: Bahasa Indonesia
Oleh
Ristiana
NPM 1113053097
Semester IA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih
banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan
daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang
yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa,
Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena
sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masingmasing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti
dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah
Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah huruf
walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat keduanya merupakan
istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan
penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam
bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu
dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru,
pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia selain dapat
menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan
berbahasa siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan,
diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
fonologi?
Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?
Apakah yang dimaksud dengan morfologi?
Bagaimana mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia?
Apa saja jenis kata ulang bahasa Indonesia?
Apa saja makna kata ulang bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonologi
1. Pengertian Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa
menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem
bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi
adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam
bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi adalah ilmu tentang
bunyi bahasa.
2. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni fonetik dan
fonemik.
a) Fonetik
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan:
bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik
adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi
tiga jenis fonetik, yaitu:
1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja
dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan.
Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat
fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem
tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
2. Jenis-jenis Fonem
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri
atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, , dan o), (b) fonem diftong 3 buah,
dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, , s, h, r, l, w, dan
z).
a) Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut.
1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika
mengucapkan bunyi.
3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung
kaki gigi).
Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal
digolongkan:
Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian depan lidah ke langitlangit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi
[i].
Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit
Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar,
misalnya vokal /a/.
Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas:
dibedakan atas:
Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.
b) Fonem diftong
Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan
sebagai vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong
dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat
dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada
suku kata lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti pada kata mau.
c) Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami
hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Kualitasnya ditentukan
oleh tiga faktor :
bersuara).
Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi,
dan /y/.
Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga
tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara,
merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara
/g/.
Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan
sebagai berikut:
Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan
menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan,
seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;
Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan
menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan
[s];
Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara
yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
10
11
atau kedua, /bttar/ atau /bottr/. Yang pertama maknanya darah sedangkan
yang kedua bermakna anggur.
c) Morfem berwujud fonem-fonem prosodi (suprasegmental).
Dalam tuturan, fonem-fonem suprasegmental iniselalu bersama-sama
dengan fonem segmental. Apabila ada fonem-fonem segmental bersama-sama
dengan fonem supra segmental maka pengertiannya menjadi rangkap, yakni
fonem-fonem suprasegmental menyatakan konsep atau pengertian yang
lainnya. Morfem-morfem seperti itu banyak terdapat pada bahasa Indian
Amerika dan bahasa-bahasa Afrika, yakni morfem yang berwujud
suprasegmental atau prosodi nada.
d) Morfem berwujud gabungan fonem suprasegmental (prosodi) dengan
kesuprasegmentalan (keprosodian) yakni intonasi atau kalimat.
Yang lazim digunakan pada morfem ini ialah gabungan nada dengan
persendian.
e) Morfem bisa berwujud kekosongan (Tanwujud).
Yang dimaksud dengan kekosongan di sini yaitu bahwa morfem tersebut
bermanifestasikan dengan kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero
atau morfem tanwujud yang bisa disimbolkan .
4. Jenis-Jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya
dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
a) Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, dapat dilihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
1) Ditinjau dari Hubungan Struktur
12
13
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada
kata-kata seperti /khujanan/. /ksiagan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/
terdiri dari /kan/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /kean/ dan
/sia/. Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan,
terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/ atau
/hujanan/ maupun /ksia/ atau /siana/. Morfem simultan itu sering disebut
morfem kontinu (discontinous morpheme).
b) Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem terikat.
1) Morfem Bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai
potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk
kalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan
tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah
termasuk kata. Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga
meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas,
morfem dasar dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem
bebas itu kata dasar.
2) Morfem Terikat
Morfem terikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain
seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat
digunakan dalam komunikasi yang wajar.
Samsuri ( 1982:188 ) menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta,
sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-,
ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah
pokok.
Sementara itu Verhaar (1984:53) berturut-turut dengan istilah dasar afiks
atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta,
siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan
14
simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan
morfem unik.
Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat
pende yang mempunyai fungsi memberikan fasilitas, yaitu melekatnya afiks
atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sansekerta, satuan /wad/
menulis tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan
pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua
yakni satuan /wada/ yang dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti
wadati, wadama. Bentuk /a/ seperti itu disebut pembentuk dasar.
Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi
menjadi imbuhan terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang
setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan
lain. Sebagai contoh afiks /pr/ setelah dibubuhakn pada satuan /bsar/
menjadi perbesar /prbsar/. Satuan /prbsar/ masih menerima afiks lain
seperti /di/ sehingga menjadi /diprbsar/. Imbuhan /pr/ dinamakan imbuhan
terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang
dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah
melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain,
misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak
dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh
afiks atau imbuhan tertutup.
15
16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah
sistem bunyi dalam bahasa Indonesia. Fonologi mencakup dua kajian ilmu,
yaitu fonetik dan fonemis. Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari seluk-beluk pembentukan kata.
Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
B. Saran
Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat
bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/fonologi-morfologi-dansintaksis-bahasa.html
http://hatmanbahasa.wordpress.com/2010/02/16/morfologi-bahasa-indonesia/
http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Bunyi
http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/01/29/840/
http://mampiroto.blogspot.com/2011/05/makalah-fonologi-diftong.html
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=81
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=82
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah
%20Awal/Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_4_0.pdf
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=64:pbin4101-linguistikumum&Itemid=75&catid=30:fkip
http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com
http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/fonologi/
http://www.slideshare.net/Rakatajasa/materi-fonologi-bahasa-indonesia
19