Oleh :
Trie Wulan Kurnianingsih
Esti Puji Rahmawati
Venthyana Lestary
Desi Ariana Syahid
Rochima Nailatus Sulaisi
B1J012009
B1J012035
B1J012133
B1J012145
B1J012203
Kelompok 4
Rombongan IV
1.
PENDAHULUAN
untuk
melihat
adanya
enzim-enzim
misalnya
phospatase
dan
akan berwarna biru. Pewarna eosin dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk
mewarnai sitoplasma dengan warna merah, sedangkan methylen blue digunakan
pada preparat sementara dengan cara meneteskan langsung ke jaringan kemudian
diamati di bawah mikroskop yang mana methylen blue akan mewarnai butir-butir
pada mast cell yang mewarnai dengan warna biru. Metode rentang juga dapat
digunakan ntuk tujuan sitologi dan histology serta juga dapat digunakan untuk tujuan
sitokimiawi seperti penelitian phosphatase dan hyaluroidase (Handari, 1983).
Mensenterium adalah jaringan pengikat longgar yang menggantung saluran
pencernaan ke dinding tubuh di dorsal dan ventral. Terdapat tiga jenis serat pada
jaringan ikat: kolagen, elastin dan retikular. Jumlah, susunan dan konsentrasi seratserat ini tergantung pada fungsi jaringan atau organ tempat serat ini berada. Serat
kolagen merupakan protein fibrosa kuat yang tebal dan tidak bercabang. Serat
kolagen paling banyak jumlahnya dan ditemukan di hampir semua jaringan ikat
semua organ. Serat elastik merupakan serat yang halus dan bercabang halus. Serat ini
tidak sekuat serat kolagen. Serat-serat ini akan kembali ke ukuran aslinya (recoil)
tanpa deformasi bila diregangkan kemudian dilepaskan. Serat elastik ditemukan
dalam jumlah besar pada paru, vesica urinaria dan kulit. Serat retikuler halus dan
membentuk anyaman kerangka halus di hepar, limfonodus, limpa, organ hemopoetik
dan lain-lain tempat organ menyaring darah dan limfe. Serat retikular juga
menunjang kapiler, saraf, dan sel-sel otot (Eroschenko, 2003).
Sel-sel mesentrium ada tiga, yaitu sel-sel tetap, sel-sel bebas dan sel-sel bebas
lain. Menurut Dellmann dan Brown (1989), sel-sel tetap mesentrium terdiri dari:
a. Fibroblas : jumlahnya paling banyak. Terdapat diantara serabut bentuknya
memanjang, inti berbentuk runcing dengan sitoplasma pucat. Fibroblas aktif pada
hewan muda dan dalam jaringan ikat yang beregenerasi akibat luka.
b. Perisit : sel perikapiler berbentuk memanjang, dikelilingi lamina basalis yang
terus berhubungan dengan membran basal kapiler.
c. Sel lemak :
Sel-sel bebas mesenterium terdiri dari;
Sel mast
Sel plasma
Melanosit
Limfosit
Monosit
Leukosit
Netrofil
Eosinofil
Object glass dan cover glass disiapkan dan dibersihkan dengan larutan alkohol
70%
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
15. Preparat rentang yang telah terwarnai diamati di bawah mikroskop cahaya dan
diamati komponen-komponen yang terlihat beserta spesifikasi warnanya.
16. Komponen jaringan yang diamati, difoto, dan dicatat.
17. Foto preparat untuk laporan penelitian.
Hasil
B.
Pembahasan
Filamen tipis dan tegang yang merupakan serabut elastik yang bercabangcabang dan membentuk jaringan seperti tenunan. Serabut kolagen terlihat sebagai
struktur tebal dan berombak dengan perbesaran 100x.
2.
3.
4.
mewarnai sel otot (Holder, J.T. 1931). Sehingga bila dilihat di bawah mikroskop
akan terlihat jaringan otot dan pembuluh kapiler yang terwarnai merah dan sel lemak
berwarna orange.
Metode rentang (spread preparation) merupakan suatu metode pembuatan
sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada permukaan gelas benda yang
tidak diberi gelatin sedemikian rupa, sehingga dapat diamati dibawah mikroskop
obyek yang digunakan dalam metode rentang ini adalah jaringan tipis yang meliputi
pleura, mesenterium, peritoneum, pericardium dan piaracnoidea. Metode rentang
dimulai dengan narkose, section, spreading, fiksasi (methyl alkohol 3-5 menit atau
formol (calcium 30 menit), staining dengan menggunakan mallory acid fuchsin,
dehidrasi, mounting, dan dilanjutkan dengan labelling (Susatyo, 2000).
Keunggulan metode rentang adalah dapat digunakan untuk mengevaluasi
abnormalitas jaringan dan keberadaan parasit tertentu. Salah satu diantaranya adalah
tumor myofibroblastik pada mesentrium. Jaringan mesenterium yang diduga terkena
tumor direntangkan pada gelas benda. Dengan menggunakan pewarna yang tepat,
bagian-bagian organ atau jaringan akan mudah diidentifikasi (Tiras, 2011). Selain itu
metode ini cukup sederhana dan mudah dilakukan.
Terdapat 2 golongan jaringan ikat sejati yaitu jaringan ikat longgar dan
jaringan ikat padat. Jaringan ikat longgar disebut juga jaringan areolar dan mengisi
ruang antar serat dan selubung otot, menunjang jaringan epitel, dan membentuk
lapisan yang menyelubungi pembuluh darah dan limfe. Jaringan ikat longgar juga
ditemukan dalam stratum papilar dermis, hypodermis, serosa rongga peritoneum dan
rongga pleura dan dalam kelenjar dan membran mukosa (membran basah yang
membatasi organ berongga), menunjang sel-sel epitel (Junqueira et al., 1987).
Menurut Yatim (1990), jaringan pengikat longgar mengandung banyak
fibroblas dan makrofaga, sedang serat kolagen dan elastis tersusun longgar dan
jarang. Terdapat pada dermis, subcutis (bawah kulit), lapisan serosa selaput
peritoneum (rongga perut) dan pleura (rongga dada), lamina propia (jaringan
pengikat di bawah lapisan epitel yang membina lapisan mukosa), mesenteri,
omentum dan dalam kelenjar.
Jaringan ikat longgar dibentuk melalui perkembangan langsung dari
mesenkim, membentuk stroma atau kerangka, organ-organ dan merupakan medium
pemendaman banyak struktur termasuk pembuluih darah dan saraf. Semua unsur
struktural-sel, serat dan substansi dasar terdapat di dalamnya. Jaringan ini
membentuk kerangka penunjang bagi epitel dari membran mukosa pada beberapa
tempat dan disini disebut sebagai lamina propia. Biasanya pada tempat itu jaringan
ikat sangat selular dan dapat mengandung banyak limfosit (Lesson et al., 1993).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1.
2.
DAFTAR REFERENSI
Bevelander, G dan J.A.Ramaley. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Edisi Kedelapan.
Penerbit Erlangga. Jakarta, hal: 35-36.
Dellmann, H. D. dan E. M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. UI-Press,
Jakarta.
Eroschenko, V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9.
Penerbit EGC, Jakarta.
Guyton, A. C dan J. E, Hall.1997. Buku Ajar fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC,
Jakarta.
Handari, S. Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Holder, J.T. 1931. Elementary histological technique for animal or plant tissues. J &
A Churchill. London.
Junqueira, L.C. dan J. Carneiro. 1987. Histologi Dasar Edisi 3. CV. EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
Leeson, C. R, T. S. Leeson, A. A. Paparo. 1993. Atlas Berwarna Histologi. Binarupa,
Jakarta.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Bhratara
Karya Aksara, Jakarta.
Susatyo, P. 2000. Diktat Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan. Fakultas Biologi
UNSOED, Purwokerto.
Tras, U. MD, Serdar Kuru MD, zlem Do ru MD, Aye Dursun MD, Yldz Dallar
Assoc. Prof. MD, Salih Celepli MD, Blent Klo lu Assoc. Prof. MD. 2011.
A Myofibroblastic tumor located in Mesentrium. Nobel Med 7(2): 101-102.
Yatim, W. 1990. Histologi. Tarsito, Bandung.