Anda di halaman 1dari 7

Teknik Pembesaran Ikan Lele :

Pembesaran ikan lele kebanyakan yang dilakukan di daerah tempat


tinggal saya menggunakan terpal. cara ini berkembang dari budidaya
lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan dan di uji cobakan pada
tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi, Jawa Barat.
Tujuannya adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa
banjir. Kini, Cara Budidaya Pembesaran Ikan Lele Di Kolam Terpal telah
berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas
pada komoditas ikan lele, tetapi juga gurame (Osphronemus gouramy),
patin (Pangasius nilotica), belut (Monopterus albus), lobster air
tawar (Cherax sp), dan berbagai ikan hias.

TEKNIK PEMBESARAN IKAN LELE


Ukuran ikan lele yang cocok untuk dikonsumsi umumnya 200 - 300 gram.
Ukuran itu dapat dicapai dalam waktu 4 - 6 bulan apabila persyaratan
hidup dipenuhi, yaitu makanan bermutu baik dan cukup jumlahnya,
kondisi air jernih dan tidak ada gangguan hama dan penyakit.
Di Indonesia, pemeliharaan pembesaran ikan lele biasanya dilakukan
sebagai usaha/kegiatan sambilan. Tempat pemeliharaan menurut adanya
air, misalnya kolam-kolam comberan yang sempit.
Dalam kondisi yang demikian, ikan Lele memang dapat hidup, tetapi
pertumbuhannya kurang baik. Makanan yang diberikan biasanya seadanya.
Karena itu data tentang pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh
petani di Kabupaten Blitar misalnya, dalam 1 tahun ikan lele baru
mencapai ukuran 100-150 gram. Karena itu seyogyanyalah teknik
pembesaran ikan lele diperbaiki, agar produksi dapat meningkat.
Pembesaran Lele di Kolam
Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami
kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang
mungkin ada.
Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan
air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar.
Tanggul harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk
memasang pagar dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang
dipasang tegak di tepian kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa

kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak


tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah
untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan lele dapat dipehhara
dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara.
Menurut data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran
ikan lele di Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are =
100 m2) makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor
konversinya 6. Hal ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol
terhadap hama dan penyakit. Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih,
bebas dari pencemaran, sering-sering air dapat berganti walaupun tidak
terlalu deras.
Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam
yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami
di dalam kolam menjadi banyak.

Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat dirinci sebagai berikut :


Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai
10 liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk
lele, karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air
deras.
, .
Kolam dapat dari tanah atau dan semen.
Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar
kotoran-kotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun
hasil pembusukan sisa-sisa makanan tidak tertumpuk. Air yang
mengandung bahan-bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang
mengendap, seperti amonia, misalnya, mempunyai sifat menghambat
pertumbuhan ikan (growth inhabiting actor). Jadi air harus segar dan
bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.
Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang
saringan.
Kolam-kolam yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat
dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele.
Karena lele daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang
jelek. Lele dapat hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun.
Tentu saja, produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang
kondisinya serba baik. Namun demikian, memelihara lele di kolam-kolam
pekarangan dan comberan, dapat dianjurkan, sekedar untuk konsumsi
keluarga.
Pemeliharaan Ikan Lele di Sawah

Sawah merupakan tempat yang baik dan potensial untuk pemeliharaan


ikan. Namun berhubung obat-obatan pemberantas hama padi (pestisida)
banyak dipergunakan di sawah, maka pemeliharaan ikan menjadi terhambat
pengembanganya. Pemeliharaan ikan sampai saat ini masih dapat
dilakukan apabila periode penyemprotan diatur. Misalnya dengan
memindahkan ikan pada tempat tertentu selama satu minggu sesudah
penyemprotan.
Adapun pengamanan itu, ialah :
Jika padi akan disemprot, ikan yang ada di petakan sawah digiring ke
dalam "kolam kantong" yang sudah disiapkan. Dan untuk sementara dijaga
agar air irigasi yang kena obat itu tidak masuk ke dalam kolam.
Sebaiknya untuk memberantas hama padi dipakai obat- obatan yang
sekecil mungkin bahayanya bagi ikan maupun organisme-organisme air
lainnya. Jenis obat-obatan yang tidak berbahaya itu, sudah ditentukan
oleh Pemerintah (D'epartemen Pertanian). Pemakaian obat-obatan
hendaknya dilakukan seperlunya saja.
Sebaiknya dipilih bibit yang cukup diberikan 1 kali saja dalam suatu
masa tanam. Agar pemeliharaan ikan tidak terlalu terganggu.
Sawah merupakan lingkungan hidup yang baik untuk ikan pada umumnya.
Makanan alami cukup berlimpah di dalam lumpur dan air sawah. Namun
untuk pemeliharaan ikan lele, sebenarnya lebih besar risiko hilangnya
ikan, karena lele suka pindah dari satu petak ke petak lain melalui
pematang.
Sawah untuk pemeliharaan ikan lele hendaknya dibuat caren-caren
keliling dan diagonal selebar 0,5 sampal 1 meter dengan kedalaman 1
meter.
Sekeliling pematang harus dipasang pagar tegak dan waring (jaring
kuralon) agar ikan lele tidak mudah lolos, memanjat pematang. Saluran
pemasukan dan pengeuaran air mga harus diberi saringan penutup untuk
menghalangi ikan lele keluar dari situ. Pendeknya harus diadakan
usaha pengamanan yang lebih ketat dari pada akan memelihara ikan jenis
lain.
Caren-caren yang dalam perlu untuk tempat berlindungnya ikan lele,
agar aman dan tenang, sehingga diharapkan lele tidak ingin berpindah
ke tempat lain. Segi positif yang dapat dikemukakan apabila ikan lele
dipelihara di sawah ialah bahwa lele suka sekali memakan seranggaserangga di antara rumpun padi, sehingga padipun lebih
terpelihara.
Walaupun besar resikonya, namun kenyataan menunjukkan bahwa ada petani
berhasil dalam pemeliharaan lele di sawah.
Pemeliharaan Lele dalam Comberan
Comberan ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga,
yang tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah
pengotoran yang dapat menjadi sumber penyakit karena lingkungan
meniadi lembap bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam
kolam atau bak khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan

lele Tetapi dengan syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan
air sabun ataupun deterjen.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu
banyak mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam
comberan yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai
untuk memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di
pecomberan gemuk-gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung
sisa-sisa nasi, lauk-pauk yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia
(tinja) juga terbuang ke dalam kolam tersebut sehingga juga dimakan
oleh ikan yang dipelihara.
Ikan lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor
tetapi tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain.
Karena ikan lele tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele
dapat menyembul ke permukaan air untuk mengambil napas dari
udara. Lagipula ikan lele tahan terhadap keadaan air yang agak busuk
sekali pun.
Sejak dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak
yang memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit
kita temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak
dipakal deterjen atau sabun colek yang sangat keras sehingga lele
tidak mungkin hidup di tempat pecomberan yang menampung limbahnya.
Beberapa tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak,
Ungaran-Jawa Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam
comberan khusus untuk memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya.
Usaha itu telah berlanjut menjadi usaha rumah tangga yang cukup
lumayan hasilnya.
Konstruksi kolam/bak
Untuk menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan menggali
tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga
ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75
cm. Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak
bocor. Tinggi tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas
permukaan tanah. Bibir
tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam
supaya lele sukar melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang
pipa sebagai lubang pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak
tidak terlalu penuh dan luber (Gambar 13).
Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak
dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele
dapat bersembunyi di bawah/di sela-selanya.
Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan
singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga
sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya Supaya
air tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50
cm saja, lagipula supaya Lele tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam
semen yang baru saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam sabut
kelapa secukupnya selama 2 - 3 hari, seperti telah diuraikan pada bab
di muka.

Penebaran benih Lele


Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm.
Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2).
Pengelolaan
Masa pemeliharaan di kolam comberan adalah 6 bulan. Ke dalam kolam
tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan.
Kolam comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran
manusia yang juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan
berupa daging bekicot yang di cacah, bungkil kelapa, bungkil kacang,
ampas tahu, dan sebagainya yang sekiranya mudah didapat dan harganya
tidak mahal.
Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm
panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang
ada di situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang
pertama.
Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh
menjadi 15 cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan
mengambil 60 % lagi dari yang ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang
dapat dikonsumsi sebagai lauk yang merupakan panen kedua.
Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan
lagi. Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya mencapai ukuran 4 - 5
ekor/kg. Maka panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg
dengan ukuran yang cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen
akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan harga yang amat baik.
Ada segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran
di pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan
tinja, ada kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin
pathogen bagi manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak,
harus diberok selama 2 - 3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam
keranjang, lalu direndam di dalam
air yang mengalir, agar kotorankotoran dan bakteri-bakteri tercuci dari badan lele.
Pemupukan
Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang dasarnya
tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis
makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam
bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani,
baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air.
Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk
organik.
Jenis-jenis pupuk organik itu ialah :
Berbagai jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang
tidak terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait,
daun kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan rumputrumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele.
Sampah dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk
dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan

yang tidak dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan
kaca/gelas.
Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai jenis hewan, baik
sekali untuk pupuk kolam.
Kompos, hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini
terkenal bagus untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di
kolam.
Cara pemupukan
Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah :
Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata.
Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk
itu dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubanglubangnya. Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang
ditancapkan di kolam agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah
bambu atau kayu agar pupuk itu tidak berserakan. Pupuk organik itu
akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam prose pembusukan itu akan
dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air.
Unsur hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati.
Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani)
dan larva serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing
adalah makanan ikan lele.
Zooplankton dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara
langsung memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk
di dalam kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur.
Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis
tinggi, yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x
per tahun, masing- masing sebanyak 5 ton per ha.
Pemupukan sebaiknya diatur bertahap. Pemupukan pertama ialah pada
waktu persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan
pertama 3 ton per ha, atau 30 kg per are (1 are = 100 m2). Sisanya,
sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali
kolam diberi pupuk lagi sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari
dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam jangka waktu
pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan masing-masing
berselang 1 bulan.
Pengaturan pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan
bahwa pupuk kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan
sudah mulai habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan
kesuburan kolam akan tetap dapat dipertahankan.
Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk
kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung
menumbuhkan organisma pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton
saja. Pada umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan
untuk kolam ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya
keadaan pH stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama
ditujukan untuk pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna
untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang
penting dalam pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang

diperlukan pada pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa


penggunaan kapur dapat membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing
dan larva insekta. Penggunaan kapur pada kolam ikan lele harus
dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai untuk pemeliharaan
lele. Setelah penebaran kapur berlangsung semmggu, hama/penyakit
sudah terbasmi, barulah kolam dusi air m untuk menumbuhkan jasad
renik, lalu menyusul penebaran benih lele.
Mortalitas
Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian
(mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang
lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan
lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan
ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi.
Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap
penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan
pengelolaan kolam, yakm pergantian
air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 5 % dari berat
badan, mutu makanan tambahan balk (20 25 % protein), pengontrolan
terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan
dengan tekun, maka mortalitas pada ikan lele tidak perlu
dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnya juga berlaku pada pemeliharaan
semua jenis ikan.

Anda mungkin juga menyukai