PDF Jurnal Karbon Aktif Dari Ampas Sagu Dan Lempung Terfraksinasi Yang Diimobilisasikan Dengan Biomassa S.cerevisiae
PDF Jurnal Karbon Aktif Dari Ampas Sagu Dan Lempung Terfraksinasi Yang Diimobilisasikan Dengan Biomassa S.cerevisiae
: 141 - 148
ISSN 1978-1873
ABSTRACT
The presence of heavy metal ions such as N(II) and Cr(VI) in the water environment could be
dangerous to human health, thus the attempts to remove these metal ions are needed. Biosorption is an
alternative method to remove these contaminants using biomaterial. In this research, the removal of Ni(II) and
Cr(VI) ions was done using the dregs of industrial sago as a function of time, pH and solution initial
concentration. The result showed that the biosorption equilibrium of Ni (II) and Cr(VI) ions was reached after
15 and 120 minutes, respectively. The biosorption of these metal ions followed the pseudo-second order rate
constant with k2 values of 0.56 and 0.05 g min.-1 mg-1 for Ni(II) and Cr(VI) ions, respectively. The optimum pH
of the biosorption of these ions was 5 and 2 for Ni(II) and Cr(VI) ions, respectively. The biosorption of these
two ions followed Langmuir isothermal with biosorption capacity of 11.01 and 3.05 mg/g for Ni(II) and Cr(VI)
ions, respectively. Based on the analysis with FTIR, the functional group involved in the interaction was the
hydroxyl group. The best desorption reagent to take the metal ions back after been adsorpted was EDTA 0.1
M for Ni(II) ion and NaHCO3 0.1 M for Cr(VI) ion.
Keywords: sago dregs, biosorption, Ni(II), Cr(VI), desorption
1. PENDAHULUAN
Kebanyakan ion logam sebagai unsur-unsur renik sangat esensial, tetapi dalam jumlah yang
berlebihan dapat bersifat toksik. Pencemaran lingkungan oleh logam-logam berat memberi masalah serius
dalam hal akumulasinya pada rantai makanan serta kelanjutan persistensinya dalam
ekosistem1).Meningkatnya kebutuhan hidup pada produk teknologi yang mengandung logam berat memicu
bertambahnya beban lingkungan. Nikel dan kromium merupakan contoh logam yang banyak digunakan
dalam teknologi modern. Nikel (Ni) dihasilkan sebagai buangan industri penyepuhan, elektronik dan
pembersihan logam. Keberadaan ion logam ini di atas nilai kritis dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan baik kronis maupun akut seperti beberapa kerusakan paru-paru dan ginjal, gastrointestinal
distress, fibrosis pulmoneri dan edema renal serta dermatitis kulit2). Kromium pada konsentrai rendah dapat
menyebabkan iritasi kulit bahkan luka borok, sedangkan pada level yang lebih tinggi dapat menyebabkan
gangguan ginjal dan hati3). Kromium valensi enam atau Cr(VI) bahkan diakui bersifat karsinogen terhadap
manusia melalui pernapasan4). Karena logam-logam tersebut dapat terakumulasi dalam rantai makanan dan
tidak dapat terdegradasi secara biologis, perhatian yang serius telah dilakukan untuk menemukan metode
yang efektif dan efisien untuk menghilangkannya dari air limbah industri.
Penghilangan ion-ion logam berat dari limbah industri telah dilakukan sejak beberapa dekade tetapi
efektivitasnya, terutama dalam hal biaya dari proses fisiko-kimia masih terbatas. Biomaterial yang relatif
murah telah menunjukkan potensinya dalam menghilangkan ion-ion tersebut. Biomassa limbah seperti batang
gandum digunakan untuk menghilangkan nikel dari efluen industri penyepuhan5). Adsorpsi oleh karbon aktif
yang dibuat dari biji apricot digunakan oleh Kobya et al.6) untuk menghilangkan ion-ion Ni(II), Co(II), Cd(II),
Cu(II), Pb(II), Cr(III) dan Cr(VI) dari larutannya. Kapasitas pengambilan logam-logam yang berbeda oleh
fitomassa Quercus ilex (akar, batang dan daun) adalah, Ni > Cd > Pb > Cu > Cr (akar), Ni > Pb > Cu > Cd >
Cr (batang), Ni . Cd > Cu > Pb > Cr (daun). Peneliti lain telah melaporkan penggunaan abu terbang Bagasse
yang merupakan limbah industri gula sebagai adsorben ion Cr(VI) dari limbah penyepuhan.Ampas sagu
merupakan biomaterial yang dihasilkan dari pembuatan sagu. Biomaterial ini umumnya dibuang ke sungai
yang berada di sekitar industri pembuatan sagu sehingga dapat menimbulkan masalah lingkungan dan
pendangkalan sungai. Limbah ini mengandung zat yang tidak larut dalam air seperti protein, lemak, dan
karbohidrat7). Senyawa-senyawa yang ada dalam ampas sagu mengandung gugus-gugus seperti NH2, -OH
yang dapat berikatan dengan ion logam berat membentuk senyawa kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa
ampas sagu mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan sebagai biosorben logam berat sehingga dalam
penelitian ini, ampas sagu digunakan untuk biosorpsi ion Ni(II0 dan Cr(VI).Penelitian ini dapat memberikan
141
informasi tentang kondisi optimum dan kapasitas biosorpsi dari ampas sagu terhadap ion-ion Ni(II) and Cr(VI).
Data yang diperoleh dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengolahan air buangan yang terkontaminasi
oleh ion logam berat.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Penyiapan Biosorben Ampas Sagu
Ampas sagu diambil dari pabrik pembuatan sagu dan dikeringkan. Ampas sagu kering kemudian
diayak dan partikel dengan ukuran 100 230 mesh digunakan dalam penelitian ini.
2.2. Penentuan Waktu Optimum Biosorpsi Ion Ni(II) dan Cr(VI) oleh Ampas Sagu
Larutan Ni(II) dan Cr(VI) dengan konsentrasi 10 ppm disiapkan. pH larutan diatur pada pH 5 untuk
ion Ni(II), dan pH 2 untuk ion Cr(VI). Ke dalam tiap-tiap 100 mL larutan ion logam ditambahkan 1 g ampas
sagu. Tiap-tiap campuran dikocok dengan stirer magnet selama 2 menit dan disaring dengan kertas saring
Whatman 42. Absorbansi filtrat diukur dengan SSA pada panjang gelombang maksimum. Percobaan
kemudian diulangi dengan variasi waktu pengocokan (2, 4, 6, 8, 10, 12, 15, 20, 30, 40, 50, 60, 90, dan 120
menit). Setiap percobaan dilakukan 3 kali pengulangan.
Konsentrasi yang diserap untuk tiap waktu dihitung dari Persamaan (1):
Cadsorpsi= (Cawal Cakhir)
(1)
Banyaknya ion-ion logam yang teradsorpsi (mg) per gram biosorben (ampas sagu) ditentukan
menggunakan Persamaan (2):
(C o C e ) V
Wa
qe =
(2)
dengan qe = jumlah ion logam yang teradsorpsi (mg/g), Co = konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi, Ce =
konsentrasi ion logam setelah adsorpsi, V = volume larutan ion logam (L) dan Wa = jumlah biosorben (g)
Kinetika biosorpsi dapat dipelajari dengan persamaan orde satu semu. Persamaan diferensial orde satu semu
(3) adalah sebagai berikut :
dq
(3)
= k 1 (q e - q t )
t
dt
dengan qe dan qt berturut-turut merupakan jumlah ion logam yang diadsorpsi (mg/g) pada kesetimbangan dan
pada waktu tertentu, t (menit), k1 merupakan tetapan laju orde satu semu (menit-1). Hasil integrasi
memberikan Persamaan (4):
k1
log q =
t
(4)
2,303
q q
yang merupakan laju orde satu semu. Persamaan (4) ini dapat ditulis sebagai Persamaan (5):
log (q q ) = log qe - k t
(5)
e
2,303
nilai-nilai tetapan laju, (k1), jumlah ion yang diadsorpsi pada keadaan setimbang, (qe), koefisien korelasi, (R2),
dihitung dari plot log (qe qt) versus t.
Data kinetika juga dapat diolah dengan model kinetika orde dua semu. Persamaan diferensial (6)
adalah sebagai berikut :
dq = k2 (q q ) 2
(6)
t
dt
(7)
qe
Persamaan (7) ini dapat dituliskan dalam bentuk linier sebagai berikut (Persamaan 7):
t
1
1
=
+
t
2
q e k 2q e q e
(7)
Jika kinetika orde dua semu dipenuhi, plot t/qt versus t akan menghasilkan garis lurus.
2.3. Penentuan pH Optimum Biosorpsi Ion Ni(II) dan Cr(VI) oleh Ampas Sagu
Ke dalam 100 mL larutan ion Ni(II) dan Cr(VI) dengan konsentrasi 10 ppm dan pH 2 ditambahkan 1
g ampas sagu. Campuran dikocok selama waktu optimum pada suhu kamar dan disaring dengan kertas
saring Whatman 42. Absorbansi filtrat diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis.
142
qe (mg/g)
Ion Cr(VI)
0
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Waktu (menit)
Gambar 1. Pengaruh waktu terhadap jumlah ion Ni(II) dan Cr(VI) yang diadsorpsi oleh ampas sagu
Nilai R2, k1 (tetapan kinetika orde satu semu), k2 (tetapan kinetika orde dua semu), dan qe hasil
perhitungan dan hasil eksperimen ditunjukkan pada Tabel 1.
Nilai kuadrat terkecil (R2) untuk model kinetika orde satu semu dan orde dua semu untuk biosorpsi
keempat ion logam oleh ampas sagu mendekati 1. Nilai qe yang dihitung berdasarkan model kinetika orde
143
0.4
a)
y = -0,0747x -0.0920
2
R = 0,958
-0.4
b)
y = - 0,0118 x + 0,1360
2
R = 0,921
0
lo g ( q e - q t )
lo g ( q e - q t )
-0.8
-0.4
-0.8
-1.2
10
-1.2
12
20
40
60
80
100
Waktu (menit)
Waktu (menit)
Gambar 2. Kinetika orde satu semu untuk biosorpsi ion a) Ni(II), dan b) Cr(VI) oleh ampas sagu.
75
a)
y = + 0,291 x +0,145
2
R = 0,999
b)
y = + 0.5650 x + 5,7900
2
R = 0,972
60
-1
t/qe (menit g mg )
-1
t/qe (menit g mg )
10
45
30
15
0
12
20
Waktu (menit)
40
60
80
100
Waktu (menit)
Gambar 3. Kinetika orde dua semu untuk biosorpsi ion a) Ni(II), dan b) Cr(VI) oleh ampas sagu.
Tabel 1. Nilai R2, k1, k2, qe hasil perhitungan dan hasil penelitian untuk biosorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI) oleh
ampas sagu
R2
Ion
Ni(II)
Cr(VI)
Hitung
Orde 1 Orde 2 (orde
1)
0,958 0,9996 0,81
0,921 0,9720 1,24
qe
Hitung Eksp
(orde
2)
3,45
3,42
1,77
1,80
k1
k2
0,17
0,03
0,56
0,05
satu semu untuk biosorpsi ion Ni(II); dan Cr(VI) berturut-turut adalah 0,81; dan 1,24 mg g-1 sedangkan nilai qe
yang dihitung berdasarkan kinetika orde dua semu berturut-turut untuk biosorpsi ion-ion tersebut adalah 3,45;
dan 1,77 mg g-1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai qe yang diperoleh dari model kinetika orde satu semu tidak
sesuai dengan nilai eksperimen, sedangkan nilai qe yang dihitung dari persamaan kinetika orde dua semu
hampir sama dengan nilai qe eksperimen yang nilainya berturut-turut adalah 3,42; dan 1,80 mg/g untuk
biosorpsi ion Ni(II); dan Cr(II). Data ini menyatakan bahwa biosorpsi kedua ion oleh ampas sagu mengikuti
model kinetika orde dua semu dengan nilai tetapan laju biosorpsi (k2) berturut-turut adalah 0,56; dan 0,05 g
menit-1 mg-1 untuk biosorpsi ion Ni(II); dan Cr(VI).
3.2. pH Optimum Biosorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI)
Jumlah ion yang diadsorpsi sebagai fungsi pH awal larutan diberikan pada Gambar 4. Rendahnya
jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi pada pH rendah dapat dijelaskan oleh kenyataan bahwa pada pH yang
rendah, konsentrasi ion H+ tinggi sehingga proton dapat berkompetisi dengan ion Ni(II) untuk berinteraksi
dengan pusat aktif permukaan karena pada pH rendah ion logam berada dalam larutan sebagai kation Ni2+
Dengan kata lain, pada pH rendah, permukaan biosorben ditutupi dengan ion-Ion H+ yang mencegah ion-ion
Ni(II) untuk mendekati permukaan biosorben tersebut karena adanya gaya tolak. Selain itu, ion-ion logam
dalam larutan terlebih dahulu mengalami hidrolisis sebelum teradsorpsi oleh biosorben dan menghasilkan
proton sesuai Persamaan reaksi (8) :
[M(OH)mn-m]+ + m H+
(8)
Mn+ + m H2O
144
3,50
3,00
Ni(II)
2,50
Cr(VI)
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
-0,50
0
pH
0
0
50
100
150
200
250
Ce (mg/L)
Gambar 5. Isotermal biosorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI) oleh ampas sagu
3.3. Kapasitas adsorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI)
Hubungan antara jumlah ion yang diadsorpsi (qe) dan konsentrasi kesetimbangan (Ce) diberikan
pada Gambar 5 yang menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi awal ion logam berat makin banyak ion
145
logam tersebut yang diadsorpsi. Tetapi kenaikan jumlah ion yang diadsorpsi menurun pada konsentrasi awal
yang lebih tinggi. Untuk menentukan kapasitas biosorpsinya, isotermal adsorpsi Langmuir dan Freundlich
digunakan yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa biosorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI) lebih memenuhi Isotermal
Langmuir yang menyatakan bahwa biosorpsi ion-ion tersebut cenderung satu lapisan. Nilai kapasitas
biosorpsi untuk ion-ion tersebut berturut-turut adalah 11,01 dan 3,05 mg/g yang menunjukkan bahwa jumlah
ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh ampas sagu > jumlah ion Cr(VI).
20
100
b)
a)
80
C e /q e
C e /q e
15
10
y = 0,0908 x +1,0134
2
R = 0,9978
40
80
120
60
40
y = 0,3279 x +4,7745
2
R = 0,9983
20
0
160
50
100
Ce (mg/L)
150
200
250
Ce (mg/L)
0.50
a)
b)
0.45
0.95
log qe
log qe
1.10
0.80
y = 0,3323 x + 0,3385
2
R =0,9234
1.0
1.5
2.0
y = 0,1611 x + 0,0985
2
R = 0,9337
0.35
0.65
0.50
0.5
0.40
2.5
0.30
1.3
1.7
log Ce
2.1
2.5
log Ce
Gambar 8.
Spektra FTIR ampas sagu a) sebelum biosorpsi, dan setelah biosorpsi dengan b) ion Ni(II) dan
b) ion Cr(VI)
Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan bahwa puncak-puncak serapan yang terdapat dalam
ampas sagu sebelum biosorpsi hampir sama dengan puncak-puncak yang terdapat setelah biosorpsi kecuali
146
puncak pada 3373,50 cm-1 (-O-H ulur) mengalami pergeseran ke arah bilangan gelombang yang lebih besar
dengan pergeseran sebesar 19 25 cm-1 setelah biosorpsi ion Ni)II), dan Cr(VI) yang menunjukkan bahwa
interaksi terjadi antara gugus hidroksil dan ion-ion logam tersebut.
3.5. Desorpsi Ion-ion Ni(II) dan Cr(VI) dari Ampas Tahu
Desorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI) dengan menggunakan berbagai agen pendesorpsi diberikan pada
Gambar 9.
37,48
40,00
Ion Ni(II)
35,00
29,54
% Desorpsi
30,00
Ion Cr(VI)
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
HN
Gambar 9. Desorpsi ion Ni(II) dan Cr(VI) dengan berbagai agen pengdesorpsi
Hasil menunjukkan bahwa agen pengdesorpsi yang paling baik untuk menarik kembali ion dari
biosorben adalah EDTA 0,1 M untuk ion Ni(II) dan NaHCO3 0,1 M untuk ion Cr(VI). Gambar 9 juga
memberikan petunjuk bahwa ion Ni(II) yang dapat ditarik kembali dengan satu kali desorpsi (EDTA 0,1 M)
adalah 37,48 %, sedangkan ion Cr(VI) yang dapat ditarik kembali dengan satu kali desorpsi (NaHCO3 0,1 M)
adalah 29,54 %. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menarik kembali ion-ion yang telah diadsorpsi perlu
dilakukan proses desorpsi beberapa kali.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Volesky, B., and Holan, Z.R. 1995. Biosorption of Heavy Metals, Biotechnol Prog., 11: 235250.
147
2.
Akthar, M.N., Sastry, K.S., Mohan, P.M. 1996. Mechanism of metal ion Biosorption by fungal biomass.
Biometals., 9: 2128.
3.
Kili,
E.,
2007,
Heavy
Metals
Pollution
in
(http://www.tip2000.com/health/waterpollution.asp, diakses 23 Juni 2007).
4.
5.
Verma, B. and Shukla, N.P. 2000. Removal of Nickel(II) from Electroplating Industry by Agrowaste
Carbons. Indian J. Environ. Health., 42: 145150.
6.
Kobya, M., Demirbas, E., Senturk, E., Ince, M. 2005. Adsorption of Heavy Metal Ions from Aqueous
Solution by Activated Carbon Prepared from Apricot Stone. Bioresour. Technol., 96: 15181521.
7.
Haryanto, B. and Pangloli, P. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu, Kanisius, Yogyakarta.
8.
Sembiring, Z., Buhani, Suharso dan Sumadi. 2009. Isoterm Adsorpsi ion Pb(II), Cu(II) dan Cd(II) pada
Biomassa Nannochloropsis sp yang Dienkapsulasi Akuagel Silika. Indo. J. Chem., 9(1): 1 5.
9.
Malkoc, E. and Nuhoglu, Y. 2005. Investigations of nickel(II) removal from aqueous solutions using tea
factory waste. Hazardous Mater., B127: 120128.
10.
Amini, M., Younesi, H., dan Bahramifar, N. 2008. Biosorption of nickel(II) from aqueous solution by
Aspergillus niger: Response surface methodology and isotherm study. Chemosphere. 75: 1483149.
Lesage, E., Mundiaa, C., Rousseaub, D.P.L., Moortela, A.M.K.V., Lainga, G.D., Meersa, E., Tacka,
F.M.G., Pauwc, N.D., Verloo, M.G. 2006. Sorption of Co, Cu, Ni and Zn from industrial effluents by the
submerged aquatic macrophyte Myriophyllum spicatum L. Ecol. Eng., 30: 320325.
11.
Water.
(Online),
12.
Wilde, E., and Bedemann, J. R. 1993. Bioremoval of Heavy Metals by the Use of Microalgae, Biotech.
Adv., 11: 781 812.
13.
Tewari, N., Vasudevan, P. and Guha, B. K. 2005. Study on Biosorption of Cr(VI) by Mucor hiemalis.
Biochem. Eng. J., 23: 185 192.
14.
Bai, R.S., and Abraham, T.E. 2001. Biosorption of Cr(VI) from aqueous solution by Rhizopus nigricans,
Bioresour. Technol., 79: 7381.
15.
Donmez, G.C., Aksu, Z., Ozturk, A. and Kutsal, T. 1999. A comparative study on heavy metal
biosorption characteristics of some algae, Process. Biochem., 34: 885892.
16.
Prakasham, R.S., Merrie, J.S., Sheela, R., Saswathi, N. and Ramakrishna, S.V. 1999. Biosorption of
chromium(VI) by free and immobilized Rhizopus arrhizus. Environ. Pollut., 104: 421427
148