Anda di halaman 1dari 27

Korupsi dan Jaringan

Patron-Client
Sunyoto Usman
Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM

Korupsi adalah kultur?


1970an Bung Hatta pernah melontarkan korupsi di Indonesia
sebagai kultur, sindiran karena begitu mengakar di negara
ini, lebih cocok disebut endemic.
Korupsi berada di semua sektor, dahulu hanya di seputar
Soeharto dan kroninya, sekarang menyebar ke sektor-sektor
lain (eksekutif, legislatif dan yudikatif).
Korupsi di semua level, dahulu terutama di pusat (Jakarta),
sekarang menyebar ke daerah-daerah, semakin parah.
Korupsi terus menemukan bentuk baru, semakin canggih
(semakin sulit dibuktikan secara hukum), aturan tidak
mempan, terkesan institusi publik gagal memerankan fungsi
kontrol dan the law enforcement.
2

Anti korupsi
Undang-Undang anti korupsi, sayang tidak bisa dilaksanakan,
lembaga peradilan (polisi, pengadilan dan lembaga
pemasyarakatan) tidak bisa berjalan.
Gerakan anti korupsi: elemen kampus (sejak 1970an), corruption
watch, partai politik belum membuahkan hasil optimal.
Seminar dan diskusi tentang korupsi perlu terus diadakan,
membangun kesadaran publik tentang korupsi.
Mata kuliah tentang korupsi (pilihan), penelitian tentang korupsi,
perbanyak literatur tentang korupsi.
Isu korupsi bisa jadi bagian penting dari kampaye politik.

Apakah
korupsi?
M.H. Khan (1996): the violation of the formal rules
governing the allocation of public resources by officials in
response to offers of financial gain or political support.
Pelanggaran terhadap peraturan resmi, kepiawaian aparat
dan kolega persekongkolannya memanfaatkan celah-celah
kelemahan peraturan resmi.
Mencuri dan menggunakan harta publik untuk memperoleh
uang dan/atau barang (kepentingan pribadi) atau dana politik
(kepentingan kelompok/organisasi).

Problem pasca kolonialisme


Pasca kolonialisme terjadi akumulasi dan alokasi harta publik,
mengatur kembali hak milik (uang dan barang), memperbarui
kelembagaan dan menata kepegawaian.
Masalah terjadi ketika aturan yang dibuat untuk mengatur harta
publik tersebut didominasi oleh elit politik dan kelas kapitalis
baru, tidak ada partisipasi publik, tidak demokratis.
Aturan yang dibuat justru melegitimasi kelompok elit
memanipulasi harta publik, tidak ada transparansi, tidak ada
pertanggungan jawab yang jelas, sukar dikontrol.
Negara donor sukar melakukan kontrol, rejim penguasa sangat
kuat dan dominan, sentralistis dan represif. Negara donor kolusi
dengan penguasa di negara berkembang (lihat diagram)

The Ruling Class

Rejim Orde Baru

Politisasi birokrasi

Monoloyalitas
Agen rejim
Pengawasan tidak
Berjalan
KKN

Pelaku bisnis
client rejim

Pelaku bisnis
(marginal)
Kegiatan 35%
Jumlah 65%

Kegiatan 65%
Jumlah 35%
Semua kegiatan dikuasai dan dimonopoli
oleh rejim Orde Baru
menghalalkan segala cara
Gambaran kegiatan pemerintah
masa Orde Baru

The Ruling Class

Kapitalis internasional

Rejim dan pemerintah


Pelaku bisnis
tidak jelas
(agen trans-national
practices)

Persekongkolan:
Menguasai sumberdaya
alam (loan, teknologi)
Mempengaruhi kebijakan
strategis (intervensi)
Menempatkan bangsa
ini sebagai pasar
Pelaku bisnis
(marginal)
Kegiatan 25%
Jumlah 75%

Kegiatan 75%
Jumlah 25%
Kehidupan kita
semakin terpuruk, tidak jelas
menghalalkan segala cara

Gambaran kegiatan
pasca Orde Baru (semakin kelam?)
7

Tipe ideal (keseimbangan antar sektor)

Komunitas Sipil

Sektor Ketiga
LSM, Pers,
Profesi dll.
Sektor Publik
Pemerintah
Partai politik

Sektor Swasta
Pelaku bisnis

Keseimbangan tidak terjadi, rejim terlalu kuat


Kelas menengah rapuh, sebagian terkooptasi
8

Pembahasan masalah korupsi

Faktor-faktor
penyebab

Karakteristik/watak (personal)
Aturan hukum lemah
Kemiskinan

Korupsi

Dampak
negatif

Fokus
Bagaimana proses korupsi?
Bagaimana korupsi dibangun
sehingga sulit diberantas?
Mengapa koruptor sulit
dijerat dengan hukum positif

Jaringan patron-client sebagai


saluran tindak korupsi
Patron (induk) adalah figur yang secara ekonomi maupun
politik kuat, menjadi panutan, dominan, superior; sedang
client (semang) adalah figur yang secara ekonomi maupun
politik lemah, sebagai pendukung, dormant, inferior.
Hubungan patron-client berbentuk hirarkhis, tukar-menukar,
saling diuntungkan, saling memberi dukungan.
Sifat hubungan personal, akrab tetapi tidak ada ketentuan
resmi (bebas keluar masuk), tergantung kepentingan.
Saling tukar-menukar di antara dua tipe kelompok yang sangat
berbeda, dibedakan oleh status, kekuasaan, di negara
berkembang bisa antara aparat negara (rejim penguasa)
dengan swasta atau dengan rakyat biasa.
10

Jaringan patron-client
sempurna
C
C

Patron

C
C

C
C

Patron

C
C

11

Ideologi dalam jaringan


patron-client
Basis jaringan bisa berupa: ekonomi (saling tukar), nonekonomi atau tumpang tindih ekonomi dan non-ekonomi
(politik, daerah, agama, etnis atau kelompok tertentu).
Dalam jaringan terdapat tujuan yang hendak dicapai (obyektif)
dan cara/strategi untuk mencapai tujuan tersebut).
Cara/strategi akan memandu besaran dan keseimbangan nilai
ekonomi dan non-ekonomi yang seharusnya dicanangkan, dan
menghindari trial and error.
Jaringan patron-client bisa dipergunakan untuk tujuan/arah
positif atau tujuan/arah negatif (termasuk korupsi).

12

Karakteristik jaringan patron-client


Jumlah client yang tidak terlalu besar bisa lebih efektif
dibandingkan jumlah client yang besar, tetapi tidak terkait
dengan kompleksitas jaringan (bisa sangat kompleks).
Client yang heterogin lebih kompleks dibandingkan client
yang homogin, traksasi melibatkan banyak kepentingan,
meskipun tidak berkorelasi dengan sukses/gagal.
Karakteristik client berpengaruh terhadap outcome jaringan
patron-client.
Jaringan patron-client bisa didominasi oleh sejumlah patron
yang sudah mapan, bisa pula oleh sejumlah patron baru
(dibeberapa negara ditempati kelas kapitalis baru).

13

Institusi saluran interaksi patron-client


Institusi adalah norma dan nilai yang mengisi organisasi,
bisa organisasi sekaligus institusi atau organisasi tanpa
institusi (organisasi yang tidak berfungsi).
Institusi bisa mempengaruhi demand (jeli membuka
kemungkinan berkorupsi) bisa mempengaruhi supply
(diciptakan sebagai saluran melakukan korupsi).
Fragmentasi institusi bisa memudahkan para patron
berkoordinasi dan bertransaksi melakukan tindak korupsi,
korupsi subur dalam organisasi yang sangat birokratis.
Kekuasaan yang absulut bisa sangat korup, institusi kontrol
tidak berjalan, penguasa sangat dominan dan determinan.

14

Institusi dalam pelbagai level


Pemerintah (pusat)

Pemerintah Kota/Kabupaten

Traditional
Local
Institution

Modern
Local
Institution

Adat

Resmi

Local
Membership
Organization

Terkait
sektor
tertentu

15

Kekuasaan relatif
Posisi client baik secara ekonomi maupun politik adalah
lemah, sehingga mudah dikuasai dan dimanfaatkan
patron.
Posisi patron secara ekonomi selalu kuat, tetapi secara
politik bisa kuat bisa pula lemah, bisa pula berubah-ubah.
Jika posisi client secara politik lemah, bisa dimanfaatkan
oleh patron untuk kepentingan ekonomi, termasuk aman
ketika patron melakukan korupsi.
Jika posisi patron secara politik lemah, client memberi
dukungan politik (sedikitnya tidak melakukan oposisi),
sehingga patron bisa lebih leluasa melakukan korupsi.

16

Kekuasaan dalam jaringan patronclient


Pengertian kekuasaan: (1) kapasitas kolektif, (2) hubungan
asemetrik, atau (3) kapasitas orang memberi reward/
hukuman atau sangsi kepada orang lain.
Diskusi jaringan patron-client lebih bereferensi pada
pengertian yang kedua dan ketiga, untuk melihat
seberapa jauh client memiliki posisi tawar (atraktif)
terhadap patron.
Jaringan patron-client di antara negara dibedakan oleh
kekuasaan, sebagai dasar patron bernegosiasi dengan
client (pertimbangan ekonomi atau politik).
Kekuasaan patron yang mutlak, tidak bisa dikontrol client,
tingkat korupsi tinggi dan sulit dikendalikan.

17

Pengalaman Beberapa Negara


Marx Robinson, Corruption and
Development

18

India, Pakistan dan Bangladesh

Birokrasi

Politisi

B
B
Terjadi
persekongkolan

B
B
B

N
P

C= kapitalis
N=non-kapitalis
Melibatkan banyak elemen

P
19

India, Pakistan dan Bangladesh


Ada dua kelompok besar: birokrasi dan politisi, masingmasing bisa membangun hubungan patron-client di
antara kalangannya sendiri maupun dengan kalangan
lain; latar belakang agraris, industri (kapitalis) tidak kuat.
Kebijakan pembangunan membawa aliran dana, dan
kalangan kapitalis dan non-kapitalis menjadi saluran
tindakan korupsi yang efektif.
Kebijakan pemerintah bisa menguntungkan kalangan
kapitalis dan non-kapitalis, mengarah tindakan korupsi,
dan hasilnya juga dinikmati birokrasi.
Hasil korupsi juga dinikmati oleh politisi, bisa untuk
membiayai kegiatan politik dan money politics.

20

Korea Selatan

Birokrasi

Politisi

P
B

B
Berperan
sentral

B
B
B

C
P

B
C= kapitalis
Hanya melibatkan C

P
21

Korea Selatan

Posisi kapitalis cukup kuat, industri berkembang (salah


satu terkuat di Asia setelah Jepang), bisa berkolaborasi
dengan birokrasi, pemerintah fasilitasi perluasan pasar.
Terjadi persengkokolan antara birokrasi dan kapitalis,
apa yang diperoleh kapitalis dipergunakan untuk
membiayai kegiatan politik dan memperkuat posisi
politisi.
Apa yang diperoleh politisi untuk mendukung kebijakan
pemerintah, dan menguntungkan kalangan birokrasi.
Kalangan non-kapitalis hampir tidak memiliki peran
signifikan, mengedapankan profesionalisme.

22

Malaysia

Birokrasi

Politisi

B
B
B
B
B

C
C= kapitalis
N=non kapitalis

P
N

N
23

Thailand
Birokrasi

Politisi

P
B

C
C

B
B
B

C
P

B
C= kapitalistalis
Posisinya bisa diantara politisi

P
24

Bagaimana
Indonesia?

25

Korupsi di SKK Migas

26

Terima kasih
atas perhatian anda

27

Anda mungkin juga menyukai