Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi
pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah
tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang
dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak
daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan
pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai
daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing.Tepinya rata
dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga
kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya
coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya,
akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman
yang tumbuh tinggi dan besar (Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga
memulai pertumbuhannya pun lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat
(Siregar, 2009).
Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Kingdom/Philum
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Sub divisi
Kelas
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiales
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea bransiliensis
(Cahyono, 2010).
Struktur anatomi batang karet terdiri dari lapisan gabus yang tipis, bagian kulit yang
keras yang berisi banyak sel-sel batu yang sel-selnya semakin ke dalam semakin menipis, dan
lateks yang terbentuk dari sel parenkim dan kelompok lateks pembuluh- pembuluh, di dalam
kambium. Konsentrasi lateks meningkat di daerah sekitar kambium sehingga dengan bagian
batang karet yang baik untuk ditoreh adalah di sekitar kambium tetapi tanpa mengenai daerah
cambium.
(Triwijoso, 1995).
Definisi Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks
diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis, diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri
dalam bentukkaret sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks
merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di
dalam suatu media yang banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang
terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di dalam
air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus
saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang pertama
adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara
erata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein,
garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah
butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya putih susu sampai
kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum
(air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2
% asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Karet alam
adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n dengan rumus kimia
1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks
dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso,
1995).
KOMPONEN LATEKS
Lateks
yang
(poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan bahan
lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang
mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata yang disebut
serum. Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam
mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang
didispersikan, terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan bukan
karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam mengendalikan
kestabilan sifat lateks dan karetnya [3]. Lateks merupakan suspensi koloidal dari air dan
bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut
tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air [4].
Partikel karet di dalam lateks terletak tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh
karena masing-masing partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini
menimbulkan gerak brown. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein
sehingga partikel karet bermuatan listrik [5]
zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Walaupun
memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi
menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa
industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang ir semuanya dari bahan karet alam.
B.
Bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang
diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.
Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah
Bahan olah karet ( lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar )
Karet konvensional ( ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown
crepe,
compo crepe )
Lateks pekat,
mutunya.
1. Bahan Olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukan
produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar ( bahan olah karet rakyar ) karena
biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet.
Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam : Lateks kebun,
sheet angin, slab tipis, dan lump segar.
a.
Lateks kebun
990Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa
bahan pemantap. Lateks kebun yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
-
Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu.
Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2
mempunyai kadar karet kering 20%.
b.
Sheet angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan
digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
Sheet angin yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
-
Harus ada penggilingan pada gumpalan lateks untuk mengeluarkan air atau serumnya.
Dalam penyimpanan tidak boleh terkena air atau sinar matahari langsung.
Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan sheet angin mutu 2
memepunyai kadar karet kering 80%.
c.
Slab tipis
Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan
dengan asam semut. Slab tipis yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
-
Air atau serum harus dikeluarkan entah dengan cara digiling atau dikempa.
Selama disimpan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari langsung.
d. Lump segar
Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun
yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lump segar yamg baik harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut,
-
Selama penyimpanan tidak boleh terendam air atau terkena sinar matahari langsung.
Lump segar mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2
mempunyai kadar karet kering 50%.
2.
pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. Menurut buku Green Book,
Karet alam konvensional dimasukkan dalam beberapa golongan mutu. Daftar yang dibuat
Green Book ini merupakan pedoman pokok para produsen karet alam konvensional di
seluruh dunia.
Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional beserta standar mutunya
menurut Green Book adalah sebagai berikut:
a.
Ribbed smoked sheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa lembaran sheet
yang mendapat proses pengasapan dengan baik. Ribbed smoked sheet terdiri atas beberapa
kelas seperti di bawah ini.
X RSS
Mutu nomor 1 dari semua jenis RSS adalah X RSS. Karet yang dihasilkan betul-betul
kering, bersih, kuat, bagus, dan pengasapannya merata. Cacat, noda-noda, karet, melepuh,
dan tercampur pasir atau benda-benda kotor tidak boleh ada. Juga tidak diperkenankan
terdapat garis-garis bekas oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlampau tinggi,
pengasapan berlebihan, terbakar, dan warnanya terlalu tua. Gelembung kecil seukuran kepala
jarum pentul boleh terdapat, tetapi harus tersebar merata.
RSS 1
Kelas ini masih di bawah kelas X RSS. Sheet yang dihasilkan kriterianya hampir sama.
Hasilnya benar-benar kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak berkarat, tidak melepuh,
serta tidak ada benda-benda yang mengotorinya, Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis
karena pengaruh oksidasi, sheet lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar
kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua, serta terbakar. Bila terdapat gelembunggelembung kecil seukuran kepala jarum pentul, asalkan letaknya tersebar merata, masih
diperkenankan.
b.
juga ada yang tebal dan tipis. Standar mutu untuk kelas-kelas white crepe dan pale crepe
adalah sebagai berikut.
No. 1 X thin white crepe
Karet harus kering, kokoh, warnanya merata, dan benar-benar putih. Jenis ini tidak
menerima luntur, bau asam atau bau yang tidak enak, debu, noda-noda, pasir atau bendabenda asing lain, minyak atau bintik-bintik lain, dan bekas-bekas oksidasi atau panas.
No. 1 X thin pale crepe
Karet harus kering, kokoh, pewarnaannya rata, dan berwarna muda. Luntur, bau asam
atau bau yang tidak enak, debu, noda-noda, pasir atau benda-benda asing lain, minyak atau
bintik-bintik lain, dan bekas oksidasi serta panas tidak diperbolehkan.
c.
banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar atau estate. Jenis ini juga dibuat dari
bahan yang kurang baik atau jelek seperti yang digunakan untuk pembuatan off crepe serta
dari sisa lateks, lump atau koagulum yang berasal dari prakoagulasi, dan scrap atau lateks
kebun yang sudah kering di atas bidang penyadapan.
d. Compo crepe
Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon, potonganpotongan sisa dari RSS, atau slab basah. Untuk pembuatan compo crepes, scrap tanah tidak
boleh digunakan.
3.
Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang di buat melalui proses
pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks.
Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan
bermutu tinggi.
4.
bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna
muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
5.
teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian fisual
yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks
pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini. Persaingan karet alam dengan karet sintetis
merupakan penyebab timbulnya karet spesifikasi teknis.
6.
Tyre rubber
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah
jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang
yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Dibandingan dengan karet konvensional,
tyre rubber adalah bahan pembuat yang lebih baik untuk ban atau produk karet lain. Tyre
rubber juga memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabungkan
dengan karet sintetis.
7.
ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya, boleh dibilang karet reklim
adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.
Biasanya karet reklim banyak digunakan sebagai bahan campuran sebab bersifat
mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Produk
yang dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama dipakai.
Kelemahan karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan
sifatnya sebagai karet bekas pakai. Itulah sebabnya karet reklim kurang baik digunakan untuk
membuat ban.
C.
Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman perang dunia II.
Negara negara industri maju merupakan pelopor berkembangnya jenis-jenis karet sintetis.
Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri
yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara,
dan bahkan ada yang kedap air. Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, ada dua macam karet
sintetis yang dikenal, yaitu karet sintetis yang digunakan secara umum serta karet sintetis
untuk kegunaan umum di antaranya sebagai berikut :
1.
karet alam yang dapat digantikannya. Jenis-jenis karet sintetis untuk kegunaan umum di
antaranya sebagai berikut.
a.
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang
ditimbulkan juga rendah.
b.
IR ( isoprene rubber )
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene.
Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan karet alam, walaupun tidak secara
keseluruhannya. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam, yaitu lebih murni
dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.
2.
pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang tidak
dipunyai karet sintetis jenis pertama. Sifat yang menjadi kelebihannya ini adalah tahan
terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi, serta kedap terhadap gas. Beberapa jenis
karet sintetis untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan di antaranya sebagai berikut :
a.
membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga dikenal karena kedap gas.
IIR yang divulkanisir dengan damar fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi
serta proses pelapukan/penuaan.
b.
Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun di dalam minyak, karet
ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril di dalamnya.
D.
Manfaat karet
1.
dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha
industri seperti mesin-mesin penggerak.
Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan
( dari
sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang ), sepeda karet, sabuk penggerak mesin
besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau
tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga
dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca
mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak
tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.
2.
pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Jenis NBR ( Nytrile Butadiene Rubber ) yang memiliki ketahanan tinggi terhadap
minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membran,
seal, gasket, serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau
industri gas.
Jenis CR ( Chloroprene rubber ) yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan
dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat
kadang-kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan ban kendaraan bermotor, juga pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam
tangki penyimpan lemak atau minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
kabel listrik.
E. Kegunaan Lain Tanaman Karet
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan
manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekadar
sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan
karet.
Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu
atau batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti
dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman
tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan
hingga nyaris terbuang-buang begitu saja adalah biji karet, padahal bila dimanfaatkan akan
cukup menguntungkan sebab jumlahnya melimpah ruah.
Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi.
Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik.
Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet
dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Kosentrat adalah
hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih
tinggi lagi.
4.Penggilingan
Koagulum yang didapatkan dari lateks tersebut di ambil dan digiling dengan mesin
penggiling manual atau otomatis. Mesin penggiling tersebut terdiri dari mesin penggiling
halus dan mesin penggiling cetakan. Tujuan dari gilingan ini adalah:
Mengubah koagulum menjadi lembaran lembaran yang mempunyai lebar,panjang dan
tebal tertentu
5.Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengawetkan sheet supaya tahan lama saat disimpan
karena dengan menggunakan asap yang mengandung fenol akan dapat mencegah tumbuhnya
mikroorganisme dalam sheet, untuk mengeringkan sheet supaya tida mudah diserang
mikroorganisme, untuk memberikan warna coklat muda dengan asap sehingga mutunya
meningkat. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan kayu bakar dan panas. Perlu
pengaturan sirkulasi udara dan jumah asap untuk mendapatkan hasil pengeringan yang baik.
Lembaran lembaran yang telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan
dikeringkan dengan cara dijemur pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di
pabrik selalu tinggi bertujuan sebagai penjemuran lembaran sheet. Lembaran lembaran yang
telah dihasilkan dari mesin penggiling selanjutnya akan dikeringkan dengan cara dijemur
pada selayan selayan di pabrik. Salah satu alasan kenapa di pabrik selalu tinggi bertujuan
sebagai penjemuran lembaran sheet (Williams, 1975).
6. Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan beberapa
macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara visual dan organoleptik
adalah sebagai berikut:
-
jumlah kapang
keseragaman warna
gelembung udara
kekeringan
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi kaca berwarna putih susu
(Setyamidjaja, 1993).
2.4 Perbedaan Pengolahan Karet Crepe dan Sheet
Pada dasarnya pengolahan karet sheet sama dengan karet crepe hanya terletak pada
pengenceran air yang digunakan KKK 20% untuk karet crepe bila karet sheet 15%, pada
proses penggilingan karet crepe itu rata tidak berpatron, kasar tidak licin. Saat proses
pengeringan karet crepe tidak dilakukan pengasapan karena karet crepe harus berwarna putih
(Anonim, 2011).
2.5 Manfaat lateks secara umum
Untuk pembuatan barang-barang dari lateks, maka konsentrat lateks cair pertamatama dicampur dengan beberapa bahan kimia kompon, setelah itu cetakan bentuk yang
diinginkan dicelupkan ke dalam campuran lateks agar terjadi pengendapan lapisan lateks
tipis. Pencelupan bisa dilakukan menggunakan atau tanpa menggunakan bahan kimia
penstabil (yakni celup penggumpal atau celup langsung). Pada umumnya, pelumeran
dilakukan pada tahap proses tertentu, dan produk diawetkan pada suhu 100120C.Pembuatan kompon karet kering adalah untuk memproduksi berbagai produk elastis
yang berguna dengan menggunakan zat pengikat silang (cross-linking agents). Lateks banyak
digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang selanjutnya menjadi bahan mentah
untuk industri pembuatan ban, pipa karet, selang, sepatu/sandal, komponen otomotif,
komponen engineering, lem, dan beberapa peralatan rumah tangga (Anonim.2011)
Pendahuluan
Sektor industri, terutama industri alas kaki ( footwear manufacture ) di Indonesia, menjadi
menarik untuk dibahas karena kekhasan karaketristik industri ini, baik dari industri yang
padat karya, produksinya berdasarkan atas order yang diterima dan sebagian bahan bakunya
harus diimpor, sampai mesin produksi yang digunakan merupakan mesin dengan middle
technology.
Pada masa krisis, jumlah produsen sepatu olah raga di Indonesia tercatat sebanyak 170
perusahaan. Saat akhir krisis tahun 1997 jumlah tersebut berkurang menjadi 83 perusahaan.
Industri sepatu di Indonesia telah mengalami kemajuan significan. Diawali dari produsen
sepatu dalam negeri yang masih dikategorikan sebagai industri kecil dengan kualitas rendah,
telah berkembang menjadi produsen sepatu skala besar yang mampu memproduksi sepatu
berstandar Internasional. Hingga tahun 2011, perusahaan sepatu di Indonesia mencapai 388
perusahaan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, taraf hidup, gaya hidup, dan kesadaran
masyarakat akn pentingnya kesehatan , maka permintaan sepatu olah raga ( sport shoes ) juga
mengalami peningkatan. Kondisi ini mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang
memproduksi sepatu olah raga. Industri sepatu nasional dalam skala besar didominasi oleh
merek mere k Internasional ( branded shoes ) , seperti Adidas, Nike, Reebok, Mizuno,
Puma, New Balance, dll. Tidak berhenti sampai disini, besarnya permintaan telah mendorong
tumbuhnya merek nasional seperti Specs, League, Tomkins, Piero, dll.
Elemen Sepatu
Umumnya konstruksi sepatu terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :
1.
2.
Upper
Bottom
Upper
Upper sepatu adalah bagian sepatu yang terdapat di bagian sisi atas, mulai dari ujung depan
sepatu, sisi kanan dan kiri, bagian lidah (tongue) sampai dengan bagian belakang.
Karakteristik dari upper biasanya berbahan dasar kain sintetic atau kulit (leather) yang telah
dirakit dengan jahitan (stitching process).
Bottom
Bagian bottom dari sepatu adalah bagian alas atau bagian bawah dari sepatu. Biasanya orang
menyebut bagian sole. Bottom terdiri dari insole, midsole dan outsole. Dan ada juga yang
menggunakanbahan Pu-Puck (Polyurethane).
Flow chart berikut merupakan proses standard produksi sepatu. Saya ambil dari Link Website
berikut : http://dorothy.wikidot.com/shoes-manufacturing
Manual Cutting
Cutting process adalah proses pemotongan bahan baku sebelum dibentuk menjadi upper
sepatu. Bahan baku yang berupa kain atau pun kulit (leather) dipotong membentuk polapola ( Cardsboard patterns ) yang telah ditentukan sebelumnya. Peralatan yang diperlukan
dalam proses ini menggunakan mesin potong (cutting machine) dan alat potong yang disebut
dengan cutting dies yang bentuk dan ukurannya telah dibuat sesuai dengan pola-pola
potongan yang akan dikerjakan.
2. Stitching / Sewing
Upper Sewing
Pada proses ini pola-pola bahan baku yang telah dipotong di cutting process kemudian dijahit
yang kemudian dibentuk menjadi upper sepatu. Dalam proses penjahitan ini sangat banyak
membutuhkan waktu dalam pengerjaannya. Hal ini dikarenakan tinginya tingkat kesulitan
dalam menjahit dan juga butuh ketelitian yang sangat tinggi. Potonganpola dijahit satu
persatu sehingga membentuk upper sepatu yang selanjutnya disatukan di proses perakitan.
3. Outsole Production
outsole
Outsole, merupakan Bagian terbawah dari sepatu yang contact dengan tanah. Karakteristik
outsole yang baik antara lain: Cengkeraman (grip), daya tahan, dan tahan air. Untuk sebuah
sepatu, bahan yang digunakan pada outsole biasanya merupakan gabungan dari beberapa
bahan untuk menyesuaikan dengan model,warna dan fungsi yang diinginkan, antara lain
berbasis plastik, karet/rubber, sponge. masing masing jenis bahan tersebut juga bervariasi.
misalnya untuk plastic ada jenis TPR, TPU dll.
Proses pembuatan outsole terdapat 2 jenis, yaitu molding dan injection.
Molding process dapat dilihat dalam vidio berikut :
Injection process dapat dilihat dalam vidio berikut :
4. Insole production
Insole
Insole, merupakan bagian dalam sepatu, tepatnya berada di bawah kaki. Bahan yang dipakai
untuk insole sangat menentukan kenyamanan saat kita mengenakan sepatu.
Berikut proses pembuatan insole.
5. Stock Fitting
Beberapa jenis outsole bisa langsung digunakan pada proses Assembling, namun ada juga
beberapa jenis bottom yang harus melalui proses stock fitting. Proses ini adalah merupakan
proses kerja yang menggabungkan bagian-bagian dari bottom sepatu, yaitu antara midsole
dan outsole sampai terbentuk menjadi bottom sepatu. Midsole yang berbahan dasar phylon
akan digabungkan dengan outsole yang berbahan dasar karet (rubbersole) dengan cara
mengelem/cementing.
Stock Fitting
6. Assembly
Pada bagian inilah perakitan sepatu dikerjakan. Bagian-bagian sepatu yang masih berupa
upper dan bottom digabungkan hingga menjadi bentuk sepatu. Bagian upper yang diproduksi
dari divisi stitching process sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi stockfit
dirakit dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu. Hal-hal penting dalam proses
assembling bisa dilihat dalam detail berikut.
a. Laste
Saat memasuki proses assembling Upper dan Bottom sudah berupa pasangan atau set,
dengan size yang sudah ditentukan. Untuk membentuk sepatu agar mengikuti kontur kaki
digunakan laste.Setiap Merek memiliki dimensi Laste yang berbeda-beda meski dengan size
yang sama. Sepatu untuk kaki orang asia tentunya memiliki laste yang berbeda dengan jenis
kaki orang Eropa.
Healasting Machine
Toelasting Machine
c. Treatment Upper - Bottom
Sebelum disatukan, permukaan kontak ( contact surface ) Upper dan Bottom harus di
Treatment
terlebih dahulu. Pada dasarnya treatment ini bertujuan untuk
membersihkan contact surface,membuka pori-pori permukaan bottom dengan penyinaran
ultra violet (UV), cementing, dan Heating.
Upper-Bottom Treatment
d. Press
Menyatukan bottom dan upper dengan menggunakan mesin press.
e. Pendinginan
Secara teoritis material upper baik dari Synthetic maupun leather/kulit ditreament ( melalui
proses heating ) untuk mengikuti kontur permukaan laste. Setelah proses penyatuan dengan
bottom di mesin press. Laste tidak boleh langsung dilepas. Proses pendinginan diperlukan
untuk menghentikan perubahan bentuk material. Proses ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu pendinginan perlahan, sepatu dilewatkan dalam conveyor gantung yang panjang dan
didinginkan dengan angin dengan suhu ruang normal. Cara kedua yaitu pendinginan cepat,
sepatu diletakkan diatas conveyor yang melewati lorong dengan suhu chiller.
f. Finishing
Proses ini merupakan
akhir dari
semua
proses
produksi
yang
dikerjakan.
Sepatu hasil produksi dan telah melewati pemeriksaan quality kemudian akan di-packing ke
dalam dus karton sepatu yang kemudian disimpan di gudang final product.
Finishing
Keseluruhan proses Assembling, bisa dilihat dalam vidio berikut, saya menggunakan proses
assembling Adidas. Beberapa tahapan tampak tidak sama dengan yang saya sampaikan, ini
erat kaitannya dengan aplikasi teknologi. Semoga Vidio ini memberikan masukan yang
sangat berharga bagi praktisi, bahwa industri sepatu tidak selalu identik dengan midle
teknologi, namun penggunaan high tech merupakan hal yang mungkin diterapkan untuk
meningkatkan efisiensi, quality, dan produktivitas.