11
2. Berikut beberapa implikasi kompetensi auditor sektor publik di masing-masing jenis audit
yang dilakukannya, antara lain:
a. Audit Laporan Keuangan
Untuk dapat melakukan audit laporan keuangan sektor publik khususnya di
Indonesia, seorang auditor seharusnya memiliki kompetensi di bidang audit dan
akuntansi sektor pemerintah (Standar Akuntansi Pemerintahan). Di samping itu,
auditor harus memiliki pemahaman tentang pengelolaan keuangan negara serta
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
UTS AUDIT SEKTOR PUBLIK TERAPAN
11
b. Audit Operasional
Untuk dapat melakukan audit operasional, secara umum seorang auditor seharusnya
memiliki kompetensi di bidang audit, serta pemahaman tentang prinsip ekonomis,
efisiensi, efektivitas; pengelolaan keuangan negara; dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP). Di samping itu, untuk melakukan audit operasional pada entitas
yang memiliki kegiatan operasional yang khusus, dibutuhkan auditor yang
memahami proses kegiatan operasional tersebut.
c. Audit Kepatuhan
Untuk dapat melakukan audit kepatuhan, auditor seharusnya memiliki pemahaman
tentang peraturan yang berlaku yang mengatur aktivitas suatu entitas.
3. Audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated audit)
Audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated audit) memungkinkan untuk
dilakukan. Manfaat dari audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated
audit) adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi
Dengan melakukan sekali proses audit sektor publik yang terintegrasi (public sector
integrated audit) yang mana di dalamnya meliputi pelaksanaan audit atas laporan
keuangan, audit operasional, dan audit kepatuhan, akan menghemat biaya audit. Hal
ini disebabkan tim audit hanya membutuhkan sekali pengujian pengendalian intern
yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari ketiga audit
tersebut. Pengujian pengendalian intern dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah pengendalian intern sudah didisain dengan andal dan dilaksanakan dengan
efektif. Keandalan dan efektivitas dari pengendalian intern dapat digunakan sebagai
dasar auditor untuk menentukan Tentative Audit Objective (TAO) sehingga audit rinci
dapat dilakukan dengan lebih fokus dan tepat sasaran.
b. Informasi yang Komprehensif
Dengan melakukan sekali proses audit sektor publik yang terintegrasi (public sector
integrated audit), auditor bisa mendapatkan informasi yang komprehensif dari auditi.
Informasi keuangan, operasional, serta kepatuhan pada dasarnya saling terkait, yang
mana tidak akan terjadi sinkronisasi antara ketiganya jika tidak disampaikan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya. Tidak sinkronnya ketiga informasi tersebut, dapat
menjadi indikasi terjadinya eror atau kecurangan, sehingga salah saji, inefisiensi,
inefektivitas, serta pelanggaran terhadap peraturan dapat terdeteksi oleh auditor.
11
Kelemahan dari audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated audit)
adalah sebagai berikut:
a. Ketepatan waktu
Audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated audit) membutuhkan
waktu yang lama. Hal ini disebabkan karena audit tersebut memiliki kompleksitas
yang sangat tinggi, sehingga pengujian dan prosedur audit yang dilakukan lebih
banyak dibanding audit yang dilakukan secara terpisah. Lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam melaksanakan audit sektor publik yang terintegrasi (public sector
integrated audit) dapat mengurangi kebergunaan laporan hasil audit karena melewati
waktu pengambilan keputusan.
b. Kompetensi Auditor
Untuk melakukan audit sektor publik yang terintegrasi (public sector integrated audit)
dibutuhkan auditor yang kompeten dan berpengalaman. Hal ini disebabkan karena
audit dilakukan terhadap auditi secara menyeluruh, sehingga auditor harus
memahami keterkaitan antara data dan informasi yang ada, baik itu keuangan,
operasional, atau kepatuhan. Harus terjadi sinkronisasi antara ketiga informasi
tersebut, sehingga audit sektor publik yang terintegrasi memiliki kompleksitas yang
sangat tinggi. Oleh karena itu auditor yang kompeten dan berpengalaman sangat
diperlukan untuk melakukan audit tersebut. Namun demikian, terdapat keterbatasan
jumlah auditor yang kompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan audit sektor
publik yang terintegrasi meng-ingat banyaknya jumlah auditi yang ada di Indonesia.
PERTANYAAN 2
Apabila auditing ditempatkan dalam kontek suatu pengendalian organisasi, termasuk
pengendalian kinerjanya, auditing di sektor publik seringkali mendapat kritik karena dinilai
kurang efektif akibat lebih sulit menerapkan prinsip independensi, terutama untuk audit
internal yang dilakukan oleh apa yang di Indonesia dikenal dengan APIP. Beberapa faktor
bisa disebutkan sebagai penyumbang masalah tersebut seperti struktur organisasi serta
budaya birokrasi.
1. Sebutkan faktor-faktor apa lagi yang menurut saudara ikut juga berperan penting
berkontribusi terhadap situasi seperti itu?
2. Jelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kesulitan penerapan prinsip
independensi yang seharusnya ditegakkan dalam pelaksanaan audit.
3. Berikan usulan saudara untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul akibat adanya
faktor-faktor tersebut. Usulan saudara hendaknya yang bersifat logis (rasional), legal,
dan cukup implementatif alias operasional.
UTS AUDIT SEKTOR PUBLIK TERAPAN
11
Jawaban
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor
a. Gangguan Pribadi
b. Gangguan Eksternal
2. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi penerapan independensi dengan penjelasan
sebagai berikut
a. Gangguan Pribadi
Organisasi APIP harus memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu
menentukan apakah APIP memiliki gangguan pribadi terhadap independensi.
Organisasi APIP perlu memperhatikan gangguan pribadi terhadap independensi
auditornya. Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan
pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup
pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.
auditor bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang
dalam organisasi APIP apabila memiliki gangguan pribadi terhadap independensi.
Gangguan pribadi dari auditor secara individu meliputi antara lain:
1) Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai
dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang
diaudit atau sebagai pegawai dari entitas yang diaudit, dalam posisi yang dapat
memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program
yang diaudit.
2) Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung
pada entitas atau program yang diaudit.
3) Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diaudit.
4) Mempunyai hubungan kerja sama dengan entitas atau program yang diaudit.
5) Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek
audit, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem,
menyusun dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang
diaudit.
6) Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu
program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berat sebelah.
7) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan
kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit.
8) Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang
dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya
sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas
UTS AUDIT SEKTOR PUBLIK TERAPAN
11
atau program yang diaudit atau sebagai anggota manajemen dalam setiap
pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas,
aktivitas atau program yang diaudit.
9) Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial,
sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau
tingkat pemerintahan tertentu.
10)Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah sebagai
pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang
diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diaudit.
11) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diaudit.
12)Mencari pekerjaan pada entitas yang diaudit selama pelaksanaan audit.
b. Gangguan Eksternal
Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa dapat membatasi pelaksanaan
pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa dalam menyatakan
pendapat atau simpulan hasil pemeriksaannya secara independen dan obyektif.
Independensi dan objektivitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi
apabila terdapat:
1) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah
lingkup audit secara tidak semestinya.
2) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur audit
atau pemilihan sampel audit.
3) Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu audit.
4) Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi
auditor.
5) Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi APIP, yang
dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi APIP tersebut dalam
melaksanakan audit.
6) Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan audit terhadap isi
suatu laporan hasil pemeriksaan.
7) Ancaman penggantian auditor atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil
audit, simpulan audit, atau penerapan suatu prinsip akuntansi atau kriteria
lainnya.
8) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai, selain
sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau kebutuhan audit.
Auditor harus bebas dari tekanan politik agar dapat melaksanakan audit dan
melaporkan temuan audit, pendapat dan simpulan secara obyektif, tanpa rasa takut
akibat tekanan politik tersebut.
11
3. Organisasi APIP dan auditornya mungkin menghadapi berbagai keadaan yang dapat
menimbulkan gangguan pribadi dan gangguan eksternal. Oleh karena itu organisasi
APIP harus mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi
gangguan pribadi dan gangguan eksternal, serta memastikan kepatuhannya terhadap
ketentuan independensi yang diatur dalam Standar Audit APIP. Untuk itu, organisasi
APIP antara lain harus:
a. Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi
dan gangguan eksternal terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan
pengaruh kegiatan non audit terhadap hal pokok audit dan menetapkan pengamanan
untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil audit.
b. Mengomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi APIP kepada semua auditor
dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya.
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur organisasi APIP.
d. Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur organisasi APIP.
e. Menekankan pentingnya independensi.
PERTANYAAN 3
Bagi auditor sektor publik, fenomena yang terjadi paska reformasi di Indonesia, yaitu
implementasi prinsip-prinsip New Public Management (NPM) di berbagai bidang
pemerintahan tidak bisa begitu saja diabaikan, bahkan sebaliknya, perubahan-perubahan
harus yang terjadi beserta alasan yang melatarbelakangi dan dampak yang ditimbulkan
harus dicermati dan dipahami dengan benar, karena pada ranah praksis, hal tersebut akan
secara langsung mempengaruhi konfigurasi dan karakteristik field of game dimana auditor
akan memainkan perannya.
1. Sebutkan beberapa prinsip NPM yang saudara ketahui?
2. Tunjukkan di mana akuntansi (dan juga auditing) memiliki keterkaitan dan peran penting
dalam kesuksesan implementasi NPM
3. Jika saudara menyadari bahwa Indonesia adalah Negara yang dibangun di atas
landasan nasionalisme (paham kebangsaan) dan kemerdekaan Indonesia diperoleh
melalui perjuangan yang tidak mudah dan murah, apa kritik saudara terhadap
implementasi prinsip-prinsip NPM yang tidak selektif di Negara kita?
Jawaban
1. Prinsip-prinsip New Public Management (NPM) menurut Hood (1991) adalah :
a. Pemanfaatan manajemen profesional di sektor publik;
b. Penerapan standar kinerja dan indikator kinerja;
UTS AUDIT SEKTOR PUBLIK TERAPAN
11
c.
d.
e.
f.
g.
11
11
Indonesia seharusnya lebih selektif dalam memilih arah dan pandangan yang akan
digunakan sebagai ideologi pembangunan nasional, karena tidak semua ideologi yang
berhasil yang dianut dan diterapkan oleh negara lain, akan memberikan dampak yang
sama bagi kita.
PERTANYAAN 4
Dalam kasus-kasus tertentu, temuan audit di sektor publik salah satunya berupa suatu
kesalahan saji akun laporan keuangan tertentu yang dilatarbelakangi terjadinya kecurangan
keuangan yang menimbulkan kerugian keuangan Negara. Jika hal ini terjadi, auditor dituntut
tidak saja memahami dengan baik aspek-aspek legal yang relevan, namun juga teknik dan
pendekatan yang relevan untuk menetapkan besaran kerugian keuangan negara yang
disangkakan kepada pelakunya (meski sering kali hal ini baru diminta di tahap penuntutan di
pengadilan).
1. Sejauh mana peran auditor sektor publik dalam penuntasan kasus kerugian keuangan
Negara akibat fraud yang dilakukan oleh auditee?
2. Pikirkan secara sedikit mendalam kaitan antara kemungkinan hal tersebut terjadi dengan
perkembangan penerapan standar akuntansi IFRS yang lebih mendasarkan penilaian
atas akun-akun laporan keuangan berbasiskan fair value. Apakah terdapat pengaruh
yang mempermudah (atau sebaliknya mempersulit) dari penerapan IFRS tersebut
terhadap penetapan nilai kerugian keuangan Negara? Berikan ilustrasinya dengan
memadai.
Jawaban
1. Peran auditor sektor publik dalam penuntasan kasus kerugian Keuangan Negara
Peran auditor sektor publik dalam penuntasan kasus kerugian Keuangan Negara adalah
sebagai saksi ahli yang membantu melakukan Perhitungan Kerugian Keuangan Negara
(PKKN) yang selanjutnya menjadi tuntutan Kerugian Negara yang dialamatkan kepada
tersangka. Dalam proses penuntasan kasus kerugian Keuangan Negara, auditor sektor
publik berkoordinasi dengan Kejaksaan dan Kepolisian, karena kecurangan yang
menimbulkan Kerugian Negara merupakan tindakan pidana.
2. Hubungan dengan penerapan standar akuntansi IFRS
Standar akuntansi IFRS yang menerapkan prinsip fair value, tidak memiliki dampak
terhadap proses Perhitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN). Hal ini disebabkan
karena PKKN dihitung berdasarkan harga perolehan bukan dari harga kini dari sebuah
11
aset. Penggunaan fair value sebagai dasar PKKN, tidak akan mencerminkan nilai
Kerugian Negara yang sebenarnya.
Sebagai Ilustrasi, pemerintah membangun gedung dengan nilai Rp 100 miliar dan
selesai di tahun 2XX1. Dari hasil PKKN di tahun 2XX2, diketahui bahwa terdapat
Kerugian Negara sebesar Rp 5 miliar, sedangkan nilai wajar bangunan saat itu adalah
Rp 95 miliar. Tidak ada hambatan dalam menetapkan nilai untuk pencatatan akuntansi
bangunan tersebut, yaitu tetap dicatat sebesar Rp 95 miliar, dan nilai Kerugian Negara
yang sudah dihitung berdasarkan harga perolehan tetap sebesar Rp 5 miliar.