Anda di halaman 1dari 8

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROSES

PENGOLAHAN SELEKSI PERANGKAT DESA BARU


MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP) STUDI KASUS (BALAI DESA GEMAWANG)

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Balai Desa merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang berada di desa.
Pemerintahan desa dapat berjalan dengan baik jika kepala desa dan perangkat-perangkatnya
bekerjasama dan menjalankan tugas serta kewajibannya dengan baik. Sumber daya manusia
(SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam terwujudnya tujuan dari pemerintahan desa.
Balai desa juga digunakan sebagai tempat saranan prasarana masyarakat desa setempat untuk
bemusyawarah dan mengadakan pertemuan dengan kepala desa setempat untuk menampung
apresisasi dan keluhan dari masyarakat desa tersebut. Perangkat desa adalah pembantu kepala
desa yang terdiri dari sekretaris desa dan kepala-kepala urusan sebagai unsur staf, kepala dusun
dan pelaksana teknis lapangan sebagai unsur pelaksana lapangan.
Desa Gemawang adalah desa yang terletak di Kecamatan Jambu, Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia. Desa gemawang ini merupakan desa yang sangat produktif dengan semakin
bagusnya kualitas kepala desa dan perangkat-perangkat desa akan menjadikan desa ini lebih
baik lagi. Desa Gemawang dijuluki sebagai desa vokasi pertama di Indonesia. Desa vokasi
adalah desa belajar Gemawang Desa belajar (Vokasi) julukan untuk desa yang memiliki
kreatifitas dan rajin.
Kemudian dalam proses penyeleksian perangkat desa baru di desa Gemawang, calon
perangkat desa yang memiliki nilai tertinggi setelah dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu yang akan menduduki jabatan sebagai perangkat desa untuk bidang yang dibutuhkan.
Cara penilaian dalam menentukan siapa yang akan lolos dan menduduki posisi jabatan yang
dibutuhkan adalah bobot masing-masing kriteria dijumlahkan setelah itu dibagi dengan jumlah
kriteria yang ada. Hasil bagi dengan nilai yang tertinggi yang akan menduduki jabatan yang
dibutuhkan. Namun, cara tersebut masih menuai masalah subyektifitas artinya dapat terjadinya
kecurangan dalam penilaian. Untuk menghindari subyektifitas tersebut diperlukan suatu sistem
pendukung keputusan (Decision Support System) yang dapat membantu panitia penyeleksi
dalam memutuskan perangkat desa baru mana yang akan diterima.

Seleksi merupakan suatu cara untuk memilih suatu keputusan yang tepat dari sejumlah
alternatif. Penerimaan perangkat desa baru termasuk dari tipe masalah semi terstruktur artinya
proses ini bukan agenda rutin suatu lembaga melainkan kejadian insidental. Sehingga, dengan
melihat permasalahan yang ada pemecahan masalah sistem pendukung keputusan ini adalah
dengan multi attribute decision making (MADM) menggunakan metode analytical hierarchy
process (AHP).
Kelebihan dari metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini adalahdalam menjelaskan
proses pengambilan keputusan dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh
semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Terkait dengan masalah di atas
metode ini sudah cukup membantu untuk dapat digunakan dalam menyeleksi perangkat desa
baru. Yaitu dengan mencari alternatif berdasarkan keberadaan hierarki.

1.2

Rumusan Masalah
Dari latarbelakang diatas dapat diambil suatu masalah, yaitu untuk menyeleksi

perangkat-perangkat desa yang berkualitas dan dapat membantu kerja dari kepala desa untuk
memimpin desa Gemawang.

1.3

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memepermudah dalam penyeleksian perangkat desa baru.
2. Memperoleh perangkat desa baru yang berkualitas dan berkarakter.
3. Meminimalis tingkat kejahatan dalam penyeleksian perangkat baru.

1.4

1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kinerja dari perangkat desa tersebut.
2. Untuk menjadikan desa Gemawang lebih berprestasi hingga tingkat nasional.
3. Menjadikan desa gemawang lebih produktif lagi dengan adanya perangkat desa yang
berkualitas berwawasan tinggi.
Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan ini berisi tentang cakupan umum dari Penelitian yang meliputi
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat, dan
Sistematika Penulisan Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas teori-teori dan metode yang berhubungan dengan pembahasan
Penelitian ini.
BAB III OBYEK PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah penelitian yang digunakan, mulai dari tahap
awal atau persiapan hingga tahap pengolahan data sampai selesai.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang proses seleksi perangkat desa baru dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil analisis Penelitian tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI
2. Model AHP (Analytical Hierarchy Process)
AHP adalah sebuah hierAarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak tersturktur dalam
sub sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki (Kusrini, 2007). Prinsip
dasar AHP dalam menyelesaikan permasalahan, diantaranya :
a. Penilaian Kriteria

Kriteria didapat dengan melakukan perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi


pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saat bisa diukur menggunakan tabel analisis
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Instensitas

Keterangan

Kepentingan
1

*Kedua elemen sama pentingnya.

*Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada


elemen yang lainnya.

*Elemen yang satu lebih penting daripada elemen


lainnya.

*Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada

elemen lainnya.
*Satu elemen mutlak penting daripada elemen

2,4,6,8

lainnya.
*Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang

Kebalikan

berdekatan
*Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai
kebalikannya dibandingkan dengan i.

b. Pertimbangan Kriteria
Dalam pemilihan calon perangkat desa dibutuhkan beberapa kriteria untuk
menentukan sebuah keputusan, yaitu pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, tes
tertulis, dan tes wawancara.
Kriteria yang akan dipertimbangkan antara lain :
1) pendidikan : sangat baik, baik, cukup baik, cukup, kurang.
2) pengabdian kepada masyarakat : sangat baik, baik, cukup, kurang.
3) tes tertulis : sangat baik, baik, cukup, kurang.
4) tes wawancara : sangat baik, baik, cukup, kurang.

2.1

Metode Penelitian
2.1.1 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada sejumlah
perangkat desa yang pernah menjadi panitia dalam menyeleksi perangkat desa
baru mengenai permasalahan yang

diteliti untuk memperoleh data tentang

informasi tersebut.
2. Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari dan

mengamati

serta

menganalisis

dokumen- dokumen yang sudah ada yang

berhubungan

berkas-berkas
dengan

atau

masalah

tersebut.
2.1.2 Metode pengembangan sistem
Untuk mengembangkan sistem, kami akan menggunakan metode SDLC ( System
Development Life Cycle ) yaitu RAD yang berjenis Throwaway Prototyping. Melalui
Throwaway Prototyping atau Rapid Prototyping, prototype yang sudah berjalan mulamula dikembangkan dari spesifikasi awal yang sudah diperoleh. Kemudian prototype
tersebut akan dievaluasi oleh pengguna dan akan diklarifikasikan dengan kebutuhan
mereka yang sebenarnya. Proses ini akan berulang hingga memenuhi ekspektasi
kebutuhan pengguna, ketika hal ini sudah tercapai maka model prototipe akan dibuang
(Throwaway) dan sistem akan dikembangkan secara formal berdasarkan kebutuhan yang
sudah teridentifikasi.

Planning
Design

Analysis
Analysis
Design
Implementasi

implement
Design prorotyping

System

Gambar. Throw-Away Prototyping


Berikut penjelasan proses pengembangan system melalui tahap Throw-Away
Prototyping
1. Planning
Planning dilakukan untuk menentukan tahapan pengerjaan- pengerjaan atau
penjadwalan pengerjaan sistem pendukung keputusan menggunakan metode analytical
hierarchy process dalam pengolahan seleksi perangkat desa baru.
2. Analysis
Dalam tahap ini, dilakukan dokumentasi yang berisi kebutuhan- kebutuhan
sistem baik kebutuhan fungsional maupun non-fungsional yang sudah diidentifikasi dari
proses prototyping sebelumnya. Kemudian dilakukan perancangan sistem yang meliputi
desain menu, ER-diagram, DFD, kamus data tabel, relasi antar tabel, dan flowchart
program.

3. Design
Dalam tahapan ini akan dilakukan pemodelan struktur basis data yang sudah siap
diimplementasikan.
4. Design Prototype
Design prototype ini akan menghasilkan sebuah desain pemodelan. Prototype
menggambarkan desain pemodelan sebelum dibuat dalam desain sebenarnya
dikembangkan maka dari itu prototipe dibuat sebelum dikembangkan. Dalam hal ini
dibuat desain input dan desain output.

5. Implementation
Dalam tahapan ini dilakukan implementasi sistem yang sebenarnya berdasarkan
hasil pemodelan yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya. Dengan memanfaatkan
komponen-komponen yang sudah dibuat pada saat proses prototyping.

Anda mungkin juga menyukai