Nama Blok
: Reproductive System
2. Fasilitator
3. Data Pelaksanaan:
a. Tanggal Tutorial : 1 September 2009, 4 September 2009, dan 8 September 2009
b. Pemicu
:3
c. Pukul
: 10.30-13.00(1 September 2009)
07.00-09.30(4 September 2009)
10.30-13.00(8 September 2009)
d. Ruangan
: Ruang Diskusi Anatomi 4
4. Pemicu:
Ibu Mori, 38 tahun, P2Ab0, datang ke poliklinik tangal 16/8/2007, dengan keluhan
haid tidak berhenti sejak 15 hari yang lalu, warna merah segar, volume 5x ganti
doek/hari, haid selama 3 bulan terakhir menjadi lebih lama dari biasanya (7-10 hari)
dengan jumlah perdarahan juga lebih banyak dari biasanya. Nyeri perut tidak ada.
Riwayat haid :
teratur, lama haid 5-7 hari, siklus 28 hari, jumlah
perdarahan 2-3x ganti doek/hari,
Riwayat obstetrikus :
P2Ab0, anak plg kecil 6 thn
Riwayat KB:
selama 1 thn terakhir
Riwayat penyakit terdahulu : tidak ada
Apa yang terjadi pada Ny.Mori?
More Info 1:
Dari pemeriksaan tambahan didapatkan:
1.
Status Ginekologis:
Abdomen : teraba benjolan padat, setinggi 3 jari di atas simfisis
Inspeksi : di vagina tampak darah mengalir
Inspekulo : darah (+) mengalir di OUE
2. Hasil pemeriksaan darah:
Hb
: 10 gr%
Leukosit : 7.000 /mm3
Trombosit : 250.000 /mm3.
Bagaimana pendapat saudara sekarang mengenai keadaan
Ny.Mori?
More Info 2:
Pemeriksaan USG : terlihat masa padat berasal dari uterus
Bagaimana kesimpulan saudara mengenai keadaan Ny. Mori?
5. Tujuan Pembelajaran
a. Mengetahui fisiologi haid normal.
b. Mempelajari tentang gangguan pada haid, perdarahan bukan haid serta
manifestasi kliniknya.
c. Mempelajari semua tentang mioma uteri.
d. Mempelajari jenis-jenis kontrasepsi.
6. Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat:
a. Bagaimanakah terjadinya haid pada wanita normal?
b. Jelaskan tentang AUB (Abnormal Uterine Bleeding)!
c. Jelaskan tentang DUB (Dysfunctional Uterine Bleeding)!
d. Bagaimana mekanisme manifestasi klinik pada DUB?
e. Jelaskan mengenai jenis-jenis kontrasepsi!
f. Apa pemeriksaan penunjang untuk kasus perdarahan pada uterus?
g. Apa diagnosa banding untuk mioma uteri?
h. Jelaskan mengenai mioma uteri (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko,
patofisiologi, diagnosa, penatalaksanaan)!
7. Pembahasan
a. Terjadinya Haid pada Wanita Normal
Pada haid, yang memegang peranan penting adalah hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium. Hipotalamus mengeluarkan GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) yang merangsang pelepasan LH (Luterinizing Hormone) dan FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dari hipofisis.
Siklus haid normal dapat dibagi atas 2 fase yaitu fase folikuler danfase luteal.
Perubahan kadar hormon disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback)
antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Kemudian estrogen
menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH
estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah, dan umpan
balik positif bila kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap
hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus.
Tidak lama setelah haid dimulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel
berkembang karena produksi FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH
disebabkan oleh regresinya korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang
dan terjadi perangsangan untuk meningkatkan kadar hormon. Dengan
berkembangnya folikel maka akan diproduksi estrogen yang kadarnya akan
terus meningkat seiring dengan tumbuhnya folikel dan ini akan memberikan
umpan balik pada produksi FSH sehingga produksinya akan berkurang.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, estrogen dalam kadar yang
tinggi akan merangsang produksi LH sehingga akan terjadi LH-surge pada
pertengahan siklus. Ini lah yang akan memicu terjadinya ovulasi pada wanita.
LH surge akan bertahan selama kurang lebih 24 jam dan menurun pada fase
berikutnya, fase luteal. Mekanisme mengapa terjadi penurunan LH masih
belum jelas kemungkinan disebabkan oleh karena kadar estrogen yang
menurun pada saat yang sama.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulosa akan membesar, membentuk
vakuola dan bertumpuk pigmen kungin (lutein). Kemudian folikel akan
menjadi korpus luteum. Selain itu, akan terjadi peningkatan vaskularisasi pada hari ke-8 atau 9 setelah ovulasi. Korpus luteum akan mensekresikan
banyak hormon estrogen dan progesteron (yang membuat tebalnya dinding
endometrium). Setelah 10-12 hari setelah ovulasi, korpus luteum akan
mengalami regresi menjadi korpus albicans disertai berkurangnya kapiler dan
diikuti dengan menurunnya sekresi hormon progestron dan estrogen
(terjadinya peluruhan endometrium).
Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau
lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada
konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi),
pada gangguan endokrin, dan lain-lain kecuali jika ditemukan sebab
yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya
hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
Polimenorea
Pada polimenorea, siklus lebih pendek dari biasa (kurang dari 21
hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid
biasa. Polimenorea disebujt juga epimenoragia. Polimenorea dapat
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah
kongesti ovarium karena perandangan, endometriosis, dan
sebagainya.
Oligomenorea
Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila
panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan
amenorea. Perdaraha pada oligomenorea biasanya berkurang.
Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama,
perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup
baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi
lebih panjang dari biasanya.
Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Dikatakan amenorea primer apabila seorang wanita
berumnur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid, sedang pada
amenorea sekunder, penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian
tidak mendapat haid lagi. Amenorea primer biasanya mempunyai
sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya
amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
Sedangkan kriptomenorea adalah keadaan di mana tidak tampak
adanya haid karena darah tidak keluar misalnya pada ginatresia
himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain.
Etiologi:
1. Gangguan organik pusat
2. Gangguan kejiwaan
- Syok emosional
7
- Psikosis
- Anoreksia nervosa
- Pseudodiesis
3. Gangguan poros hipothalamus-hipofisis
- Sindrom Amenorea-galaktorea
- Sindrom Stein Leventhal
- Amenorea Hipothalamik
4. Gangguan Hipofisis
- Sindrom Sheehan dan Penyakit simmonds
- tumor (adenoma)
1. Adenoma kromofob (Sindrom Forbes-Albright)
2. Adenoma basofil
3. Adenoma asidofil (akromegali, gigantisme)
5. Gangguan gonad
a. Kelainan kongenital
- Disgenesis ovarii (Sindrom Turner)
- Sindrom testicular feminization
b. Menopause prematur (dibawah 40 tahun)
c. The insensitive ovary syndrome
d. Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang, dsb.
e. Tumor ovarium
6. Gangguan suprarenalis
a. Sindrom adrogenital
b. Cushing syndrome
7. Hipotiroid
8. Gangguan pankreas (DM)
9. Gangguan uterus dan vagina
Aplasia dan hipoplasia uteri
Sindrom asherman
Histerektomi
Aplasia vagina
10. Penyakit-penyakit umum lain: gangguan gizi, dll
Menometroragia
Perdarahan yang terjadi secara irregular, pada interval di luar siklus
dengan perdarahan hebat (>80ml) atau lebih dari 7 hari.
Midcycle Spotting
Bercak yang terjadi sebelum ovulasi, biasanya karena penurunan
kadar hormon estrogen.
Perdarahan postmenopause
Mittelschmerz
Terjadi karena folikel yang pecah pada saat ovulasi terisi darah.
Folikel ini membentuk korpus hemoragikum dan akan terjadi
perdarahan ringan dari folikel ke rongga abdomen. Ini akan
menyebabkan iritasi peritoneum dan nyeri abdomen.
10
Ovulatoar
Terjadi pada puncak usia reproduksi
Perdarahan dapat diprediksi tetapi banyak
dan diperpanjang
Perdarahan karena produksi berlebihan dari
progesteron atau ketidakseimbangan
prostaglandin (tidak cukupnya prostaglandin
yang berperan sebagai vasokonstrikstor).
Apopleksi uteri
Terjadi pecahnya pembuluh darah pada uterus pada wanita
dengan hipertensi sehingga akan memicu perdarahan yang
hebat.
Kelainan darah
Pada ITP (Idiopathic Thrombositopenia Purpura) atau
seperti pada gangguan mekanisme pembekuan darah terjadi
penurunan jumlah trombosit, yang akan memicu terjadinya
perdarahan juga akan terjadinya perdarahan hebat apabila
haid karena tidak dapat membekukan darah.
e. Jenis-jenis Kontrasepsi
12
Kontrasepsi Mekanis
Kontrasepsi Mekanis untuk Wanita
Diafragma vaginal
Merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari kantong karet yang
berbentuk mangkuk dengan per pada pinggirnya. Ukuran bervariasi,
dengan diameter 35 100 mm. Cara penggunaaannya dimasukkan ke
dalam vagina sebelum koitus dengan tujuan agar sperma tidak dapat
masuk ke dalam uterus. Pada diafragma vaginal, spermatisida
13
Cervical Cap
Alat ini tidak digunakan lagi. Terbuat dari karet atau plastik. Cervical
cap mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dan pinggirannya terbuat
dari karet yang tebal. Ukurannya 22 33 mm, dipasang ke porsio
servisis uteri seperti memasang topi.
Kondom
Kondom terbuat dari karet dengan tebal 0,05 mm, kegunaannya
sebagai perisai penis. Ujungnya digunakan sebagai tempat penampung
sperma dengan diameter ujungnya 31 -36,5 mm dan panjang 19 mm.
Kondom biasanya dilapisi pelicin yang bersifat sebagai spermatisida
(nonoxynol). Efek samping kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi
terhadap alat pembuat karet.
14
Jelly atau crme (contoh: perseptin vag jelly, delfen vaginal crme)
Jelly lebih encer dari pada creme. Obat ini disemprotkan ke dalam vagina
dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit
sampai 1 jam.
C film
Merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam
vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina . Obat mulai efektif setelah 30
menit.
Kontrasepsi Hormonal
Penelitian menunjukkan bahwa estrogen dan progesteron dapat mencegah
terjadinya ovulasi. Biasanya berasal dari hormon sintetik (lebih kuat tetapi
efek samping lebih banyak)dan terdiri dari progesteron dan estrogen.
Progesteron yang berasal dari 19 nor testosterone dan 17 alfa asetoksi
progesterone, sedangkan estrogen yg banyak adalah etinil estradiol dan
mestranol.
Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal
Komponen estrogen dalam pil dapat menekan sekresi FSH menghalangi
maturasi folikel dan ovarium. Karena tidak adanya estrogen dari ovarium,
maka tidak terdapat pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
Komponen progestagen juga memperkuat daya estrogen untuk mencegah
ovulasi. Pada kadar yang tinggi progestagen sendiri dapat menghambat
ovulasi, tetapi tidak dalam kadar yang rendah. Efek progestagen:
Dalam dosis kecil, estrogen juga dapat menyebabkan bercak dan breakthrough
bleeding dalam masa intermenstruum.
Efek kelebihan progestagen
Depresi.
Migraine.
Mioma.
Hipertensi.
Oligomenorea atau amenorea.
Keuntungan:
Efektifitas tinggi
Pemakaian sederhana
Disuntik per 3 bulan
Reversibel
Untuk ibu menyusui
Kerugian dari obat suntik adalah sering terjadi bercak dan dapat terjadi
amenorea.
Norplant / KB susuk
Suatu alat yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul
silastic silicone dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang
dimasukkan sebanyak 6 kapsul, masing-masing 34 mm dan berisi 36 mg
levonorgestrel (progestin), dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun)
dengan tingkat keberhasilan cukup tinggi. Digunakan oleh wanita yang tidak
bisa memakai pil estrogen, tekanan darah tidak naik, perdarahan lebih ringan
dan kemungkinan kehamilan ektopik lebih kecil dibandingkan AKDR.
Norplant dapat mengentalkan lendir serviks yang membuat sperma sulit
penetrasi, menimbulkan perubahan endometrium sehingga menimbulkan
lingkungan yang tidak cocok untuk implantasi, dan dapat menghalangi
terjadinya ovulasi. Akan tetapi, norplant juga mempunyai beberapa efek
samping seperti timbulnya spotting, metroragia, amenorea, mual, sakit kepala,
anoreksia, dan acne. Karena dosis yang digunakan sedikit, maka efek samping
pada norplant tidak sebanyak pada penggunaan pil KB.
Kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim)
Mekanisme kerja untuk AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Akan tetapi, kemungkinan berhubungan dengan sel-sel makrofag yang sering
dijumpai dan mengandung sperma. Selain itu, mungkin mekanisme kerja
AKDR berhubungan dengan adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR
yang dapat menghalangi nidasi.
Jenis-jenis AKDR:
Bentuk terbuka atau linear: Lippes Loop, saf-T. Coll, multi load 250,
CU-7, dll..
Bentuk tertutup dan dasar bentuk cincin. Contohnya: ota ring,
antigon F, cincin gravenberg, dll.
Perdarahan
Keluhan perdarahan yang paling sering dilaporkan adalah
menoragia ataupun spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan
banyak, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR
yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Jika perdarahan sedikit
dapat diatasi dengan pengobatan konservatif. Akan tetapi, jika
perdarahan tidak berhenti, sebaiknya AKDR diangkat dan diganti
dengan kontrasepsi lain.
Kontraindikasi mutlak:
Kehamilan
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
Adanya tumor ganas pada trakstus genitalis
Adanya metroragia yang belum disembuhkan.
Pemasangan AKDR
Cara pengeluaran AKDR dengan menarik benang AKDR yang keluar dari
ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.
Kadang-kadang benang AKDR tidak tampak pada di ostium uteri
eksternum.
Sterilisasi/Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopi wanita
sedangkan vasektomi adalah tindakan yang dilakukan pada vas deferens
pria yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat menyebabkan
kehamilan lagi.
Keuntungan:
19
Laparotomi
Laparotomi postpartum
Minilaparotomi
Laparoskopi
Kuldoskopi
Cara Madler
Cara Pomeroy
Cara Irving
Cara Aldridge
Cara Uchida
Cara Kroener
Cara Pomeroy
20
21
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang untuk Abnormal Uterine Bleeding:
1. Medical History
a. Informasi secara detail tentang pattern menstruasi.
b. Penggunaan obat, sexual history, gejala infeksi, pembedahan,
kecederaan.
c. Penurunan berat badan, adanya eating disorder, stress, olahraga yang
berlebihan.
2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pelvik
a. Memeriksa tiroid, payudara, liver, lesi pada kulit dan ada tidaknya
hirsutisme.
b. Pemeriksaan pelvik juga berguna untuk menilai organ internal dan
eksternal, untuk mengetahui tahap pendarahan yang telah dialami.
c. Juga berguna untuk mengetahui bentuk uterus dan mendeteksi adanya
abnormalitas.
3. Laboratory test
a. Pregnancy test dgn hCG bagi wanita yang mungkin hamil.
b. Complete blood count.
c. Paps smear
Paps smear merupakan satu prosedur di mana sampel sel dari
serviks dikumpul dan disebarkan atas slide mikroskop. Sampel
tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mendeteksi sel
pre-malignant atau sel malignant.
22
d. Prolactin test.
Digunakan untuk:
- Memeriksa adanya galactorrhea
- Memeriksa adanya sakit kepala dan pandangan yang kabur (karena
hiperprolaktinemia dapat menekan pusat visus di dekat
hipotalamus).
- Masalah kesuburan pada wanita.
- Mendiagnosa prolaktinoma.
- Mengevaluasi fungsi pituitari anterior.
- Monitor prolaktinoma dan kemungkinannya terjadi relaps.
4. Imaging test
a. Beberapa wanita memerlukan pelvic atau transvaginal ultrasound.
Memudahkan diagnosa.
b. Teknik sonohysterography. Larutan saline digunakan, di mana
larutan ini bertindak sebagai medium contrast, memudahkan massa
abnormal untuk dilihat, dan dapat membuka uterus dan
memisahkan dinding uterus.
Ultrasonography (USG)
Merupakan metode pilihan untuk evaluasi pelvis wanita.
Berguna untuk melihat kelainan struktural uterus dan neoplasma
ovarium.
MRI
MRI mempunyai resolusi yang cukup dan sedikit lebih baik dari
USG tetapi lebih mahal.
CT scan
Pemeriksaan lainnya
Kuret uterus
Jarang diindikasikan untuk dewasa muda dengan PUD.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada wanita dengan perdarahan
yang lama dan signifikan, serta tidak respon terhadap terapi
medis.
Histeroskopi
Digunakan untuk melihat kelainan struktur sebagai penyebab
dari PUD.
Sonohisterografi
Kurang invasif, tetapi kurang akurat untuk mengevaluasi rongga
uterus. Prosedur dimulai dengan menginjeksi cairan ke dalam
uterus di bawah penglihatan ultrasonografi.
Sarkoma uteri
Neoplasma yang terjadi pada otot polos myometrium, stroma
myometrium pada jaringan ikat yang ubiquitous.
Endometrial cancer
Kanker pada jaringan endometrium
Khoriokarsinoma
Timbul akibat khorion embrional.
Adolescent
Fibroid
Fibroid
Tumor lain
seperti vulva,
vagina, serviks
Polip pada
serviks dan
endometrium
h. Mioma Uteri
Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
sehingga dalam kepustakaan disebut sebagai leiomioma atau fibrimioma.
25
Berkulit hitam
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam dari
pada wanit yang berkulit putih.
Penggunaan pil KB
Pil KB berisi estrogen dan estrogen akan memicu terbentuknya mioma.
Akan tetapi, pada wanita menopause penggunaan pil KB akan
menurunkan ukuran mioma.
Nullipara/kurang subur
Untuk faktor resiko nulipara, masih kurang jelas apakah nullipara yang
menyebabkan mioma atau apakah mioma yang menyebabkan
infertilitas.
Hormon
o HPL (Human Placenta Lactogen)
Pada kehamilan, hormon GH akan berkurang jumlahnya dalam
darah. Akan tetapi, fungsi dari GH akan digantikan oleh HPL.
Karena HPL berfungsi seperti GH, maka hormon ini apabila
kadarnya tinggi dalam darah akan merangsang pertumbuhan
sel. Dalam kasus ini, hormon HPL membantu pertumbuhan
dari sel tumor.
o Estrogen
Estrogen dapat mengakibatkan proliferasi dari beberapa
reseptor, seperti reseptor estrogen pada sel tersebut,
progesteron, Faktor Pertumbuhan (Growth Factor) contohnya
VEGF dan PDGF (Vascular Endothelial Growth Factor dan
Platelet Derived Growth Factor), sel Ki-67. Sel Ki-67
merupakan inhibitor apoptosis. Dari fungsi estrogen yang telah
26
Obesitas
Pada wanita dengan obesitas atau BMI yang tinggi dapat dijumpai
jumlah sel adiposa yang banyak mengandung lemak. Sel adiposa ini
mampu menghasilkan estrogen perifer yang dihasilkan dari konversi
androgen dengan bantuan enxim aromatase sehingga kadar estrogen
akan tinggi dan memicu terjadinya mioma.
Kehamilan
Pada kehamilan, kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena
tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini dapat mempercepat
pembesaran mioma uteri.
Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma mempunyai dua kali lipat ekspresi VEGF (Vascular
Endothelial Growth Factor) dibandingkan dengan penderita mioma
yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
Awal mula pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel
miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan kromosombaik secara
parsial maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 2350% dari mioma yang diperiksa, dan yang terbanyak (35,6%) ditemukan pada
kromosom 7 (del(7)(q21)/q21 q32). Keberhasilan pengobatan medikamentosa
tergantung apakah telah terjadi perubahan pada kromosom ini atau tidak.
Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan letaknya, mioma uteri dapat dibagi menjadi:
Mioma submukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini sering memberikan gangguan pendarahan.mioma dari pada
jenis lain. Meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
pendarahan, tetapi mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari
tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat
diketahui posisi tangkai tumor.
28
Nyeri (dismenorea)
Nyeri merupakan gejala klinis yang jarang pada mioma. Ini dapat terjadi
karena gangguan sirkulasi darah pada mioma disertai dengan nekrosis dan
peradangan. Selain itu, mioma dapat juga menjepit kanalis servikalis yang
dapat menimbulkan nyeri. Pada mioma intramural, juga terjadi
dismenorea sekunder. Rasa sakit berupa tekanan pada abdomen bagian
bawah dan pevis dapat terjadi jika uterus yang bermioma berinkarserasi di
dalam pelvis. Rasa sakit juga dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi
akut pada mioma dengan tangkai yang terjadi torsi. Ini dapat
menimbulkan nekrosis dan menimbulkan sindrom abdomen akut.
Tanda penekanan
Tergantung besar dan tempat mioma. Dapat berupa:
a. Penekanan pada kandung kemih dapat mengakibatkan poliuria dan
meningkatnya frekuensi miksi.
b. Penekanan pada uretra dapat mengakibatkan retensi urin,
hidroureter, atau pun hidronefrosis.
c. Penekanan pada pembuluh darah dan limfe dapat menyebabkan
nyeri pada panggul, edema, hemoroid, dan dispareunia.
d. Penekanan pada saraf akan menimbulkan nyeri.
Infertilitas
Tertutupnya pars interstitial tuba karena mioma atau bisa disebabkan juga
karena perdarahan yang berkelanjutan dengan mioma submukosa sehingga
akan menghalangi implantasi dari blastokista.
Gangguan kehamilan
Pertumbuhan mioma yang tidak dapat diramalkan dapat mengakibatkan
blastokista berimplantasi pada mioma sehingga akan terjadi abortus,
persalinan preterm atau pun PPH (PostPartum Hemorrhage). Sedangkan
apabila ditemukan mioma multipel, maka dapat terjadi malposisi janin dan
persalinan prematur.
Diagnosa Mioma Uteri
1. Anamnesa
Untuk mengetahui apakah timbul benjolan di bagian bawah perut
dalam waktu yang relatif lama, apakah terjadi gangguan haid, buang
air kecil, dan buang air besar, serta apakah terdapat nyeri pada perut
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi pada abdomen untuk meraba adanya nodul yang ireguler dan
tetap, area pelunakan yang menunjukkan adanya perubahan
degeneratif. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan bimanual.
Pada pemeriksaan pelvik, biasanya ditemukan normal. Namun pada
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks
dan terlihat pada osteum servikalis
30
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia, leukositosis akibat
infeksi atau degenerasi, peningkatan Laju Endap Darah, atau pun kadar
eritropoietin.
4. Biopsi endometrium
Pada pasien dengan perdarahan uterus abnormal yang didiagnosa
anovulatoar atau yang beresiko terkena kanker endometrium
5. X-ray
Akan tampak mioma sebagai jaringan lunak yang bermasa, dan dapat
terlihat kalsifikasi pada mioma.
6. Hysterosalpingography
Pada pasien dengan mioma uterus dan infertilitas atau keguguran
berulang dapat terlihat mioma submukus yang memenuhi rongga
uterus.
7. Histeroskopi
Untuk memeriksa pemindahan mioma submukosa yang bertangkai
8. MRI atau CT scan (jarang dan mahal)
Untuk mendeeksi jumlah, ukuran, dan lokasi mioma
9. Urografi (Intravena)
Untuk mengetahui kompresi ureter dan mengetahui adanya anomali
pada sistem urinari.
10. USG
11. Laparoskopi (untuk menilai benjolan)
12. BNO,IVP (Bolk Nier Oversidth, Intravena Pielography)
Untuk menilai massa pada rongga pelvis, fungsi ginjal, dan ureter.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi
dan ukuran tumor. Penanganan mioma uteri dibagi menjadi 2 yaitu
penanganan konservatif dan penanganan operatif. Penanganan konservatif
dilakukan apabila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa
gejala
Penanganan Konservatif
Bila anemia (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC (Packed Red Cell).
B. Hysteroscopic resection
Jika ditemui mioma submukosa
C. Laparoscopy
Jika ditemukan mioma subserosa yang bertangkai
D. Enucleation
Jika ditemukan mioma submukosa yang menonjol pada serviks.
2. Histerektomi
Kuret pada rongga endometrium diperlukan sebelum histerektomi
dilakukan. Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah adanya keganasan
pada endometrium. Ovarium harus dipertahankan pada wanita yang lebih
muda dari 40 45 tahun.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) untuk histerektomi adalah:
a. Terdapat satu sampai tiga mioma asimptomatik atau yang dapat teraba
dari luar dan dikeluhkan oleh pasien
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi bertambah.
3. Cara terbaru untuk terapi mioma
Embolisasi dari pembuluh darah yang mendukung mioma. Pada cara ini
digunakan PVA (PolyVinyl Alcohol) yang berfungsi untuk mengembolisasi
pembuluh darah mioma sehingga akan terjadi iskemia dan nekrosis.
33
8. Ulasan
Pada kasus ini, ditemukan bahwa adanya perbedaan antara buku Williams
Gynecology dengan referensi referensi lainnya. Pada buku Williams Gynecology
disebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat menurunkan faktor resiko atau
mengecilkan ukuran mioma uteri adalah merokok. Ini disebabkan pada rokok
terdapat nikotin yang dapat menurunkan kadar estrogen pada seseorang dengan cara
menghambat enzim aromatase yang mengkonversi androgen menjadi estrogen.
Berbeda dengan referensi lainnya yang mengatakan bahwa nikotin merupakan zat
karsinogenik yang dapat memicu terjadinya tumor.
34
9. Kesimpulan
Nyonya Mori menderita perdarahan uterus abnormal berupa menoragia yang
diakibatkan oleh adanya mioma uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali, Djamaloeddin, Erdjan Akbar, Handaya dkk. Haid dan Siklusnya,
Gangguan Haid dan Siklusnya. Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin dan
Trijatmo Rachimhadhi.Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2007; 104 114, 203 206, 223 227, 233.
William F Ganong. Kelenjar Tiroid. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah(eds). Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran(Review of Medical Physiology). Jakarta: EGC.2002; 419
35
Perkins, James A.The Female Genital System and Breast. Anirban Maitra. Kumar
Vinnay, dkk (eds). Robins and Cortran Pathologic Basic of Disease 8thedition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.2004; 724 725.
Junqueira,Luiz Carlos dan Jose Carneiro.Sistem Reproduksi Wanita.dr.Frans
Dany(eds).Histologi Dasar Teks dan Atlas edisi 10.Jakarta: EGC.2007.432-450.
Chan, Paul D. Abnormal Vaginal Bleeding. Johnson Susan M. Gynecology and
Obstetrics Outline 2004 edition. California: Current Clinical Publishing.2004. 39
Huh, Julie dan Wylan, Joseph. Abnormal Uterine Bleeding. Brandon J MD, Amy E,
dkk (eds). The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd ed 2002.
Maryland: Lippincott Williams & Wilkins.2002. 42.
Ashfag Raheela, dkk. Section 1 Benign General Gynecology Chapter 9 Pelvic Mass.
Schorge John O, Schaffer Joseph I, dkk (eds). Williams Gynecology. United States:
McGraw-Hill Companies.2008.
36