Anda di halaman 1dari 7

MEMAKNAI 2 MEI SEBAGAI

HARI PENDIDIKAN NASIONAL


A. Latar belakang penelitian
Pendidikan merupakan cakupan yang sangat luas, melingkupi
seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang ilmu. Setiap
orang pernah mendengar tentang kata pendidikan, di waktu kecilnya
pernah mengalami proses pendidikan, atau seorang guru, telah
melaksanakan pendidikan. Namun tidak banyak orang mengerti apa
arti pendidikan yang sebenarnya atau mendapatkan pendidikan
sebagaimana mestinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
berasal dari kata didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi
latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian, proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, cara
mendidik1. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan
anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif
(berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita
mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang
ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan
perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Ada juga sebagian
pakar yang berbeda pandangan tentang mendepenisikan ada yang
mengatakan

Pengajaran

dan

Pendidikan.

Pengajaran

bersifat

memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan


1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga Departemen Pendidikan
Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, Hlm. 67

kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia


dari aspek hidup batin. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai
bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif
saja tapi cakupannya harus lebih luas.
Pendidikan dijamin oleh negara terdapat pada paragraf keempat
Pembukaan (Preambule) UUD 1945, yang bunyinya, Kemudian
dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia.
Bahwa
sebagaimana

terkait

dengan

termaktub

mencerdaskan

dalam

Paragraf

kehidupan

Keempat

bangsa

Pembukaan

(Preambule) UUD 1945, ditegaskan kembali dalam Pasal 31 UUD


1945 pada Pasal Pertama yang berbunyi: bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan yang layak, baik itu pendidikan dasar,
menengah hingga perguruan tinggi.3 Pasal Dua: didalam menjalankan
roda Pemerintahan, setiap

warga

negara

harus mendapatkan

pendidikan, pemerintah harus berperan dalam pembiayaannya.4 pasal


Tiga: dalam peyelenggaraan di bidang pendidikan akan menciptakan
anak bangsa yang memiliki ahklak yang mulia tentunya dari segi
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.5 pasal
Empat: didalam negara tentunya memiliki anggaran, pemerintah yang
mestinya pendidikan harus diutamakan, karena tanpa anggaran yang
jelas dibidang pendidikan, apa yang menjadi program tidakkan dapat
berjalan

seperti

apa

yang

diharapkan,

keberhasilan

dibidang

pendidikan harapan warga negara dan tentunya menjadi amanah


Undang-Undang Dasar 1945, pasal lima: memajukan dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi Pemerintah kesejahteraan yang diharpkan


sebagaimana mestinya.
Kalau melihat pendidikan di negara-negara seperti Amerika
Serikat, Belanda, Jerman, dan Skandinavia sangat memegang kendali
dalam memajukan pendidikan, salah satunya memberikan hibah dana
pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kendali tersebut
berkaitan dengan peningkatan mutu dan peningkatan muatan-muatan
pendidikan yang diberikan kepada peserta didik. Hal ini dilakukan oleh
negara-negara tersebut agar tetap menjaga keberlangsungan ideologi
negara dan berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia
yang handal, sehingga akan dapat dikelola oleh orang-orang yang
memiliki kualitas yang unggul dan daya saing yang baik dengan
bangsa lainnya.
Terdapat kesalahan dalam pendidikan di negara ini, kesalahan
pertama, kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan
di Indonesia. Pendidikan di indoneisia tidak memperhatikan aspek
afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasigenerasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang
dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 65 Tahun Indonesia merdeka, dan
setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak
kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan
sistem pendidikan yang di kembangkan hingga saat ini.
Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari
atas kebawah. Freire atau dengan sebutan banking-sistem. Dalam
artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru
mentransfer

kepada

peserta

didik.

Jadi

peserta

didik

hanya

menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk


berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi
proses seleksi kritis tentang bahan pelajaran yang ia terima. Dalam
istilah bahasa Arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid
artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para

pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang


membebaskan manusia dari kebodohan.
Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari
pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni
istilah-istilah pendidikan. Di tandai dengan bergantinya manusia
menjadi pekerja tidak lagi sebagai pemikir atau perumus suatu
kebijakan yang akan diambil.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dunia pendidikan dalam menumbuhkan rasa cinta
tanah air pada generasi muda?
2. Bagaimana

pemerintah

dalam

membangkitkan

semangat

nasionalisme pada generasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui dunia pendidikan dalam menumbuhkan rasa cinta
tanah air pada generasi muda.
2. Mengetahui peran pemerintah dalam membangkitkan semangat
nasionalisme pada generasi.

D. Manfaat
Dari tujuan di atas maka manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Dunia pendidikan lebih lagi memberikan pembelajaran yang
menumbuhkan rasa cinta tanah air.
2. Pemerintah lebih lagi memberikan prasarana dalam menumbuhkan
semangat nasionalisme pada generasi

E. Pembahasan
Di tengah tekanan pemerintah Belanda dan propaganda betapa
pentingnya mempelajari bahasa Belanda dan modernisasi, seorang
putra Indonesia menjabarkan arti pendidikan bagi bangsanya sendiri,
secara komprehensif. Tidak hanya berpikir dan bicara, Soewardi
Surjaningrat, nama tokoh itu, juga mengimplementasikan suatu
tindakan nyata, yaitu mendirikan perguruan Taman Siswa, yang
mempunyai visi dan sistem yang bertentangan dengan pemerintah
Belanda pada saat itu.
1. Pendidikan yang Berakar dari Budaya Indonesia
Anak-anak Indonesia harus dididik dalam suatu sistem
pendidikan yang berakar dari budaya sendiri. Demikian dasar
pemikiran yang mendorong berdirinya Taman Siswa. Pada saat itu
pemerintah Belanda diikuti oleh tokoh-tokoh politik Indonesia
menyatakan betapa pentingnya mempelajari bahasa Belanda.
Selain itu pemerintah juga akan mengajarkan modernisasi kepada
bangsa Indonesia yang pada waktu itu masih tertinggal (karena
dijajah tentunya). Selain mendirikan sekolah-sekolah dengan visi
ke-Belanda-annya, pemerintah juga membuat penilaian kepada
sekolah pribumi. Sekolah yang dianggap layak akan diberi subsidi
dan pengakuan dari pemerintah Belanda. Sekolah yang belum
layak berlomba-lomba untuk mendapatkan kelayakan ini dan siswasiswanya dihimbau untuk mengikuti ujian negara di sekolah
Belanda sebagai peserta tamu, karena warga negara yang
berijasah negara akan lebih mudah diterima di jenjang yang lebih
tinggi ataupun departemen pemerintahan.
Pendiri Taman Siswa ini, yang kemudian dikenal dengan Ki
Hajar Dewantoro, menekankan bahwa tidaklah penting untuk
memiliki ijasah dari pemerintah dan tidaklah harus menjadi pegawai
pemerintah untuk dapat hidup layak di negeri sendiri. Pada saat itu
paradigma bahwa Indonesia adalah suatu bangsa, diajarkan pada

siswa-siswa sekolah. Suatu bangsa, yang berarti mempunyai akar


kebudayaan sendiri, mempunyai pemikiran dan berhak untuk
bersikap dan bertindak menurut idelismenya sendiri. Sistem
pembelajaran yang diterapkan adalah kemerdekaan berpikir,
berperasaan

dan

bertindak.

Bertentangan

dengan

sekolah

pemerintah yang menerapkan penegakan disiplin, ketaatan dan


hukuman.
2. Guru sebagai Teladan, Pengarah dan Pengawas
Wujud komprehensif dari pemikiran yang dicetuskan Ki Hajar
adalah beliau juga memahami dan mengajarkan kepada para guru
untuk menjadi guru yang efektif. Ide yang disampaikan adalah ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Seorang guru harus bisa berada di depan, menjadi contoh bagi
murid-muridnya, pada saat itu murid akan termotivasi secara
psikologis dan emosional. Seorang guru harus bisa berada di
antara murid-muridnya menunjukkan bagaimana mereka harus
bergerak, pada saat itu murid termotivasi secara logika dan
pemikiran. Seorang guru harus bisa berada di belakang siswa,
memberi pengawasan pada saat murid mulai bergerak dengan
tenaga dan pikirannya sendiri. Pada saat ini murid melatih
kepercayaan diri, kemandirian dan kemerdekaannya untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak. Dan karena guru itu pernah ada di
depan dan di tengah-tengah mereka, maka murid secara psikologis
akan tetap bertanya dan menerima nasehat dari sang guru pada
saat dia merasa membutuhkan.
3. Educational Dignity
Ki Hajar Dewantoro menunjukkan harga diri dari suatu
sistem pendidikan, yang oleh tokoh pendidikan kemudian disebut
dengan

educational

dignity,

atau

keanggunan

pendidikan.

Bagaimana bahwa sebuah lembaga pendidikan dengan anggunnya


akan mempertahankan idealisme dan sistem kependidikan yang

diterapkan, demi

tercapainya

tujuan

pendidikan

itu

sendiri.

Bagaimana keanggunan pendidikan pada saat ini? Kalau ijasah


bisa dihargai hanya dengan beberapa juta rupiah, kalau murid tidak
bisa belajar tanpa fasilitas modern dan lengkap, kalau guru hanya
mau berpikir sebesar ruang kelas dan sepanjang rentang waktu
satu bulan, kalau lembaga pendidikan hanya mencari keuntungan
finansial, sosial, bahkan politik, di mana martabat pendidikan
Indonesia?
F. Penutup
Tanggal 2 Mei yang diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional di Indonesia, diambil dari hari lahir Ki Hajar Dewantoro. Dari
pemikiran dan tindakan beliaulah pendidikan Indonesia mulai sadar
dan berjuang untuk mendidik bangsanya menjadi tuan rumah di negeri
sendiri. Pendidikan di Indonesia saat ini tampaknya sedang bingung
menentukan langkah, lalai dengan hakikat dan tujuan pendidikan dan
tidak mengenali budaya sendiri. Mencetuskan kembali apa visi Ki Hajar
Dewantoro dengan Taman Siswa-nya, mungkin bisa menyingkirkan
kekalutan dan menghilangkan kebingungan dalam sistem pendidikan
di Indonesia serta menegakkan kembali keanggunan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai