Anda di halaman 1dari 15

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. A

Umur

: 31 tahun

Alamat

: Jl. Kp Baru Rt 002 Rw 009 Cakung Barat, Cakung Jakarta Timur

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Sunda

Nama suami

: Tn. N

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Suku bangsa

: Sunda

Tgl MRS

: 13 Januari 2015 pukul 22:10

No. RM

: 201108

Dokter yang merawat : Dr. Rusmaniah, Sp.OG

ANAMNESIS
Keluhan Utama

Pasien G3P2A0 hamil 39 minggu mengatakan keluar cairan banyak kira kira 15 jam
SMRS cairan dari vagina yang keluar berwarna hijau kental disertai mules mules
Riwayat Peyakit Sekarang :
Pasien G3P2A0 hamil 39 minggu mengatakan keluar cairan banyak kira kira 15 jam
SMRS cairan dari vagina yang keluar berwarna hijau kental disertai mules mules dan mualmual (+) .
Riwayat Penyakit Dahulu

: Riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus, dan Asma disangkal

Riwayat Penyakit keluarga :


Ibu menyangkal penyakit asma, diabetes militus dan hipertensi dalam keluarga.

Riwayat Alergi

Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan dan debu
Riwayat Pengobatan

Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu


Riwayat Psikososial

Kebiasaan merokok( -), minum alkohol( -)


Riwayat Perkawinan

Pernikahan pertama masih menikah, dan lama pernikahan 6 tahun


Riwayat Haid

Menarche usia 12 tahun, teratur, tidak nyeri saat haid , lama haid 7 hari, siklus 30 hari
haid terakhir 9 April 2014, taksiran persalinan 15 Januari 2015
Riwayat Persalinan

Gravida (3), Aterm (2), Premature (-), Abortus (-), Anak Hidup (2), SC (-)
No
1.

Tempat
Bersalin
Rumah
Bersalin

2.

Rumah
Bersalin

3.

Hamil ini

Penolong

Thn

Aterm

Bidan

2010

Jenis
persalinan
Spontan

Bidan

2012

Spontan

Penyulit
-

Anak
JK
BB
ket
Laki 3500 Baik
Laki
Laki 3000 Baik
Laki

Riwayat Operasi :
Belum pernah operasi sebelumnya
STATUS PRESEN
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital
-

TD

: 120/ 80 mmHg

: 90 kali/menit

RR

: 20 kali/menit

: 36.5

BB

: 83 kg

Kepala

: Bentuk normocephal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak


mudah dicabut.

Mata

: Konjungtiva Anemis( -/ -), Sklera Ikterik ( -/ -)

Leher

: Tidak ada pembesaran tiroid

Dada

: pergerakan dinding dada simetris


-

Paru-paru : Bunyi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung : Bunyi jantung I & II reguler, murni, murmur (-), gallop (-)
Payudara : Simetris, puting susu menonjol

Abdomen

: Striae ada, linea nigra ada, TFU 31 cm

Genitalia

: Terdapat pengeluaran pervaginam berupa cairan ketuban.

Ekstremitas Atas

: Akral hangat, edema -/-, RCT < 2 detik

Pemeriksaan luar

: TFU 31 cm; letak janin memanjang, presentase kepala; Bunyi


Jantung Janin 150 x/menit

Vaginal Toucher( VT) : Porsio tebal; Konsistensi lunak; Dilatasi serviks 2 cm; Ketuban
sudah pecah
Pemeriksaan Laboratorium :
PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

NILAI NORMAL

PEMBEKUAN
Masa perdarahan

130

menit

1-3

Masa pembekuan

300

menit

2-6

Hemoglobin

12,3

g/dl

11,3-15,5

Leukosit

14.100

sel/mm3

4,3- 10,4

Hematokrit

35,5

36,0- 46,0

trombosit

239.000

ribu/mm3

132- 440

HEMATOLOGI

DIAGNOSIS
G3P2A0, kehamilan aterm 39 minggu, dengan ketuban pecah dini 15 jam
RENCANA TINDAKAN
Sectio Caesaria
3

LAPORAN PEMBEDAHAN
Nama

: Ny. A

Tempat, Tanggal Lahir/ umur

: 32 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

No. Rekam Medis

: 201108

Tanggal pembedahan

: 13 Januari 2015 pukul 23:30 WIB

Dokter ahli bedah

: Dr. Rusmaniah , Sp.OG

Diagnosa Prabedah

: G3P2A0 gravid aterm 39 minggu dengan ketuban


pecah dini 15 jam

Diagnosa pascabedah

: P3A0 Post SC dengan oligohidroamnion

Uraian pembedahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Spinal anastesi
Pasien posisi terlentang
Asepsis lapang operasi dengan betadin
Insisi pfanensti;; 12 cm
Insisi segmen bawah rahim 10 cm , ketuban positif hijau kental
Lahirkan kepala, badan, bokong,; kaki. Lahir bayi laki-laki, BB 2800 gr, PB 45 cm

A/S: 5/6
7. Lahirkan plasenta
8. Jahit uterus
9. Kontrol perdarahan
10. Bilas cavum abdomen dengan NaCl
11. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
12. Vaginal toilet
13. Operasi selesai

PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 2x1 gr
Pronalges supp 3x1
Cefadroxil 2x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Dulcolax sup

FOLLOW UP
Tanggal
14 Januari

Catatan
S = Masih terasa nyeri di luka bekas operasi, agak sedikit pusing

2015
O = keadaan umum : tampak sakit ringan
kesadaran = compos mentis
TTV: Td:110/70 mmHG
N:80x/menit

S:36,7oC
P:18x/menit

Mata: CA(-/-), SI(-/-)


Leher: pemb.KGB (-/-), pemb.tiroid (-/-)
Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)
Cor : Bj1 dan 2 reguler, gallop(-), murmur(-)
Mammae : simetris (+), ASI(-)
Abdomen : NTE(-), BU(+)
Genitalia : darah(+), lendir(+)
Ekstemitas : CRT<2dtk, akral hangat(+), edem(-)
A = P3A0dengan oligohidroamnion
P = Terapi oral lanjut, Aff infus, aff DC, Dulcolax sup I

Tanggal
15 Januari

Catatan
S = Perut terasa kembung

2015
O = keadaan umum : tampak sakit ringan
kesadaran = compos mentis
TTV: Td:110/80 mmHG
N:85x/menit

S:37,0oC
P:20x/menit

Mata: CA(-/-), SI(-/-)


5

Leher: pemb.KGB (-/-), pemb.tiroid (-/-)


Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)
Cor : Bj1 dan 2 reguler, gallop(-), murmur(-)
Mammae : simetris (+), ASI(-)
Abdomen : NTE(-), BU(+)
Genitalia : darah(+), lendir(+)
Ekstemitas : CRT<2dtk, akral hangat(+), edem(-)
A = P3A0 dengan oligohidroamnion
P = Terapi oral lanjut, Boleh pulang
Tanggal
20 Januari

Catatan
S = Kontrol Post SC

2015
( pasien

O = keadaan umum : Baik

datang ke

kesadaran = compos mentis

poli untuk

TTV: Td:120/90 mmHG

follow up

N:80x/menit

ke

S:37,0oC
P:20x/menit

Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)

poliklinik)

Cor : Bj1 dan 2 reguler, gallop(-), murmur(-)


Abdomen : Luka jahitan kering
Payudara : TAK, Laktasi

: Normal

Otonom : miksi (lancar), defekasi (lancar)


Genitalia : darah(-), lendir(-)
P = As. Mefenamat 500 mg 3x1, Gentamicin salf no I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI
I. Definisi
Ketuban pecah dini ( amniorrhexis premature rupture of the membrane PROM )
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pada keadaan normal,
selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini KPD Preterm (PPROM = preterm
premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis). KPD memanjang
6

merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi
intra-amnion.
Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah
selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan
waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal
persalinan.
Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD
Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis)
. Periode Laten adalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput chorioamniotik
dengan awal persalinan.

Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :


1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya
gangguan keseimbangan feto pelvik..

3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
II. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum
diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. (2,8,13) Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
Sharra. pada penelitiannya mendapatkan bahwa bakteri yang bekerja lokal pada selaput janin
menghasilkan enzim peroksidase yang dapat melemahkan selaput tersebut dan menyebabkan
ketuban pecah
Andersen. juga menganggap problem sosial sebagai faktor risiko terjadinya ketuban
pecah dini, yaitu ibu perokok, status sosial ekonomi yang rendah, dan gizi kurang

Menurut Capeless dan Mead. bertambahnya umur kehamilan akan menyebabkan


melunaknya selaput janin dan disertai peregangan yang bertambah karena pertumbuhan janin.
Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan pecahnya ketuban
Garite. melaporkan unsur kolagen berkurang pada kehamilan yang matur dan
diketahui adanya faktor enzim yang berpengaruh. Pada kehamilan yang lebih matur terjadi
peningkatan aktifitas enzim kolagenase.

Enzim ini akan menyebabkan pengurangan

komponen kolagen pada selaput janin


Lonky dan Hayashi. berpendapat adanya faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah
dini, akan meningkatkan aktivitas proteolitik atau menurunnya enzim protease inhibitor
sehingga melemahkan selaput ketuban.
III. Angka kejadian
KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4%
kehamilan preterm. KPD preterm menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
IV. Faktor risiko
a. Golongan sosio ekonomi rendah
b. Ibu hamil tidak menikah
c. Kehamilan remaja
d. Merokok
e. Penyakit Menular Seksual
f. Vaginosis bakterial
g. Perdarahan antenatal
h. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya

V. Patofisiologi
Banyak teori, mengenai patofisiologi kerjadinya ketuban pecah dini, mulai dari defek
kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus, ternyata
berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion
dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas
dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.

Jika ada infeksi dan inflamasi,

terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,


sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
VI. Diagnosis
Pada pasien hamil yang datang dengan keluhan keluar cairan harus dipikirkan diagnosa
KPD dan dilakukan pemeriksaan diagnostik awal. Diagnosis
Tetukan pecah selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat
dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian bawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan.

Diagnosis KPD prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari

kavum uteri.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan tes lakmus (Nitrazin Test) merah menjadi
biru. Pemeriksaan pH perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban pH

sekitar 7,1 sampai 7,3


Tes pakis
Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal amnion dan gambaran daun pakis.

USG
Dengan pemeriksaan USG, adanya KPD dapat dikonfirmasikan dengan adanya
oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya KPD dapat diragukan.

Tentukan ada tidaknya infeksi

10

Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu >38C serta air ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.

Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.


Tetukan adanya kontraksi yang teratur.
a) Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan). Mengenai pemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin.
b) Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat adanya
cairan ketuban keluar dari cavum uteri.

1. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan pH vagina wanita hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban
pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin dapat meningkatkan pH
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH
air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilakan tes yang
positif palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sedehana.
11

Pasien dengan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa
lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang
untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan kala aktif, korioamnionitis, gawat janin,
kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan premature, diperlukan
penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien ketuban
pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain :
1. Usia kehamilan
2. Ada atau tidak adanya chorioamnionitis
A. Kehamilan yang disertai Amnionitis.
Pada kasus KPD yang disertai dengan adanya tanda-tanda infeksi
chorioamnionitis harus dilakukan terminasi kehamilan tanpa memperhatikan usia
kehamilan. Sebelum terminasi kehamilan, diberikan antibiotika spektrum luas untuk
terapi amnionitis
B. Kehamilan aterm tanpa amnionitis
Pada kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD tanpa disertai amnionitis dapat
bersifat aktif (segera melakukan terminasi kehamilan) atau ekspektatif (menunda
persalinan sampai maksimum 12 jam).
Penatalaksanaan ekspektatif :
1. Tirah baring
2. Pemberian antibiotika spektrum luas
3. Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
4. Bila selama 12 jam tidak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan
anak baik maka dapat dilakukan terminasi kehamilan
12

5. Bila selama masa observasi terdapat :


a. Suhu rektal > 37.60C
b. Gawat ibu atau gawat janin
6. Maka kehamilan harus segera diakhiri

Penatalaksanaan aktif :
Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan
kontraindikasi yang ada. Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif, harus
diberikan antibiotika spektrum luas untuk mencegah terjadinya amnionitis.
C. Kehamilan preterm tanpa amnionitis
Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan pada kehamilan
aterm tanpa amnionitis. Perbedaan terutama pada antisipasi terhadap resiko
chorioamnionitis yang lebih tinggi.
Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan penatalaksanaan
pada kehamilan aterm tanpa amnionitis. Pada kehamilan kurang dari 24 minggu,
resiko pecahnya ketuban dini terhadap ibu sangat tinggi. Pada usia kehamilan ini,
pemberian steroid, tokolitik dan antibiotika tidak memberi manfaat bagi janin.
Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat secara aktif atau ekspektatif (poliklinis)
dengan pengawasan dan informasi pada pasien yang baik dan sepenuhnya tergantung
dari kehendak pasien dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan anak.
Pada kehamilan antara 24 32 minggu, sejumlah intervensi klinik sepertinya dapat
memperpanjang masa kehamilan dan memperbaiki out come.
VIII. Komplikasi
KPD preterm seringkali menyebabkan terjadinya:
1.

Persalinan preterm

2.

Chorioamnionitis

3.

Endometritis
13

4.

Gawat janin atau asfiksia intrauterin ( pengaruh tekanan pada talipusat)

Persalinan preterm, korioamnionitis dan endometritis diakibatkan langsung oleh


invasi mikroba kedalam cavum amnion atau inflamasi selaput chorioamniotik
Angka kejadian chorioamnionitis berbanding terbalik dengan usia kehamilan,
menurut Hillier dkk ( 1988):
1.

Chorioamnionitis histologik 100% pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu

2.

Chorioamnionitis histologik 70% pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu

3.

Chorioamnionitis histologik 60% pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu

Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat yang
berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau prolapsus
talipusat. KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion
yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin.
XI. Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya infeksi
atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu) memiliki
prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan saat
diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila
didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk,
sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif.
Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik
terutama bila tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan
induksi untuk membantu persalinan

14

DAFTAR PUSTAKA
American College Of Obstetrician and Gynecologist : Perinatal care at the treshold of
viability. Practice Bulletin No.38 September 2002
Bullard I, Vermillion S, Soper D: Clinical intraamniotic infection and the outcome for
very low birth weight neonates [abstract] Am J Obstet Gynecol 187;S73, 2002
Cunningham FG et al .2005. Preterm Labor in Williams Obstetrics , 22nd ed, McGrawHill,
DeCherney AH. Nathan L. 2003. : Late Pregnancy Complication in Current Obstetrics
and Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies.
High Risk Pregnancy, Premature Rupture of The Membranes(PROM). http//www.
healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm
Prawirohardjo. S.2011. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo. S.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.

15

Anda mungkin juga menyukai