatif tetapi jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion
positif yang ada sehingga terjadi lapisan listrik ganda. Antara permukaan
partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial elektrokinetik sedangkan ionion positif dan negatif di luar lapisan listrik ganda dapat bergerak bebas di
dalam larutan (Manurung, 2012).
Koagulan yang sering digunakan untuk mengendapkan limbah adalah
alum, feri sulfat, feri klorida, dan kapur. Alum akan bereaksi dengan bahan
yang bersifat basa dan membentuk alumunium hidroksida yang tidak dapat
larut dan mengkoagulasi partikel koloid. Kapur akan bereaksi dengan

bikarbonat dan membentuk kalsium karbonat yang akan mengendap. Kalsium


karbonat yang tidak larut akan terbentuk pada pH di atas 9,5. Garam-garam
feri digunakan untuk meningkatkan daya endap dari feri hidroksida yang akan
membentuk endapan dalam limbah dan meningkatkan laju sedimentasi dari
partikel lainnya yang ada dalam limbah tersebut. Penggunaan koagulan untuk
mengendapkan fosfat pada limbah peternakan menunjukkan hasil yang layak
secara teknis dan ekonomis. Pada limbah-limbah peternakan setiap
penambahan padatan tersuspensi antara 0,5-1,0 mg/L akan meningkatkan
kebutuhan bahan kimia koagulan 1 mg/L (Jenie, 1993).
Bahan kimia yang dapat mengendapkan disebut koagulan. Bahan ini
dapat mengendapkan partikel-partikel koloid. Dengan penambahan koagulan,
partikel-partikel koloid yang sebelumnya melayang-layang dalam air akan
diikat menjadi partikel besar yang disebut flok. Dengan ukuran partikelnya
yang besar, flok dapat mengendap karena gaya gravitasi. Dalam pemakaian
bahan kimia koagulan disebut juga flokulan. Beberapa koagulan anorganik
yang banyak digunakan dalam pengolahan air atau limbah cair di antaranya
alumunium sulfat (alum), polialumunium klorida (PAC), besi sulfat (II), besi
klorida (II), dan lain-lain. Selain koagulan anorganik, tersedia pula alternatif
lokal sebagai koagulan organik alami dari tanaman yang mudah diperoleh.
Koagulan alami ini biodegradable dan aman bagi kesehatan manusia. Biji
kelor telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan kekeruhan
pada limbah cair kelapa sawit. Biji kelor juga tidak mengandung senyawa
toksik sehingga aman bagi kesehatan. Pemanfaatan bahan-bahan koagulan
alami seperti biji kelor dimungkinkan dapat menggantikan bahan koagulan
sintetis seperti alum sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
dan industri dapat teratasi (Manurung, 2012).
Pada banyak koloid, partikel mempunyai muatan bersih positif atau
negatif pada permukaannya, diimbangi oleh muatan ion lawannya dalam
larutan. Pemisahan koloid semacam ini dipercepat oleh pelarutan garam dalam
larutan itu. Proses tersebut dinamakan flokulasi (Oxtoby, 2001).
Proses flokulasi adalah agregasi atau berkumpulnya partikel-partikel
kecil dalam sebuah suspensi, menjadi partikel-partikel yang lebih besar yang

disebut flok. Flokulasi disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil


bahan kimia yang disebut sebagai flokulan. Flokulan dapat dikategorikan
menjadi 2 jenis yaitu flokulan organik dan flokulan anorganik. Di antara
flokulan-flokulan anorganik, garam-garam dari berbagai logam seperti
alumunium dan besi telah banyak digunakan. Flokulan organik dapat dibagi
lagi menjadi 2 jenis yaitu sintetik dan alami. Flokulan sintetik umumnya
merupakan polimer linear yang larut dalam air seperti polyacrylamide, poly
(acrylic acid), poly (diallyl dimethil ammonium chloride), poly (styrenic
sulfonic acid), dan sebagainya. Di sisi lain, pati, selulosa, alginic acid, guar
gum, adalah polimer alami yang sangat sering digunakan sebagai flokulan.
Tujuan dari flokulasi adalah untuk menciptakan partikel yang lebih
besar yang kompatibel dengan proses selanjutnya seperti menetap atau flotasi.
Flokulasi objektif, sebagai proses unit pengolahan air, adalah untuk
menyebabkan tabrakan antara partikel kecil. Setelah pendinginan, premis
adalah bahwa partikel akan menempel satu sama lain dan dengan demikian
menggumpal, tumbuh beberapa ukuran yang diinginkan dan menjadi flok.
Proses aglomerasi disebut flokulasi. Pada prinsipnya, flokulasi merupakan
kasus khusus pencampuran. Pada risiko beberapa redundansi, flokulasi
dianggap di sini sebagai topik yang terpisah untuk menyalahkan identitas itu
sendiri (Hendricks, 2006).
Dalam proses pemurnian air atau purifikasi dengan metode sand filter,
terdapat beberapa tahapan salah satunya adalah koagulasi dan flokulasi.
Dalam proses koagulasi, air sungai yang telah disedot diberi zat koagulasi
kimia, misalnya alum dengan dosis bervariasi antara 5-40 mg/L bergantung
pada turbiditas, warna, suhu, dan pH airnya. Di dalam bak flokulasi, air yang
telah bercampur dengan alum diputar pelan-pelan selama 30 menit untuk
mengendapkan alumunium hidroksida yang berbentuk benda berwarna putih
dalam air (Chandra, 2010).

BAB III
HASIL
A. Klasifikasi Air
Pengolahan air yang dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang
semula tidak memenuhi tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi air yang
memenuhi syarat kesehatan. sebagaimana Peraturan menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, tanggal 19 April 2010, air yang boleh dikonsumsi
manusia harus memenuhi persyaratan fisi, kimia, dan mikrbiologi dengan

kadar parameter tertentu. Menurut kualitasnya, air dapat digolongkan sebagai


berikut:

Air Baku
Air yang ada di alam (air tanah, air permukaan, dan mata air) yang
kualitasnya mungkin belum memenuhi syarat kesehatan.
Air Bersih
Air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yag
kualitasnya hamper memenuhi syarat kesehatan dna apabila di minum

harus dimasak terlebih dahulu.


Air Minum
Air bersih yang kualitasnya sudha memenuhi syarat kesehatan dan
langsung dapa diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

B. Sumber Produksi
PDAM Tirta Moedal Kota Semarang dalam memproduksi air minum
menggunakan berbagai sumber air yang kemudian diolah menjadi air minum
yaitu dapat berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah dalam yang
terbagi dalam sumur kota dan sumur pegunungan. Adapun perinciannya
sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sumber Produksi PDAM Tirta Moedal Kota Semarang


No. Sumber Produksi
1
2
3

Air permukaan
Mata air
Air tanah dalam
- Sumur kota
- Sumur pegunungan

Total

C. Jenis Pengolahan

Lokasi

Kontribusi

Produksi

7
8

Produksi
69,2%
11,1%

Th.2011 (lt/det)
1.802,10
345,79

5
25
45

0,9%
18,8%
100%

23,14
472,96
2.643,99

Pada PDAM Tirta Moedal ini menggunakan tiga sumber air baku yang
diolah menjadi air minum. Pada masing-masing sumber air baku tersebut
memerlukan pengolahan air yang berbeda-beda. Jenis pengolahan air baku
dapat dilihat pada table berikut
Tabel 3.2 Jenis Pengolahan Air Baku
No.
1
2
3

Macam air baku


Mata air
Air tanah dalam
Air permukaan (sungai)

Jenis pengolahan
Pengolahan tak lengkap
Pengolahan tak lengkap
Pengolahan lengkap

Berikut tahap-tahap pengolahan air di PDAM Tirta Moedal Semarang


yaitu meliputi :

Gambar 3.1 Tahap pengolahan air di PDAM Tirta Moedal Semarang

Dibawah ini adalah gambar peralatan untuk melaksanakan tahap demi


tahap pengolahan air :

Gambar 3.2 peralatan untuk melaksanakan tahap demi tahap pengolahan air
Pada pengolahan air permukaan yang diambil dari sungai dilakukan
pengolahan secara lengkap yaitu sebagai berikut:
a. Penyaringan Awal
Aliran air sungai sebagian diarahkan ke intake yang merupakan unita
bangunan pertama dari instalasi pengolahan air. Pada unit bangunan ini
terjadi proses penyaringan terhadap kotoran yang melaynag dan terapung
dengan menggunakan screen jeruji besi (Bar Screen).

Gambar 3.3 Sungai Kaligarang


Gambar 3.4 Intake IPA Kaligarang
b. Proses Pengadukan Cepat (Koagulasi)
Proses pencampuran da pemerataan bahan kimia koagulan Aluminium
Sulfat (tawas) atau Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan air baku.

Proses ini terjadi dengan memanfaatkan aliran turbulen sehingga


diharapkan dapat terbentuk inti-inti flok.

Gambar 3.5 Sistem Injeksi di IPA Kaligarang


Sebelum proses koagulasi, dilakukan Jar Test di laboratorium untuk
menentukan dosis bahankimia (koagulan) yang akan dicampurkan
kedalam air yang berasal dari sumber air agar menjadi air yang layak
pakai.

Gambar 3.6 Proses Jar Test di laboratorium

c. Proses Pengadukan Lambat (Flokulasi)


Flokulasi yaitu proses pengadukan yang bertujuan untuk menggabungkan
flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi)
sehingga menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses ini
yang terjadi adalah pengadukan lambat, disamping untuk menggabungkan
flok juga dapat mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah
terbentuk.

Gambar 3.7 Tempat terjadinya


flokulasi

Gambar 3.8 Flok-flok yang terbentuk

d. Proses Pengendapan (Sedimentasi)


Proses pengendapan flok-flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi.
Pada unit bangunan pengendapan ini dilengkapi dengan turbe settler yang
bertujuan untuk mengoptimalkan proses pengendapan.

Gambar 3.9 Bangunan pengendapan


flok-flok
e. Proses Penyaringan (Filtrasi)
Merupakan penyaringan dari

Gambar 3.10 Kran pembuangan


lumpur

proses

sedimentasi

yang

masih

mengandung/membawa mikroflok yang belum terendapkan, media yang


dipakai pad apenyaringan ini adalah pasir kuarsa dari Bangka dengan
ketebalan 80 100 cm.

f. Proses Sterilisasi (Desinfeksi)


Gambar 3.11 Bangunan penyaring air bersih

Proses pemberian zat desinfektan dalam hal ini yang dipakai adalah Chlor
(gas/cair) yang bertujuan untuk membunuh bakteri/ kuman yang mungkin
masih ada dalam air. Pembubuhan dilakukan di inlet reservoir dengan
maksud agar mempunyai waktu kontak yang lebih lama di pelanggan.

Gambar 3.12 Bangunanpenampung Gambar 3.13 Chlor tank building


air bersih

D. Monitoring Kualitas Air


Berdasar pada peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang No.8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kep Men. Kes. RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Dalam
menjaga kualitas air hasil pengolahan air agar tetap memenuhi standar kualitas
sesuai ketentuan yang berlaku, baik di reservoir Instalasi Pengolahan Air
maupun di pelanggan dilakukan pengecekan kualitas air dengan mengambil
sampel di beberapa tempat.

Tabel 3.3 Jumlah Lokasi Pengambilan Sampel


No. Lokasi
1

Reservoir

Jumlah pengambilan sampel


Bakteriologis
Fisika & Kimia
310
132

2
Pelanggan
Jumlah
Total

804
1114
1330

84
216

Pelaksanaan sampling:
1. Dinas Kesehatan Kota Semarang : 600 sampel
2. PDAM Kota Semarang

: 730 sampel

Gambar 3.14 Pemeriksaan di


laboratorium
E. Standar Kualitas Air Minum
Pada hasil pengolahan air harus diperhatikan kualitas kandungan yang
ada didalam air tersebut. Kualitas air tersebut didasarkan pada Kepmenkes RI
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 dengan memperhatikan kadar maksimum yang
diperbolehkan. Parameter dalam menjaga kualitas digunakan beberapa
parameter sebagai berikut:

Tabel 3.4 Standar Kualitas Air Minum


No. Parameter
I

Fisika

Satuan

Kadar

Maksimum

diperbolehkan

yang

1
2
3
4
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
III
1

Warna
Rasa dan Bau
Temperatur
Kekeruhan
Kimia
Antimony
Air raksa
Arsenic
Barium
Boron
Cadmium
Chromium
Tembaga
Sianida
Fluoride
Timah
Molybdenum
Nikel
Nitrat
Nitrit
Selenium
Ammonia
Alminium
Khlorida
Tembaga
Kesadahan
Hydrogen sulfida
Besi
Mangan
pH
Sodium
Sulfat
Total Padatan terlarut
Seng
chlorine
Bakteriologis
Koliform Tinja
a. Pada air minum
b. Pada air yang masuk

TCU
o
C
NTU

15
Tidak berasa/berbau
Suhu udara 3
5

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

0,005
0,001
0,01
0,7
0,3
0,003
0,05
2
0,07
1,5
0,01
0,07
0,02
50
3
0,01
1,5
0,2
250
2
500
0,05
0,3
0,4
6,5 - 8,5
200
250
500
3
600 - 1000

Jml/100ml
Jml/100ml

0
0

system distribusi
c. Pada
system Jml/100ml

distribusi
Total Koliform
a. Pada air yang masuk Jml/100ml

system distribusi

b. Pada

system Jml/100ml

distribusi

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Semarang
adalah perusahaan daerah yang menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat
kota Semarang. PDAM memproduksi air serta mendistribusikannya keseluruh
pelanggan. PDAM Tirta Moedal Semarang dibangun sejak jaman penjajahan
Belanda pada tahun 1911. Jumlah pelanggan aktif sampai dengan 31
Desember 2014 sebesar 152.014 pelanggan yang dibedakan menjadi 5 wilayah
pelayanan yakni cabang Semarang Tengah, cabang Semarang Selatan, cabang
Semarang Timur, dan cabang Semarang Barat. Cakupan pelayanan PDAM
Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar 62,27% dan tingkat kehilangan
sebesar 45.58%. Kehilangan ini berasal dari kebocoran pipa maupun
pencurian oleh masyarakat.
Kapasitas produksi air minum pada PDAM Kota Semarang
berdasarkan sumber air yaitu : sebesar 68% dari air permukaan, 12% dari mata
air, 1% dari sumur kota, dan 20% dari sumur pegunungan.
B. Saran

1. PDAM seharusnya mengevaluasi dan memeriksa jumlah tagihan air per


bulan yang terlalu kecil (dibawah 10 m3/bulan) untuk mengevaluasi
kemungkinan adanya sambungan liar (illegal connection).
2. PDAM perlu membentuk tim yang aktif mencari titik-titik kebocoran dan
cepat tanggap dengan laporan pipa bocor yang dilaporkan oleh pelanggan
dengan mempercepat pelaksanaan perbaikan.
3. PDAM sudah dapat melakukan penggantian meter pelanggan yang telah
rusak agar pembacaan meter pelanggan dapat lebih akurat.
4. Untuk perencanaan ke depan perlu dipikirkan untuk mengantisipasi
peningkatan kebutuhan air minum di masa yang akan datang melalui
peningkatan kapasitas produksi dengan mencari alternatif sumber air baku
lain selain sumber air baku yang dimanfaatkan saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

492/Menkes/Per/Iv/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.


2. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas


Air Minum
3. Slamet, J.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
4. Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.
5. Juli Soemirat Slamet. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
6. Gupta, P., Sunita, P. Saharan, 2009. Researcher, Physiochemical Analysis of
Ground Water of Selected Area of Kaithal City (Haryana) India. Vol. 1, No. 2,
1-5
7. Sururi, Moh. Rangga, Rachmawati S.Dj, Matina Solihah. 2008. Perbandingan
Efektifitas Klor dan Ozon sebagai Desinfektan pada Sampel Air dari Unit

Filtrasi Instalasi PDAM Kota Bandung, Prosiding Seminar Nasional Sains


dan Teknologi-II, Universitas Lampung.
8. Rahayu, Subekti, dkk. 2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. World
Agroforestry Centre - Southeast Asia Regional Office. 104 p. Bogor.
9. Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum.
Jakarta : Puspa Swara.
10. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

173/MENKES/PER/VII/1977 tentang Pengawasan Pencemaran dari Badan


Air untuk berbagai Kegiatan Kegunaan yang Berhubungan dengan Kesehatan
11. Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta :
Penerbit Kasinus.
12. Putra, Sugili, dkk. 2009. Optimasi Tawas Dan Kapur Untuk Koagulasi Air
Keruh Dengan Penanda I-131. Dalam PROSIDING SEMINAR NASIONAL
V SDM TEKNOLOGI NUKLIR ISSN 1978-0176. Yogyakarta.
13. Karamah, Eva Fathul, dan Andrie Oktafauzan Lubis. 2007. Pralakuan
Koagulasi Dalam Proses Pengolahan Air Dengan Membran: Pengaruh Waktu
Pengadukan Pelan Koagulan Alumunium Sulfat Terhadap Kinerja Membran.
Program

Studi

Teknik

Kimia

Departemen

Teknik

Gas&Petrokimia.

Universitas Indonesia. Depok.


14. Subarnas, Nandang. 2007. Terampil Berkreasi. Jakarta: Grafindo Media
Pratama.
15. Manurung, Tambak, dkk. 2012. Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Pada
Pengolahan Air Sumur Tercemar Limbah Domestik. Dalam Jurnal Ilmiah
Fakultas Teknik LIMITs. Vol 8, No.1: 37-41.
16. Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI SMA. Jakarta:
Grafindo Media Pratama.

17. Jenie, Betty Sri Laksmie, dan Winiati Pudji Rahayu. 1993. Penanganan
Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
18. Oxtoby, David W. 2001. Principles Of Modern Chemistry. Jakarta: Erlangga.
19. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
20. Hendricks, David W. 2006. Water Treatment Unit Process: Physical and
Chemical. CRC Press. Florida.

Anda mungkin juga menyukai