2
PENDAHULUAN
Kehidupan era globalisasi menuntut
umat manusia untuk mengembangkan
pengetahuan
yang
dimilikinya
guna
memajukan suatu bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Indonesia sebagai suatu negara
yang menjunjung tinggi pendidikan memiliki
tujuan pendidikan nasional yang dituangkan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Pasal 3. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) menyatakan Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani. Lembaga UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific, and
Cultural Organization) juga mencanangkan
empat pilar pendidikan baik untuk masa
sekarang maupun masa depan, yakni:
(1) learning to know, (2) learning to do (3)
learning to be, dan (4) learning to live
together.
Tujuan pendidikan tersebut jelas
menyatakan pendidikan sangat berperan
penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Pemerintah pun berharap agar pendidikan di
membuat
siswa
menyenangkan
dalam pembelajaran.
Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah fisika siswa dapat dilakukan dengan
melakukan perubahan-perubahan dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran
hendaknya dirancang untuk membiasakan
siswa menkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah fisika siswa adalah dengan
melaksanakan strategi pembelajaran yang
relevan untuk diterapkan oleh guru.
Strategi pembelajaran relevan
yang dimaksud adalah strategi
pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
mengkontruksi
pengetahuannya
sendiri serta terlibat secara aktif
dalam
proses
pembelajaran
sehingga siswa lebih mudah untuk
memecahkan
permasalahan.
Strategi
pembelajaran
yang
dimaksud
adalah
strategi
pembelajaran mind mapping.
Strategi
pembelajaran
mind
mapping adalah strategi pembelajaran yang
dapat menguatkan siswa untuk
menghadapi
persoalan
dengan
langkah
penyelesaian
yang
sistematis,
yaitu:
memahami
masalah,
menyusun
rencana,
melaksanakan
rencana,
dan
memeriksa
kembali,
sehingga
persoalan yang dihadapi dapat
diatasi
(Kurniawati,
2010).
Penyelesaian
masalah
secara
sistematis
ini
tentu
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa.
Pemilihan strategi pembelajaran ini
karena dapat membuat siswa aktif dan
merasa senang dalam mengikuti proses
pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah
untuk memahami. Imaduddin dan Utomo
(2012) menyatakan mind map adalah
strategi
pembelajaran
yang
melibatkan otak kanan, sehingga
proses
pembuatannya
menyenangkan, dan mind map
merupakan cara paling efektif dan
efisien
untuk
memasukkan,
menyimpan, dan mengeluarkan data
dari otak kita.
Mata pelajaran fisika selalu
dikaitkan
dengan
suatu
permasalahan
untuk
memancing
kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah. Mind map adalah adalah
salah satu strategi yang dapat
digunakan
untuk
memecahkan
masalah. Hal ini didukung oleh Frey
(2010) yang menyatakan mind map
merupakan alat yang tepat untuk menjelajahi
masalah secara detail. Ia juga menjelaskan
dengan mind mapping dapat memecahkan
masalah menjadi beberapa bagian sehingga
lebih mudah memahami dan tindakan
diagram visual dapat mencarikan satu atau
lebih solusi. Lebih lanjut, Qomi dan
Malkhalifeh (2012) menyatakan skema yang
membangun dan mengatur dengan baik dapat
meningkatkan kapasitas pemecahan masalah.
Buzan (2010) menyatakan keuntungan
menggunakan
mind
mapping
untuk
memecahkan masalah yaitu: (1) mind
mapping memprioritaskan aspek penting dari
masalah, sehingga kita fokus pada masalah,
(2) penggunaan warna dan gambar dapat
merangsang otak yang berarti kita siap untuk
memecahkan masalah, dan (3) penggunaan
pemikiran yang terpusat menghasilkan
banyak ide-ide untuk berbagai permasalahan.
Olivia (dalam Rahayu et al., 2012) mind
mapping memiliki kelebihan-kelebihan yaitu:
(1) membantu peserta didik untuk berkonsentrasi (memusatkan perhatian) dan lebih
baik dalam mengingat, (2) meningkatkan
kecerdasan
visual
dan
keterampilan
observasi, (3) melatih kemampuan berpikir
kritis dan komunikasi, (4) meningkatkan
kreativitas dan daya cipta, (5) melatih
inisiatif dan rasa ingin tahu, (6)
meningkatkan kecepatan berpikir dan
mandiri, dan (7) Merangsang pengungkapan
pikiran.
6
Tabel 1
Deskripsi Umum Data Penelitian
Kelompok
SD
Kategori
SPMM
45
9,8
Kurang
SPK
41
8,4
Kurang
Pra Kemampuan
Pemecahan
Masalah
SPMM
22
5,7
Sangat Kurang
SPK
19
4,6
Sangat Kurang
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
SPMM
68
5,4
Cukup
SPK
59
6,8
Cukup
Unit Analisis
Pengetahuan Awal
Source
df
Mean Square
Corrected Model
7542,701a
2
Intercept
31690,532
1
Pengetahuan Awal
1106,061
1
Strategi
5095,987
1
Error
8872,970
64
Total
1090718,000
67
Corrected Total
16415,672
66
a. R Squared = .459 (Adjusted R Squared = .443)
Berdasarkan pada Tabel 4.13 dapat
ditarik
interpretasi-interpretasi
sebagai
berikut.
3771,351
31690,532
1106,061
5095,987
138,640
Sig.
27,202
228,581
7,978
36,757
0,000
0,000
0,006
0,000
7
pemecahan masalah) tampak nilai
statistik F = 7,978 dengan angka
signifikansi 0,006. Angka signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan pengetahuan awal terhadap
kemampuan pemecahan masalah.
Jadi, kemampuan pemecahan masalah
secara signifikan dipengaruhi oleh
pengetahuan awal. Hal ini juga berarti
terdapat
perbedaan
kemampuan
pemecahan masalah untuk berbagai
tingkatan pengetahuan awal siswa.
Akan tetapi, pengaruh kovariat
tersebut sudah dieliminir dengan
menggunakan analisis kovarian,
sehingga apabila terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah
antara kelompok SPMM dan SPK
maka dapat dianalisis apakah
perbedaan
tersebut
benar-benar
disebabkan
oleh
perbedaan
perlakukan yang diberikan.
Kedua, dari sumber pengaruh
variabel
strategi
pembelajaran
terhadap variabel terikat kemampuan
pemecahan masalah diperoleh nilai
statistik F = 36,757 dengan angka
signifikansi 0,000. Angka signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05. Jadi, H0
ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan
masalah fisika antara siswa yang
belajar dengan strategi pembelajaran
mind mapping (SPMM) dengan siswa
yang
belajar
dengan
strategi
pembelajaran konvensional (SPK).
Sebagai tindak lanjut pengujian
hipotesis dilakukan analisis signifikansi
perbedaan skor rata-rata kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa kelompo
SPMM dan kelompok SPK dengan
menggunakan uji LSD. Jumlah sampel
kelompok SPMM dan SPK masing-masing
n1=33 dan n2=34, mean square error
MSE 138,640
, jumlah sampel total N=67,
jumlah kelompok strategi pembelajaran
0,05
a2
10