Anda di halaman 1dari 22

Aspek Hukum tentang Keamanan

Pangan
Anggota Kelompok
Dwi Jayanti
121000150
Agung Satrio
121000173
Ris Erdima Purba
121000226
Fadlan Althfin
121000231
Nurul Safitri
121000282

Latar Belakang
Kecukupan pangan merupakan hak azasi yang
layak dipenuhi.
Masalah pemenuhan kebutuhan pangan menjadi
sasaran
utama
kebijakan
pangan
bagi
pemerintahan suatu negara.
Keamanan pangan menjadi penting artinya
untuk mendapatkan pangan yang sehat dan
aman.
Belum semua orang bisa mendapatkan akses
terhadap makanan yang aman.
Jaminan
akan
keamanan
pangan
adalah
merupakan hak asasi konsumen.
Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan
pokok dalam perdagangan

Pengertian
Pangan
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun
2012
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman.

Keamanan Pangan
Peraturan
Pemerintah
No.28
tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan :
Kondisi dan upaya yang
diperlukan
untuk
mencegah
pangan
dari
kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang mengganggu,

Dasar Hukum
UU No.18,
Pangan

tahun

2012

tentang

PP No.28, tahun 2004 tentang


Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Situasi Keamanan Pangan


Global
Produksi gandum global diperkirakan turun
sebesar 2,9 persen, karena kurang baiknya
produksi di Federasi Rusia, China dan India.
Sebaliknya, untuk beras dan jagung mengalami
kenaikan masing-masing sebesar 7,3 persen
dan 2,2 persen. Kenaikan produksi jagung
disebabkan karena kenaikan produksi di Brasil.
Sedangkan untuk beras, akibat membaiknya
prospek produksi padi di Asia, terutama China
dan Thailand. Perkiraan konsumsi serealia tahun
2011/12 sedikit naik ketingkat 2.38 milliar ton,
atau naik 2.1 persen dari tahun 2010/11.

Sumber : http://www.bin.go.id/wawasan/detil/141/3/25/09/2012/hari-pangan-seduniaancaman-krisis-dalam-kemandirian-pangan-indonesia#sthash.ZHEhwvd7.dpuf

Situasi Keamanan
Pangan Nasional

Sampai saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan


pangan
nasional
melalui
pencapaian
swasembada pangan lima komoditas strategis,
yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi dan
gula, belum memperlihatkan hasil yang optimal.
Situasi tersebut tercermin dalam tingkat
ketersediaan
beberapa
pangan
komoditas
pangan domestik yang masih tergantung pada
impor, yaitu kedelai sekitar 70 persen, gula
sekitar 54 persen, dan daging sapi sekitar 20
persen. Untuk beras dan jagung, impornya tidak
terlalu besar yaitu hanya sekitar 11 persen
untuk jagung dan 5 persen untuk beras.
Sumber : http://www.bin.go.id/wawasan/detil/141/3/25/09/2012/hari-pangan-sedunia-ancamankrisis-dalam-kemandirian-pangan-indonesia#sthash.ZHEhwvd7.dpuf

Keamanan Pangan dan Gizi


Buruk
Diare, sebagai salah satu gejala utama Penyakit
Bawaan Makanan (PBM) dapat menyebabkan
gizi buruk melalui mekanisme kehilangan cairan
(dehidrasi)
dan
ketidakseimbangan
cairan
elektrolit tubuh selama diare berlangsung.
Angka diare yang tinggi dapat menurunkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa
datang. Untuk itu masalah keamanan pangan
merupakan
salah
satu
hal
yang
perlu
mendapatkan
perhatian
dalam
upaya
menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.

Dampak Penyakit Bawaan


Makanan Terhadap SosioEkonomi
Badan POM (2005) mengkalkulasikan
kerugian yang ditimbulkan akibat
masalah keamanan pangan selama
tahun 2004, total kehilangan mencapai
6.7 miliar rupiah.
Di
Amerika
Serikat
diperkirakan
kerugian yang ditimbulkan akibat PBM
tiap tahunnya mencapai 5 hingga 6
millar dollar.

Usaha Pemerintah dalam


Melindungi Keamanan
Pangan

Kemasan Pangan

Pada dasarnya terdapat persyaratanpersyaratan


yang
dapat
ditetapkan
berkaitan
dengan
mutu
kemasan
sehubungan dengan keamanan pangan,
diantaranya adalah
Jenis bahan yang digunakan dan yang
dilarang untuk kemasan pangan.
Bahan tambahan yang diizinkan dan yang
dilarang untuk kemasan pangan
Cemaran
Residu
Migrasi

UNDANG-UNDANG RI
NOMOR 18 TAHUN 2012
Mengamanatkan
peraturan
pengemasan
berkaitan
dengan
keamanan pangan dalam rangka
melindungi konsumen.
Bagian ke VI pasal 82 - 85 membahas
tentang kemasan bahan pangan,
sedangkan bagian ke I pasal 96 - 103
membahas tentang pelabelan dan
periklanan produk pangan.

PERATURAN
INTERNASIONAL TENTANG
KEMASAN

Persyaratan khusus dalam pengemasan produk pangan mengacu


pada peraturan internasional seperti FDA (USA), Uni Eropah, Jepang
dan Malaysia.
Amerika Serikat pemakaian plastik untuk kemasan pangan diarahkan
oleh FDA.
Perancis mensyaratkan bahwa plastik mesti inert dalam pengertian
tidak merusak cita rasa makanan dan tidak beracun.
Belanda memberikan toleransi maksimum 60 ppm migran ke dalam
makanan atau 0.12 mg per cm2 permukaan plastik.
Jepang mensyaratkan migrasi maksimum 30 ppm untuk aditif dan
monomer yang tidak berbahaya, sedangkan untuk vinil klorida dan
monomer/aditif lain yang peracunannya tinggi hanya 0.05 ppm atau
kurang.
CODEX Alimentarius Commission (CAC), yaitu suatu badan di bawah
naungan Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Healtd
Organization (WHO) yang bertugas menangani standard bahan
pangan. Standar yang dikeluarkan CAC ini digunakan sebagai acuan
oleh World Trade Organization (WTO) dalam pelaksanaan persetujuan
Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS) dan Technical Barrier to
Trade (TBT).

Label Pangan
Setiap
keterangan
mengenai
pangan yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada
pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan
pada,
atau
merupakan
bagian
kemasan
pangan.
Diatur dalam PP No. 69
Tahun 1999

Bagian Pertama

Pasal
2
Pasal
3

Setiap orang yang memproduksi atau


menghasilkan pangan yang dikemas ke
dalam
wilayah
Indonesia
untuk
diperdagangkan
wajib
mencantumkan
Label pada, di dalam, dan atau di
kemasan pangan.
Pencantuman
Label
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak mudah
lepas dari kemasannya, tidak mudah
luntur atau rusak, serta terletak pada
bagian kemasan pangan yang mudah
untuk dilihat dan dibaca.

Nama produk ;
Daftar bahan yang digunakan;
Berat bersih atau isi bersih;
Nama dan alamat pihak yang
memproduksi
atau
memasukkan ke dalam wilayah
Indonesia; tanggal, bulan, dan
tahun kadaluarsa.

Bagian Pertama
Pasal 5, 6,
dan 7

Mengatur
tentang
keterangan yang tidak benar
dan menyesatkan

Bagian Kedua mengenai Bagian


Utama
Label
Nama
produk;

Pasal
12

Berat bersih atau isi


bersih;
Nama dan alamat
pihak yang
memproduksi atau
memasukkan ke dalam
wilayah Indonesia.

Bagian Kedua mengenai Bagian


Utama Label

Pasal
13
Pasal
43

Keterangan pada label pangan


dibuat dengan teratur, tidak
berdesakdesakan,
jelas
dan
dapat mudah dibaca.
Dilarang
menggunakan
latar
belakang, baik berupa gambar,
warna maupun hiasan lainnya,
yang dapat mengaburkan tulisan
pada bagian utama label.
Pada
Label
untuk
Bahan
Tambahan
Pangan
wajib
dicantumkan
tulisan
Bahan
Tambahan Pangan;

nama
golongan
Bahan
Tambahan Pangan;
nama Bahan Tambahan Pangan,
dan
nomor kode internasional yang
dimilikinya.

Iklan Pangan
Setiap
keterangan
atau
penyertaan
mengenai
pangan
dalam bentuk gambar, tulisan atau
bentuk
lain
yang
dilakukan
dengan
berbagai
cara
untuk
pemasaran dan atau perdagangan
pangan.
Diatur dalam PP No. 69
Tahun 1999

Pasal
44
Pasal
45
Pasal
47
Pasal
58

Setiap
Iklan
tentang
pangan
yang
diperdagangkan wajib memuat keterangan
mengenai pangan secara benar dan tidak
menyesatkan, baik dalam bentuk gambar
dan atau suara, pernyataan, dan atau
bentuk apapun lainnya.
Setiap orang yang memproduksi dan atau
memasukkan ke dalam wilayah Indonesia
pangan untuk diperdagangkan, dilarang
memuat pernyataan dan atau keterangan
yang tidak benar dan atau yang dapat
menyesatkan dalam Iklan
Iklan tentang pangan olahan tertentu yang
mengandung bahan-bahan yang berkadar
tinggi yang dapat membahayakan dan atau
mengganggu
pertumbuhan
dan
atau
perkembangan anak-anak dilarang dimuat
dalam media apapun yang secara khusus
ditujukan untuk anak-anak.
Setiap
orang
dilarang
mengiklankan
minuman beralkohol dalam media massa
apapun.
Minuman
beralkohol
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah minuman
berkadar etanol (C2H5OH) lebih dari atau
sma dengan 15 % (satu per seratus)

Tindakan Administratif
Peringatan secara tertulis;
Larangan
untuk
mengedarkan
untuk
sementara waktu dan atau perintah untuk
menarik produk pangan dari peredaran;
Pemusnahan
pangan
jika
terbukti
membahayakan
kesehatan
dan
jiwa
manusia;
Penghentian produksi untuk sementara
waktu;
Pengenaan denda paling tinggi Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dan
atau;
Pencabutan izin produksi atau izin usaha.

KESIMPULAN
Sistem
pangan
nasional
Indonesia
harus
terus
dikembangkan
mengikuti
perkembangan
peradaban
manusia dan aneka tuntutannya.
Kondisi keamanan pangan yang baik akan menghasilkan
manusia yang lebih sehat, lebih produktif, menurunkan
kasus-kasus penyakit asal pangan (foodborne disease) dan
menurunkan beban biaya-biaya yang harus dikeluarkan
untuk kasus atau wabah penyakit asal pangan.
Permasalahan penyakit yang disebabkan karena pangan 5
yang terkontaminasi merupakan salah satu permasalahan
besar di dunia dan merupakan penyebab penting bagi
penurunan produktivitas ekonomi (WHO, 1984).
dasar hukum yang mengatur Keamanan Pangan, pemerintah
telah menetapkan peraturan perundangan yaitu UU No.18,
tahun 2012 tentang Pangan dan PP No.28, tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

SARAN
Keamanan pangan harus ditangani secara terpadu,
melibatkan
berbagai
stakeholders;
baik
dari
pemerintah, industri, dan konsumen.
Dalam hal ini tanggung jawab pemerintah dalam
kebijakan mutu dan keamanan pangan adalah
menyusun legislasi dan peraturan hukum di bidang
pangan,
memberikan masukan dan bimbingan pada industri
pangan,

memberikan
pendidikan
bagi
masyarakat
konsumen tentang pentingnya keamanan pangan,
melakukan pengumpulan informasi dan penelitian
di bidang keamanan pangan, dan
menyediakan sarana dan prasarana pelayanan yang
terkait dengan bidang kesehatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai