Juwita Ayang N
(25010113130327)
Dwi Saraswati
(25010113140329)
Intan Claudina
(25010113140332)
(25010113140351)
Banatika Ayumi
(25010113130353)
Yunita Amilia
(25010113140354)
Muhammad Iqbal K
(25010113140357)
Arif Maulana
(25010113130360)
(25010113140362)
Winda Apriani
(25010113140365)
KELAS E 2013
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004). ASI
eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian
ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada
bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup
obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2005)
Menurut Depkes (2003) akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu bayi tidak
memperoleh zat kekebalan sehingg mudah mengalami sakit, bayi juga tidak
mendapatkan makanan bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya. Selain itu
akibat pada ibu yang tidak memberikan ASI pada banya yaitu perdarahan
setelah persalinan akan menjadi lama dan beresiko terkena kanker payudara
dan kanker rahim.
Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI
ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2%
(2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun
dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya
penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi
39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010).
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan
yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian
yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009)
Faktor-Faktor Yang Memerpengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif,
ada factor internal maupun eksternal dan budaya. Ketidakberhasilan
pemberian ASI eksklusif kian menyebar dari daerah perkotaan menuju
pedesaan diakibatkan dengan adanya komunikasi antar kota dan desa,
komunikasi tersebut berupa promosi susu formula yang genca dilakukan di
media massa, dan pemberian susu formula juga mulai dijadikan status, dengan
demikian memungkinan ibu bisa saja mengurungkan niatnya untuk
memberikan ASI eksklusif.
Mengingat besarnya manfaat dari pemberian ASI Eksklusif dan juga
kerugian yang ditimbulkan dari ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif,
maka dari itu dirasa perlu bagi peneliti untuk mengetahui keterkaitan teori niat
dengan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di
Kelurahan Rowosari?
2. Bagaimana Norma Subjective Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif
pada bayi di Kelurahan Rowosari?
3. Bagaimana sikap Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di
Kelurahan Rowosari?
1. Untuk mengetahui niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada
bayi di Kelurahan Rowosari.
2. Untuk mengetahui Norma Subjective Ibu hamil terhadap pemberian Asi
Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari.
3. Untuk mengetahui sikap Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada
bayi di Kelurahan Rowosari.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi tentang niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi
di Kelurahan Rowosari.
1.4.2. Bagi Ibu Hamil
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan kepada Ibu hamil tentang pentingnya pemberian Asi Eksklusif
pada bayi sehingga dapat dijadikan sebuah perilaku yang baik pada dirinya
dan bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara
singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA)
dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif.
Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu.
Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta
motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini
mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia
memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar
ia melakukannya.
2.1.1. Kelebihan dan Kekurangan TRA
Keuntungan :
referensi
yang
penting
bagi
perilaku
populasi
yang
dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari perilaku yang satu ke perilaku lain,
dan dari populasi satu ke populasi lain (Fishbein dan Middlestadt, 1989).
TRA mengacu pada nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang
diselidiki sebagai indikator penting untuk memprediksi perilaku yang akan
diukur. Pengetahuan awal tentang aspek sosial dan antropologis juga
merupakan aspek penting.
Contoh: Penelitian akhir di daerah Pakistan diketahui banyak ibu
memandang diare sebagai hal yang alami dari tumbuhnya gigi dan
pertumbuhan badan, bukan sebagai sebuah penyakit. Banyak ibu juga
memandang diare sebagai sakit panas, yang menuntut pengobatan
dingin. Pengobatan dingin tersebut maksudnya seperti mengubah jenis
makanan ibu. Obat diare, yang dikenal dari dunia barat seperti antibiotika,
diklasifikasikan sebagai hal yang panas. (Helman, 1990)
Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan bahwa
penggunaan Oral Rheydration Salts (ORS) bukan pengobatan yang efektif
untuk diare, tetapi pembuat rasa sakit dan sesuatu yang membuat situasi
semakin jelek. Selain itu, orang-orang yang dianggap penting bukan
dokter, tetapi dukun lokal. Model Fishbein mengutamakan cara budaya
memengaruhi sikap, intensi, perilaku, dan keyakinan seperti menghentikan
diare adalah bahaya karena hal ini akan menyebabkan panas dan
menimbulkan sikap negatif terhadap penggunaan ORS.
Contoh lain: Fokus perhatian (salience) tentang perilaku seksual
dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual,
yang percaya penggunaan kondom mengurangi kemungkinan kena AIDS,
dengan kelompok yang lain, yang mungkin percaya penggunaan kondom
akan menyebarluaskan perilaku seksual.
Konsep penting dalam TRA adalah focus perhatian (salience). Hal ini
berarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama
harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi
perilaku populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma
kelompok social yang diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri,
pencegahan.
Meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variable eksternal terhadap
pemenuhan intense perilaku Model Fishbein, menurut Shephard
(1986), kadang-kadang tampak meremehkan akibat-akibat yang jelas
subjektif.
Menurut
TRA,
seseorang
dapat
membuat
kontrol
perilaku
(Ajzen
dalam
Jogiyanto
2007).
2.3 Sikap
Beberapa pendapat pakar dalam psikologi sosial di kemukakan beberapa
definisi. Sikap adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau
negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan.
(Fishbein dan Ajzen dalam Ramdhani 2008) Mendenifisikan sikap (Atitude)
sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang
menempatkan individual dalam skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau
jelek; setuju atau menolak, dan lainnya. Sikap adalah suatu reaksi evaluatif
menguntungkan terhadap sesuatu atau beberapa, dipamerkan dalam keyakinan
seseorang, perasaan perilaku, kemudian definisi lain mengatakan: An attitude is a
disposition to respond favourably or unfuorably toobject, person, institution or
event, Sarwono (2002). Definisi ini memberikan pengertian bahwa sikap adalah
suatu disposisi bertindak positif atau negatif terhadap suatu objek, orang, lembaga
atau peristiwa.
Attitude is a psyshological tendency that is expressed by evaluating a
particularentity with some degree of favor or disfavor. Eagly & Chaiken dalam
Sarwono (2002). Sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan
dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan beberapa derajat mendukung atau
tidak mendukung. Definisi lain dikemukakan Gerungan (2004) attitude dapat kita
terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap
pandanagan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek.
Sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman,
yang mengarahkan dan secar dinamis mempengaruhi respon-respon individu
terhadap semua objek dan situasi yang terkait. Sikap adalah ide yang berkaitan
dengan emosi yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam
situasi sosial. Secara tegas menyatakan bahwa predisposisi itu diperoleh dari
proses belajar. Ramdhani (2008) menyatakan bahwa ide yang merupakan
predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi. Menurut Luthfi (2009) domain
sikap dapat dipahami sebagai dimensi atau unsur-unsur dari sikap. Unsur ini
memudahkan seseorang dalam melakukan pemahaman ataupun pengukuran
terhadap sikap.
2.3.1. Aspek-Aspek Sikap
Menurut Baron et. al., (2003). Beberapa aspek-aspek penting dari sikap:
a. Sumber suatu sikap (attitude origin). Faktor inilah yang mempengaruhi
bagaimana pertama kali sikap terbentuk.bukti yang ada mengidikasikan bahwa
sikap yang terbentuk. Bukti yang ada mengindikasikan bahwa sikap yang
terbentuk berdasarkan pada pengalaman langsung sering kali memberikan
pengaruh yang lebih kuat pada tingkah laku dari pada sikap yang terbentuk
berdasarkan pada pengalaman tidak lanhsung atau pengalaman orang lain.
Tampaknya, sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung lebih muda
diingat, hal ini meningkatkan dampakmereka terhadap tingkah laku.
b. Kekuata sikap (attitude strenght). Faktor lain salah satu faktor yang
paling penting melibatkan apa yang disebut sebagai kekuatan sikap yang
dipertanyakan. Selain kuat sikap tersebut, semakin kuat pula dampaknya pada
tingkah laku.
c. Kekhusukan sikap (attitude specificity). Aspek yang ketiga yang
mempengaruhi sikap dengan tingkah laku adalah kekhusukan sikap yaitu sejauh
mana terfokus pada objek tertentu atau situasi dibandingkan hal yang umum.
2.3.2. Komponen Sikap
Fishbein dan Ajzen dalam Rahma (2011), berpendapat bahwa ada dua
kelompok dalam pembentukan sikap yaitu:
a. Behavioral belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang
terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya
sikap.
b. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif
individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang
dimilikinya.
Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku (Latief,
2011). Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana untuk
dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang
bagaimana perasaan mereka terhadap obyek positif atau negatif, terima atau tidak
terima, pro atau kontra. Kedua, sikap sebagai kecenderungan untuk merespon
sebuah objek atau golongan objek dengan sikap yang secara konsisten menerima
atau tidak menerima. Ketiga, sikap berorientasi pada psikologi sosial yaitu
motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif yang bertahan lama dengan
beberapa aspek dari masing-masing individu. Keempat, keseluruhan sikap dari
seseorang terhadap obyek dilihat dari fungsi kekuatan dari tiap-tiap sejumlah
kepercayaan yang seseorang pegang tentang beberapa aspek dari obyek dan
evaluasi yang diberikan dari tiap-tiap kepercayaanyang bersangkut paut pada
obyek. Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan
terlihatnya suatu aktivitas". Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari
berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkah laku,
keyakinan dan lain-lain. Namun dapat diambil pengertian yang memiliki
persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan
untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku yang
nyata dari seseorang. Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila
telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat
langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup
(Suharyat, 2009).
2.4. Norma Subyektif
Norma Subyektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi
minat
untuk
melakukan
atau
tidak
melakukan
perilaku
yang
sedang
dilakukan
dengan
pertimbangan
sendiri
maupun
atas
dasar
pertimbangan orang lain yang dianggap penting. Keputusan yang dipilih bisa
gagal untuk dilakukan jika pertimbangan orang lain tidak mendukung, walaupun
pertimbangan pribadi menguntungkan. Dengan demikian pertimbangan subyektif
dilihat
sebagai
dinamika
antara
dorongan-dorongan
yang
rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau
bermutu tidak baik, keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan
kolostrum, tekhnik pemberian ASI yang salah, serta kepercayaan keliru bahwa
bayi haus dan memerlukan cairan tambahan. Selain itu kurangnya dukungan dari
pelayanan kesehatan dan keberadaan pemasaran susu formula pengganti ASI
menjadi kendala ibu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.
SIKAP
NORMA
SUBJECTIVE
KEYAKINAN
IMPORTANCE
NORMS
PENDIDIKAN
NIAT
PEMBERIAN
ASI
EKSKLUSIF
EKSKLUSIF
EKONOMI
anggota
keluarga,
termasuk
teman
dekat
juga
Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan. Yaitu normanorma subjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang
terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orangorang yang dianggap
penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk
mengikuti perilaku tersebut. Faktor lingkungan sosial khususnya orangorang yang berpengaruh bagi niat seorang ibu dalam memberi asupan
kepada bayi, apakah akan menggunakan ASI eksklusif atau tidak.
2.8.4. Hubungan importance norms terhadap Niat Memberikan ASI
Eksklusif?
Importance norms atau normanorma penting atau normanorma
yang berlaku di masyarakatadalah pengaruh faktor sosial budaya yang
berlaku di masyarakat. Unsur-unsur sosial budaya yang dimaksud seperti
gengsi untuk menggunakan ASI eksklusif atau gensi untuk mengganti ASI
dengan susu formula. Dan Importance norms juga dapat membuat niat
seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.
2.8.5. Hubungan Pendidikan Terhadap Niat Memberikan ASI
Eksklusif?
Pengalaman dan pendidikan wanita sejak kecil mempengaruhi niat,
sikap dan penampilan mereka dalam menyusui di kemudian hari seorang
wanita yang dalam keluarga ataulingkungan sosialnya secara teratur
memiliki kebiasaan memberi ASI akan memiliki pandangan positif tentang
pemberian ASI. Cambell (2002) menyatakan bahwa pendidikan formal
sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir
yang baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang ibu akan
semakin luas wawasan berfikirnya sehingga banyak informasi yang
diserap dan timbulah sebuah niat untuk melakukan apa yang sesuai dengan
pengetahuanya dalam dalam hal memberi asupan bagi bayi.
2.8.6. Hubungan Ekonomi Terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?
Masyarakat yang memiliki pendapatan rendah memiliki
kecenderungan untuk memberikan ASI karena tidak mempu untuk membeli
susu formula. Akan tetapi pemberian susu formula kepada bayi juga
cenderung diberikan apabila ditinggal bekerja, namun frekuensinya tidak
setiap hari karena tidak mampu untuk membeli kebutuhan pokok.
Sedangkan kepada subjek yang memilki penghasilan tinggi juga lebih
memiliki kecenderungan untuk memberikan susu formula lebih besar karena
didukung oleh ekonomi yang memadai dan memiliki anggapan bahwa susu
formula adalah pilihan terbaik ketika anak ditinggal kerja. Karena orang tua
sibuk dan pulang hingga larut serta ekonomi juga memadai maka subjek
beranggapan jika susu formula adalah pilihan yang baik, dan susu formula
yang semakin mahal maka semakin baik pula. Jadi hubungan tingkat
ekonomi dengan niat pemberian ASI Eksklusif berbanding terbalik karena
semakin tinggi ekonomi keluarga, pastinya akan semakin sibuk aktifitas
yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah maka solusi ketika
memiliki seorang bayi adalah cenderung lebih besar menggunakan susu
formula, meskipun juga di kombinasikan dengan ASI. Sedangkan pada ibu
berpendapatan rendah akan menggunakan ASI sebagai makanan pokok bagi
buah hati karena untuk kebutuhan pokok masih kurang.
2.9.
Kerangka Konsep
Konsep pada penelitian ini disusun secara sistematis berdasarkan teori
SIKAP
SUBJECTIV
E NORMS
Variabel dependent
Niat
Pemberian
ASI Eksklusif.
Berniat
memberi
kan ASI
Eksklusif
Tidak
berniat
memberi
kan ASI
Eklusif
Penelitian ini akan meneliti sikap dan norma subyektif pada Ibu hamil
(responden) yang berpengaruh kepada niat responden untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya. Hasil penelitian mengenai sikap dan norma subyektif
dijadikan sebagai variabel bebas (independent) yang dapat mempengaruhi niat
pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil. Niat aytterikat ini dijadikan dua
kategori, yaitu berniat memberikan ASI Eksklusif dan tidak berniat memnerikan
ASI Eksklusif.
NO
1
5
6
7
10
PERNYATAAN
SETUJU
RAGU
TIDAK
- RAGU SETUJU
100%
a. Air susu yang sempurna dan mengandung zat antibody yang berasal dari
ibu
b. Air susu yang dicampur dengan susu formula atau susu sapi
c. Air susu yang mengandung protein yang harganya cukup mahal
2. Bagaimana cara memberikan ASI yang baik pada bayi ?
a. Berikan ASI ditambah susu formula agar lebih sempurna
b. Berikan ASI saja tanpa bahan makanan sampai usia 6 bulan
c. Berikan ASI dan tambahan makanan lain agar bayi tambah kuat
3. Apakah yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?
a. ASI yang mengandung susu formula
b. ASI yang diberikan pada bayi 0-6 bulan tanpa makanan lain
c. ASI ditambah dengan makanan pendamping pada bayi 0-6 bulan
4. Air susu ibu yang diberikan tanpa makanan dan minuman termasuk air putih
kecuali obat dan vitamin selama 6 bulan, merupakan pengertian dari ?
a. ASI
b. ASI Ekslusif
c. ASI murni
5. Kapan sebaiknya ASI Ekslusif diberikan pada bayi ?
a. Setelah bayi menginjak umur 1 tahun
b. Setelah bayi baru lahir sampai 6 bulan tanpa makanan pendamping
c. Setelah bayi baru lahir sampai 6 bulan dengan tambahan makanan
pendamping
6. Menurut ibu kapankah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir/ maksimal 1 jam setelah lahir
b. menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
100%
PERNYATAAN
1.
YA
TIDAK
3.
4.
5.
Saya
sudah
menyiapkan
buku
pedoman
7.
8.
longgar
supaya
tidak
mengganggu
10.
100%
PERNYATAAN
YA
TIDAK
maksimal.
4
10
PERNYATAAN
YA
1.
2.
tidak biasa
Di desa saya pemberian ASI pada bayi
dibarengi dengan pemberian susu formula
3.
dengan
pemberian
makanan
4.
tambahan
Di desa saya pemberian ASI eksklusif pada
5.
6.
7.
saya
Orang tua saya menolak jika saya memberikan
ASI secara eksklusif pada bayi saya
TIDAK
8.
9.
10.
sehat
Di desa saya pemberian ASI eksklusif pada
bayi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
bayi
TOTAL
100%
Semarang,
Responden,
Nama :
2015
DAFTAR PUSTAKA
________, 2005. Attitude, Personality, and Behavior. 2nd Edition. Berkshire,
UKOpen University Press-McGraw Hill Education.
________,
2006.
Constructing
Tp\PB
Questionnaire:
Conceptual
andMethodological Considerations.
Aaker, D.A., Kumar, V. and Day, G.S. 2001. Marketing Research(7th edition),
JohnWiley and Son Inc, New York..
Ajzen, I. 1991. Teori Perilaku Direncanakan. Org. Perilaku. Hum. Decis. Proses.
50, 179-211.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Baron, Robert A & Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 1 Jakarta:
Penerbitan Erlangga.
Burhanudin, 2007. Theory of Planned Behavior: Aplikasi pada niat konsumen
untuk berlangganan suratkabar harian kedaulatan rakyat di desa donotirto,
kecamatan kretek, kabupaten bantul. UniversitasJanabadra Yogyakarta.
Campbell K. 2002. Family Food Environtment of children : does sosioeconomics
status make a difference. Asia pacific : journal clinical nutrition
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatiahn Konseling Menyusui Sejak Lahir
sampai Enam Bulan hanya ASI saja. Jakarta : Depkes
Depkes RI, 2003. Ibu bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu. Jakarta
Dharmmesta, B. S . 1998. Theory of planned behavior dalam penelitian sikap, niat
dan perilakukonsumen. Kelola Gadjah Mada University. Business Revisi .
Yogyakarta.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum),
Jakarta: TIM
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Prasetyono Dwi sunar. ( 2005 ). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva
Press
Purwanti, Hubertin S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku Untuk
Bidan, Jakarta: EGC
Rahma, 2011.Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral control
terhadap intensimembeli buku referensi buku kuliah ilegal pada
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Islam Syarif
Hidayatullah.
Ramdhani, Neila. 2008. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya.
Universitas Gajah Mada.
Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: EGC
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori
Psikologi sosial. Jakarta :Balai Pustaka.
Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia,
UNISMA Bekasi.
Tjahjono, Heru .Kurnianto, 2005. Kajian Niat Mahasiswa Manejemen Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Uutuk Menjadi Wiirausaha, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.