Anda di halaman 1dari 68

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan .......... 1


I.1 Latar Belakang ............ 1
I.2 Tujuan......... ...........

Bab II Kegiatan Pokok .............................................. 3


II.1 Indikator di Area Klinik ....................................................................... ............ 3
II.2 Indikator di Area Manajerial ............................................................................................ 16
II.3 Indikator Sasaran Internasional Keselamatan Pasien.................................................... 28
II.4 Indikator JCI Library of Measure ................................................................................... 37

Bab III Plan, Do, Check, Action ...... . 50


Bab IV Sasaran....... .... . ... 51
IV.1 Sasaran Audiens ...................................... .............. 51
III.2 Sasaran Pencapaian Indikator ............... ............. 51

Bab V Pelaksanaan Kegiatan ..... 52


V.1 Jenis Kegiatan ................................................................................................................ 52
V.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................................. 52

Bab VI Pencatatan, Evaluasi dan Pelaporan ......................... 23


VI.1 Pencatatan .................................................................................................................... 53
VI.2 Evaluasi dan Pelaporan ................................................................................................. 53

Bab VII Penutup .............................. .................. 54


Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Introduction
Penjaminan mutu memiliki potensi untuk memperbaiki program kesehatan tanpa memerlukan
tambahan supply, logistik, keuangan dan sumber daya manusi. Bahkan sebenarnya tujuan penjaminan
mutu adalah memaksimalkan keefektifan dan efisiensi system yang sudah ada. Jadi penjaminan mutu
dapat mengusahakan para donator, pemerintah, penyedia pelayanan kesehatan, serta masyarakat
suatu kesempatan untuk menyadari lebih jauh manfaat berinvestasi di bidang pelayanan kesehatan.
Penyedia layanan kesehatan dan masyarakat diharapkan untuk bekerja sama dalam melakukan
penilaian terhadap kebutuhan kesehatan dan memilih pendekatan kesehatan yang hemat biaya.
Penjaminan mutu dalam hal ini dapat mendorong keyakinan, meningkatkan komunikasi dan
mempercepat proses pemahaman terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat. Jika pemberi layanan
tidak memberikan pelayanan yang berkualitas, maka mereka akan gagal dalam memperoleh
kepercayaan masyarakat.

Program pelayanan kesehatan mengadopsi strategy cost-recovery , karena itu kualitas pelayanan
harus bisa menarik perhatian masyarakat untuk datang ke rumah sakit. Program penjaminan mutu juga
menawarkan para pekerja kesehatan suatu kesempatan untuk menjadi lebih unggul sehingga dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan status mereka di masyarakat. Sumber daya yang terbatas
membatasi kemampuan rumah sakit dalam menawarkan kenaikan gaji dan pengembangan profesi
sebagai imbalan terhadap kinerja yang baik; tapi bagaimanapun juga hal ini tidak selalu dibutuhkan
dalam meningkatkan kualitas.

Penjaminan mutu adalah suatu pendekatan yang sistematik untuk menyatakan betapa pentingnya
keunggulan bagi individu dan tim. Dalam hal ini penjaminan mutu menawarkan suatu alat kerja yang
dapat mengukur tingkat kinerja serta dapat memfasilitasi perbaikan yang berkelanjutan. Dengan
adanya ketertarikan and keterlibatan yang aktif dari pimpinan organisasi, para staf kesehatan dapat
memenuhi dan bahkan melampaui standar kinerja, dapat menyelesaikan masalah, dan melayani
kebutuhan klien dengan baik. Seiring dengan peningkatan kepuasan kerja dan motivasi staff akan
menjadi titik awal suatu siklus yang berkelanjutan terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
serta meningkatkan efektifitas.

Program peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah program yang berkelanjutan yang disusun
secara objektif dan sistematik untuk memantau dan mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan. Mutu
adalah suatu konsep yang komprehensif dan beraneka segi. Para ahli menyebutkan beberapa dimensi
mutu yang berbeda berdasarkan level kepentingan yang bergantung pada konteks dimana penjaminan
mutu dilaksanakan. Dimensi penjaminan mutu antara lain kompetensi teknis, akses pelayanan,

efektivitas, hubungan interpersonal, efisiensi, kontinuitas, keamanan, dan fasilitas. Dimensi-dimensi ini
merupakan suatu kerangka kerja yang sangat berguna yang dapat membantu para tim kesehatan
untuk menjelaskan dan menganalisa masalah-masalah mereka serta untuk mengukur sejauh mana
mereka dapat memenuhi standar program. Dimensi-dimensi mutu ini sesuai untuk pelayanan klinis dan
manajerial yang dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, Unit Penjaminan Mutu menetapkan 38 (tiga puluh
delapan) indikator mutu yang terdiri dari: 11 (sebelas) indikator klinis, 10 (sepuluh) indikator manajerial,
7 (tujuh) indikator sasarn internasional keselamatan pasien, dan 10 (sepuluh) indikator JCI Libarary of
Measure. Indikator-indikator ini ditetapkan berdasarkan Pedoman Peningkatan Mutu tahun 2012-2016.
t

I.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya mutu pelayanan di RSUP H. Adam Malik Medan.

.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dievaluasinya indikator mutu di area klinik dan manajerial periode tahun 2012 di tiap-tiap unit
perawatan dan instalasi terkait dengan membandingkan hasil pencapaian dengan standar atau
target yang telah ditetapkan.
2. Diajukannya saran bagi unit atau bagian terkait dan rekomendasi kepada direksi untuk
perbaikan di masa mendatang.

BAB II
KEGIATAN POKOK
Kegiatan pokok dari Program Peningkatan Mutu adalah untuk mengevaluasi 38 (tiga puluh delapan)
indikator mutu yang terdiri dari 11 (sebelas) indikator klinis, 10 (sepuluh) indikator manajerial, 7 (tujuh)
indikator sasarn internasional keselamatan pasien, dan 10 (sepuluh) indikator JCI Libarary of Measure.

II.1 Indikator Klinis


1. Area pemantauan

: Asesmen pasien

Indikator yang dipantau :


Judul

Waktu Tanggap Pelayanan Kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat

Tujuan

Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu menyelamatkan


pasien gawat darurat

Definisi
Operasional

Waktu tanggap pelayanan dokter triage di instalasi gawat darurat merupakan lama
waktu sejak pasien tiba di IGD sampai pasien diasesmen oleh dokter triage, dengan
standar waktu 5 menit.

Alasan Dan
Implikasi

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan


segera, yaitu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan.
Pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat penting (time
saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa.

Formula

Jumlah komulatif lama waktu sejak pasien tiba di IGD sampai pasien diasesmen
oleh dokter triage (menit) : jumlah seluruh pasien yang datang ke instalasi gawat
darurat setiap bulan (orang) = Rata-rata menit/orang

Numerator

Jumlah komulatif lama waktu sejak pasien tiba di IGD sampai pasien diasesmen
oleh dokter triage

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang datang ke instalasi gawat darurat setiap bulan

Target

5 menit

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan seluruh jenis kasus

Kriteria
Eksklusi

Pasien DOA (Death On Arrival)

Pencatatan

Setiap hari kerja (dilakukan oleh perawat yang bertugas di triage) dengan total
sampling, melalui dokumentasi yang dilaksanakan oleh dokter triage.

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf IGD

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat

Area

Instalasi Gawat Darurat

Pic

Kepala Instalasi Gawat Darurat

Format Pencatatan
Contoh

TG

NAMA /

NO.

DIAGNOS

JAM PASIEN TIBA DI IGD

TL

RM

A MEDIK

(Pk. __.__ WIB)

JAM PASIEN
DIASESMEN
DOKTER TRIAGE
(Pk. __.__ WIB)

RENTANG
WAKTU KOLOM 6
DAN 7

1
2
3
Verifikasi

2.

Area pemantauan

: Pelayanan laboratorium

Indikator yang dipantau :


Judul

Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Pemeriksaan


Darah lengkap dan Kimia klinik

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium patologi klinik

Definisi
Operasional

Pemeriksaan laboratorium patologi klinik yang dimaksud adalah pelayanan


pemeriksaan Darah lengkap dan Kimia klinik. Waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium patologi klinik adalah tenggang waktu yang dibutuhkan mulai pasien
diambil sample oleh petugas sampling sampai dengan hasil pemeriksaan yang
sudah diekspertisi diterima pasien yang diukur dalam satuan menit, untuk setiap
pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap dan Kimia klinik. Waktu
tunggu hasil pelayanan laboratorium patologi klinik pemeriksaan darah lengkap ini
dipantau untuk pasien rawat jalan dan IGD, dengan standar waktu 140 menit.

Alasan Dan
Implikasi

Janji hasil pelayanan laboratorium khususnya patologi klinik merupakan gambaran


menejemen peningkatan kualitas di unit laboratorium. Pelayanan penunjang sangat
diperlukan untuk menegakan diagnosa yang tentunya harus dilakukan dalam waktu
yang cepat.

Formula

Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium patologi klinik untuk
seluruh pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap dan Kimia klinik
(menit) : Jumlah seluruh pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap dan
Kimia klinik (orang) = Rata-rata menit/orang

Numerator

Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium patologi klinik untuk
seluruh pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap setiap bulan

Target

140 menit

Kriteria
Inklusi

Pasien yang diperiksakan laboratorium Darah lengkap dan Kimia klinik

KET

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang diperiksakan laboratorium selain Darah lengkap dan Kimia klinik

Pencatatan

Setiap hari kerja dengan total sampling setiap ada pasien yang diperiksa Darah
lengkap dan Kimia klinik

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Laboratorium

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Kepala Instalasi Laboratorium

Area

Instalasi Laboratorium

Pic

Kepala Instalasi Instalasi Laboratorium

Format Pencatatan
Contoh
N

TGL

1
2
1
2
3
Verifikasi

3.

Area pemantauan

NAMA

NO.

/ TL

RM

DIAG
NOSA
MEDI
K

JAM PASIEN TIBA


DI IGD
(Pk. __.__ WIB)

JAM PASIEN
DIASESMEN
DOKTER
TRIAGE
(Pk. __.__WIB)
7

RENTANG
WAKTU
KOLOM 6
DAN 7
8

: Pelayanan radiology dan diagnostic imaging

Indikator yang dipantau:


Judul

Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Thorax Foto untuk Pasien Rawat Jalan

Tujuan

Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi

Definisi
Operasional

Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang waktu mulai pasien di
foto sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi yang diukur dengan
satuan jam. Pelayanan thorax foto yang akan dipantau adalah khusus ditujukan bagi
pasien rawat jalan dengan waktu target 3 jam. Thorax foto merupakan
pemeriksaan radiologi konvensional dengan melaksanakan pemeriksaan foto
rontgen pada bagian dada pasien.

Alasan Dan
Implikasi

Janji hasil pelayanan radiologi khususnya thorax foto merupakan gambaran


menejemen peningkatan kualitas di unit radiologi. Pelayanan penunjang sangat
diperlukan untuk menegakan diagnosa yang tentunya harus dilakukan dalam waktu
yang cepat.

Formula

Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto untuk pasien rawat jalan
(menit) Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang dilakukan thorax foto setiap bulan
(orang) = Rata-rata menit/orang

KET

Numerator

Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto untuk pasien rawat jalan

Denominator

Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang dilakukan thorax foto setiap bulan

Target

3 jam

Kriteria
Inklusi

Pasien rawat jalan yang dilakukan thorax foto

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang dilakukan pemeriksaan radiologi selain thorax foto

Pencatatan

Setiap hari kerja, dengan total sampling setiap ada pasien rawat jalan yang
dilaksanakan thorax foto, oleh staf Instalasi Radiologi

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, staf Instalasi Radiologi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Kepala Instalasi Radiologi

Area

Instalasi Radiologi (pasien rawat jalan )

Pic

Kepala Instalasi Radiologi

Format Pencatatan
Contoh
L

TANGGA

JAM HASIL
N

NAMA

PASIEN

NO.
RM

JENIS
PEMERIKSAN
RADIOLOGI

JAM PASIEN DI
FOTO
(Pk. __.__ WIB)

DENGAN
EKSPERTISI
DITERIMA PASIEN

RENTANG
WAKTU KOLOM

KET

6 & 7 (menit)

(Pk. __.__ WIB)

1
2
3
4
5
ds
t

Verifikasi :

4.

Area pemantauan

: Prosedur bedah

Indikator yang dipantau :


Judul

Kesesuaian Diagnosa Medik Pre dan Post Operasi

Tujuan

Mengetahui ketepatan penegakan diagnosa pre operasi oleh dokter ahli bedah
dengan harapan menghindari kesalahan diagnosis

Definisi
Operasional

Kesesuaian Diagnosa Medik Pre dan Post Operasi adalah keselarasan antara
diagnosa yang ditegakkan sebelum dan setelah tindakan operasi yang diukur
dengan jumlah pasien. Kesesuaian ini tidak termasuk diagnose banding, dengan
memfokuskan pada pasien operasi elektif dan tidak menggunakan pasien dengan
tindakan operasi yang bertujuan untuk diagnostik.

Alasan Dan
Implikasi

Ketidak selarasan diagnosa sebelum dan setelah tindakan operasi mengindikasikan


kesalahan diagnosis dan kesalahan prosedur operasi.

Formula

Jumlah pasien dengan tindakan operasi yang diagnosa pre op sesuai dengan
diagnosa post op dalam 1 bulan : Jumlah seluruh pasien dengan tindakan operasi
pada periode yang sama x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien dengan tindakan operasi yang diagnosa pre op sesuai dengan
diagnosa post op dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien dengan tindakan operasi pada periode yang sama

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien dengan tindakan operasi elektif

Kriteria
Eksklusi

Pasien dengan tindakan operasi yang bertujuan untuk diagnostik


Pasien batal atau tunda tindakan operasi
Pasien dengan tindakan operasi emergency

Pencatatan

Setiap hari kerja, oleh staf Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK WA

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK WA

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS), Kepala OK WA

Area

Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK WA

Pic

Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS), Kepala OK WA

N
O

TANGGAL

Format Pencatatan
Contoh
NAMA

NO.

PASIEN

RM

1
1
2
d
st

JENIS
PEMERIKS
AN
RADIOLOGI

JAM PASIEN
DI FOTO
(Pk. __.__WIB)

JAM HASIL
DENGAN
EKSPERTISI
DITERIMA
PASIEN
(Pk. __.__WIB)

RENTANG
WAKTU
KOLOM 6 &
7 (menit)

KE
T

Verifikasi :

5.

Area pemantauan

: Penggunaan antibiotik dan obat-obatan lain

Indikator yang dipantau :


Judul

Penulisan Resep Obat yang Tidak Sesuai Formularium oleh Dokter

Tujuan

Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien

Definisi
Operasional

Penulisan resep obat yang tidak sesuai formularium oleh Dokter adalah jumlah item
(bukan jumlah pcs) nama/jenis obat yang ditulis dalam KIO/resep obat yang tidak
sesuai dengan formularium rumah sakit. Fomularium obat adalah daftar obat yang
digunakan di rumah sakit yang telah ditetapkan jumlah item nama/jenis obat

Alasan Dan
Implikasi

Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu
rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sah dan
kebutuhan pasien di rumah sakit.

Formula

Jumlah item obat yang tidak sesuai daftar formularium yang diorder dalam KIO
setiap pasien dalam 1 bulan (buah) : Jumlah seluruh item obat yang diorder dalam
KIO setiap pasien pada periode yang sama x 100% = ___%

Numerator

Jumlah item obat yang sesuai daftar formularium yang diorder dalam KIO setiap
pasien dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh item obat yang diorder dalam KIO setiap pasien dalam 1 bulan

Target

20%

Kriteria
Inklusi

Seluruh item obat yang diorder dalam KIO setiap pasien

Kriteria
Eksklusi

Resep obat yang ditunda

Pencatatan

Setiap hari kerja, dengan purposive sampling setiap order obat harus diperiksa, oleh
staf Instalasi Farmasi, apabila ada item obat yang tidak sesuai maka dicatat sebagai
insiden

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Farmasi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Farmasi

Area

Instalasi Farmasi

Pic

Kepala Instalasi Farmasi

Format Pencatatan
Contoh
TANGGAL

N
O

1
2
3

6.

Area pemantauan

NAMA
PASIEN

NO. RM

JUMLAH SELURUH ITEM


OBAT YANG DIORDER
DALAM KIO
5

JUMLAH OBAT YANG


TIDAK SESUAI
FORMULARIUM

NAMA OBAT YANG


TIDAK SESUAI
FORMULARIUM

: Kejadian salah obat dan near miss

Indikator yang dipantau :


Judul

Kesalahan Dispensing Obat oleh Farmasi

Tujuan

Tergambarnya Insiden KPRS Nyaris Cedera Kesalahan Dispensing Obat oleh


Farmasi, sehingga tidak menimbulkan cidera kepada pasien yang harus
teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien.

Definisi
Operasional

Kesalahan dispensing obat meliputi: salah dalam memberikan jenis obat, salah
dalam memberikan dosis, salah orang, dan salah jumlah. Apabila terjadi, insiden ini
harus teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien (saat distribusi ke
ruangan pasien) untuk menghindari cedera kepada pasien.

Alasan Dan
Implikasi

Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien dengan kebijakan Instalasi


Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya tentang Keselamatan Pasien
yang meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC),
Kejadian Sentinel, dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker dan
tenaga farmasi, pasien dan keluarga jika terjadi insiden.

Formula

Jumlah Kesalahan Dispensing Obat oleh Farmasi dalam 1 bulan : Jumlah komulatif
obat yang diorder dalam KIO setiap pasien pada periode yang sama x 100% : ___%

Numerator

Jumlah Kesalahan Dispensing Obat oleh Farmasi dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah komulatif obat yang diorder dalam KIO setiap pasien pada periode yang
sama

Target

0%

Kriteria
Inklusi

Seluruh obat yang diorder dalam KIO setiap pasien

Kriteria
Eksklusi

Resep obat yang ditunda

KET

Pencatatan

Setiap hari, dengan purposive sampling untuk setiap insiden yang dicatat oleh staf
Instalasi Rawat Inap

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Rawat Inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

Area

Instalasi Rawat Inap

Pic

Kepala Instalasi Farmasi

N
O

TANGGAL

Format pencatatan
Contoh

1
2
1
2
3
4
Verifikasi :

7.

Area pemantauan

NAMA

NO.

PASIEN

RM

JUMLAH
SELURUH
OBAT
YANG
DIORDER
DALAM KIO
5

JUMLAH
OBAT YANG
DISTRIBUSI
NYA SESUAI
ORDER

JUMLAH
OBAT YANG
TIDAK SESUAI
ORDER

NAMA OBAT
YANG TIDAK
SESUAI
ORDER

: Penggunaan anestesi dan sedasi

Indikator yang dipantau :


Judul

Kejadian de-saturasi O2 pada saat durante operasi pasien dengan General


Anasthesi

Tujuan

Mengetahui kemampuan dokter anesthesi dalam melaksanakan prosedur


pemantauan pasien General Anesthesi selama durante operasi, untuk menghindari
insiden keselamatan pasien dalam hal anethesi.

Definisi
Operasional

Kejadian de-saturasi O2 pada saat durante operasi pasien dengan General


Anasthesi adalah kejadian penurunan nilai saturasi O2 sampai dibawah nilai normal
(<90%) selama waktu antara intubasi dan ekstubasi pada pasien General Anasthesi.

Alasan Dan
Implikasi

Mencegah terjadinya hipoksia jaringan saat perioperative. Kemampuan dokter


anasthesi untuk memantau saturasi oksigen sangan diperlukan untuk memastikan
jalannya operasi aman bagi pasien.

Formula

Jumlah kejadian de-saturasi O2 pada saat durante operasi pasien dengan General
Anasthesi dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien operasi dengan General Anasthesi
pada periode yang sama (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah kejadian de-saturasi O2 pada saat durante operasi pasien dengan General
Anasthesi dalam 1 bulan

KE
T
9

Jumlah pasien operasi dengan General Anasthesi pada periode yang sama

Target

6%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien operasi dengan General Anasthesi

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang telah mengalami de-saturasi O2 sejak pra-operasi

Pencatatan

Setiap hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu), oleh staf Instalasi Bedah Sentral
(IBS), OK IRD, OK WA

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan oleh staf Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK IRD, OK WA

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan oleh Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK IRD, OK WA

Area

Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK IRD, OK WA

Pic

Kepala Instalasi Bedah Sentral (IBS), Kepala OK IRD, Kepala OK WA

Format
pencatatan
Contoh

N
O
1
1
2
3
4

TANGGA
L

Denominator

NAMA
PASIEN

NO.
RM

TINDAKAN
OPERASI

JAM PASIEN
DIINTUBASI
(Pk. __.__WIB)

KEJADIAN DESATURASI 02
(ya/tidak)

JAM PASIEN
DIEKSTUBA
SI
(Pk. __.__WIB)

KET

Verifikasi :

8.

Area pemantauan

: Penggunaan darah dan produk darah

Indikator yang dipantau :


Judul

Kejadian reaksi transfusi pada saat kegiatan transfusi darah

Tujuan

Tergambarnya manajemen risiko pada UTD

Definisi
Operasional

Reaksi transfusi akibat transfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi
akibat transfusi darah dalam bentuk :
1. Reaksi alergi
2. Infeksi akibat transfuse

3. Hemolisis akibat golongan darah tidak sesuai


4. Gangguan sistem imun sebagai akibat pemberian transfusi darah.
Reaksi ini dinyatakan terjadi pada saat 1 jam pertama sejak pemberian darah
Alasan Dan
Implikasi

Unit Transfusi Darah bertanggung jawab terhadap pelayanan transfusi darah di


Rumah Sakit dan melakukan pemeriksaan crossmatch sebelum darah diberikan
kepada Pasien. Unit ini harus selalu memiliki stock darah yang telah aman (non
reaktif pada uji saring) yang berasal dari UTD setempat. UTD-RS yang memilki
tanggung jawab menyiapkan darah aman yang berasal dari donor darah sukarela
yang memiliki resiko rendah terhadap penyakit infeksi serta melakukan pemeriksaan
uji saring.

Formula

Jumlah kegiatan transfusi darah yang mengakibatkan kejadian reaksi transfusi pada
saat transfusi darah dalam 1 bulan (kantong) : Jumlah kegiatan transfusi darah
pada periode yang sama (hitung per-kantong) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah kegiatan transfusi darah yang mengakibatkan kejadian reaksi transfusi pada
saat transfusi darah dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah kegiatan transfusi darah (hitung per-kantong) pada periode yang sama

Target

0.01%

Kriteria
Inklusi

Pasien yang dilakukan transfusi darah

Kriteria
Eksklusi

Pencatatan

Setiap ada pasien transfusi (total sampling), oleh staf perawatan pasien dengan
format apabila terjadi reaksi transfusi

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf UTD

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala UTD

Area

Seluruh area perawatan pasien yang dilakukan transfusi

Pic

Kepala UTD

N
O

1
1
2
3

TANGGAL

Format
pencatatan
Contoh
NAMA
PASIE
N

NO.
RM

JENIS
TRANSFU
SI
5

KANTO
NG KE-

REAKSI
TRANSFUSI
SAAT
TRANSFUSI
(ya/tidak)
7

JIKA ADA
REAKSI
TRANSFUSI
DILAKUKAN
PELAPORAN
KE UTD
(ya/tidak)
8

KET
JENIS
REAKSI
9

4
5
ds
t
Verifikasi :

9.

Area pemantauan

: Ketersediaan, isi, dan penggunaan rekam medis

Indikator yang dipantau :


Judul

Kelengkapan Pengisian Rekam Medik 24 jam Sejak Setelah Selesai Pelayanan


Rawat Inap

Tujuan

Tergambarnya tanggung jawab staf medis dalam kelengkapan informasi rekam


medik

Definisi
Operasional

Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang lengkap diisi oleh staf medis
yang meliputi : identitas pasien, anamesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan,
tindak lanjut, dan resume (dinyatakan lengkap/tidak lengkap oleh petugas IRM).
Rekam medik harus disetor ke IRM selambat-lambatnya 24 jam setelah selesai
pelayanan rawat inap

Alasan Dan
Implikasi

Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, maka tertib administrasi tidak akan
berhasil. Sehingga kelengkapan rekam medis harus dipastikan dan dipatuhi untuk
dilaksanakan.

Formula

Jumlah rekam medik yang lengkap diisi oleh staf medis dalam 24 jam dalam 1 bulan
(orang) : Jumlah pasien yang dinyatakan telah selesai pelayanan rawat inap pada
periode yang sama x 100% = ___%

Numerator

Jumlah rekam medik yang lengkap diisi oleh staf medis dalam 24 jam dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien yang dinyatakan telah selesai pelayanan rawat inap pada periode
yang sama

Target

80%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang dinyatakan telah selesai pelayanan rawat inap

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling, oleh Staf Instalasi Rekam Medik

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Staf Instalasi Rekam Medik

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Staf Instalasi Rekam Medik

Area

Instalasi Rekam Medik

Pic

Kepala Instalasi Rekam Medik

NO

TANGGA

Format pencatatan
Contoh

NAMA

NO.

PASIEN

RM

DIVISI DPJP

RUANG
PERAWATAN

KELENGKAPAN
(lengkap/tidak

DIKIRIM 24 JAM
SELETAH BPL

lengkap)

1
2
3
4
5
11

Verifikasi :

10.

Area pemantauan

KET

(ya/tidak)

: Pencegahan dan pengendalian, pengawasan dan pelaporan infeksi

Indikator yang dipantau :


Judul

Insiden Rate Healthcare Associated Infections (HAIs)

Tujuan

Tergambarnya manajemen pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

Definisi
Operasional

Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah adalah infeksi yang terkait dengan
pemberian pelayanan kesehatan di setiap institusi pelayanan kesehatan (misalnya,
rumah sakit, fasilitas pusat kesehatan masyarakat, rawat jalan, dan perawatan
keluarga / komunitas). HAIs didefinisikan sebagai infeksi lokal atau sistemik yang
dihasilkan dari reaksi yang merugikan keberadaan agen menular atau toksin, yang
muncul 48 jam masa perawatan. HAIs terdiri dari, IADP, VAP, HAP, IDO dan ISK
(penjelasan masing-masing indikator terlampir)

Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil


kesehatan harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen
awal HAIs dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011).
Surveilans HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh
Konsorsium Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada
sebanyak 155.358 pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena
sentral (CVC) adalah 7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP
juga jauh lebih tinggi; 13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK

adalah 6,3 per 1.000 hari pemasangan kateter urine.


Formula

Jumlah pasien dengan insiden HAIs terdiri dari, IADP, VAP, HAP, IDO dan ISK
dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien yang berisiko mendapatkan HAIs pada
periode yang sama (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien dengan insiden HAIs terdiri dari, IADP, VAP, HAP, IDO dan ISK
dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien yang berisiko mendapatkan HAIs pada periode yang sama

Target

1,5%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang berisiko HAIs yang masuk ke rumah sakit

Kriteria
Eksklusi

Pencatatan

Teknis sampling terlampir

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Komite PPI-RS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Komite PPI-RS

Area

Area terlampir

Pic

Ketua Komite PPI-RS

Format
pencatatan

Terlampir

11.

Area pemantauan

: Penelitian klinis

Indikator yang dipantau :


Judul

Evaluasi kelengkapan informed consent yang dilaksanakan untuk setiap


penelitian klinis

Tujuan

Tergambarnya kegiatan evaluasi kelengkapan informed consent penelitian klinis


yang memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pasien

Definisi
Operasional

Penelitian klinis adalah penelitian yang menjadikan pasien sebagai subjek penelitian
melalui intervensi klinik sesuai penelitian.
Setiap penelitian klinis harus dilakukan informed consent oleh rumah sakit dengan
format rumah sakit, untuk memastikan subjek penelitian pasien mengetahui bahwa :
1. Sebelum dijadikan subjek penelitian, pasien diberikan penjelasan bahwa pasien
boleh menolak menjadi subjek penelitian
2. Sebelum dijadikan subjek penelitian, pasien diberikan penjelasan boleh
mengundurkan diri pada saat penelitian berlangsung, yang tidak akan
berdampak terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
3. Apabila pasien menyetujui untuk dijadikan subjek penelitian maka, pasien
harus diberikan informasi :
a. Keterangan siapa orang yang meneliti

b. Maksud dan tujuan penelitian


c. Prosedur kerja penelitian
d. Efek samping penelitian
e. Risiko penelitian
f. Tindak lanjut jika terjadi insiden saat dilaksanakan penelitian
g. Pernyataan persetujuan pasien untuk digunakan sebagai subjek penelitian
Informed consent dinyatakan lengkap jika seluruh (100%) elemen disampaikan
kepada setiap pasien yang akan dilaksanakan penelitian klinis, dengan melihat
dokumen checklist yang dilakukan oleh peneliti.
Alasan Dan
Implikasi

Penelitian yang menjadikan pasien sebagai subjek penelitian melalui intervensi klinik
sesuai penelitian memungkinkan terjadinya cedera pada pasien, sehingga rumah
sakit berkewajiban untuk memastikan penelitian klinis tersebut aman bagi pasien,
serta memberikan informasi yang lengkap melalui informed consent oleh rumah sakit
dengan format rumah sakit.

Formula

Jumlah pasien yang dilaksanakan informed consent dengan lengkap dalam 1 bulan
(orang) : Jumlah seluruh pasien yang dilaksanakan penelitian klinis pada periode
yang sama (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien yang dilaksanakan informed consent dengan lengkap dalam 1 bulan
(orang) dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang dilaksanakan penelitian klinis pada periode yang sama

Target

80%

Kriteria
Inklusi

penelitian yang menjadikan pasien sebagai subyek penelitian melalui intervensi


klinik

Kriteria
Eksklusi

Penelitian yang bersifat survey/observasi dan tidak melaksanakan intervensi pasien


secara klinis

Pencatatan

Setiap ada penelitian klinis (total sampling)

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Bagian Diklit

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Bagian Diklit

Area

Semua area klinik

Pic

Ka. Bagian Diklit

N
O

TANGGA
L

Format Pencatatan
Contoh

1
2
1
2
d
st
Verifikasi :

NAMA
PENELI
TI/
INSTIT
USI
3

NO. IJIN
PENELI
TIAN

JUDUL
PENELITIA
N

JENIS
INTERVENS
I PASIEN

Nama Pasien
Yang
dilibatkan/
Unit

Tingkat
Pemaham
an (___%)

K
E
T

II.2 Indikator Manajerial


1. Area pemantauan

: Pengadaan suplai serta obat-obatan penting bagi pasien yang


dibutuhkan secara rutin
Indikator yang dipantau :

Judul

Kekosongan stok obat esensial

Tujuan

Tergambarnya mutu menejemen obat dengan ketersediaan stok obat esensial


rumah sakit

Definisi
Operasional

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis, therapi dan rehabilitasi yang
diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya.

Alasan Dan
Implikasi

Tingkat kekosongan ini merupakan alat ukur untuk mengetahui menejemen obat
yang dilaksanakan di rumah sakit. Apabila obat esensial telah dapat dipenuhi oleh
rumah sakit maka keterlambatan pelayanan obat tidak akan terjadi.

Formula

Jumlah obat esensial yang stoknya kosong dalam 1 bulan (pcs) : Jumlah obat
esensial yang seharusnya tersedia pada periode yang sama (pcs) x 100%= ___%

Numerator

Jumlah obat esensial yang stoknya kosong tersedia dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah obat esensial yang seharusnya tersedia pada periode yang sama

Target

0%

Kriteria
Inklusi

Seluruh resep obat esensial

Kriteria
Eksklusi

None

Pencatatan

Setiap bulan dengan total sampling, oleh staf Instalasi Farmasi

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Farmasi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Farmasi

Area

Instalasi Farmasi

Pic

Kepala Instalasi Farmasi

Format Pencatatan
Contoh
NO

JUMLAH OBAT ESENSIAL

TANGGAL

NAMA OBAT ESENSIAL

YANG KOSONG

YANG KOSONG

JUMLAH OBAT
ESENSIAL
(DENOMINATOR)

KE
T

1
2
3
4
5
6
dst

2. Area pemantauan

: Pelaporan kegiatan, seperti diatur oleh undang-undang dan


peraturan
Indikator yang dipantau :

Judul

Ketepatan Waktu Pengiriman Laporan Bulanan Ke Kementerian Kesehatan RI

Tujuan

Tergambarnya ketepatan waktu pengiriman laporan sesuai dengan standar


Kementerian Kesehatan setiap tanggal 15 bulan berikutnya

Definisi
Operasional

Jumlah laporan bulanan yang dapat dikirim tepat waktu (setiap tanggal 15 bulan
berikutnya) ke Kementerian Kesehatan RI
Laporan yang dikirim setiap bulan ke Kementerian Kesehatan RI yaitu :
1. Laporan RL 5 : Data Bulanan Kegiatan Rumah Sakit
2. Laporan Bulanan Jamkesmas

Alasan Dan
Implikasi

Ketepatan waktu pengiriman laporan merupakan kewajiban setiap rumah sakit untuk
memberikan data kepada Kementerian Kesehatan RI. Sebagai bahan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada unit kerja masing-masing.

Formula

Jumlah Laporan terkirim pada tgl 15 (pcs) : Jumlah Laporan yang harus terkirim
pada tgl 15 (pcs) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah Laporan Bulanan yang terkirim pada tanggal 15 bulan berikutnya

Denominator

Jumlah Laporan Bulanan yang harus terkirim pada tanggal 15 bulan berikutnya

Target

100 %

Kriteria
Inklusi

Laporan yang dikirim setiap bulan ke Kementerian Kesehatan RI yaitu :


Laporan RL 5 : Data Bulanan Kegiatan Rumah Sakit

Laporan Bulanan Jamkesmas


Kriteria
Eksklusi

Pencatatan

Tanggal pengiriman laporan bulanan yang diupload/ yang tercatat di buku


ekspedisi, oleh staf Bagian Perencanaan dan Evaluasi

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Bagian Perencanaan dan Evaluasi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi

Area

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Pic

Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi

Format
Pencatatan
Contoh

3. Area pemantauan

NO

NAMA LAPORAN

TANGGAL PENGIRIMAN
LAPORAN

KET

1
1
2
3
4
dst

: Manajemen resiko

Indikator yang dipantau :


Judul

Kegiatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dilaksanakan dan


ditindaklanjuti

Tujuan

Tergambarnya kepedulian administrasi rumah sakit dalam menganalisa faktor resiko


yang telah teridentifikasi. Untuk mengetahui ketersediaan laporan Failure Mode and
Effect Analisys (FMEA) yang ditindak lanjuti

Definisi

FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah metode perbaikan kinerja dengan

Operasional

mengidentifikasi dan mencegah potensial kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut di


design untuk meningkatkan keselamatan pasien. Hal ini merupakan langkah pro aktif
dimana kegagalan dapat dicegah dan diprediksi.

Alasan Dan
Implikasi

Program perbaikan pelayanan kesehatan yang dapat bertahan lama dan dapat
mengurangi kemungkinan kegagalan hanya dapat dicapai melalui perbaikan sistem.
Failure mode and effects analysis (FMEA) merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan. FMEA
merupakan teknik yang berbasis tim, sistematis, dan proaktif yang digunakan untuk
mencegah permasalahan dari proses atau produk sebelum permasalahan tersebut
muncul/terjadi. FMEA dapat memberikan gambaran tidak hanya mengenai
permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin terjadi namun juga mengenai
tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.

Formula

Tidak ada

Numerator

Tidak ada

Denominator

Tidak ada

Target

Dalam 1 tahun Minimal 1 laporan FMEA dan Tindak lanjut

Kriteria
Inklusi

Tidak ada

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Tidak ada

Rekapitulasi
Unit

Tidak ada

Analisa &
Pelaporan

Terlampir dalam laporan FMEA

Area

RSUP H. Adam Malik Medan

Pic

Kepala Tim Risk Management

Format
Pencatatan

Sesuai ketentuan pembuatan laporan FMEA

4. Area pemantauan

: Manajemen penggunaan

Indikator yang dipantau :


Judul

Catatan Pemakaian alat CT-Scan, untuk CT-Scan kepala dalam proses


penegakan diagnose pasien yang dilaksanakan di Unit Radiologi

Tujuan

Mengetahui menejemen utilisasi alat rumah sakit yang efektif dan efisien

Definisi
Operasional

Catatan pemakaian alat CT-Scan adalah angka yang menunjukkan jumlah


pemakaian alat CT-Scan sesuai dengan indikasi dan urgensi keperluan penggunaan
alat CT-Scan. Alat CT-Scan yang digunakan memang benar-benar sesuai dengan

indikasi perawatan yang dibutuhkan untuk melihat gambaran yang lebih baik dari
foto konvensional. Dalam pengukuran indikator ini akan difokuskan untuk CT-Scan
kepala dalam proses penegakan diagnose pasien yang dilaksanakan di Unit
Radiologi.
Alasan Dan
Implikasi

Catatan pemakaian alat CT-scan ini harus dipantau untuk mengurangi unit cost
pengeluaran rumah sakit, sehingga sumber daya rumah sakit dapat dihemat secara
efektif dan efisien.

Formula

Jumlah pemeriksaan CT-Scan kepala yang dicatat sesuai dengan indikasi dan
urgensi pasien

Numerator

Jumlah seluruh pemeriksaan CT-Scan Kepala pada periode survey

Denominator

Jumlah pemeriksaan CT-Scan kepala yang dicatat sesuai dengan indikasi dan
urgensi pasien (kali) : Jumlah seluruh pemeriksaan CT-Scan Kepala (kali) x 100% =
___%

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang dilaksanakan pemeriksaan CT-Scan kepala

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Setiap hari kerja, oleh staf Instalasi Radiologi, dengan total sampling

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf Instalasi Instalasi Radiologi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Radiologi

Area

Instalasi Radiologi (Sentral dan IGD)

Pic

Kepala Instalasi Radiologi

N
O

TANGGA
L

Format pencatatan
Contoh

1 2
1
2
3
d

NAMA
PASIEN

NO.
RM

UNIT/DOKTER YANG
MEMBUAT
PERMINTAAN CTSCAN KEPALA

DIAGNOSA

CATATAN
PEMAKAIAN
KESESUAIAN
INDIKASI
(YA/TIDAK)

KE
T

st
Verifikasi :

5. Area pemantauan

: Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga pasien

Indikator yang dipantau :


Judul

Kepuasan Pelanggan

Tujuan

Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan Rumah sakit berdasarkan


elemen elemen tingkat kepuasan pelanggan yang ditetapkan.

Definisi
Operasional

Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan


Rumah Sakit dengan indeks kepuasan 3 berdasarkan elemen elemen tingkat
kepuasan pelanggan yang ditetapkan.
Pelanggan yang dimaksud adalah pasien dewasa yang telah dirawat inap minimal
tiga hari, tanpa diit khusus dan pulang hidup setiah hari Senin dan Kamis.

Alasan Dan
Implikasi

Kepuasan pelanggan menggambar kan kualitas pelayanan yang diberikan. Kualitas


harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi pelanggan
(Kotler, 1994). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan
sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkanberdasarkan sudut
pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa
merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Formula

Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan rumah sakit (indeks
kepuasan 3) dalam 1 bulan (orang) : Jumlah seluruh pasien yang disurvey dalam
periode yang sama (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan rumah sakit (indeks
kepuasan 3) dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang disurvey dalam periode yang sama

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Pasien dewasa (umur 21 tahun)


Pasien telah dirawat inap minimal tiga hari
Pasien tanpa diit khusus
Pasien pulang hidup setiap hari Senin dan Kamis

Kriteria
Eksklusi

Penunggu pasien
Keluarga pasien
Pasien dengan gangguan jiwa
Pasien pulang meninggal

Pencatatan

Pencatatan dilaksanakan dengan total sampling sesuai kriteria inklusi, dilakukan


oleh staf perawat rawat inap setiap hari Senin dan Kamis

Rekapitulasi
Unit

Pengumpulan data dilaksanakan oleh setiap instalasi rawat inap, kemudian


dilaksanakan rekapitulasi oleh P3 setiap bulan

Analisa &
Pelaporan

Analisa dan pelaporan dilaksanakan oleh P3

Area

Seluruh area rawat inap

Pic

Ka Sub Bag P3

Format pencatatan
N
O

TANG
GAL

Contoh
KODE RESP

AREA

NILAI INDEKS
KEPUASAN

KETERANGAN
(puas/tidak puas)

1
2
1
2
3
dst
Verifikasi

6. Area pemantauan

: Harapan dan kepuasan staf

Indikator yang dipantau :


Judul

Kepuasan Pegawai (menggunakan Two Factor Teory Hygiene dan Motivasi

Tujuan

Tergambarnya persepsi pegawai terhadap elemen Two Factor Teory Hygiene dan
Motivasi

Definisi
Operasional

Kepuasan pegawai adalah pernyataan puas oleh pegawai terhadap elemen Two
Factor Teory Hygiene dan Motivasi yang ditetapkan rumah sakit dengan indeks
kepuasan 3. Pegawai yang dimaksud adalah pegawai yang telah bekerja minimal
1 tahun, tidak sedang cuti, dan secara aktif masih bekerja di RSUP Sanglah
Denpasar.

Alasan Dan
Implikasi

Kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan mereka


terhadap pekerjaan. Apabila dalam lingkungan kerja seorang karyawan tidak
mendapatkan apa yang diharapkan diantarannya peluang promosi yang adil,
pendapatan yang baik, rekan kerja dan atasan yang menyenangkan serta kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri maka dapat dipastikan kinerja karyawan akan
buruk(Timmreck, 2001).

Formula

Jumlah pegawai yang menyatakan puas terhadap elemen elemen tingkat


kepuasan pegawai yang ditetapkan rumah sakit (indeks kepuasan 3) dalam 1
tahun (orang) : Jumlah seluruh pegawai yang disurvey dalam periode yang sama
(orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pegawai yang menyatakan puas terhadap elemen elemen tingkat


kepuasan pegawai yang ditetapkan rumah sakit (indeks kepuasan 3) dalam 1
tahun

Denominator

Jumlah seluruh pegawai yang disurvey dalam periode yang sama

Target

90%

Kriteria
Inklusi

1. Pegawai yang telah bekerja minimal 1 tahun


2. Pegawai yang secara aktif masih bekerja di RSUP H. Adam Malik Medan

Kriteria
Eksklusi

1. Pegawai yang sedang cuti


2. Pegawai yang sedang tugas belajar
3. Pegawai yang sedang sakit

Pencatatan

Rekapitulasi dilaksanakan oleh staf pegawai SDM pada Bulan Januari tahun
berikutnya. Jumlah sampel digunakan adalah dengan proporsi minimal 15 % dari
keseluruhan populasi pegawai di RSUP Sanglah

Rekapitulasi
Unit

Rekapitulasi dilaksanakan oleh staf pegawai SDM pada Bulan Januari tahun
berikutnya

Analisa &
Pelaporan

Analisa dan pelaporan dilaksanakan Kepala Bagian SDM, maksimal terselesaikan


tanggal 30 bulan Januari tahun berikutnya sebagai laporan tahun sebelumnya.

Area

Seluruh area RSUP H. Adam Malik Medan

Pic

Kepala Bagian SDM

TANGGA

NO

Format
pencatatan
Contoh

KODE RESP

AREA

NILAI INDEKS
KEPUASAN

KETERANGAN
(puas/tidak puas)

1
2
3
4
dst
Verifikasi

7. Area pemantauan

: Demografi dan diagnosis klinis pasien

Indikator yang dipantau :


Judul

Identifikasi pasien potensial wabah berdasarkan alamat tempat tinggal

Tujuan

Tergambarnya distribusi penyakit potensial wabah berdasarkan alamat tempat


tinggal untuk dapat dilaksanakan pelaporan dengan cepat dan tindak lanjut

Definisi
Operasional

Diagnosa penyakit potensial wabah adalah penyakit yang mempunyai resiko


menjadi pandemi dan atau endemi terkait dengan demografi pasien atau tempat
terjadinya kasus.

Alasan Dan
Implikasi

Pencatatan yang regular sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada unit
kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan preventif untuk mengurangi
penyebaran wabah yang dapat terjadi.

Formula

Tidak ada

Numerator

Tidak ada

Denominator

Tidak ada

Target

Tidak ada

Kriteria
Inklusi

Penyakit yang mempunyai resiko menjadi pandemi dan atau endemi

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Setiap hari, total sampling, oleh staf RM

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan oleh staf RM

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan oleh Kepala Instalasi Rekam Medis

Area

Instalasi Rekam Medis

Pic

Kepala Instalasi Instalasi Rekam Medis

N
O
1

TANG
GAL

Format pencatatan
Dapat digunakan untuk kasus DHF, Rabies, Dll
NAMA
PASIEN

NO.
RM

DIAGNOSA

TANGGAL
MRS

TANGGAL
KRS

ASAL
KABUPATEN

KET

1
2
3
7
ds
t

Verifikasi :

8. Area pemantauan

: Manajemen keuangan

Indikator yang dipantau :


Judul

Cash Ratio

Tujuan

Mengetahui tingkat likuiditas rumah sakit

Definisi
Operasional

Perbandingan kas dan setara kas dengan kewajiban lancar

Alasan Dan

Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada

Implikasi

akhir tahun

Formula

Cash dan cash equivalent : Current Liabilities x 100%

Numerator

Cash dan cash equivalent

Denominator

Current Liabilities

Target

35%

Kriteria
Inklusi

Tidak ada

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Setiap pelaporan keuangan oleh Direktorat Keuangan

Rekapitulasi
Unit

Setiap triwulan, semesteran dan tahunan oleh Direktorat Keuangan

Analisa &
Pelaporan

Setiap triwulan, semesteran dan tahunan oleh Direktorat Keuangan

Area

Finansial

Pic

Direktorat Keuangan

Recording Format

NO

PERIODE

CASH + BANK

CURRENT LIABILITIES

CASH RATIO (%)

KET

1
2
3
4
dst
Verifikasi

9. Area monitoring

: Pencegahan dan pengendalian peristiwa yang membahayakan


keselamatan pasien, keluarga pasien, dan staf
Indikator yang dipantau :

Judul

Peralatan ukur medis yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
kalibrasi BKFK

Tujuan

Tergambarnya pemeliharaan akurasi alat ukur medis untuk keselamatan pasien

Definisi

Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan alat ukur oleh
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sesuai standar waktu yang

Operasional

ditentukan.

Alasan Dan
Implikasi

Kalibrasi ini perlu dilaksanakan untuk memastikan agar alat ukur medis memiliki
fungsi yang baik, sebelum digunakan untuk melayani pasien, guna menghindari halhal yang tidak diinginkan.

Formula

Jumlah peralatan ukur medis yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
kalibrasi BKFK dalam 1 tahun (pcs) : Jumlah seluruh peralatan ukur medis dalam 1
tahun (pcs) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah peralatan ukur medis yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan
kalibrasi BKFK dalam 1 tahun

Denominator

Jumlah seluruh peralatan ukur medis dalam 1 tahun

Target

80%

Kriteria
Inklusi

Seluruh alat ukur medis yang dipakai untuk pasien

Kriteria
Eksklusi

Alat ukur medis yang rusak dan/atau sedang afkir/perbaikan

Pencatatan

Tidak ada

Rekapitulasi
Unit

Tidak ada

Analisa &
Pelaporan

Setiap 1 tahun oleh Kepala IPSMNP

Area

IPSMNP

Pic

Kepala IPSMNP

Recording
Format

Sesuai instrument IPSMNP

10. Area monitoring

: Pencegahan dan pengendalian peristiwa yang membahayakan


keselamatan pasien, keluarga pasien, dan staf
Indikator yang dipantau :

Judul

Respon time perbaikan temuan hospital tour untuk kerusakan ringan

Tujuan

Tergambarnya usaha rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan observasi keliling


untuk mengetahui dan menindaklanjuti kerusakan fasilitas di rumah sakit

Definisi
Operasional

Hospital tour adalah kegiatan bulanan yang dilakukan oleh menejemen IPSPGS
untuk melaksanakan pemantauan kerusakan fasilitas yang berada di rumah sakit.
Kerusakan ringan merupakan jenis kerusakan yang dapat dilaksanakan perbaikan
dengan cepat. Tindak lanjut kerusakan ringan dilaksanakan sesegera mungkin,
selambat-lambatnya selesai dalam waktu satu bulan setelah hospital tour bulan
sebelumnya.

Alasan Dan
Implikasi

Respon time yang baik terhadap kerusakan fasilitas yang ringan akan
menggambarkan tanggung jawab rumah sakit untuk menyediakan lingkungan aman
dan nyaman bagi pelanggan.

Formula

Jumlah kerusakan ringan yang ditemukan bulan yang lalu diperbaiki tepat waktu (1
bulan) (pcs) : Jumlah seluruh kerusakan ringan yang ditemukan saat hospital tour
bulan yang lalu (pcs) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah kerusakan ringan yang ditemukan bulan yang lalu diperbaiki tepat waktu (1
bulan)

Denominator

Jumlah seluruh kerusakan ringan yang ditemukan saat hospital tour bulan yang lalu

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Kerusakan ringan :
1. Fasilitas gedung (lantai, tembok, wastafle, WC)
2. Fasilitas perlengkapan kantor (meja, kursi, lemari, pintu, kunci)
3. Fasilitas Instalasi listrik (lampu, akses listrik)

Kriteria
Eksklusi

Kerusakan sedang

Pencatatan

Tidak ada

Rekapitulasi
Unit

Tidak ada

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan oleh Kepala IPSPGS

Area

IPSPGS

Pic

Kepala IPSPGS

Recording
Format

Sesuai instrument IPSPGS

Kerusakan berat

II.3 Indikator Sasaran Internasional Keselamatan Pasien


1. Area monitoring

: Mengindetifikasi pasien dengan benar

Indikator yang dipantau :


Judul

Persentase pelaksanaan standar identifikasi pasien pada pemberian identitas


pasien untuk pasien rawat inap

Tujuan

Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien

Definisi
Operasional

Pelaksanaan standar identifikasi pasien pada pemberian identitas pasien untuk


pasien rawat inap merupakan kegiatan untuk memastikan identitas pasien dengan
menggunakan gelang identifikasi sebagai berikut :
Identitas pada gelang minimal dua informasi yaitu nama (dengan dua nama),
tanggal lahir dan nomor RM. Warna gelang identifikasi yaitu :
Biru : untuk pasien laki-laki
Pink : untuk pasien perempuan
Semua standar identitas pasien harus dilakukan dengan tepat dan benar, apabila
ada salah satu atau lebih elemen yang tidak dilaksanakan maka dinyatakan insiden
nyaris cedera.

Alasan Dan
Implikasi

Memperbaiki dan meningkatkan ketelitian identifikasi pasien pada saat


melaksanakan pelayanan atau pengobatan dan kesesuaian pelayanan atau
pengobatan kepada pasien.
Kesalahan identifikasi pasien diakui sebagai masalah yang terbesar di dalam
organisasi kesehatan. Kesalahan mengidentifikasi pasien merupakan salah satu
risiko paling serius terhadap keselamatan pasien.

Formula

Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan tepat dan benar dalam 1
bulan (pasien): Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan (pasien) x 100% =
___%

Numerator

Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan tepat dan benar dalam 1
bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien rawat inap

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Dilakukan dengan total sampling setiap hari, dengan melaksanakan supervisi


identitas pasien oleh kepala ruangan rawat inap untuk setiap pasien baru

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap

Area

Ruang rawat inap

Pic

Kepala Tim KP-RS

N
O

TANGGA
L

Recording
Format

1
2
1
2
3
4
5
d
st
Verifikasi :

2. Area monitoring

NAMA PASIEN
BARU

NO.RM

WARNA GELANG YANG


DIPAKAI SESUAI DENGAN
PASIEN (ya/tidak)

INFORMASI PADA GELANG


IDENTITAS TERDAPAT
MINIMAL 2 IDENTITAS
(ya/tidak)

: Meningkatkan komunikasi yang efektif

Indikator yang dipantau :


Judul

Kepatuhan prosedur pemberian obat pada instruksi verbal

Tujuan

Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dalam


prosedur pemberian obat pada instruksi verbal

Definisi
Operasional

Kepatuhan prosedur pemberian obat pada instruksi verbal yang dimaksud adalah
kesesuaian antara order dan tindakan ketika dilakukan instruksi verbal dengan
dilakukan read back dengan tepat dan benar untuk instruksi obat.
Prosedur Read back adalah kegiatan untuk memastikan setiap intruksi verbal agar
dilakukan dengan benar dan sesuai instruksi, melalui kegiatan membacakan kembali
instruksi; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dengan dibaca
ulang dan/atau dengan ejaan huruf apabila instruksi bersifat sound a like.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan stempel Read back pada catatan instruksi
dan pemberi instruksi harus segera menandatangi intruksi tersebut paling lambat
dalam 1x 24 jam

Alasan Dan
Implikasi

Instruksi verbal merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam pelayanan di


rumah sakit, kegiatan ini memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kesalahan instruksi
yang diterima, sehingga tindakan dapat membahayakan pasien. Prosedur Read
back adalah kegiatan untuk memastikan setiap intruksi verbal agar dilakukan
dengan benar dan sesuai instruksi

Formula

Jumlah prosedur pemberian obat pada instruksi verbal dilakukan prinsip read back
dengan tepat dan benar dalam 1 bulan (kali) : Jumlah seluruh instruksi verbal yang
terdokumentasi dalam 1 bulan (kali) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah prosedur pemberian obat pada instruksi verbal dilakukan prinsip read back
dengan tepat dan benar dalam 1 bulan

KET

Denominator

Jumlah seluruh instruksi verbal yang terdokumentasi dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh instruksi verbal yang terdokumentasi

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Hanya bisa surveilans (observasi dan check dokumen langsung) dengan purposive
sampling ketika ada kegiatan instruksi verbal yang memerlukan read back.
Dilakukan oleh kepala unit/ ruangan/ instalasi (dilakukan dengan cross monitoring
jika memungkinkan) setiap hari Senin pk. 08.00 10.00 WIB.

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan dilakukan oleh kepala unit/ ruangan/ instalasi

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan dilakukan oleh kepala unit/ ruangan/ instalasi

Area

Semua Area Klinis

Pic

Kepala Tim KP-RS

PROF

TANGGAL

Recording
Format
N

ESI

AREA

JUMLAH
INSTRUKSI
VERBAL
YANG
TERIDENTIFIKA
SI
5

JUMLAH
INSTRUKSI
VERBAL YANG
TELAH DI READ
BACK DENGAN
TEPAT DAN
BENAR
6

JUMLAH INSIDEN
KESALAHAN
PEMBERIAN OBAT
SOUND ALIKE

1
2
3
4
5
dst
Verifikasi :

3. Area monitoring

: Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

Indikator yang dipantau :


Judul

Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi

Tujuan

Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien untuk


labelisasi obat high alert

Definisi
Operasional

Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi yang dimaksud adalah
ketepatan pemberian label obat high alert sesuai dengan standar yang ditetapkan
rumah sakit dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien. Obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse event) yaitu :

E
T

A. Heparin injeksi
B. Kontras radiologi
C. Insulin injeksi
D. Dextrose 40%
E. KCL 7.64%
F. NaCl 3%
G. Natrium Bicarbonat
H. Ca. Gluconas
Label harus diisi pada obat-obat diatas pada bagian obat yang tidak menutupi
identitas obat. Apabila obat diatas tidak diberikan label high alert sesuai standar
maka harus dilaporkan sebagai KNC.
Obat hihg alert memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan insiden ketika tidak
dilakukan menejemen yang benar. Pemberian label adalah langkah pertama
mengidentifikasi obat high alert agar di diperlakukan sesuai dengan standar
keamanan yang berlaku.

Formula

Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi dalam 1 bulan
(pcs) : Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1 bulan (pcs) x 100 =
___%

Numerator

Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh prosedur pemberian obat high alert yang dilaksanakan

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Dilakukan dengan total sampling setiap hari, dengan melaksanakan supervisi label
obat high alert oleh kepala ruangan rawat inap untuk setiap obat high alert yang
diorder

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan dilakukan oleh kepala ruangan rawat inap

Area

Ruang rawat inap

Pic

Kepala Tim KP-RS

N
O

RUANGA
L

Recording
Format

TANGGA

Alasan Dan
Implikasi

1
2
3

Verifikasi :

JUMLAH OBAT HIGH


ALERT YANG DIBERIKAN
LABEL SESUAI STANDAR

JUMLAH OBAT HIGH


ALERT YANG DIPANTAU

NAMA OBAT HIGH ALERT


YANG TIDAK DIBERIKAN

KET

LABEL (KNC)

4. Area monitoring

: Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar
Indikator yang dipantau :

Judul

Kepatuhan pelaksanaan prosedur site marking pada pasien yang akan


dilakukan tindakan operasi

Tujuan

Tergambarnya kepedulian dan ketelitian operator bedah terhadap keselamatan


pasien sebelum tindakan operasi

Definisi
Operasional

Site marking yang dimaksud adalah tindakan pemberian tanda identifikasi khusus
untuk penandaan sisi kanan atau kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan
operasi dengan prosedur yang tepat dan benar. Prosedur site marking harus
dilakukan oleh dokter operator dengan penandaan sebagai berikut :

For left side


For right side
Alasan Dan
Implikasi

Surgical site marking yang tepat dan benar akan :


1. Meminimalkan resiko insiden salah tempat operasi
2. Meminimalkan risiko insiden prosedur yang salah yang dilakukan
3. Menginformasikan dan membimbing ahli bedah untuk melaksanakan operasi
dengan tepat dan benar sesuai rencana

Formula

Jumlah pasien yang dilakukan prosedur site marking dengan tepat dan benar dalam
1 bulan (orang) : Jumlah seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
dalam 1 bulan (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien yang dilakukan prosedur site marking dengan tepat dan benar dalam
1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dengan sisi kanan dan kiri

Kriteria
Eksklusi

Pasien tindakan operasi dengan ruas, nodul dan gigi

Pencatatan

Pencatatan register bedah dilakukan setiap hari di ruang penerimaan pasien (sign
in). dilaksanakan oleh staf ruangan Kamar Bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK
IRD, OK WA

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh patient safety officer ruangan Kamar Bedah Instalasi Bedah
Sentral (IBS), OK IRD, OK WA

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh kepala ruangan Kamar Bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK
IRD, OK WA

Area

Instalasi Bedah Sentral (IBS), OK IRD, OK WA

Pic

Ka. Tim KP-RS

TANGGAL

Recording
Format
NO

1
1
2
3
4
5
6

5. Area monitoring

NAM
A
PASI
EN
3

NO
RM

TINDAKAN
OPERASI

SITE
MARKING
(ya/tidak)
6

SITE
MARKING
TEPAT DAN
BENAR
(ya/tidak)
7

DILAKSANAKA
N OLEH
DOKTER
OPERATOR
dengan
wawancara
pasien (ya/tidak)
8

: Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan

Indikator yang dipantau :


Judul

Persentase kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan


dengan metode enam langkah dan lima momen

Tujuan

Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien

Definisi
Operasional

Kepatuhan cuci tangan adalah ketaatan petugas dalam melakukan prosedur cuci
tangan dengan menggunakan metode 6 langkah dan lima momen. Lima momen yang
dimaksud adalah :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melaksanakan tindakan aseptic
3. Setelh kontak dengan pasien
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan alat dan lingkungan sekitar pasien

Alasan Dan
Implikasi

Cuci tangan adalah salah satu prosedur yang paling penting dalam mencegah infeksi
nosokomial. Tangan adalah 'instrumen' yang digunakan untuk menyentuh pasien,
memegang alat, perabot rumah sakit dan juga untuk keperluan pribadi seperti makan.
Ignaz Semmelweis adalah orang pertama yang menunjukkan pentingnya penularan
infeksi melalui tangan. Ketika ia menjadi staf dokter di rumah sakit di Vienna pada
tahun 1840-an ia memperhatikan bahwa cuci tangan ternyata dapat mencegah
penularan infeksi. Sejak itu, ditunjang dengan penelitian, cuci tangan jadi komponen
paling penting dalam pencegahan infeksi.

Formula

Jumlah kegiatan petugas yang melakukan kebersihan tangan dengan metode enam
langkah dengan tepat dan benar

Numerator

Jumlah seluruh kegiatan petugas yang seharusnya dilakukan kebersihan tangan


sesuai lima momen

Denominator

Jumlah kegiatan petugas yang melakukan kebersihan tangan dengan metode enam
langkah dengan tepat dan benar (kali) : Jumlah seluruh kegiatan petugas yang
seharusnya dilakukan kebersihan tangan sesuai lima momen (kali) x 100% =___%

Target

60%

KET

Kriteria
Inklusi

Tidak ada

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Hanya bisa surveilans (observasi langsung) dengan purposive sampling ketika ada
kegiatan yang seharusnya dilakukan kebersihan tangan dengan metode enam
langkah dan lima momen. Dilakukan oleh tim PPIRS dengan dimungkinkan
melakukan sampling (quick survey)

Rekapitulasi
Unit

Tim PPIRS setiap bulan

Analisa &
Pelaporan

Tim PPIRS setiap bulan

Area

Semua Area Klinis

Pic

Kepala Tim KP-RS

Recording
Format

Checklist dan format observasi kebersihan tangan dengan metode enam langkah dan
lima momen sesuai format PPI-RS

6. Area monitoring

: Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh

Indikator yang dipantau :


Judul

Insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di rumah sakit

Tujuan

Kejadian pasien jatuh yang terjadi selama dirawat di rumah sakit dapat menyebabkan
konsekuensi yang serius dan bahkan mengancam keselamatan banyak pasien.

Definisi
Operasional

Pasien jatuh adalah pasien yang mengalami insiden secara cepat dan tiba-tiba
berpindah posisi dari tempat tidur ke lantai sampai setengah atau lebih bagian tubuh
berada di lantai, sehingga memungkinkan pasien mengalami cedera ringan sampai
berat atau tidak menimbulkan cedera.

Alasan Dan
Implikasi

Perawat bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pasien yang beresiko jatuh dan
membuat suatu rencana perawatan untuk meminimalkan resiko. Kekurangan staf,
perawat yang tidak berpengalaman, serta tidak memiliki pengetahuan yang cukup
dapat membuat pasien beresiko untuk jatuh dan mengalami perlukaan. Salah satu
upaya untuk mengurangi resiko pasien jatuh adalah dengan menempatkan perawat
profesional pada bangsal-bangsal tempat perawatan pasien.

Formula

Jumlah pasien jatuh selama 1 bulan kalender (orang) : Jumlah hari pasien dirawat
menurut bangsal perawatan dalam 1 bulan kalender (hari) x 100%=___%

Numerator

Jumlah pasien jatuh selama 1 bulan kalender

Denominator

Jumlah hari pasien dirawat menurut bangsal perawatan dalam 1 bulan kalender

Target

0%

Kriteria
Inklusi

Pasien jatuh yang terjadi saat berada di unit rawat inap

Kriteria
Eksklusi

Tidak ada

Pencatatan

Setiap ada insiden dengan pelaporan IKP-RS yang dapat dicatat berdasarkan format
pelaporan yang ditetapkan rumah sakit

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala Ruangan Rawat Inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

Area

Ruang Rawat Inap

Pic

Kepala Tim KP-RS

Recording
Format

NAMA
PASIE NO.
N/ RM
UMUR
1 2
3
4
1
2
3
4
5
d
st
Verifikasi :
TANGGA
L MRS

N
O

TINDA PELAPOR
TANGGAL / JAM
KLASIFIKASI
K AN Insiden KE
INSIDEN PASIEN
PERLUKAAAN LANJU KPRS T
JATUH
T
(ya/tidak)
6
7
8
9

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

7. Area monitoring

: Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh

Indikator yang dipantau :


Judul

Pasien jatuh dengan perlukaan level minor (2) atau lebih besar terdokumentasi
saat perawatan rawat inap di rumah sakit

Tujuan

Kejadian pasien jatuh yang terjadi selama dirawat di rumah sakit dapat
menyebabkan konsekuensi yang serius dan bahkan mengancam keselamatan
banyak pasien.

Definisi
Operasional

Pasien jatuh adalah pasien yang mengalami insiden secara cepat dan tiba-tiba
berpindah posisi dari tempat tidur ke lantai sampai setengah atau lebih bagian tubuh
berada di lantai, sehingga memungkinkan pasien mengalami cedera ringan sampai
berat atau tidak menimbulkan cedera.

Alasan Dan
Implikasi

Perawat bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pasien yang beresiko jatuh dan
membuat suatu rencana perawatan untuk meminimalkan resiko. Kekurangan staf,
perawat yang tidak berpengalaman, serta tidak memiliki pengetahuan yang cukup

dapat membuat pasien beresiko untuk jatuh dan mengalami perlukaan. Salah satu
upaya untuk mengurangi resiko pasien jatuh adalah dengan menempatkan perawat
profesional pada bangsal-bangsal tempat perawatan pasien.
Formula

Jumlah pasien jatuh dengan perlukaan dengan level minor (2) atau lebih besar
selama 1 bulan kalender (orang) : Jumlah hari pasien dirawat menurut bangsal
perawatan dalam 1 bulan kalender (hari) x 100%

Numerator

Jumlah pasien jatuh dengan perlukaan dengan level minor (2) atau lebih besar
selama 1 bulan kalender

Denominator

Jumlah hari pasien dirawat menurut bangsal perawatan dalam 1 bulan kalender

Target

0%

Kriteria
Inklusi

Pasien jatuh yang terjadi saat berada di unit rawat inap


Pasien jatuh dengan level perlukaan 2 minor
Klasifikasi Perlukaan
o None pasien tidak mengalami perlukaan
o Minor menyebabkan perawatan luka, pembersihan luka, penggunaan obat
topical, memar atau lecet
o Moderate menyebabkan luka robek yang perlu dijahit, splinting, dan
keseleo pada sendi atau otot
o Major menyebabkan pembedahan, insisi, traksi, terjadi patah tulang, atau
membutuhkan konsultasi untuk neurological atau luka internal
o Death pasien meninggal karena luka akibat jatuh
o UTD Unable to Determine Tidak dapat ditentukan dari dokumentasi yang
ada

Kriteria
Eksklusi

Kejadian jatuh oleh: Pasien yang jatuh dengan kategori level luka 1 none

Pencatatan

Setiap ada insiden dengan pelaporan IKP-RS yang dapat dicatat berdasarkan format
pelaporan yang ditetapkan rumah sakit

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala Ruangan Rawat Inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

Area

Ruang Rawat Inap

Pic

Kepala Tim KP-RS

Recording
Format

NAMA
PASIE NO.
N/ RM
UMUR
1 2
3
4
1
2
d
st
Verifikasi :
TANGGA
L MRS

N
O

KLASIFIKA
TANGGAL / JAM
SI
TINDAK
INSIDEN PASIEN
PERLUKA LANJUT
JATUH
AAN
6
7
8

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

PELAPORAN
Insiden KPRS KET
(ya/tidak)
9

II.4 Indikator JCI Library of Measure


1.

Area monitoring

: Acute Myocardial Infarction

Indikator yang dipantau :


Judul

Aspirin dan atau Antitrombotik diterima oleh pasien dengan acute myocardial
infarction (AMI) dalam waktu 24 jam sejak datang ke rumah sakit

Tujuan

Penggunaan Aspirin dan atau Antitrombotik sejak awal pada pasien dengan acute
myocardial infarction (AMI) menyebabkan berkurangnya secara signifikan kejadian
adverse events dan kematian

Definisi
Operasional

Aspirin dan atau Antitrombotik diterima oleh pasien dengan acute myocardial
infarction (AMI) dalam waktu 24 jam sejak datang ke rumah sakit yang dimaksud
adalah setiap ada pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnose tegak acute
myocardial infarction (AMI) akan di lihat dengan check dokumen apakah pasien
sudah diberikan Aspirin dan atau Antitrombotik terhitung sejak pasien tiba di rumah
sakit sampai 24 jam berikutnya.

Alasan Dan
Implikasi

Keuntungan terapi Aspirin dan atau Antitrombotik pada kejadian kematian dapat
disamakan dengan terapi thrombolytic. Kombinasi dari kedua terapi tersebut
memberikan keuntungan bagi pasien dengan ST-elevation myocardial infarction.
Aspirin dan atau Antitrombotik juga efektif bagi pasien dengan non ST-elevation
myocardial infarction. Pedoman klinis sangat merekomendasikan Aspirin dan atau
Antitrombotik pada pasien yang dirawat dengan AMI.

Formula

Jumlah pasien AMI yang diberikan Aspirin dan atau Antitrombotik dalam waktu 24
jam setelah masuk rumah sakit dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien AMI yang
datang dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien AMI yang diberikan Aspirin dan atau Antitrombotik dalam waktu 24
jam setelah masuk rumah sakit dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien AMI yang datang dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien dengan AMI

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang pulang paksa

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi oleh staf IGD, ICCU
dan Rawat Inap

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala IGD, Kepala Ruangan ICCU dan Kepala Ruangan Rawat
Inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi IGD, IRIT dan IRNA

Area

ICCU, Rawat Inap

Pasien dengan dokumentasi Alasan Tanpa Aspirin dan atau Antitrombotik saat
MRS

Pic

Ka SMF Kardiologi

Recording
Format

Terlampir (Form Pemantauan Pasien AMI)

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

2. Monitoring area

: Acute Myocardial Infarction

The monitored indicator :


Judul

Aspirin dan atau Antitrombotik diresepkan untuk pasien dengan acute


myocardial infarction (AMI) pada saat pulang / keluar rumah sakit

Tujuan

Terapi Aspirin dan atau Antitrombotik pada pasien yang menderita acute myocardial
infarction (AMI) dapat mengurangi resiko adverse events dan kematian

Definisi
Operasional

Aspirin dan atau Antitrombotik diresepkan untuk pasien dengan acute myocardial
infarction (AMI) pada saat pulang / keluar rumah sakit yang dimaksud adalah hasil
ukur check dokumen bahwa setiap pasien acute myocardial infarction (AMI) pada
saat pulang / keluar rumah sakit dalam keadaan hidup harus diresepkan Aspirin dan
atau Antitrombotik.

Alasan Dan
Implikasi

Penelitian menunjukkan bahwa Aspirin dan atau Antitrombotik dapat mengurangi


resiko adverse events dan kematian sebesar 20%. Pedoman klinis sangat
merekomendasikan penggunaan Aspirin dan atau Antitrombotik dalam periode
waktu yang lama untuk pencegahan sekunder terhadap kejadian serangan jantung
susulan pada pasien dengan AMI saat pasien tersebut pulang / keluar rumah sakit.

Formula

Jumlah pasien AMI yang diresepkan Aspirin dan atau Antitrombotik saat pasien
pulang / keluar rumah sakit dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien AMI yang datang
dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien AMI yang diresepkan Aspirin dan atau Antitrombotik saat pasien
pulang / keluar rumah sakit dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien AMI yang datang dalam 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Pasien dengan AMI

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang meninggal pada saat masuk rumah sakit

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi oleh staf IGD, ICCU
dan Rawat Inap

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala IGD, Kepala Ruangan ICCU dan Kepala Ruangan Rawat
Inap

Pasien dengan dokumentasi Alasan Tanpa Aspirin dan atau Antitrombotik saat
MRS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi IGD, IRIT dan IRNA

Area

ICCU, Rawat Inap

Pic

Ka SMF Kardiologi

Recording
Format

Terlampir (Form Pemantauan Pasien AMI)

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

3.

Area monitoring

: Stroke

Indikator yang dipantau :


Judul

Pasien dengan stroke iskemik diresepkan antithrombotik pada saat pulang /


keluar rumah sakit

Tujuan

Antithrombotik harus diresepkan bagi pasien dengan stroke iskemik saat pulang /
keluar rumah sakit untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan selama tidak
ada kontraindikasi.

Definisi
Operasional

Pasien dengan stroke iskemik diresepkan antithrombotik pada saat pulang / keluar
rumah sakit yang dimaksud adalah hasil ukur check dokumen bahwa setiap pasien
stroke iskemik pada saat pulang / keluar rumah sakit dalam keadaan hidup harus
diresepkan antithrombotik. Data ini dimungkinkan untuk mencari dengan cek
dokumen.

Alasan Dan
Implikasi

Keefektifan antithrombotic agents dalam mengurangi angka kematian dan kesakitan


karena stroke telah diteliti dalam beberapa penelitian klinis berskala besar.
Penelitian terkini menyatakan bahwa terapi antithrombotic harus diberikan pada
pasien dengan acute stroke iskemik saat pulang / keluar rumah sakit untuk
pencegahan sekunder.

Formula

Jumlah Pasien stroke iskemik diresepkan antithrombotik pada saat pulang / keluar
rumah sakit dalam 1 bulan (orang) : Jumlah Pasien stroke iskemik yang datang
dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah Pasien stroke iskemik diresepkan antithrombotik pada saat pulang / keluar
rumah sakit dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah Pasien stroke iskemik yang datang dalam 1 bulan

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Pasien dengan stroke iskemik

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang meninggal pada saat masuk rumah sakit

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi oleh staf Ruang
Nagasari dan Mawar

Pasien yang menjalani intervensi carotid elektif

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala Ruang Nagasari dan Mawar

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap D

Area

Ruang Nagasari dan Mawar

Pic

Ka SMF Neurologi

Recording
Format

Terlampir (Form Pemantauan Pasien Stroke)

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

4.

Area monitoring

: Stroke

Indikator yang dipantau :


Judul

Pasien stroke diberikan pendidikan mengenai stroke selama menjalani


perawatan di rumah sakit

Tujuan

Merekomendasikan pemberian pendidikan bagi pasien dan keluarganya selama


pasien dirawat di rumah sakit, serta pemberian informasi mengenai sumber -sumber
pelayanan pendukung sosial.

Definisi
Operasional

Pasien stroke diberikan pendidikan mengenai stroke selama menjalani perawatan di


rumah sakit yang dimaksud adalah hasil ukur dengan check dokumen bahwa pasien
stroke telah diberikan pendidikan yang tertulis pada form KIE pasien rawat inap.
Pasien stroke ischemic dan hemorrhagic atau orang yang merawatnya diberikan
materi pendidikan mengenai hal-hal berikut:
1. Tanda peringatan dan gejala stroke
2. Aktivasi sistem emergency medis saat terjadi serangan
3. Tindak lanjut setelah pulang / keluar rumah sakit
4. Obat yang diresepkan saat pulang / keluar rumah sakit
5. Faktor risiko stroke

Alasan Dan
Implikasi

Pedoman praktek klinis merekomendasikan pemberian pendidikan bagi pasien dan


keluarganya selama pasien dirawat di rumah sakit, serta pemberian informasi
mengenai sumber -sumber pelayanan pendukung sosial. Beberapa percobaan klinis
menunjukkan outcome yang menguntungkan bagi pasien dan penunggunya ketika
diberikan pendidikan dan informasi pelayanan sosial. Tipe-tipe stroke yang dialami
dan outcome yang dihasilkan memiliki peran yang besar dalam menentukan cara
penanganan stroke serta pendidikan seperti apa yang dibutuhkan. Pendidikan
pasien harus memasukkan informasi mengenai kejadian, peran beberapa
pengobatan, serta modifikasi gaya hidup untuk dapat mengurangi resiko atau
meningkatkan outcomes.

Formula

Jumlah pasien stroke ischemic dan hemorrhagic atau orang yang merawatnya
diberikan materi pendidikan mengenai stroke dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien
stroke ischemic dan hemorrhagic yang pulang / keluar rumah sakit yang datang
dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien stroke ischemic dan hemorrhagic atau orang yang merawatnya
diberikan materi pendidikan mengenai hal-hal berikut:
1. Tanda peringatan dan gejala stroke
2. Aktivasi sistem emergency medis saat terjadi serangan
3. Tindak lanjut setelah pulang / keluar rumah sakit
4. Obat yang diresepkan saat pulang / keluar rumah sakit
5. Faktor risiko stroke

Denominator

Jumlah pasien stroke ischemic dan hemorrhagic yang pulang / keluar rumah sakit
yang datang dalam 1 bulan

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Pasien dengan stroke sesuai dengan prinsip pengkodingan diagnosa ICD seperti
dijelaskan pada Apendiks A, tabel 8.1 atau 8.2 dan pulang / keluar rumah sakit

Kriteria
Eksklusi

Pasien yang meninggal

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling sesuai dengan kriteria inklusi oleh staf Ruang
Nagasari dan Mawar

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala Ruang Nagasari dan Mawar

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap D

Area

Ruang Nagasari dan Mawar

Pic

Ka SMF Neurologi

Recording
Format

Terlampir (Form Pemantauan Pasien Stroke)

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

5.

Area monitoring

: Childrens Asthma Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Pengobatan pereda serangan asma pada pasien anak yang dirawat di rumah
sakit karena asma

Tujuan

Asma adalah penyakit kronik yang paling umum pada anak-anak dan merupakan
penyebab utama angka kesakitan serta dapat meningkatkan pembiayaan
kesehatan. Pada anak-anak, asma adalah alasan paling sering untuk dirawat di
rumah sakit. Perawatan yang tidak sesuai dalam penanganan asma diketahui
sebagai kontributor utama terhadap angka kesakitan dan kematian pada pasien
anak penderita asma.

Definisi
Operasional

Pengobatan pereda serangan asma pada pasien anak yang dirawat di rumah sakit
karena asma yang dimaksud adalah hasil ukur dengan check dokumen bahwa anak
yang dirawat dengan asma telah diberikan pengobatan pereda asma sejak MRS.

Alasan Dan
Implikasi

Pedoman klinis merekomendasikan penggunaan pereda asma untuk mengontrol


bertambah buruknya serangan asma akut dan mengurangi keparahan serangan
sesegera mungkin. Pemberian obat merupakan langkah selanjutnya untuk
mempertahankan kontrol.

Formula

Jumlah pasien rawat inap anakdengan asma yang menerima pengobatan pereda
serangan asma selama dirawat di rumah sakit dalam 1 bulan (orang) : Jumlah
pasien rawat inap anak-anak (usia 2 sampai 17 tahun) yang pulang / keluar rumah
sakit dengan diagnosa utama asma dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien rawat inap anakdengan asma yang menerima pengobatan pereda
serangan asma selama dirawat di rumah sakit dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien rawat inap anak-anak (usia 2 sampai 17 tahun) yang pulang / keluar
rumah sakit dengan diagnosa utama asma dalam 1 bulan

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Pasien pulang / keluar rumah sakit dengan:


Pasien asma sesuai dengan prinsip pengkodingan diagnosa ICD seperti
dijelaskan pada Apendiks A, tabel 6.1
Berusia 2 sampai 17 tahun

Kriteria
Eksklusi

Pasien dengan dokumentasi Alasan Tidak Memberikan Pereda.

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling jika ada pasien anak dengan asma sesuai
dengan kriteria inklusi, oleh staf IRNA

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf IRNA

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Ka. IRNA

Area

IRNA

Pic

Ka SMF Anak

N
O

NAMA
PENGOBATAN PENGGUNAAN
PASIE NO.
PEREDA
SYSTEMIC
N/ RM
SERANGAN CORTICOSTEROI
UMUR
ASMA (ya/tidak)
DS (ya/tidak)

TANGGA
L

Recording
Format

1 2
3
1
2
3
d
st
Verifikasi :

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

TANGGAL /
CAU KE
SA T

JAM
PASIEN
MENINGGA
L

6.

Area monitoring

: Childrens Asthma Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Penggunaan systemic corticosteroids pada pasien anak rawat inap penderita


asma

Tujuan

Asma adalah penyakit kronik yang paling umum pada anak-anak dan merupakan
penyebab utama angka kesakitan serta dapat meningkatkan pembiayaan
kesehatan. Pada anak-anak, asma adalah alasan paling sering untuk dirawat di
rumah sakit. Perawatan yang tidak sesuai dalam penanganan asma diketahui
sebagai kontributor utama terhadap angka kesakitan dan kematian pada anak-anak
yang menderita asma.

Definisi
Operasional

Penggunaan systemic corticosteroids pada pasien rawat inap anak penderita asma
yang dimaksud adalah hasil ukur dengan check dokumen bahwa anak penderita
asma yang dirawat di rumah sakit telah diberikan pengobatan systemic
corticosteroids.

Alasan Dan
Implikasi

Pedoman klinis untuk manajemen asma bagi anak-anak merekomendasikan


penggunaan systemic corticosteroids untuk mengontrol bertambah buruknya
kejadian asma akut serta mengurangi kesakitan sesegera mungkin. Pemberian obat
merupakan langkah selanjutnya untuk mempertahankan kontrol.

Formula

Jumlah pasien rawat inap anak-anak penderita asma yang mendapatkan systemic
corticosteroidsselama dirawat di rumah sakit dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien
rawat inap anak-anak (usia 2 sampai 17 tahun) yang pulang / keluar rumah sakit
dengan diagnosa utama asma dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien rawat inap anak-anak penderita asma yang mendapatkan systemic
corticosteroids selama dirawat di rumah sakit dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien rawat inap anak-anak (usia 2 sampai 17 tahun) yang pulang / keluar
rumah sakit dengan diagnosa utama asma dalam 1 bulan

Target

90%

Kriteria
Inklusi

Pasien pulang / keluar rumah sakit dengan:


Pasien asma sesuai dengan prinsip pengkodingan diagnosa ICD seperti
dijelaskan pada Apendiks A, tabel 6.1
Berusia 2 sampai 17 tahun

Kriteria
Eksklusi

Pasien dengan dokumentasi Alasan Tidak Memberikan Systemic Corticosteroids.

Pencatatan

Setiap hari, dengan total sampling jika ada pasien anak dengan asma sesuai
dengan kriteria inklusi, oleh staf IRNA

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh staf IRNA

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Ka. IRNA

Area

IRNA

Ka SMF Anak

Recording
Format

N
O

TANGGA
L

Pic

NAMA
PASIE
N/
UMUR

1
2
3
1
2
3
Verifikasi :

NO.
RM

PENGOBATAN
PEREDA
SERANGAN
ASMA (ya/tidak)

PENGGUNAAN
SYSTEMIC
CORTICOSTEROI
DS (ya/tidak)

TANGGAL /
JAM
PASIEN
MENINGGA
L

CAU

KE

SA

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

7.

Area monitoring

: Nursing Sensitive Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Angka kejadian dekubitus grII/Lebih pada pasien berisiko dekubitus

Tujuan

Tergambarnya kualitas pelayanan keperawatan terhadap pasien berisiko dekubitus

Definisi
Operasional

Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan


integritas kulit. Terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit
dan jaringan di bawahnya.
Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah pasien yang
teridentifikasi dekubitus baru yang terjadi selama periode perawatan.
Klasifikasi dekubitus adalah sebagai berikut :
- Dekubitus gr-I : Eritema, kulit dalam kondisi utuh, Kulit tidak berwarna, hangat,
atau keras juga dapat menjadi indikator (dalam hal ini tidak dianggap sebagai
kejadian, karena masih reversible dengan cepat jika dilaksanakan pencegahan
yang baik)
- Dekubitus gr-II : Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan
dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau
lubang yang dangkal.
- Dekubitus gr-III : Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan
atau nekrotik yang melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada di
bawahnya
- Dekubitus gr-IV : Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai nekrosis jaringan;
atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya kerusakan
jaringan epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi
Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru setelah dilakukan
pengkajian memiliki satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :
- Usia lanjut lebih dari 75 tahun
- Ketidak mampuan bergerak pada bagian tertentu dari tubuh tanpa bantuan,
seperti pada cedera medulaspinalis atau cedera kepala atau mengalami
penyakit neuromuskuler
- Malnutrisi atau status gizi

- Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu atau lebih area tubuh lebih
dari 2 jam ditempat tidur atau penggunaan kursi roda
- Mengalami kondisi kronik seperti DM, penyakit vaskuler
- Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan iritasi kulit akibat kulitnya
lembab
Alasan Dan
Implikasi

Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan


meningkatnya biaya, lama perawatan di rumah sakit serta memperlambat program
rehabilitasi bagi penderita.

Formula

Jumlah pasien dekubitus grII/Lebih temuan baru dalam 1 bulan (orang) : Jumlah
pasien berisiko dekubitus baru dalam 1 bulan (orang) x 100% = ___%

Numerator

Jumlah pasien dekubitus grII/Lebih temuan baru dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien berisiko dekubitus baru dalam 1 bulan

Target

1.5%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien yang berisiko dekubitus

Kriteria
Eksklusi

Pasien dengan kejadian dekubitus dari luar RS/ teridentifikasi sebelum 3 x 24 jam

Pencatatan

Pencatatan ruangan dilaksanakan setiap hari dengan total sampling.


Surveilans/verifikasi dengan : teknik sampling setiap hari Jumat minggu ke III bulan
periode survey, dilaksanakan dengan purposive sampling sesuai kriteria inklusi, oleh
staf surveilans mutu 3 bulan sekali

Rekapitulasi
Unit
Analisa &
Pelaporan
Area
Pic

Setiap bulan, oleh Kepala Ruangan Rawat Inap

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

Ruang Rawat Inap


Kepala Bidang keperawatan

Recording
Format
O

12

RISIKO

TANGGA

JIKA YA PADA
NAMA PASIEN
DIKUBITUS BARU

1
2
3
4
5
ds
t

Verifikasi :

NO.

DIAGNOSA

DEKUBITUS

RM

MEDIS

grII/LEBIH

KEJADIAN
KOLOM 6,
TERIDENTIFIKASI
HARI KE BERAPA?
(ya/tidak)

8 9

LOS

KET

(hari ke ___)

8.

Area monitoring

: Nursing Sensitive Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Angka kejadian phlebitis

Tujuan

Tergambarnya kualitas pemasangan dan perawatan catheter intravena

Definisi
Operasional

Angka kejadian phlebitis adalah kejadian yang ditandai dengan salah satu atau lebih
tanda phlebitis (rubor, kalor, dolor, bengkak, malfungsi) pada daerah saat dan/atau
selama insersi catheter intravena atau bekas insersi catheter intravena setelah 3 x
24 jam.
Klasifikasi phlebitis :
Phlebitis Mekanik : Phlebitis jenis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan
penempatan kanula, ukuran kanula yang terlalu besar dibandingkan dengan
ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, manipulasi berlebihan terhadap
sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontol. flebitis mekanik terjadi
cedera pada tunika intima vena
Phlebitis Kimiawi : Phlebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap
osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan osmolaritas
atau obat juga karena sifat kimia bahan kanula yang digunakan
Phlebitis Bakterial : Merupakan radang pada vena yang dikaitkan dengan infeksi
bakteri. Dalam infeksi nosokomial (terjadi setelah 3 x 24 jam) dikenal dengan
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Untuk ketiga jenis phlebitis harus didokumentasikan karena, Bila phlebitis terjadi,
kemungkinan terjadinya laju Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) memang
meningkat.

Alasan Dan
Implikasi

Sama halnya dengan decubitus, phlebitis juga merupakan masalah yang serius
karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan di rumah sakit
serta memperlambat program rehabilitasi bagi penderita.

Formula

Jumlah kejadian phlebitis baru yang teridentifikasi dalam 1 bulan (jumlah) : Jumlah
pemasangan catheter intravena baru (hitung setiap kali jumlah penusukan catheter
intravena) dalam 1 bulan x 100% = ___100%

Numerator

Jumlah kejadian phlebitis baru yang teridentifikasi dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pemasangan catheter intravena baru (hitung setiap kali jumlah penusukan
catheter intravena) dalam 1 bulan

Target

1.5%

Kriteria
Inklusi

Seluruh pasien dengan pemasangan catheter intravena baru

Kriteria
Eksklusi

Pasien infeksi lain (dermatitis, dll) yang tidak diawali dengan pemasangan catheter
intravena baru

Pencatatan

Pencatatan ruangan dilaksanakan setiap hari dengan total sampling.


Surveilans/verifikasi dengan : teknik sampling setiap hari Jumat minggu ke III bulan
periode survey, dilaksanakan dengan purposive sampling sesuai kriteria inklusi, oleh
staf surveilans mutu 3 bulan sekali

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, oleh Kepala Ruangan Rawat Inap

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, oleh Kepala Instalasi Rawat Inap

Area

Ruang Rawat Inap

Pic

Kepala Bidang Keperawatan

Format
pencatatan

PEMASANGAN

TANGGA

JUMLAH
N

CATHETER
INTRAVENA BARU

JUMLAH KEJADIAN

JENIS PHLEBITIS

PHLEBITIS BARU

SESUAI KOLOM 4

YANG
TERIDENTIFIKASI

(mekanik/kimia/IA
DP)

HARI KEJADIAN PHLEBITIS


TERIDENTIFIKASI SETELAH
WAKTU PEMASANGAN
(hari ke ___)

1
2
3
4
5
ds
t

Verifikasi :

9.

Area monitoring

KET

CATH IV

: Perinatal Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Wanita pada kehamilan pertama dengan satu bayi dan posisi normal
melahirkan dengan proses persalinan cesarean section pada usia kehamilan
37-42 minggu

Tujuan

Penelitian menunjukkan bahwa apabila kelahiran dipaksakan saat cervix belum siap,
maka outcomenya akan buruk. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan
induksi kelahiran dapat membuat perbedaan pada hasil kelahiran.

Definisi
Operasional

Wanita pada kehamilan pertama dengan satu bayi dan posisi normal melahirkan
dengan proses persalinan cesarean section pada usia kehamilan 37-42 minggu
adalah apa bila pemeriksaan dokter kandungan telah menyatakan bahwa kehamilan
pertama dengan satu bayi dan posisi normal yang dapat dilakukan persalinan
dengan normal, maka ketika melahirkan dengan proses persalinan cesarean section
pada usia kehamilan 37-42 minggu maka merupakan operasi SC yang seharusnya
tidak dilakukan, namun dapat diusahan normal

Alasan Dan
Implikasi

Penelitian menunjukkan bahwa apabila kelahiran dipaksakan saat cervix belum siap,
maka outcomenya akan buruk. Faktor dokter merupakan pemicu utama adanya
perbedaan angka kelahiran anak pertama dengan induksi dan angka admisi
kelahiran prematur anak pertama dibanding faktor karakteristik pasien atau diagnosa
obstetrik.

Formula

Jumlah pasien dengan operasi SC pada kehamilan pertama dengan satu bayi dan
posisi normal usia kehamilan 37-42 minggu dalam 1 bulan (orang) : Jumlah pasien
pada kehamilan pertama yang melahirkan bayi tunggal hidup dengan posisi normal
pada usia kehamilan 37-42 minggu dalam 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah pasien dengan operasi SC pada kehamilan pertama dengan satu bayi dan
posisi normal usia kehamilan 37-42 minggu dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah pasien pada kehamilan pertama yang melahirkan bayi tunggal hidup dengan
posisi normal pada usia kehamilan 37-42 minggu dalam 1 bulan

Target

0%

Kriteria
Inklusi

Prinsip pengkodingan diagnosa ICD untuk cesarean section seperti dijelaskan pada
Apendiks A, tabel 11.06 pada wanita dengan usia kehamila 37-42 minggu.

Kriteria
Eksklusi

Prinsip pengkodingan diagnosa ICD untuk kontraindikasi terhadap persalinan per


vaginal
Kehamilan risiko tinggi

Pencatatan

Setiap bulan, dengan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi,


dilaksanakan oleh kepala ruangan VK IGD, VK WA dan IBS

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, dilaksanakan oleh kepala ruangan VK IGD, VK WA dan IBS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, dilaksanakan oleh kepala ruangan VK IGD, VK WA dan IBS

Area

VK IGD, VK WA dan IBS

Pic

Ka SMF Obgyn

Format
pencatatan

Khusus Persalinan SC yang dilakukan pada ibu dengan kehamilan pertama dengan
bayi tunggal hidup posisi normal kehamilan 37-42 minggu
TANGGAL
PERSALINA
N

N
O

JUMLAH SELURUH PASIEN

NAMA
PASIE NO.
N/ RM
UMUR

1 2
3
1
2
3
4
5
6
7
d
st
Verifikasi :

DOKTER
INDIKAS
OPERATO
I SC
R
5

KEHAMILAN PERTAMA DENGAN


BAYI TUNGGAL HIDUP POSISI KET
NORMAL KEHAMILAN 37-42
minggu BULAN INI
7

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

10.

Area monitoring

: Perinatal Care

Indikator yang dipantau :


Judul

Memberikan ASI ekslusif selama bayi yang baru lahir dirawat di rumah sakit

Tujuan

Memberikan ASI eksklusif kepada bayi

Definisi
Operasional

Memberikan ASI ekslusif selama bayi yang baru lahir dirawat di rumah sakit yang
dimaksud adalah apabila bayi masih berada dirumah sakit maka bayi diharapkan
harus benar-benar mengkonsumsi hanya ASI tanpa adanya susu formula yang
diberikan. KIE diberikan kepada ibu untuk selanjutnya memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama.

Alasan Dan
Implikasi

Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi merupakan


tujuan utama WHO dan organisasi ibu dan anak lainnya. Penelitian terkini
menunjukkan manfaat kegiatan menyusui eksklusif pada bayi baru lahir.

Formula

Jumlah bayi baru lahir yang hanya diberikan hanya ASI selama di rumah sakit sejak
dilahirkan (orang) : Jumlah Bayi baru lahir yang pulang / keluar rumah sakit dalam
periode 1 bulan (orang) x 100%

Numerator

Jumlah bayi baru lahir yang hanya diberikan hanya ASI selama di rumah sakit sejak
dilahirkan

Denominator

Jumlah Bayi baru lahir yang pulang / keluar rumah sakit dalam periode 1 bulan

Target

100%

Kriteria
Inklusi

Bayi sehat yang lahir hidup

Kriteria
Eksklusi

Bayi yang dirawat di NICU


Prinsip pengkodingan diagnosa ICD untuk galactosemia seperti dijelaskan pada
Apendiks A, tabel 11.09
Prinsip pengkodingan diagnosa ICD untuk parenteral infusion seperti dijelaskan
pada Apendiks A, tabel 11.09
Dokumentasi Alasan Tidak Memberikan ASI Eksklusif .

Pencatatan

Setiap bulan, dengan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi,


dilaksanakan oleh kepala ruangan ibu nifas

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, dilaksanakan oleh kepala ruangan ibu nifas

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, dilaksanakan oleh kepala ruangan ibu nifas

Area

Ruangan perawatan ibu nifas

Pic

Ka SMF Obgyn

Bayi tidak ada kontra indikasi pemberian ASI

Khusus bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif


N
O

TANGGAL
PERSALINA
N

Format
pencatatan

1
2
1
2
3
4
5
d
st
Verifikasi :

JENIS SUSU

NAMA

NO.

BAYI

RM

YANG
DIBERIKAN

Sumber : Pedoman JCIs Library Of Measures

ALASAN TIDAK
DIBERIKAN ASI
EKSKLUSIF
(diluar kriteria
eksklusi)
6

JUMLAH BAYI
BARU LAHIR
YANG PULANG
/ KELUAR
RUMAH SAKIT
BULAN INI
7

KET

BAB III
PLAN, DO, CHECK, ACTION

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,
pengawalan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Siklus
PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

a.

Perencanaan ( Plan )
Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang
ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu
sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah.
Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian
masalah mutu yang akan diselenggarakan.

b.

Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami
dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

c.

Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.

d.

Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut kemudian melaksanakan tindakan
yang sesuai.

Pelaporan PDCA dapat dilakukan sebagai berikut:


a.

Format PDCA agar dilengkapi setiap ditemukan suatu permasalahan disetiap unit kerja dan
ditembuskan Unit Penjaminan Mutu (UPM, ext .266) setiap bulan selambat-lambatnya minggu
pertama bulan berikutnya.

b.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan perbaikan dibuat laporan tertulis lengkap dengan format
Gugus Kendali Mutu setiap tahunnya minimal 1 laporan yang secara langsung akan diregistrasi
sebagai peserta konfrensi GKM RSUP H. Adam Malik Medan setiap bulan Agustus. Laporan GKM
selambat-lambatnya diterima UPM 2 minggu sebelum konfrensi.

BAB IV
SASARAN

IV.1 SASARAN AUDIENS


Sasaran audiens dalam Program Pemantauan Indikator Mutu adalah
1. Pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan
2. Keluarga pasien dan atau penunggu pasien
3. Staf dan karyawan RSUP H. ADAM MALIK baik medis maupun non medis
4. Dokumen-dokumen terkait dengan indikator yang dipantau

IV.2 SASARAN PENCAPAIAN INDIKATOR


Target pencapaian untuk setiap indikator yang dipantau telah dijelaskan dalam tabel di Bab II di atas.

BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN

V.1 JENIS KEGIATAN


1. Pengumpulan data pencapaian indikator klinik setiap bulan yang dilakukan pada minggu
pertama bulan berikutnya .
2. Pentabulasian data serta pembuatan grafik tren pencapaian setiap bulan pada 1 bulan
berikutnya
3. Melakukan analisis data setiap periode 3 (tiga) bulan
4. Menyusun laporan evaluasi yang dilakukan pada bulan pertama trimester berikutnya dan setiap
tahun pada tahun berikutnya
5. Menyampaikan hasil analisis setiap 3 (tiga) bulan pada bulan pertama trimester berikutnya dan
setiap tahun pada bulan Januari tahun berikutnya dalam rapat Tinjauan Manajemen dengan
unit terkait dan direksi untuk mendapatkan rekomendasi
6. Melakukan tindak lanjut terhadap rekomendasi-rekomendasi yang diberikan dalam rapat
penyampaian hasil sebagai bagian dari upaya perbaikan dan peningkatan mutu
7. Menyusun laporan hasil pelaksanaan rekomendasi dan disampaikan kepada direksi

V.2 JADWAL KEGIATAN

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kegiatan
Pengumpulan data
Tabulasi data
Analisis data
Pembuatan laporan triwulan
Pembuatan laporan tahunan
Rapat tinjauan manajemen
Tindak lanjut rekomendasi
Pembuatan laporan tindak lanjut

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Tahun 2012
Jun Jul Ags

Sep

Okt

Nop

Des

BAB VI
PENCATATAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PROGRAM

V.1 Pencatatan
Data hasil pemantauan yang ditulis pada Form Pemantauan Indikator Mutu wajib dikumpulkan di UPM
dengan dilengkapi tindak lanjut dari setiap unit kerja atau instalasi apabila indikator mutu tidak
mencapai target yang telah ditetapkan. Tindak lanjut yang dilakukan ini kemudian akan dievaluasi
ulang untuk melihat apakah proses perbaikan sudah terlaksana atau tidak.

Hasil pemantauan indikator mutu dikumpulkan oleh setiap instalasi dan unit kerja. Data yang
dikumpulkan masih merupakan data mentah yang belum diolah dan dikumpulkan dalam bentuk form
sehingga memudahkan untuk menginput dan mengolah menjadi informasi yang berguna. Unit
Penjaminan Mutu selanjutnya akan memproses lebih lanjut data yang telah terkumpul.

V.2 Evaluasi dan Pelaporan


Hasil pengolahan dan analisa data dituangkan dalam bentuk laporan yang kemudian akan dilaporkan
kepada Direksi setiap 3 bulan sekali dalam Rapat Evaluasi Triwulan. Disamping itu evaluasi tahunan
juga dilakukan guna merangkum hasil pencapaian semua instalasi dan unit kerja selama setahun.
Evaluasi tahunan menghasilkan laporan tahunan yang disampaikan / dilaporkan kepada direksi dalam
Rapat Direksi.

Rapat Evaluasi Triwulan dan Tahuan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang harus dilakukan
oleh instalasi dan unit kerja. Rekomendasi yang dihasilkan merupakan cara atau sarana untuk
melakukan perbaikan dan pengembangan kualitas pelayanan. Selanjutnya, UPM akan memantau
pelaksanaan rekomendasi tersebut dan melaporkan kembali kepada Direksi. Di samping itu laporan
hasil pemantauan juga akan di-publish di media komunikasi rumah sakit yaitu intranet.

BAB VII
PENUTUP

Upaya pengendalian mutu pelayanan kesehatan di RS tidak bisa diwujudkan hanya dengan upaya
peningkatan kualitas pelayanan saja, akan tetapi dibutuhkan upaya peningkatan sistem dan pemikiran
yang holistik. Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan di semua unit pelayanan, baik pada unit
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, maupun pada unit pelayanan administrasi dan
manajemen melalui program jaminan mutu. Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai kualitas
pelayanan rumah sakit dikatakan bermutu adalah pencapaian terhadap indikator klinik pelayanan
rumah sakit yang sesuai dengan standar.

Direktur Utama

Medan, Januari 2012


Ketua JCI RSUP H. Adam Malik

Dr. Azwan Hakmi Lubis, Sp.A, M.Kes


NIP. 195309241980121001

dr. Lukmanul Hakim Nasution, Sp.KK


NIP. 195411201984031004

LAMPIRAN 1
Judul

Insiden infeksi daerah operasi (IDO)

Tujuan

Tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca operasi dengan luka


operasi bersih dan bersih terkontaminasi sesuai standar

Definisi
Operasional

Infeksi daerah operasi adalah adanya infeksi pada semua kategori luka daerah operasi
bersih dan bersih terkontaminasi yang dilaksanakan di rumah sakit dan ditandai oleh
rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus)
dalam waktu sampai 30 hari pasca incisi dan 1 tahun untuk operasi implant
Luka operasi bersih adalah Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada kondisi
pra bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus
gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius atau traktus bilier. Operasi berencana
dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Luka operasi bersih terkontaminasi adalah Operasi membuka traktus digestivus,
traktus bilier, traktus urinarius, traktus respiratorius sampai dengan orofaring, atau
traktus reproduksi kecuali ovarium. Operasi tanpa pencemaran nyata (Gross spillage),
contohnya operasi pada traktus bilier, apendiks,vagina atau orofaring.
NB. Pasien pindahan dokumentasi pasien operasi bersih dilakukan pencatatan di
ruang sebelumnya, jika dinyatakan terjadi infeksi luka operasi di ruangan baru, maka
kejadian dicatat di ruangan yang baru dengan note pasien pindahan.

Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil


kesehatan harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen
awal HAIs dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011).
Surveilans HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh Konsorsium
Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada sebanyak 155.358
pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena sentral (CVC) adalah
7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP juga jauh lebih tinggi;
13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK adalah 6,3 per 1.000 hari
pemasangan kateter urine.

Formula

Jumlah pasien yang mengalami infeksi daerah operasi dalam 1 bulan (orang) : Jumlah
seluruh pasien operasi bersih dan bersih terkontaminasi dalam 1 bulan (orang) x 100%
= ___%

Numerator

Jumlah pasien yang mengalami infeksi daerah operasi dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah seluruh pasien operasi bersih dan bersih terkontaminasi dalam 1 bulan

Target

1.5%

Kriteria Inklusi

Seluruh pasien yang dioperasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi

Kriteria
Eksklusi

Pasien dengan :
a. Luka operasi kotor/ infeksi
Pada perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus
respiratorius yang terinfeksi.
Melewati daerah purulen (inflamasi bakteria)
Pada luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian atau terdapat jaringan non
vital yang luas atau nyata kotor.
Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor/
terinfeksi.
b. Luka operasi kontaminasi : Luka operasi yang dilakukan pada kulit yang terluka,
tetapi masih dalam waktu emas (golden periode).
Setiap hari

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan

Area

Instalasi Rawat Inap Bedah

Pic

Ketua Komite PPI-RS

Format
pencatatan

NO

TANGGA
L

Pencatatan

NAMA

NO.

PASIEN

RM

JENIS
TINDAKAN
OPERASI

TANDA
INFEKSI
SETELAH 2 X
24 JAM
(ya/tidak)

JIKA YA,
TANGGAL
PERIKSA DAN
HASIL KULTUR

PERKEMBANGAN
MIKROORGANISME
SESUAI HASIL
KULTUR (ya/tidak)

1
2
dst

Verifikasi :

LAMPIRAN 2
Judul

Insiden Infeksi Saluran Kemih (ISK) akibat pemasangan kateter urine

Tujuan

Mengetahui kualitas pemasangan dan perawatan urine bagi pasien yang diindikasikan
memakainya

Definisi
Operasional

Infeksi saluran kemih yang dimaksud adalah Infeksi Saluran Kemih Simtomatik dengan
paling sedikit satu dari tanda-tanda berikut tanpa ada penyebab lainnya:

Demam (>38C)
Nikuri (anyang-anyangan)
Polakisuri
Disuri

KET

Nyeri supra pubik


5
Dan hasil biakan urin aliran tengah (midstream) >10 kuman per ml urin dengan
jumlah kuman tidak lebih dari 2 spesies.
Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil kesehatan
harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen awal HAIs
dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011).
Surveilans HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh Konsorsium
Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada sebanyak 155.358
pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena sentral (CVC) adalah
7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP juga jauh lebih tinggi;
13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK adalah 6,3 per 1.000 hari
pemasangan kateter urine.
Jumlah pasien yang mengalami ISK setelah pemasangan kateter urine dalam 1 bulan
(pasien) : Jumlah hari pemasangan kateter urine dalam 1 bulan (hari) x 1000 = ___

Numerator

Jumlah pasien yang mengalami ISKsetelah pemasangan kateter urine dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah hari pemasangan kateter urine dalam 1 bulan

Target

1.5

Kriteria Inklusi

Seluruh pasien dengan pemasangan kateter urine

Kriteria
Eksklusi

Pasien infeksi lain yang tidak diawali dengan pemasangan kateter urine

Pencatatan

Setiap hari (surveilans PPI oleh IPCN)

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Area

Instalasi Rawat Intensif

Pic

Ketua Komite PPI-RS

Format
pencatatan

N
O

TANGGAL

Formula

1 2
3
1
2
3
4
5
ds
t
Verifikasi :

NAMA

NO. RM

TANGGAL TANGGA TANGGAL


PASIEN DI
L
PERIKSA
MIKROORGANI KE
PASANG MUNCUL DAN
SME SESUAI T
KATETER TANDA
HASIL
URINE INFEKSI KULTUR
6

PERKEMBANG
AN
HASIL KULTUR
(ya/tidak)

LAMPIRAN 3
Judul

Insiden Ventilator Associated Pneumonia (VAP)

Tujuan

Tergambarnya kualitas prosedur pemasangan dan perawatan pasien dengan ventilator

Definisi
Operasional

Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang diawali


dengan pemasangan ventilator yang terjadi setelah 48 jam pemasangan ventilator.
Pneumonia adalah salah satu jenis infeksi saluran pernafasan bawah. Sebagian besar
penumonia nosokomial bakterial, disebabkan oleh terhisapnya bakteri yang
berkolonisasi dalam oropharynx atau saluran gastrointestinal atas pada pasien. Intubasi
dan ventilasi mekanis menurunkan pertahanan pasien, peralatan tersebut menambah
resiko pneumonia nosokomial. Pneumonia disebabkan oleh Legionella sp., Aspergillus
sp., dan virus influenza yang terhirup melalui aerosol yang terkontaminasi.

Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil kesehatan
harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen awal HAIs
dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011).
Surveilans HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh Konsorsium
Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada sebanyak 155.358
pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena sentral (CVC) adalah
7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP juga jauh lebih tinggi;
13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK adalah 6,3 per 1.000 hari
pemasangan kateter urine.

Formula

Jumlah pasien yang mengalami VAP dalam 1 bulan (orang) : Jumlah hari pemasangan
ventilator dalam 1 bulan (hari) x 1000 = ___

Numerator

Jumlah pasien yang mengalami VAP dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah hari pemasangan ventilator dalam 1 bulan

Target

1.5

Kriteria Inklusi

Seluruh pasien yang dilakukan pemasangan ventilator

Kriteria
Eksklusi

Pasien infeksi saluran pernafasan lain yang tidak diawali dengan pemasangan
ventilator

Pencatatan

Setiap hari (surveilans PPI oleh IPCN)

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Area

Instalasi Rawat Intensif

Pic

Ketua Komite PPI-RS

N
O

TANGGAL

Format
pencatatan

NAMA
PASIEN

1 2
3
1
2
3
4
Verifikasi :

TANGGAL
PEMASANG
AN
VENTILATO
R

NO.
RM

TANGGAL
DITEMUKAN
TANDA
PNEUMONI
A

TANGGAL
PEMERIKSAA
N DAN HASIL
FOTO
THORAX

TANGGAL
PEMERIKSA
AN DAN
HASIL
KULTUR
SPUTUM
dan HASIL

LAMPIRAN 4
Judul

Insiden Hospital Associated Pneumonia (HAP)

Tujuan

Tergambarnya kualitas pelayanan keperawatan pasien dengan tirah baring

Definisi
Operasional

Kejadian Hospital Associated Pneumonia (HAP) adalah pneumonia yang diawali


dengan prosedur tirah baring yang biasanya terjadi setelah 48 jam pasien dirawat.
Pneumonia adalah salah satu jenis infeksi saluran pernafasan bawah. Sebagian besar
penumonia nosokomial bakterial, disebabkan oleh terhisapnya bakteri yang
berkolonisasi dalam oropharynx atau saluran gastrointestinal atas pada pasien. Intubasi
dan ventilasi mekanis menurunkan pertahanan pasien, peralatan tersebut menambah
resiko pneumonia nosokomial. Pneumonia disebabkan oleh Legionella sp., Aspergillus
sp., dan virus influenza yang terhirup melalui aerosol yang terkontaminasi.

Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil kesehatan
harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen awal HAIs
dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011)
Surveilans HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia,
Afrika, dan Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh Konsorsium
Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada sebanyak 155.358
pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena sentral (CVC) adalah
7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP juga jauh lebih tinggi;
13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK adalah 6,3 per 1.000 hari
pemasangan kateter urine.

Formula

Jumlah pasien yang mengalami HAP dalam 1 bulan (orang) : Jumlah hari perawatan
pasien dengan tirah baring dalam 1 bulan (hari) x 1000 = ___

Numerator

Jumlah pasien yang mengalami HAP dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah hari perawatan pasien dengan tirah baring dalam 1 bulan

Target

1.5

Kriteria Inklusi

Seluruh pasien yang dilakukan tirah baring

KET

Kriteria
Eksklusi

Pasien infeksi saluran pernafasan sekunder

Pencatatan

Setiap hari (surveilans PPI oleh IPCN)

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Area

Instalasi Rawat Intensif

Pic

Ketua Komite PPI-RS

N
O

TANGGAL

Format
pencatatan

Pasien dengan pemasangan ventilator

NAMA NO.
PASIEN RM

1 2
3
1
2
3
4
5
Verifikasi :

MULAI
TIRAH

TANGGAL
BARING
7

TANGGAL
TANGGAL TANGGAL PEMERIKSA
DITEMUKAN PEMERIKSAA AN DAN
KE
TANDA N DAN HASIL
HASIL
T
PNEUMONI
FOTO
KULTUR
A
THORAX
SPUTUM
dan HASIL
8
9

LAMPIRAN 5
Judul

Insiden Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Akibat Pemasangan Central Vena
Catheter (CVC)

Tujuan

Tergambarnya kualitas pemasangan dan perawatan Central Vena Catheter (CVC)

Definisi
Operasional

Infeksi Aliran Darah Primer Akibat Pemasangan Central Vena Catheter (CVC) adalah
IADP yang Komitebul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai
sumber infeksi, yang diawali dengan pemasangan CVC yang terjadi setelah 48 jam
pemasangan.

Alasan Dan
Implikasi

HAIs adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pasien. Personil kesehatan
harus secara aktif terlibat dalam pengawasan, diagnosis, dan manajemen awal HAIs
dengan tujuan mengurangi risiko komplikasi dapat dicegah (IFIC, 2011). Surveilans
HAIs di negara berkembang dilakukan di 173 ICU di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan
Eropa sejak bulan Januari 2003 sampai Desember 2008 oleh Konsorsium
Pengendalian Infeksi Nosokomial Internasional, menemukan ada sebanyak 155.358
pasien rawat inap dalam studi. Insiden IADP untuk kateter vena sentral (CVC) adalah
7,6 CVC-BSIs per 1.000 hari pemasangan CVC. Insiden VAP juga jauh lebih tinggi;
13,6 VAPs per 1.000 hari pemakaian ventilator. Insiden ISK adalah 6,3 per 1.000 hari
pemasangan kateter urine.

Jumlah Jumlah pasien Infeksi Aliran Darah Akibat Pemasangan Central Vena Catheter
(CVC) dalam 1 bulan (orang) : Jumlah hari pemasangan Central Vena Catheter (CVC)
dalam 1 bulan (hari) x 1000 = ___1000

Numerator

Jumlah pasien Infeksi Aliran Darah Akibat Pemasangan Central Vena Catheter (CVC)
dalam 1 bulan

Denominator

Jumlah hari pemasangan Central Vena Catheter (CVC) dalam 1 bulan

Target

1.5

Kriteria Inklusi

Seluruh pasien dengan pemasangan Central Vena Catheter (CVC)

Kriteria
Eksklusi

Pasien infeksi lain yang tidak diawali dengan pemasangan Central Vena Catheter
(CVC)

Pencatatan

Setiap hari (surveilans PPI oleh IPCN)

Rekapitulasi
Unit

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Analisa &
Pelaporan

Setiap bulan, Komite PPI-RS

Area

Instalasi Rawat Intensif

Pic

Ketua Komite PPI-RS

Format
pencatatan

N
O

TANGGAL

Formula

1 2
3
1
2
3
4
5
ds
t
Verifikasi :

NAMA
NO.
PASIE
RM
N
4

JIKA YA, PERKEMBANG


TANGGAL
AN
TANGGAL INFEKSI
PERIKSA MIKROORGANI KE
PEMASANG SETELAH
DAN HASIL SME SESUAI T
AN CVC
48 JAM
KULTUR HASIL KULTUR
(ya/tidak)
DARAH
(ya/tidak)
6
7
8
9
TANDA

LAMPIRAN 6

Form Monitoring Pasien AMI, Ruangan : ___________________, Bulan : ____________________, Tahun : _________________

TANGGAL/ JAM
NO

TANGGAL

NAMA / UMUR

NO. RM

DIAGNOSA
MEDIK

PASIEN MRS

TANGGAL/JAM PASIEN

DIBERIKAN RESEP

DIBERIKAN ASPIRIN DAN

ASPIRIN DAN ATAU

TANGGAL/JAM KRS

ATAU ANTITROMBOTIK
PERTAMA KALI

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

TANGGAL / JAM PASIEN


MENINGGAL

ANTITROMBOTIK

CAUSA

(ya/tidak)

10

11

12

KET

LAMPIRAN 7

Form Monitoring Pasien Stroke, Ruangan : ___________________, Bulan : ____________________, Tahun : _________________

N
O

TANGG
AL

NAMA /
UMUR

TANGGA
L/ JAM

DIAGNO
SA

NO. RM

PASIEN

MEDIK

JENIS STROKE
(ischemic/

DENGAN
ATRIAL

KIE TENTANG
STROKE KEPADA

FIBRILLATION/F

PASIEN DAN

hemorrhagic)

MRS

LUTTER

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Verifikasi :

REHABILITASI

KELUARGA

(ya/tidak)

(ya/tidak)

(ya/tidak)

MENDAPATKA
N PELAYANAN

10

11

TANGGA
L/JAM
KRS

12

DIRESEPKAN
ANTITHROMBOTI
K SAAT KRS
(ya/tidak)

13

DIRESEPKAN
TERAPI

TANGGAL
/ JAM

ANTIKOAGULA
N SAAT KRS

PASIEN
MENINGG

(ya/tidak)

14

AL

15

16

CAUS
A

KET

TINJAUAN PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 2007, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. 2011, Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. 2011, Juknis Sistem Informasi Rumah Sakit 2011
Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I
Joint Commission Internasional. 2011, Commission Internationals International Library of
Measures, Ver 1.2. Illinois: Joint Commission Resources.
Joint Commission Internasional. 2011, Joint Commission Internasional Accreditation
Standards for Hospitals, 4th ed. Jakarta: PT Gramedia.
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. 2011, Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan: RSUP
H. Adam Malik
Sudra, Rano I. 2010, Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta: Graha Ilmu.
World Health Organization. 2001, Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah
Sakit. Jakarta: IDI

Anda mungkin juga menyukai