Anda di halaman 1dari 6

NAMA

:
YASINTA SURYA M
NIM :
145060400111016
A. PERMASALAHAN SUMBERDAYA AIR
a. KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin tingginya
sedimentasi akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian dan
praktek perkebunan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan
air yang didorong oleh tekanan kependudukan dan meningkatnya
kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta tata ruang yang tidak
kondusif
Ketidak konsistenan tata ruang, diantara masalah-masalah, sbb:
Kebijakan pemerintah tentang penetapan tempat konservasi
dibagian hulu dan kawasan budidaya dibagian hilir di suatu
DAS banyak yang tidak berjalan efektif.
Kurangnya perhatian dan keberpihakan pihak perencana tata
ruang untuk mengalokasikan ruang bagi pemukiman yang
aman dan sehat penduduk golongan miskin. Akibatnya banyak
bantaran sungai yang dijadikan pemukiman sehingga
mempersempit palung sungai yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan terjadinya banjir dan daerah kumuh.
Penggunaan kawasan lindung untuk kegiatan ekonomi-sosial
maupun pertanian dan perkebunan
b. KRISIS AIR
Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antara pemakai
tentang penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerahdaerah rawan air meskipun siklus curah hujan relatif sama dari tahun ke tahun.
Hal ini terjadi karena disatu sisi pasokan air semakin menurun karena
meskipun jumlah pasokan air alamiah relatif sama tetapi kualitas air yang
secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan
DAS serta pencemaran air sungai akibat perilaku bahwa sungai adalah tempat
pembuangan segala macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi
lai kebutuhan air semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi, sehingga telah terjadi ketidak seimbangan antar
pasokan air dan kebutuhan akan air.
c. KETAHANAN PANGAN MEMERLUKAN AIR DAN LAHAN
Upaya ketahanan pangan memerlukan peningkatan produksi pangan
terutama pada lahan beririgasi. Namun kenyataan yang terjadi adalah
melajunya konversi sawah beririgasi teknis menjadi lahan non-pertanian yang
mencapai 50.000 Ha per tahun. Konversi ini akan menyebabkan terjadinya
pengurangan produksi 400.000 ton gabah kering per tahun, yang bernilai kirakira 400 Miliar. Dilain pihak konsumsi beras di Indonesia akan meningkat dari
27 juta ton pada tahun 1992 menjadi 47,5 juta ton di tahun 2020 yang
memerlukan pertambahan sawah beririgasi baru sekitar 1,1 s/d 2,1 juta hektar.
Konversi sawah beririgasi teknis sebesar angka dimaksud adalah ancaman
bagi swasembada pangan, disamping itu juga dapat mengakibatkan
pemborosan pembangunan jaringan irigasi yang biayanya mencapai USD
2000 s/d USD 3000 per hektar. Dimana akibat konversi sawah dibutuhkan
waktu 5 s/d 6 tahun untuk mengembalikan baru ekosistem sawah.

d. DAERAH IRIGASI BERALIH FUNGSI MENJADI DAERAH


PEMUKIMAN DAN INDUSTRI
Menurut perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Development
Study) yang dikutip World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal
perkotaan di Indonesia secara fisik bertambah luas sebanyak 367.500 hektar
atau kira-kira 25.100 Ha per tahun, dimana 60% perkembangan terjadi di
Jawa, 20% di Sumatera, dan 20% lainnya di Kawasan Timur Indonesia.
Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa
akan bertambah luas 15.000 Ha per tahun, disamping itu perluasan untuk
pembangunan jalan dan industri akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 per
tahun. Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa akan ada 390.000 Ha
(13,6%) dari 3,4 juta Ha sawah irigasi yang strategis didekat pusat
pertumbuhan industri maupun pemukiman.
e. KERUSAKAN SUMBER AIR
Menyempitnya sungai-sungai karena tingginya tingkat kandungan
lumpur akibat erosi dan sedimentasi akibat rusaknya DAS maupun
akibat sampah yag dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang
menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu
banjir.
Adanya situ-situ yang dikonversi menjadi daerah pemukiman
menyebabkan semakin menurunnya resapan untuk air tanah.
Tercemarnya sumber-sumber air seperti sungai, danau, waduk oleh
limbah industri, penduduk maupun pertanian, seperti pencemaran yang
cukup tinggi antara lain di sungai Citarum (Jawa Barat), Brantas (Jawa
Timur) dimana penggunaan air dibagian hilirnya untuk domestik,
perkotaan dan industri sangat intensif.
f. KELEMAHAN KOORDINASI
Koordinasi pengelolaan sumberdaya air di pusat maupun daerah masih lemah:
Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi
terkait dan belum melibatkan seluruh komponen stakeholder secara
lengkap.
Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Propinsi yaitu
Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai
(SWS) yaitu Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa
dan belum berfungsinya PTPA dan PPTPA di propinsi-propinsi luar
jawa.
PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholders.
g. PERILAKU BOROS AIR, TIDAK PEDULI DAN TIDAK RAMAH
LINGKUNGAN
Perilaku masyarakat yang boros air dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari, demikian juga pembuangan sampah padat dan limbah cair ke air
dan sumber air tidak saja menyebabkan penyempitan sungai tetapi juga
menebarkan bau tidak sedap sepanjang sungai.

h. PENCEMARAN AIR TANAH


Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh instrusi air laut (misal
JABODETABEK, Surabaya, dan Semarang) dan limbah domestik dan industri
(misal JABODETABEK, Bandung). Hal ini akan membahayakan penduduk
yang memakainya sebagai air minum.
i. ANCAMAN HUJAN ASAM
Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang
membahayakan, hal ini terjadi di dan sekitar kota besar.
j. TINGGINYA KEBOCORAN AIR DI SALURAN IRIGASI
Efisiensi penyaluran air dari pengambilan s/d ke petak sawah pada
jaringan irigasi masih rendah yaitu sekitar 35% s/d 55%. Hal ini terjadi karena
kondisi saluran yang kurang perawatan, tanah sekitar saluran yang porous,
O&P saluran yang tidak memadai maupun masih banyaknya pencurian air
di saluran irigasi.
k. TERBATASNYA PRASARANA PASOKAN AIR
Sebagian besar bangunan penyedia air bersifat run off river type yaitu
bangunan hanya berfungsi menaikkan muka air sungai dan kemudian
menyadap kesaluran, tanpa kapasitas tampung yang memadai. Akibatnya, air
yang disadap dari sungai sangat tergantung dari debit sungai yang ada yang
berfluktuasi tergantung curah hujan yang jatuh dihulu bangunan. Sebagai
ilustrasi dari 7,3 juta hektar jaringan irigasi hanya sekitar 700 ribu hektar
(sekitar 10% dari total jaringan irigasi) yang pasokan air bakunya dari waduk
dimana ketersediaan airnya terjamin sepanjang tahun tanpa terganggu
fluktuasi air di sungai.
B. UPAYA PENANGGULANGAN PERMASALAHAN SUMBERDAYA AIR
a. KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAIa
Supaya DAS tidak mengalami kerusakan maka perlu usaha pemeliharaan
sehingga unsur-unsur yang ada di dalam DAS (unsur fisik, kimia, dan biologi)
tetap terjaga kelestariannya. Usaha menjaga kelestarian DAS dapat dilakukan
dengan konservasi lahan di dalam DAS tersebut dengan dua metode, yaitu metode
vegetatif dan mekanik.
i.
Metode Vegetatif
Penghutanan kembali hutan yang gundul karena hutan
mempunyai peranan penting dalam mengkonversi DAS. Fungsi
hutan yaitu, meredam tingginya debit sungai pada musim hujan, dan
berpotensi memelihara kestabilan aliran air sungai pada musim
kemarau, mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air
meresap ke dalam tanah dan mengalirkannya secara perlahan ke
sungai. Selain itu, lapisan serasahnya juga melindungi permukaan
tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga erosi pada tanah
hutan sangat rendah, dan mempunyai banyak pori makro dan pipa di
dalam tanah yang memungkinkan pergerakan air secara cepat ke
dalam tanah.
Penutupan lahan terbuka dengan tanaman penutup. Tanaman
penutup memiliki fungsi yaitu, menahan atau mengurangi daya
perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan

ii.

tanah, menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan


daun mati yang jatuh, melakukan transpirasi, yang mengurangi
kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut
menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan,
mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan
memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi
erosi.
Penanaman dengan cara lajur sesuai ketinggian karena dapat
mengurangi aliran permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan
unsur hara, dan mempercepat pengolahan tanah apabila
menggunakan tenaga ternak atau traktor karena luku atau alat
pengolah tanah yang lain.

Metode Mekanik
Pembuatan selokan atau saluran air.
Sebagai penampung air hujan, embung dapat menjadi penyedia air
pada saat musim kemarau tiba, terutama di awal musim kemarau.
Keberadaan embung dapat menyelamatkan tanaman yang terjebak
oleh datangnya musim kemarau. Ketersediaan air dalam embung
tergantung dari kapasitas embung itu sendiri. Dengan kata lain,
semakin besar kapasitas embung, semakin lama air yang tersedia
dan semakin banyak lahan yang bisa diairi.
Pembuatan terasering pada lereng curam dengan mengikuti
garis kontur.
Yaitu membuat teras-teras (tanggatangga) pada lahan miring dengan
lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang
lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
Pembuatan sumur resapan.
Peresapan air mclalui sumur resapan sangat penting mcngingat
adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai
konsekuensi dari perkembangan pcnduduk dan perekonomian
masyarakat. Perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan
kemampuan tanah untuk meresapkan air. Hal ini mengingat semakin
banyak tanah yang tertutupi oleh tembok, beton, aspal, dan
bangunan lainnya yang tentunya berdampak meningkatnya laju
aliran permukaan. Penutupan permukaan tanah oleh permukiman
dan fasilitas umum besar dampaknya bagiannya, berarti setiap kali
turun hujan 30 mm akan ada 225.000 m3 air hujan yang tidak dapat
meresap ke dalam tanah. Jumlah ini akan berkumpul dcngan aliran
permukaan dari kawasan lain pada lahan yang rendah sehingga
dapat mengakibatkan banjir.

b. KRISIS AIR
Pembuatan embung
Sebagai penampung air hujan, embung dapat menjadi penyedia air pada
saat musim kemarau tiba, terutama di awal musim kemarau. Keberadaan
embung dapat menyelamatkan tanaman yang terjebak oleh datangnya
musim kemarau. Ketersediaan air dalam embung tergantung dari kapasitas
embung itu sendiri. Dengan kata lain, semakin besar kapasitas embung,
semakin lama air yang tersedia dan semakin banyak lahan yang bisa diairi.

Memperbaiki saluran dan sarana irigasi


Dewasa ini banyak sekali saluran irigasi yang kondisinya sudah rusak,
temboknya retak-retak, dan lain-lain. Kondisi seperti ini akan
memperbanyak kebocoran air di perjalanan. Sebab, air akan banyak
meresap dan terbuang ke dalam tanah sehingga semakin ke hilir debit
airnya makin berkurang. Karena itu, perbaikan saluran yang rusak dapat
mempertahankan debit air dari hulu hingga ke tempat tujuan, hilir.
Mengatasi waduk dari pedangkalan
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pemeliharaan waduk adalah
terjadinya pendangkalan. Pada tahap selanjutnya, pendangkalan dapat
mengurangi kapasitas waduk dalam manampung volume air sehingga pada
musim kemarau waduk cepat mengering. Salah satu penyebab
pendangkalan adalah adanya sedimentasi butiran tanah yang di bawa oleh
aliran sungai dari daerah hulu akibat rusaknya ekosistem hulu.
Melakukan penghijauan dan konversi lahan di daerah hulu
Berkaitan dengan pendangkalan waduk, penghijauan dapat mengurangi
terjadinya sedimentasi. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong
dapat menjaga/mengikat butiran tanah saat terjadi hujan. Tanaman yang
rapat juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air
hujan, mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga air tanah
akan tersedia lebih lama. Dengan demikian, pasokan air untuk waduk tetap
kontinyu dengan fluktuasi debit yang relatif kecil. Sebaliknya, konversi
lahan di derah hulu dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap
air hujan. Akibatnya, pada saat musim hujan, air akan lebih banyak
dialirkan melalui permukaan dan pada saat musim kemarau air cepat
mengering sehingga pasokan air ke waduk tidak kontinyu.
Memberikan peringatan dini akan terjadinya kekeringan
Peringatan dini oleh instansi pemerintah (nasional dan daerah) sangat
penting dilakukan. Adanya peringatan dini dapat memberikan
pertimbangan dan informasi bagi para petani kapan harus menanam dan
kapan tidak boleh menanam, sehingga tanamannya tetap aman dan tidak
terjebak oleh musim kemarau.
Memberikan bantuan pompa air
Pada beberapa daerah, para petani memiliki ketergantungan yang sangat
tinggi terhadap pompa air. Pompa air sangat dibutuhkan pada saat
pengadaan air dari irigasi tidak ada atau tidak mencukupi. Pada saat itu,
salah satu upaya para petani dalam mengatasi kelangkaan air ini adalah
dengan memompa air dari sungai-sungai atau sumber air sekitar. Karena
itu, bantuan pengadaan pompa dari pemerintah dapat menjadi salah satu
solusi dalam menghadapi kekurangan air.

DAFTAR PUSTAKA
Sutardi. (2002). Pengelolaan
Lokakarya,hlm. 6-10.
Nurohman,
H.
(2013).

Sumberdaya
Daerah

Air

yang

Aliran

Efektif,
Sungai,

http://frensmart.blogspot.com/2013/05/das-daerah-aliran-sungai.html (12 Oktober


2014)
Polontalo,
S.
(2008).
Bebas
Banjir
2015,
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentangdas-ciliwung/ (12 Oktober 2014)
Larvatus,
S.
(2008),
Kekeringan
dan
Cara
Mengatasinya,
http://katabermakna.blogspot.com/2008/06/kekeringan-dan-caramengatasinya.html (12 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai