Anda di halaman 1dari 3

Sugiyono (2011:62) mengelompokkan teknik sampling menjadi 2 (dua) yaitu Probability

Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik pengambilan


sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 63). Probability Sampling terdiri dari 4
(empat) macam yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2011:64).
2. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2011:64).
Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 =
50 orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang).
Maka contoh pengambilan sampel dengan teknik ini adalah dengan asumsi 10% dari
populasi masing-masing strata yang diambil. Jadi dari S1 diambil 5 orang (acak), S2
diambil 3 orang (acak), SMK diambil 80 orang (acak), SMA diambil 40 orang (acak),
dan SD diambil 30 orang (acak). Maka total sampel yang diambil adalah
5+3+80+40+30 = 158 orang.
3. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional (Sugiyono, 2011:64).
Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 =
50 orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang).
Maka pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara bebas (seenaknya)
yaitu S1 diambil 50 orang atau semua populasi S1 dan S2 diambil 30 orang atau
semua populasi S2. Sementara kelompok strata yang lain diabaikan karena jumlah
populasinya terlalu besar. Sehingga total sampel yang digunakan adalah 50 + 30 = 80
orang.
4. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2011:65).
Contoh: Di kota Banyuwangi terdapat 30 SMP sebagai populasi. Karena itu
pengambilan sampelnya ditentukan sebesar 15 SMP saja dengan pemilihan secara
random (acak).
Teknik sampel ini terdiri dari 2 tahap, yaitu (1) tahap penentuan sampel daerah, dan
(2) tahap penentuan orang-orang yang ada di daerah itu.
Sedangkan pada Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. (Sugiyono, 2011: 66). Nonprobability Sampling terdiri dari 6
(enam) macam yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:
1. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut (Sugiyono, 2011:66).


Misalnya jumlah populasi 100 orang dan masing-masing diberi nomor urut 1 s/d 100.
Sampelnya dapat ditentukan dengan cara memilih orang dengan nomor urut ganjil
(1,3,5,7,9,, dst) atau memilih orang dengan nomor urut genap (2,4,6,8,,dst).
2. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan (Sugiyono,
2011:67).
Misalnya ingin melakukan penelitian tentang pendapat mahasiswa terhadap layanan
kampus. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 500 mahasiswa. Kalau pengumpulan
data belum mencapai kuota 500 mahasiswa, maka penelitian dipandang belum selesai.
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah tekik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2011:67).
4. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2011:68). Teknik ini paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif
yang tidak melakukan generalisasi.
Misalnya penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah
orang yang ahli makanan atau ahli gizi.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011:68).
Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang,
atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang
sedikit atau kecil.
Misalnya jika jumlah populasi 20 orang, maka 20 orang tersebutlah yang dijadikan
sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar (Sugiyono, 2011:68).
Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10 orang, tetapi karena
peneliti merasa dengan 10 orang sampel ini datanya masih kurang lengkap, maka
peneliti mencari orang lain yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan
mampu melengkapi datanya.

3.8.1. Uji Normalitas


Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Chi-Square.

Menurut Sugiyono (2010 : 79) pengujian normalitas data dengan chi-square


dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah
terkumpul dengan kurva normal baku/standard. Langkah-langkah yang diperlukan adalah
sebagai berikut.
(1) Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian dengan chi-square ini, jumlah kelas
interval ditetapkan enam. Hal ini sesuai dengan enam bidang yang ada pada kurva normal
baku.
(2) Menentukan panjang kelas interval.
(3) Menyusun ke dalam table distribusi frekuensi, sekaligus table penolong untuk menghitung
harga chi-square hitung.
(4) Menghitung (frekuensi yang diharapkan).
Cara menghitung , didasarkan pada presentasi luas tiap bidang kurva normal dikalikan jumlah
data observasi (jumlah individu dalam sampel). Masing-masing baris mempunyai presentase
yang berbeda. Baris pertama (2,7%), baris kedua (13,53%), baris ketiga (34,13%), baris
keempat (34,13%), baris kelima (13,53%), dan baris keenam (2,7%).
(5) Memasukan harga-harga ke dalam table kolom , sekaligus menghitung harga-harga , dan
(harga chi kuadrat hitung).
(6) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan harga chi kuadrat tabel. Bila harga chi
kuadrat hitung kurang dari harga chi kuadrat table, maka distribusi data dinyatakan normal,
dan bila lebih dari dinyatakan tidak normal.
Berdasarkan sampel akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari
populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal.
Kriterianya adalah terima hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika chi kuadrat
hitung

yang diperoleh dari data pengamatan

kurang dari chi kuadrat table dengan

derajat kebebasan dk = k-1 dan taraf signifikan 5 %. Dalam hal lainnya


hipotesis nol ditolak.

Anda mungkin juga menyukai