Anda di halaman 1dari 15

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon

BAHAN KULIAH
ELEKTRONIKA DASAR
Semester I

Oleh
Marojahan Tampubolon, ST

S T M IK

STMIK POTENSI UTAMA


T.A 2011-2012

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon

A. Pokok Bahasan Perkuliahan


Pokok Bahasan Berdasarkan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) STMIK
Potensi Utama tahun 2008 adalah sbb:
1. Pengenalan sistem alat ukur elektronika dan sistem kelistrikan AC
dan DC
2. Pengenalan dasar komponen elektronika
3. Karakteristik resistor dan parameternya
4. Karakteristik kapasitor dan parameternya
5. Karakteristik dioda dan kapasitornya
6. Karakteristik transistor dan parameternya
7. IC (integrated Circuit) dan jenis-jenisnya
8. Rangkaian Sensor Digital sebagai transduser
9. Rangkaian DAC (Digital Analog Converter) dan ADC (analog Digital
Converter
10.
Rangkaian Penguat OP-AMP
11.
Sistem Pengkondisian Sinyal melalui Port Serial, Port Pararel,
dan USB
12.
Analisis sistem kerja CRT (Cathode Ray Tube) dan LCD (Liquid
Crystal Display)
13.
Perancangan Project Sederhana dan Lanjutan

B. Sumber Referensi
1. Boylestad, nashelsky,Wlwctronic Device Circuit and theory 5 th
edition, Prentice Hall international
2. Millman and Halkians, Integrated Electronic
3. Van Valkenburg, M.E, Analog Filter Design, Holt Saunders
Japan,1982
4. Ramon Pallas-Areny,john G. Webster, Sensor and Signal
Conditioning, John Wiley and Son, USA, 2001

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Pengenalan Sistem Alat Ukur


Elektronika dan Sistem Kelistrikan AC
dan DC

I.

Alat Ukur Elektronika

A. Pendahuluan
Dalam ilmu keteknikan alat ukur memegang peranan yang sangat
penting. Dengan alat ukur keberadaan atau kondisi sebuh benda dapat
diketahui. Alat ukur digunakan untuk mengukur besaran. Alat ukur listrik
adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran listrik.
Dalam perspektif lain alat ukur listrik dapat juga dipahami sebagai alat
ukur yang menggunakan sumber listrik. Namun yang akan dibahas pada
bagian ini adalah alat ukur untuk mengukur besaran-besaran listrik. Alat
ukur tersebut adalah sbb. Voltmeter, Amperemeter dan, Ohmmeter.
Fungsi ketiga alat ukur ini sekaran ini dapat ditemukan dalam satu alat
yang disebut Multitester.
Berdasarkan pada peran dan fungsinya alat ukur dapat dibedakan
menjadi:
1. Alat ukur penunjuk, misalnya ammeter, voltmeter, themometer, dll
2. Alat ukur perekam misalnya recorder temperatur, recorder tekanan dll.
3. Alat ukur pengendali, mislanya pengendali temperatur, pengendali
level pada reservoir.
Alat ukur langsung terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Bagian Input
Merupakan bagian alat ukur yang membaca atau merasakan serta
mencari informasi beasaran yang dikehendaki dari objek pengukuran.
Bagian ini sering dikenal sebagai sensor.
2. Bagian Proscess
Merupakan bagian yang berfungsi untuk mengolah informasi yang
didapatkan dari sensor dan kemudian dijadikan informasi baru yang telah
mempunyai arti dan makna.
1

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

3. Bagian Output
Bagian dari alat ukur yang bertugas menyajikan hasil pengukuran yang
dikeluarkan oleh bagian pemroses dalam bentuk informasi yang dapat
dimengerti. Bagian ini misalnya adalah display digital atau recorder.
Beberapa karakteristik alat ukur yang penting adalah sbb:
1. Ketelitian dan keseksamaan (Accuracy)
2. Kecermatan atau keterulangan (Precision/repeat ability)
3. Resolusi
4. Sensitivitas (sensitivity)
B. Alat Ukur Kumparan Putar
a. Struktur D Arsonval meter
Pada tahun 1820 Hans Oerstead menemukan hubungan antara arus dan
medan magnet. Penemuan ini menjadi modal penting dalam penemuan
alat ukur kumparan putar oleh Jaques DArsonval pada tahun 1981 yang
juga disebut sebagai DArsonval meter.
Struk alat ukur ini adalah sbb:

b. Prinsip Kerja D Arsonval meter


Di antara magnet permanent pada gambar di atas ditempatkan sebuah
kumparan yang ditempatkan pada sebuah inti yang membentuk slinder,
kumparan ini ditempatkan pada suatu kerangka metal yang ringan dan
sumbu putarnya ditopang oleh batu permata sehingga dapat dengan
bebas berputar. Sebuah jarum penunjukk dikaitkan pada sumbu putar, jika
kumparan berputar maka jarum membuat defleksi pada skala alat ukur.

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Arus searah akan dialirkan melalui kumparan, arus ini akan menyebabkan
munculnya medan magnet di sekitar kumparan (utara dan
selatan)interaksi kutub medan magnet ini akan berinteraksi dengan
medan magnet yang disebabkan oleh magnet permanen, sehingga akan
terjadi gaya tolak menolak atau tarik menarik. Arah putaran jarum
ditentukan oleh polaritas listrik di kumparan, agar arahnya tidak salah
maka diberi tanda polaritas. Alat ini merupakan alat yang memberi
respon berdasarkan besarnya arus listrik yang melalui kumparan.
c. D Arsonval meter sebagai Ammeter DC
Kumparan DArsonval meter terbuat dari kawat yang halus, shingga hanya
dapat dilalui oleh arus dengan besaran yang terbatas. Sehingga dibuatlah
sebuah tahanan luar yang dipasangkan pararel dengan tahanan alat ukur
(Rm), disebut shunt resistance (Rsh). Kegunaa tahanan ini adalah untuk
memperbesar arus yang dapat diukur dengan cara membagi arus.

Rsh = Tahanan Shunt ()


Rm = Tahanan Dalam Alat ukur ()
Ish = Arus yang melalui tahanan shunt (A)
Im = Arus skala penuh dari alat ukur kumparan putar (A)
I
= Arus Skala penuh Ammeter DC (A)

Tegangn Drop pada Ammenter


Vm = Im. Rm
Vsh=Vm
Ish = I-Im
Rsh=

x Rm
Ish

Alat ukur ini dapat dikembangkan lagi menjadi alat ukur multirange, yaitu
dengan menggunakan tahanan shunt bertingkat. Alat ini disebut dengan
Ayrton Shunt
C. Menggunakan
Alat
Ukur
Ohmmeter,
Ammeter
(Amperemeter), Voltmeter.
Ohmmeter adalah alat ukur listrik untuk mengukur hambatan. Cara
penggunaanya adalah dengan menghubungkan alat ukur dengan ujung-

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

ujung material yang akan diukur hambatanya, dimana alat ukur


dihubungkan secara seri.
Ammeter digunakan untuk mengukur arus yang mengalir suatu rangkaian.
Untuk mengukurnya maka alat ukur harus dihubungkan secara seri,
sehingga arus melalui kumparan pada alat ukur.
Voltmeter adalah alat ukur untuk mengukur tegangan. Voltmeter harus
dihubungkan secara pararel dengan ujung-ujung terminl yang diukur.
Pada alat ukur yang mengintegrasikan ketiga alat ukur ini akan ada dua
arah pembacaan skala. Dan ada pilihan besaran yang sedang diukur.
Sebelum melakukan pengukuran jangan lupa menyesuaikan switch ini
dengan besaran yang akan diukur.
II. Sistem Kelistrikan AC dan DC
Dalam sistem kelistrikan ada yang dikenala dengan tegangan listrik.
Tegangan listrik merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada
perbedaan beda potensial antara dua terminal.Beda tegangan antara dua
titik juga dapat didefenisikan sebagai usaha yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu muatan listrik dari satu titik ke titik yang lain yang
satuannya dinyatakan dalam Volt.
Arus listrik adalah banyak muatan yang mengalir melalui suatu
penghantar listrik dalam satu satuan waktu. Persamaan arus dapat
dinyatakan dengan
i=

dQ
dt

Satuannya dinyatakan
Coulomb/Second (C/s)

dalam

Ampere

(A)

atau

sama

dengan

II.A. Sistem Kelistrikan AC


AC singkatan dari Alternating Current, dalam bahasa indonesia dikenal
dengan arus bolak-balik. Pada dasarnya pembangkitan listrik
menghasilkan arus bolak-balik, karena memanfaatkan perubahan fluks
terhadap waktu yang memotong kumparan dalam proses menghasilkan
arus induksi. Dimana arus induksi inilah yang akan ditransformasi melalui
transformator dan dikirim ke konsumen. Di indonesia perusahaan listrik
mendistribusikan listrik ke masyarakat dalam bentuk arus bolak balik. Di
negara lain seperti Amerika memiliki sistem distribusi dengan arus searah.
Bentuk gelombang tegangan bolak-balik adalah seperti gambar berikut
ini. Sementara bentuk gelombang arus searah juga akan sama dengan
bentuk tegangan ini tetapi memiliki perbedaan dalam amplitudo dan
sudut phasanya.
4

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Pada gambar di atas terlihat bahwa gelombang tersebut memiliki


amplitudo maksimun Vm. Nilai amplitudo disini adalah nilai tegangan
maksimum. Karena bentuk gelombang Tegangan AC adalah sinusoidal,
maka tegangan di atas dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
v =Vm Sint
Sementara persamaan untuk tegangan adalah
i=sin (t +)

=2f (Rad/s)
57.3O

1 rad= 57,296

Dimana t (baca:omega) adalah menyatakan sudut. Maka nilai tegangan


setiap waktu akan mengalami perubahan. Sementara polaritas akan
berubah secara periodik, dimana setengah gelombang adalah tegangan
dengan polaritas positif (puncak gelombang) dan setengah gelombang
lain adalah tegangan dengan polaritas negatif (lembah gelombang).
Banyaknya periode dalam 1 detik disebut dengan frekuensi (f) yang
dirumuskan
1
f = ( Hz)
T
Di indonesia frekuensi standar adalah 50 Hz, artinya ada 60
gelombang dalam 1 detik, ini juga berarti bahwa polaritas geombang
tegangan maupun arus berubah sebanyak 50 kali dalam 1 detik. Sehingga
pada dasarnya lampu yang kita gunakan akan berkedip juga sebanyak 50
kali dalam satu detik. Tetapi karena mata tidak sanggup menangkap

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

frekuensi ini maka mata manusia melihat bahwa lampu seolah-olah


menyala terus menerus.
Karena sistem kelistrikan bolak balik memiliki frekuensi maka nilai
frekuensi ini dapat diubah-ubah. Hal ini juga dapat diterapkan pada
tengan rendah maupun tegangan tinggi. Penggunakan arus dengan
frekuensi tinggi ini amat penting dalam menghasilkan gelombang radio
ataupun gelombang jenis lain. Gambar berikut adalah gambar gelombang
dengan frekuensi yang berbeda.

Meskipun penggunaann sistem kelistrikan bolak balik ini sangat luas,


namun penggunaan sistem kelistrikan searah juga semakin luas seiring
dengan semakin banyaknya peralatan elektronik yang menggunakan
supply tegangan searah.

II.B. Sistem Kelistrikan DC


Sistem kelistrikan DC (direct current) di indonesia kebanyakan
digunakan dalam sistem tegangan rendah, secara khusus untuk peralatan
elektronik seperti radio, Laptop, Handphone, dll. Karena distribusi energi
listrik di Indonesia menggunakan sistem bolak balik, maka dibutuhkan
penyearah untuk mengubahnya ke dalam sistem searah. Inilah sebabnya
mengapa kebanyakan peralatan elektronika menggunakan adaptor.

Pengertian searah disini adalah karena tidak adanya perbuhan


polaritas, mungkin saja terjadi perubahan nilai akibat hasil penyearahan
yang tidak ideal. Namun perubahan nilai ini idealnya haruslah sekecil
mungkin agar sebuah tengangan atau arus dapat dikatakan stabil.
Gambar berikuti ini menunjukkan gelombang tegangan ataupun arus
searah.

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Nilai maksimum tegangan ataupun arus tidaklah sama dengan nilai


equivalent atau nilai efektif arusnya, hubungan antara nilai efektif dan
nilai makasimumnya dinyatakan dalam persamaan:
dan untuk mencari tegangan efektif dapat menggunakan rumus ini.

V ef =

v 2 ( t ) dt
0

Untuk mencari Arus effectif dapat dengan menggunakan rumus ini.

I ef =

i2 ( t ) dt
0

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

RESISTOR

I.

Komponen Dasar

Komponen dasar elektronika komponen-komponen dasar yang


digunakan dalam rangkaian listrik. Ada lima komponen dasar dalam
rangkaian listrik yang masing-masing memiliki kekhususan fungsi. Kelima
komponen tersebut adalah sebagai beriktu:
1. Resistor
2. Kapasitor / kondensator
3. Induktor
4. Dioda
5. Transistor
II.

Resistor

Resistor adalah komponen dasar yang fungsinya adalah untuk


menghambat aliran arus listrik. Komponen ini terdiri dari bahan yang
memiliki koefisien resistivitas ( baca rho) tinggi dengan konduktivitas
yang sangat rendah. Resistivitas dinyatakan dalam satuan .m, atau .m.
8

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Nilai hambatan resistor disebut resistansi (resistance) dinyatakan dalam


formula.
R=

l
A

Satuannya dinyatakan dalam (baca Ohm)


= panjang material
A= Luas Permukaan material.
Dari persamaan diatas terlihat bahwa nilai resistansi akan berbanding
lurus dengan panjang material dan berbanding terbalik dengan luas
penampang material. Nilai yang paling penting disini adalah nilai
resistivitas bahan, karena memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
nilai resistansi.
Contoh bahan pembuat resistor adalah mica dengan = 10 12 .cm.
Seandainya ada satu resistor terdiri dari bahan ini dengan dimensi
panjang 1 cm, = 1cm dan tinggi 1 cm, maka akan memiliki resistansi R
sebesar 1012 .
Perhitungan seperti ini adalah perhitungan yang sangat bergantung pada
dimensi dan jenis bahan. Untuk jenis resistor yang menggunakan cincin
maka perhitungan harus menggunakan cara yang berbeda. Cara
perhitungannya adalah sbb.
C1C2 x C3 C4
C1= Nilai cincin 1
C2 = Nilai Cincin 2
C3 = Nilai cincin 3 (digunakan sebagai pengali)
C4 = Nilai cincin 4 (Digunakan sebagai toleransi)
Untuk mengetahui nilai-nilainya maka perlu digunakan tabel nilai untuk
masing-masing cincin.

III.

Hubungan antar resistor


a. Dihubungkan secara Seri

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Dikatakan hubungan seri jika ujung satu resistor dihubungkan dengan


pangkal resistor lain, demikian seterusny sehingga terjalin hubungan seri.

Jika resistor R1,R2,R..,Rn digantikan dengan satu resistor Rs, maka


hubungan Rs dan resistor tersebut adalah:
Rs = R1 + R2 + R.. +Rn
n

Rs =

Rs= R n
1

b. Dihubungkan secara pararel


Dikatakan dihubungkan secara pararel adalah jika pangkal sebuah resistor
dihungkan dengan pangkal resistor lain, demikian juga dengan ujungujungnya.

10

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Jika hambaran R1,R2,R..,Rn yang dihubungkan secara pararel dan


digantikan dengan sebuah resistor Rp. Maka hubungan antara resistor ini
adalah:
1
1
1
1
1
=
+
+
+ ..+
Rp R 1 R 2 R..
Rn
n

1
1
=
Rp 1 Rn

Soal:
Hitunglah nilai total resistor pada rankaian berikut.

c. Hubungan Wye-Delta (Y-)


Dalam sebuah rangkaian listrik mungkin saja akan ditemukan rangkaian
seperti gambar berikut.

Hubungan antar resistor tersebut tidak sepenuhnya pararel ataupun seri,


R1 dan R2 tidak bisa dikatakan seri, sementara R1 dan R4 pun tidak bisa
dikatakan pararel, karena ada R3 yang memisahkan ujung ujung R1 dan
R4. Untuk menyelesaian masalah ini, maka digunakanlah transformasi
wye delta, ataupun delta wye.
11

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

Metode ini adalah dengan mengubah bentuk rangkaian R1,R3,R4 atau


R2,R2,R5 ke dalam bentuk rangkaian lain, jika bentu sebelumnya adalah
delta, maka bentuk ini diubah ke dalam bentuk wye. Berikut adalah
penjelasannya.

Untuk mengkonversi nilai-nilai Ra,Rb,Rc ke R1,R2,R3 adalah dengan


menggunakan persamaan berikut ini.
R 1=

Ra Rb
Ra +Rb + R c

R 2=

Ra Rc
R a + Rb + R c

R 3=

Rb Rc
Ra +Rb + R c

R a=

R 1 R 2 + R 2 R 3 + R 3 R1
R3

R b=

R 1 R 2 + R 2 R 3 + R 3 R1
R2

Rc =

R 1 R 2 + R 2 R 3 + R 3 R1
R1

Jika metode penyelasian ini diterapkan pada penyelesaian soal pada


awal pembahasan sub bab ini, maka gambar rangkaian di atas dapat
diubah menjadi:

12

Elektronika Dasar-Marojahan Tampubolon,ST

R a=

R1 R4
R 1 + R3 + R 4

R b=

R 1 R3
R 1 + R3 + R 4

Rc =

R3 R 4
R1 +R3 + R4

Apabila rangkaian telah ditransformasi maka Rb dan R2, Rc dan R5


adalah hubungan seri, dan nilai seri kedua kelompok ini adalah hubungan
pararel, jika hubungan pararel diselesaikan, maka hasilnya akan seri
dengan hubungan Ra. Dan penyelasaiannya adalah hambatan equivalent
dengan hambatan pada rangkaian sebelumnya.

13

Anda mungkin juga menyukai