Anda di halaman 1dari 4

C.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diketahui bahwa tanaman bayam
yang ditanam tidak mengalami pertumbuhan sehingga data tanaman bayam yang
diperoleh berdasarkan tinggi tanaman, berat tanaman, dan jumlah daun dengan 3
perlakuan yang berbeda nihil atau tidak ada hasil. Bayam ( Amaranthus sp.) merupakan
jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Amaranthaceae. Menurut Susila
(2006) bayam merupakan sayuran dataran tinggi tetapi dapat hidup di dataran rendah.
Kegagalan dalam menanam bayam ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi,
yakni pada saat tanaman bayam telah diletakkan di dalam polybag dan siap untuk
diamati sampai tiba masa panen, ada kesalahan dalam meletakkan polybag yang telah
berisi semaian bayam. Polybag yang telah berisi tanaman bayam yang batangnya masih
rentan tidak diletakkan di tempat yang terlindungi dari hujan sehingga saat hujan turun,
polybag yang berisi semaian bayam menampung banyak sekali air hujan yang
mengakibatkan tanah menjadi tergenang dan batang bayam yang masih rentan banyak
yang patah dan mati. Selain itu tanah yang awal mulanya gembur ketika telah bercampur
dengan air hujan akan berubah tekstur menjadi memadat dan lembek seperti lempung.
Tekstur tanah yang demikian membuat tanah menjadi kehilangan sebagian besar poriporinya sehingga udara terutama oksigen susah untuk menembus tanah. Padahal tanah
yang gembur akan memudahkan terjadinya pertukaran oksigen antara akar bayam
dengan lingkungan. Tanaman bayam merupakan tanaman yang sangat reaktif terhadap
ketersediaan air yang ada di dalam tanah, ketersediaan air harus ada pada kondisi ideal
(tidak kurang dan tidak berlebihan).
Berdasarkan kegagalan dalam menanam bayam maka percobaan kembali
dilakukan dengan mengganti tanaman bayam dengan tanaman sawi. Caisin (Brassika
sinensis L.) atau sawi merupakan jenis sayuran daun yang digemari oleh konsumen
karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Alasan
mengganti tanaman bayam dengan tanaman sawi dikarenakan sawi memiliki ukuran
batang yang lebih besar dibandingkan bayam untuk meminimalisir patahnya batang
karena faktor-faktor dari lingkungan.
Berdasarkan data hasil pengamatan, tanaman sawi dapat tumbuh dengan 3 perlakuan
yang berbeda baik dari segi tinggi tanaman, berat dan jumlah daun. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa tanaman sawi yang diberi pupuk organik dari daun bawang tumbuh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pupuk anorganik (urea) maupun pupuk campuran.
Sedangkan tanaman sawi yang diberi pupuk anorganik (urea) memiliki biomassa yang

lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman sawi yang diberi pupuk organik maupun
campuran. Tidak ada perbedaan jumlah helai daun tanaman sawi yang diberi pupuk
organik, pupuk anorganik, maupun pupuk campuran.
Pupuk daun bawang termasuk salah satu jenis pupuk organik. Pupuk organik dapat
meningkatkan tersedianya hara N, P, dan K di samping dapat meningkatkan perbaikan
struktur tanah (Sugiarti, 2005 dan Hossain et al., 2002). Pupuk daun bawang memiliki
komposisi kandungan unsur hara yang cukup lengkap. Kandungan daun bawang per 100
gr yaitu 55 mg kalsium, 55 mg kalium, 39 mg fosfor, 7 mg zat besi, 1365 IU vitamin A,
0,09 mg vitamin B1, 37 mg vitamin C, dan kandungan lainnya. Kalsium, kalium, fosfor,
dan zat besi yang dikandung daun bawang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Fosfor
berfungsi untuk pertumbuhan akar, pembungaan, pemasakan buah. Fosfor juga berfungsi
sebagai sumber energi pada setiap proses metabolisme tanaman, dalam penyusunan inti
sel, lemak dan protein. Zat besi berfungsi untuk pembentukan klorofil. Kalium berfungsi
untuk

menambah

daya

tahan

tanaman

terhadap

kekeringan,

hama/penyakit,

mempercepat pertumbuhan jaringan meristem. Selain kalium, kalsium juga berfungsi


mempergiat sel meristem. Keberadaan kalium dan kalsium dalam jumlah yang cukup
tinggi pada daun bawang yang digunakan sebagai pupuk ini menyebabkan tanaman sawi
tumbuh dengan cepat. Tanaman sawi yang diberi pupuk organik dari daun bawang
(perlakuan B) tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sawi pada perlakuan
lainnya, karena pertumbuhan pada jaringan meristem tanaman sawi yang diberi pupuk
organik dari daun bawang lebih cepat.
Berdasarkan data hasil pengamatan, biomassa tanaman sawi terbesar yaitu pada
perlakuan A (diberi pupuk anorganik atau urea). Pupuk urea merupakan pupuk berbahan
kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara
yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna
putih, dengan rumus kimia CO(NH2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air
dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis). Pupuk Urea mengandung unsur
hara N sebesar 46%, atau sebesar 46 gram N setiap 100 gram urea. Unsur hara Nitrogen
yang dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, antara lain membuat daun tanaman lebih hijau segar
dan banyak mengandung butir hijau daun (klorofil) yang mempunyai peranan sangat
panting dalam proses fotosintesis, menambah kandungan protein tanaman, dapat dipakai
untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan.

Tercukupinya keperluan tanaman akan unsur nitrogen membuat tanaman tumbuh cepat,
hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya biomassa tanaman secara cepat. Namun pupuk
anorganik sebaiknya tidak digunakan dalam jangka panjang, karena dapat menghasilkan
tanaman yang kurang baik bagi kesehatan jika dikonsumsi serta dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Sedangkan pada hasil perlakuan pupuk campuran menunjukkan bahwa tanaman
sawi dengan pupuk campuran memiliki biomassa dan tinggi tanaman yang terendah jika
dibandingkan perlakuan dengan menggunakan pupuk yang lain. Oleh karena itu,
penggunaan pupuk campuran dirasa kurang efektif untuk digunakan dalam proses
penanaman. Sebagai alternatif dalam mengganti pupuk campuran dapat menggunakan
pupuk organik. Hal ini dikarenakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang
cukup untuk kebutuhan tanaman serta membuat tekstur tanah lebih gembur sehingga
tanaman yang dihasilkan akan tumbuh subur.

Sugiarti, A. 2005. Pengaruh Kompos dan Berbagai Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Temulawak (Curcuma xanthorhiza). Jurnal Biologi Indonesia.III(9):371-378.
Hossain, Md.A., S. Matsuura, M. Doi,Andy. Isshimine. 2002. Growth and yield of turmeric
(Curcuma spp.) and Sweet bell pepper (Capsicum annumL.) as influenced by Mandacompost. Sci. Bull. Fac. Unv. Ryukyus. 45:205-212.

Anda mungkin juga menyukai