tentang teori bahasa daerah mendapat porsi lebih banyak daripada praktiknya atau kurangnya
pemanfaatan teknologi sehingga membuat pelajaran bahasa daerah cenderung membosankan.
Ketiga, menanamkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa daerah kepada siswa. Hal ini
bukan hanya tanggung jawab guru mapel bahasa daerah saja, melainkan tanggung jawab kita
bersama. Wujud kecintaan dan kebanggaan berbahasa bisa ditunjukkan dengan menggunakannya
sebagai media berkomunikasi. Progam seperti kewajiban berbahasa Jawa di hari Kamis, atau Rebo
Nyunda di Bandung patut didukung dan bisa dilakukan di tempat lain. Namun, perlu adanya
keseriusan dan pengawasan dalam pelaksanaannya supaya benar-benar masuk ke hati siswa dan
tidak hanya sekedar seremonial atau formalitas belaka.