Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ELEKTRONIKA
Tugas Kelompok Matakuliah Elektronika
[Type here]
I.
Teori Dasar
Catu daya merupakan suatu Rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika. Ada
dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber tegangan bolak
balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah.
Bila dilihat dengan osiloskop seperti berikut :
(a) Tegangan AC
(b) Tegangan DC
Sumber Tegangan Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub positif dan
sewaktu-waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber AC selalu pada satu kutub saja, positif saja
atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan menggunakan
rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Ada tiga macam rangkaian penyearah dasar yaitu
penyearah setengah gelombang, gelombang penuh dan sistem jembatan.
[Type here]
[Type here]
b). Step down (penurun tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan lebih rendah
dari tegangan primair (jala listrik).
Berdasarkan pemasangan gulungannya dikenal 2 (dua) macam trafo yaitu:
a). Trafo tanpa center tap (CT)
b). Trafo dengan center tap (CT)
2. Dioda Rectifier (Penyearah)
Peranan rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk mengubah tegangan listrik AC yang
berasal dari trafo step- down atau trafo adaptor menjadi tegangan listrik arus searah DC.
a). Penyearah Setengah Gelombang
Dalam komponen elektronika penyearah setengah gelombang disebut juga Half Wave Rectifier.
b).Penyearah Gelombang Penuh
Dalam komponen elektronika penyearah gelombang penuh disebut juga Full Wave Rectifier.
3. Filter (Penyaring)
Penyaring atau filter merupakan bagian yang terdiri dari kapasitor yang berfungsi sebagai penyaring
atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Selain menggunakan filter juga
menggunakan resistor sebagai tahanan.
4. Stabilizer dan Regulator
Stabilizer dan regulator adalah bagian yang terdiri dari komponen dioda zener, transistor, komponen
IC atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Komponen ini berfungsi sebagai penstabil dan
pengatur tegangan (regulator) yang berasal dari rangkaian penyaring.
Selain komponen utama dalam pembuatan rangkaian catu daya juga menggunakan berbagai
komponen pendukung lainnya seperti sakelar, sekering, lampu indicator, voltmeter, multimeter, PCB
( Printed Circuit Board) dan berbagai komponen pendukung lainnya.
[Type here]
III.
1.
Prinsip Kerja
Prinsip Kerja Catu Daya
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar
dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun
untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber
catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga
listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC.
Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian
penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
2.
Penyearah (Rectifier)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini.
Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan
primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC dan
meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang
(half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator
dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.
[Type here]
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan
demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk
beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk
tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua
rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel
terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi
rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah
gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu,
dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c
bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
[Type here]
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak
ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar,
kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan
tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL . (1)
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 .. (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil. VL
adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC . (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :
Vr = VM (1 e -T/RC) (4)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC 1 T/RC .. (5)
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC) . (6)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai
kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tengangan
ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar.
Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk
penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik
yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 =
0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh,
tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
[Type here]
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada
rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan
merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik
220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga
rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik
maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan
kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan
keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat
mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan
ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa
dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
3.
Voltage Regulator
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah
stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti
rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun.
Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen
aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu
biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk
stabilnya outputan tegangan.
[Type here]
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan +12 volt
dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah
regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya
sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator
variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar
IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener
bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan
tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih
dari 50mA.
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah
komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap
[Type here]
short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1.
Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri
seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE .. (8)
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 0.7 volt tergantung
dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base
transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin Vz)/Iz (9)
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown
zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak
bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap
arus IB atau dirumskan dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti
dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor
darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive
transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke
transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif
Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout . (10)
[Type here]
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama
dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya
karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan
memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz (11)
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10)
maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz.. (12)
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2. Sekarang
mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk
merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas
menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX
sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan
tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current
limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan
menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi
dengan baik.
[Type here]
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja, tengangan
input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap
Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink
(aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus yang besar. Di
dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1 A.
IV.
Komponen dasar yang diperlukan untuk membuat catu daya ini adalah sebagai berikut:
1. Solder
2. Timah
3. Bor
4. Papan PCB
5. Travo CT 500 Mili Ampere
6. Dioda 1 Ampere (atau jika ada gunakan dioda Brige)
7. Capasitor Polar 4700uF, 2200uF
8. IC regulator 7805 dan IC regulator 7909
9. Resistor seperlunya
10. LED warna biru dan LED warna hijau (opsional)
11. Sekring 1 Ampere + soket
12. Kabel AC/ steker
[Type here]
V.
Skema Rangkaian
VI.
[Type here]
yang akan
Analisa :
[Type here]
Arus yang bersumber dari PLN ( stop kontak ) masuk melalui steker lalu diteruskan
menuju sekring dan saklar, yang kemudian arus menuju trafo untuk di turunkan tegangannya,
sesuai dengan tulisan yg terdapat pada trafo tersebut. Trafo disini berfungsi untuk
menurunkan tegangan dari 220 volt ke yang kita inginkan. Disini saya memakai trafo CT
dengan nilai yang saya ambil 12 volt dan 12 volt, yang kemudian dari 2 pilihan ini
dimasukkan ke kaki-kaki diode bridge yang AC nya, disini saya menggunakan diode bridge
dengan kapasitas 2 ampere, karena trafo yang saya gunakan 500 mili ampere, jadi diode
tersebut sanggup bekerja, karena maksimal arus yang diterima adalah 2 ampere. Kemudian
diode bridge menyearahkan arus AC yang output dari diode tersebut yaitu arus DC, yang
sudah terdapat 2 kutub, yaitu kutub positif dan kutub negative.
1) Arus DC tersebut mengalir dari 2 kutub positif dan negative.
a. Pada Kutub positif arus mengalir masuk ke C1, pada C1(Capasitor) mempunyai fungsi
sebagai filter/ penyaring atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier.
Pada C1 arus terus masuk dan tersimpan sampai memenuhi kapasitas dari C1. Setelah C1
penuh kemudian arus dibuang masuk kedalam kaki input IC Regulator 7805. Kami
menggunakan IC Regulator 7805 karena syarat dari IC regulator ini adalah sumber
inputannya harus positif, dan tidak boleh negative. IC regulator ini berfungsi untuk
menjaga agar tegangan bernilai konstan pada nilai tertentu. Dan nilai tertentu ini adalah
+5 volt. Kemudian arus mengalir keluar ke kaki output dan di teruskan masuk ke C2.
Didalam C2 arus DC di filter lagi sampai ripplenya mendekati konstan. Dan setelah
penuh di C2 arus dibuang ke 2 cabang yaitu R1 dan kabel output yang akan
disambungkan ke rotary switch, dari R1 kemudian diteruskan mengalir ke kutub anoda
LED Biru. Dan dilanjutkan ke kutub katoda LED Biru yang berlanjut ketitik e rotary
switch, yang posisi dari penghubungan kutub katoda LED akan bertolak belakang dengan
kabel output yang akan kita gunakan sebagai sumber output nantinya. LED akan menyala
dan kabel output akan aktif apaila rotary switch diarahkan ke titik C rotary switch dimana
di titik LED yang aktif ini tengah dari rotary switch sudah dihubungkan dengan ground.
Dan kabel output aktif ketika dihubungkan dengan beban dan kabel ground yang keluar
dari sumber tegangan CT travo.
b. Pada Kutub negatif arus mengalir masuk ke C3, pada C3 (Capasitor) mempunyai fungsi
sebagai filter/ penyaring atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier.
[Type here]
Pada C3 arus terus masuk dan tersimpan sampai memenuhi kapasitas dari C3. Setelah C3
penuh kemudian arus dibuang masuk kedalam kaki input IC Regulator 7909. Kami
menggunakan IC regulator 7909 karena syarat dari IC Regulator ini inputannya harus
negative dan tidak boleh positif. IC regulator ini berfungsi untuk menjaga agar tegangan
bernilai konstan pada nilai tertentu. Dan nilai tertentu ini adalah -9 volt. Kemudian arus
mengalir keluar ke kaki output dan di teruskan masuk ke C4. Didalam C4 arus DC di
filter lagi sampai ripplenya mendekati konstan. Dan setelah penuh di C4 arus dibuang ke
ke 2 cabang yaitu R2 dan kabel output yang akan disambungkan ke rotary switch,
kemudian diteruskan mengalir ke kutub katoda LED Hijau. Dan dilanjutkan ke kutub
anoda LED Hijau yang berlanjut ketitik G rotary switch. Kutub yang dihubungkan ke
LED yang keluar dari R2 adala kutub anoda, karena disini kami memakai angka negative,
yang nantinya ground akan lebih positif nilainya dibandingkan dengan output dari IC
regulator 7909 atau yang telah keluar dari output C4. LED akan menyala dan kabel output
akan aktif apaila rotary switch diarahkan ke titik A rotary switch dimana di titik LED
yang aktif ini tengah dari rotary switchnya sudah dihubungkan dengan ground. Dan kabel
output aktif ketika dihubungkan dengan beban dan kabel ground yang keluar dari sumber
tegangan CT travo.
c. Sambungkan dari titik CT trafo sekunder keluar kotak sehingga menjadi kabel yang
berkutub ground. Pada sepanjang kabel CT tersebut ada kaki-kaki bebas C1,C2, C3, C4
IC Regulator 7805 dan 7909. Dan di akhiri dengan kabel yang keluar dari kotak sebagai
ground, atau kutub negative bagi output positif, dan kutub positif bagi output negative.
VIII.
Kurva Gelombang:
[Type here]
Gambar 1: Menunjukkan
gelombang tegangan input
yang diberikan oleh trafo.
Gambar 2: Menunjukkan
gelombang yang telah
melewati dioda bridge.
Gambar 3: Menunjukkan
gelombang yang telah
melewati dan keluar dari
capasitor C1 (saat setengah
gelombang positif) dan C3
( saat setengah gelombang
negatif ).
Gambar 4: Menunjukkan
gelombang yang melewati
dan keluar dari C2 ( saat
setengah gelombang
positif ) dan C4 ( saat
setengah gelombang
IX.
Analisa Gelombang
[Type here]
Gelombang yang pertama adalah gelombang yang terbentuk dari tegangan input yang
diberikan oleh trafo. Dimana gelombang yang terbentuk masih dalam bentuk
gelombang tegangan AC ( bolak-balik ). Pada setengah periode positif ada arus yang
mengalir ke dioda bridge, jadi ada terbentuk gelombang keatas ( lihat kurva
gelombang gambar 1 ). Pada setengah periode negative ada arus juga yang mengalir
ke dioda bridge, jadi ada terbentuk gelombang ke bawah ( lihat kurva gelombang
gambar 1 ).
Gelombang yang kedua adalah gelombang yang terbentuk setelah arus keluar dari
dioda bridge, dimana gelombang yang terbentuk adalah gelombang DC atau tegangan
DC ( VDC ). Dimana pada saat setengah periode positif dan negatifnya mempunyai
bentuk gelombang keatas dan disearahkan menjadi tegangan DC ( lihat kurva
gelombang gambar 2 ) . Dan VDC yang terbentuk merupakn 2VP/.
Gelombang yang ketiga adalah gelombang yang terbentuk setelah arus keluar dari
Capasitor ( C1 dan C3 ). Dimana pada saat setengah periode positif dan negative
terjadi bentuk gelombang pengisian dan pembuangan arus dan terjadi tegangan kerut
atau ripple voltage ( lihat gambar kurva gelombang 3 ).
Gelombang yang ke empat adalah gelombang yang terbentuk setelah arus masuk dan
keluar dari capasitor ( C2 dan C4 ). Dimana setelah keluar dari capasitor (C2 dan C4),
ripple atau kerutnya menjadi sangat kecil dan menyebabkan kurva terlihat konstan.
Dan tegangan ripplenya menjadi nol ( lihat gambar kurva gelombang 4 ).
X.
Perhitungan
[Type here]
Disini kami menggunakan beberapa resistor sebagai beban penguji agar mengetahui
kualitas dari power supply yang kami buat.
R (ohm)
R (ohm)
20
20
56
76
61
330
76
820
112
1000
820
1500
1000
1820
1500
1820
Tegangan puncak ( Vp )
Diketahui: Vrms= 24 volt
Vp = 2 Vrms
= 2 x 24 volt
= 33.9411255 volt
VDC = 2Vp /
= 2(33.9411255) /
= 21.60759159 volt
Vr = VnL-VfL/VfL
r = ( Vr / VDC ) x 100%
XI.
XII.
XIII.
Analisa
Pengukuran
Kualitas
[Type here]