Oleh :
Yoli Oktafiani Sari
1210532086
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepatuhan masyarakat Indonesia dalam membayar pajak saat ini masih
tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tunggakan pajak yang
terjadi, yang mana dari tahun ke tahun selalu saja meningkat. Pada kenyataannya
cukup banyak dari masyarakat kita yang sengaja melalaikan kewajiban dan
melakukan
kecurangan-kecurangan
dalam
membayar
pajak.
Sehingga
e-Filing,
e-Payment,
dan
e-Registration
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang mana wajib pajak pajak tidak perlu
lagi datang ke KPP, cukup dengan sistem online mereka bisa memenuhi
kewajibannya. Dan juga hal memudahkan bagi fiskus dalam memungut pajak.
Namun pada kenyataannya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
tersebut belum bisa sepenuhnya meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tetap saja
cukup banyak wajib pajak yang utang pajaknya menunggak . Seorang Wajib
Pajak mungkin selalu membayar kewajiban pajaknya , tetapi jika kewajiban pajak
tersebut dibayar terlambat , maka hal tersebut tidak dapat dianggap
patuh.
Apalagi kalau sampai utang pajaknya menunggak. Hal ini tentu saja sangat
merugikan bagi bangsa Indonesia yang memang sedang melakukan pembangunan
nasional. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan
yang mempunyai kekuatan hukum memaksa. Maka dari itu pemerintah
memberlakukan UU No 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa dan sejak 1 Januari 2001 penagihan pajak dilaksanakan dengan UU No 19
tahun 2000.
Undang-undang penagihan pajak ini juga diharapkan dapat memberikan
kepastian hukum dan keadilan serta dapat mendorong peningkatan kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya guna
mengurangi tunggakan pajak yang timbul. Dengan demikian diharapkan
penerimaan negara dari sektor pajak dapat lebih optimal lagi dan terus meningkat
agar bisa membiayai pembangunan nasional dan penyelenggaraan roda
pemerintah bisa berjalan dengan baik . Berkaitan dengan latar belakang di atas di
atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul :
Analisis Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan
Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak di
Surat
Pratama Padang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah penagihan pajak dengan
surat teguran dan surat paksa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang?
C. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data variabel mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 dan penelitian ini dibatasi hanya pada satu Kantor
Pelayanan Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap kepatuhan wajib
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi peneliti
Mempraktekkan ilmu khususnya tentang perpajakan yang telah dipelajari dan
dapat mengembangkan pengetahuan tersebut dalam bidang yang diteliti.
b. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada
serta dapat menambah kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian yang serupa,
yang memiliki topik yang sama sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi
selanjutnya.
c. Bagi aparat pajak
Dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan kebijakan penagihan pajak
sehingga bisa meminimkan jumlah tunggakan pajak.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang sistematis mengenai penulisan skripsi
ini maka peneliti menggunakan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Soemitro dalam Muljono (2010:1), pengertian pajak adalah
sebagai berikut:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Sedangkan definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar. Menurut
Mardiasmo dalam buku Perpajakan(2009:1) ada 2 fungsi pajak, yaitu::
a.Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi Mengatur (Regulered)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan- tujuan tertentu di luar
bidang keuangan.
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik Negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi).
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
materil
menyatakan
bahwa
utang
pajak
timbul
karena
formil
menyatakan
bahwa
utang
pajak
timbul
karena
pada
masa/tahun
pajak
berikutnya
maupun
dengan
pelaksanaan
lelang.
Pelaksanaan
penagihan
aktif
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007.
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000.
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008
Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penagihan Dengan Surat Paksa dan
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah terakhir
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
85/PMK.03/2010.
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan
Pelaksanaan Surat Paksa.
6. Surat Teguran
Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan
Pasal 1 angka 10 (UU Penagihan Pajak) adalah surat yang diterbitkan oleh
pejabat pajak untuk meneguur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk
melunasi untang pajaknya. Sesuai Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No.
561/KMK.04/2000 bahwa tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan
surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa
pejabat setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Penerbitan surat
teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis merupakan tindakan awal
dari pelaksanaan penagihan pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum
dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa.
Apabila terdapat Wajib Pajak tidak pernah diberikan surat teguran, surat
peringatan atau surat lain yang sejenis namun langsung diterbitkan dan diberikan
surat paksa, maka secara yuridis surat paksa tersebut dianggap tidak ada karena
tidak didahului dengan pengeluaran surat teguran, surat peringatan atau surat lain
yang sejenis.
7. Surat Paksa
1. Pengertian Surat Paksa
Surat paksa sesuai Pasal 1 huruf 21 (UU KUP) dan Pasal 1 huruf 12 (UU
Penagihan Pajak) menyatakan bahwa surat paksa adalah surat perintah
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa berkepala katakata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Agar tercapai
efektivitas dan efisiensi penagihan pajak yang didasari dengan surat paksa, maka
surat paksa mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Dengan demikian, surat paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa bantuan
putusan pengadilan lagi dan tidak dapat diajukan banding. Dalam Pasal 7 ayat 2
(UU Penagihan Pajak), disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya harus
memuat :
- Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan penanggung pajak.
- Dasar penagihan.
- Besarnya utang pajak.
- Perintah untuk membayar.
2. Penerbitan Surat Paksa
a) .Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran, surat peringatan atau
surat lain yang sejenis dikeluarkan oleh pejabat. Menurut pasal 8 (UU Penagihan
Pajak) menyatakan bahwa surat paksa diterbitkan apabila: Penanggung pajak
tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
b). Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan
sekaligus, atau
c). Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Peninggalan, dan jika Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, maka
surat paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk
pemberesan atau likuidasi. Jika tidak dapat dilaksanakan surat paksa disampaikan
melalui pemerintah daerah setempat.
Dalam hal Wajib Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha, atau
tempat kedudukannya, maka penyampaian surat paksa dilaksanakan dengan cara
menempelkan surat paksa pada papan pengumuman kantor pejabat yang
menerbitkannya, mengumumkan melalui media massa, atau cara \lain yang
ditetapkan oleh keputusan menteri atau keputusan kepala daerah.
B.
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tindakan penagihan pajak dengan surat paksa
memang sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan tindakan penagihan pajak dengan surat paksa yang dikutip dari
berbagai sumber antara lain :
1. Dian Victor Pabuaran (2005)
Judul Penelitian :
Analisa Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan
Dengan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Batu.
Variabel penelitian :
Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan atas Penagihan dengan Surat
Paksa, Penerimaan Pajak.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan uji simultan, pemeriksaan dan kepatuhan atas penagihan
dengan surat paksa berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan
pajak. Sementara berdasarkan uji parsial, pemeriksaan berpengaruh
terhadap pencairan tunggakan pajak tetapi kepatuhan atas penagihan
dengan surat paksa tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan
tunggakan pajak. Koefisien determinasi menujukkan 55,6% pencairan
tunggakan pajak dipengaruhi oleh pemeriksaan dan kepatuhan atas
penagihan dengan surat paksa.
Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran penelitian dapat
digambarkan dalam bentuk di bawah ini.
Surat Pemberitahuan
Surat Ketetapan
SKPKBT
SKPKB
Tunggakan
Surat Tagihan
Surat Paksa
Surat Teguran
D.
Hipotesis Penelitian
Kepatuhan Wajib Pajak
sebagai berikut :
Ho
: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara surat teguran dan surat
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara surat teguran dan surat paksa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variable-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menguji dan memberikan
gambaran bagaimana pengaruh surat teguran dan surat paksa terhadap kepatuhan
wajib pajak. Analisis statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:206).
Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
penelitian ini akan menguraikan dan menjelaskan data-data yang telah diolah dan
dianalisis.
B.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang
yang beralamat di jalan Bagindo Aziz Chan No. 26, Padang. Tempat penelitian
tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa baik data maupun informasi yang
dibutuhkan mudah diperoleh serta relevan dengan pokok permasalahan yang
menjadi objek pokok penelitian.
C.
D.
Surat Paksa adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh KPP dan dilakukan oleh
juru sita untuk memaksa Wajib Pajak melunasi utang pajak dalam jangka waktu
tertentu. Penagihan pajak dengan surat paksa, dalam hal ini dilihat dari jumlah
surat paksa yang diterbitkan.
c. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kepatuhan wajib pajak adalah kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
Wajib pajak dalam hal ini adalah wajib pajak bebas yang memperoleh panghasilan
sendiri atau dari pekerjaan bebas. Kepatuhan wajib pajak (Variabel terikat) adalah
diukur dengan kepatuhan pembayaran pajak dilihat dari banyaknya
surat paksa yang dilunasi oleh wajib pajak.
E. Teknik pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data
sekunder berupa bahan-bahan pustaka, seperti literature hukum dan non hukum,
himpunan peraturan perundangundangan, jurnal, buletin ilmiah, majalah, serta
hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan perpajakan.
Adapun teknnik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu
antara lain:
a. Studi kepustakaan (library research)
Analisis Data
Teknik Analisis
= Kostanta
= Faktor Pengganggu
Uji hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
Erwis Nana Adriana. 2012. Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran
Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Makassar Selatan. Makassar : Universitas Hasanuddin
Ilyas, Wirawan B. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Keputusan Menteri Keuangan No.235/KMK.03/2003
Mardiasmo, 2009. Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi.Jogjakarta: Andi
Ritonga Pandopotan.2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.Medan : STMIK Triguna Dharma
Sarwono, Jonathan 2006, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, ANDI.
Yogyakarta