SKRIPSI
NAMA MAHASISWA
BP. 07.1072
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: NEKI ASTARIA
No. Bp
: 07.1072
Jurusan
Alamat
Raya
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang
berjudul: Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Khususnya Tentang Ibadah Sholat Wajib Lima Waktu Bagi
Anak-anak Putus Sekolah Didesa Lolo Hilir, adalah hasil
penelitian/ karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
NEKI ASTARIA
No. BP. 07.1072
HALAMAN PERSETUJUAN II
Skripsi
Pendidikan
dengan
Agama
judul
Islam
Penanaman
Khususnya
Nilai-nilai
Tentang
Ibadah
Dr. AHMAD
M.Ag
Pembimbing II
JAMIN,
S.IP,
Drs. M.
M.PdI
NAWIR,
HALAMAN PERSETUJUAN II
Skripsi dengan judul : Penanaman Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam Khususnya Tentang Ibadah Sholat Wajib Lima Waktu
Bagi Anak-anak Putus Sekolah Didesa Lolo Hilir.
Yang di tulis oleh saudari Neki Astaria, No. BP: 07.1072
telah dinyatakan
LULUS
Oleh tim penguji munaqasah pada tanggal 11 Maret 2012
demikian untuk dapat dimaklumi.
Sungai Penuh, 11 Maret
2012
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
PRISMAN, S.Ag,
M.Sy
Penguji I
Penguji II
790925 2
00912 1 003
Norman Ohira, M.Ag
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. M. NAWIR,
M.PdI 2009
Diketahui oleh
Ketua STIT (YPI) Kerinci
Nota Dinas
Sungai Penuh, 11 April 2012
Kepada Yth;
Bapak Ketua STIT YPI Kerinci
Di
Sungai Penuh
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat, setelah melakukan bimbingan arahan dan
koreksi dan perbaikan seperlunya terhadap penulisan skripsi
saudari:
Nama
: NEKI ASTARIA
Penanaman
Nilai-nilai
Pendidikan
semoga
karya
ilmiah
ini
bermanfaat
bagi
Pembimbing II
Dr. AHMAD
M.Ag
JAMIN,
S.IP,
Drs. M.
M.PdI
NAWIR,
PERSEMBAHAN
Dedikasi
Kudedikasikan kaya ini buat Ibu tercinta (Zulhijah) dan
Ayah
tercinta
(Bujang)
yang
selalu
mendoakan
)
(247 " "
Artinya: Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan
shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah
mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan
tempat tidur mereka. (dishahihkan oleh al-albani
dalam irwau ghalil. No 247) 1
1 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hal 210
ABSTRAK
Judul Skripsi: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA LOLO
HILIR KEC. GUNUNG RAYA.
Latar Belakang Masalah, masalah dalam penelitian ini
adalah setiap anak yang dilahirkan kedunia adalah dalam
keadaan fitrah (suci), maka orang tua lah yang bertanggung
jawab atas baik atau buruknya seorang anak di kemudian hari,
dan tanggung jawab orang tua memberikan pendidikan umum
dan yang utama adalah pendidikan Agama khususnya ibadah
shalat wajib. Pendidikan dan pengajaran bisa diberikan dirumah,
atau di sekolah. Sekarang permasalahan timbul ketika orang tua
tidak mempunyai ilmu agama yang baik dan tidak mempunyai
biaya untuk menyekolahkan anaknya, hal ini terjadi pada
beberapa orang anak putus sekolah di desa lolo hilir,
bagaimanakah pengetahuan mereka tentang nilai-nilai PAI
khususnya pada pelaksanaan praktik ibadah shalaw wajib lima
waktu.
Permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini
adalah 1) Bagaimanakah pemahaman Agama tentang sholat lima
waktu pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir?, 2)
Apakah faktor penghambat penanaman nilai PAI tentang solat
wajib lima waktu pada anak putus sekolah didesa Lolo Hilir?, 3).
Apa upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama
khususnya sholat wajib lima waktu pada anak-anak putus
sekolah di desa lolo hilir?.
Adapun Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui
Bagaimanakah pemahaman Agama tentang sholat lima waktu
pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir 2) Untuk
mengetahui faktor penghambat penanaman nilai PAI tentang
solat wajib lima waktu pada anak putus sekolah didesa Lolo Hilir,
3). Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menanamkan
nilai-nilai agama khususnya sholat wajib lima waktu pada anakanak putus sekolah di desa lolo hilir.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah metode kualitatif deskriptif dengan jumlah responden 9
orang yakni setelah di ambil 20% dari total 44 orang anak putus
sekolah, setelah mengumpulkan data kemudian data-data
tersebut di jabarkan dan dianalisa satu data dengan data yang
lain. Kumudian ditarik semimpulan.
). (
Puji dan sukur selalu penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-nya kepada kita
semua, terutama sekali kepada penulis, sehingga berkat rahmatnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan cukup baik.
Shalawat
Muhammad
beriring
SAW
salam
rahmatan
bagi
junjungan
lilalamin.
kita
Dalam
Nabi
usaha
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan
skripsi
ini
Sungai Penuh,
2012
11 Maret
10
Wassalam
NEKI ASTARIA
BP. 07.1072
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN
PENGESAHAN
..........................................................................
NOTA
ii
DINAS
.................................................................................................. iii
PENGESAHAN............................................................................
....................
iv
10
11
PERSEMBAHAN
DAN
MOTO
......................................................................
v
KATA
PENGANTAR
.....................................................................................
ix
ABSTRAK...................................................................................
.....................
xii
DAFTAR
ISI
..................................................................................................
...
xii
DAFTAR
TABEL
.............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah
.............................................................
1
B. Batasan
dan
Rumusan
Masalah
.................................................
6
11
12
C. Tujuan
dan
Kegunaan
Penelitian
...............................................
7
D. Definisi
Operasional
..................................................................
8
E. Metoologi
Penelitian
..................................................................
9
F. Sistematika
Penulisan
................................................................
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
......................
13
B. Peran
Orang
Tua
Terhadap
Pendidikan
Anak
.............................
22
C. Latar Belakang Terjadinya Anak Putus Sekolah
........................
33
12
13
40
B. Geografis...............................................................
..................
42
C. Keadaan
penduduk
...................................................................
43
D. Fasilitas
Sosial
Keagamaan
.....................................................
44
E. Struktur
Pemerintahan
Desa
....................................................
46
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman Agama Tentang Shalat Wajib Lima
Waktu Pada Anak Putus Sekolah di Desa Lolo
Hilir
..........................
51
B. Faktor
Penghambat
Penanaman
Nilai
nilai
13
14
............................
53
C. Upaya-upaya
Yang
Dilakukan
Untuk
.............................................
57
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................
...................
68
B. Saran ...................................................................
.....................
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
14
15
DAFTAR TABEL
Responden
........................................................................
Tabel II. Mata
Pencarian
Penduduk
...................................
Desa
Lolo
11
Hilir
43
46
15
16
DAFTAR BAGAN
Bagan I.
Struktur
Pemerintahan
Desa
Lolo
.......................................
Bagan II. Struktur
Hilir
47
Organisasi
....................................
BPD
Desa
Lolo
Hilir
48
50
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam bagi anakanak dan remaja sangatlah penting terutama pada anak yang
mengalami
putus
sekolah,
hal
ini
dilakukan
karena
anak
:
.
Artinya: Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya
17
18
18
19
(17: )
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS
Luqman : 17)4
Setelah keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah
sekolah. Di sekolah, guru merupakan penanggung jawab pertama
terhadap pendidikan anak sekaligus sebagai suri teladan. Sikap
maupun
tingkah
laku
guru
sangat
berpengaruh
terhadap
19
20
ekonomi
kebutuhan
yang
memadai
anggota
dan
keluarga.
mampu
Salah
memenuhi
satu
pengaruh
segala
yang
penghambat
bagi
seseorang
untuk
memenuhi
20
21
ekonomi
nasional
secara
menyeluruh,
sehingga
tidak
mampu
membiayai
biaya
pendidikan
anaknya
agama
yang
dimiliki
khususnya
tentang
21
22
" ) "
(247
Artinya: "Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat
saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat
usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka."
(Dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwa'u Ghalil, no. 247)
6
22
23
isalam pada mereka yang putus sekolah? Karena jika kita lihat
secara lahiriah, pendidikan yang mereka dapat sangat minim
dibandingkan dengan anak
yang bersekolah.
Untuk
itulah
masalah
itulah
yang
melatar
belakangi
putus
berkenaan
dengan
sekolah
didesa
pembinaan
lolo
hilir
pendidikan
terutama
shalat,
yang
penulis
24
maka
penulis
perlu
membatasi
masalah
akan
diteliti
dalam
penelitaian
ini
adalah
24
25
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan penulis dalam
bidang penelitian ilmiah.
b. Untuk menggugah hati para remaja khususnya anakanak yang putus
sekolah didesa lolo hilir supaya membekali kehidupan
ini
dengan
pengetauan
dan
pendidikan
25
terutama
26
D. Definisi Operasional
Penanaman
Pendidikan
Agama Islam
Kecamatan
Kabupaten
Gunung
Kerinci
Raya
Provinsi
Jambi.9
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu: Metode deskriptif, metode ini hanya sebatas
memaparkan situasai atau peristiwa, tampa mencari atau
menjelaskan hubungan antar variabel dan tidak pula melakukan
7 WJS Pooerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II (Jakarta: Balai Pustaka,
1985), hal. 226
8 Ibid., hal. 153
9 Dokumentasi, Kantor Camat Kecamatan Gunung Raya, 2012
26
27
ini
akan
menjabarkan
keadaan
objek
penelitian
penelitian
lainnya
yang
berbentuk
penelitian
populasi
di
gunakan
untuk
penelitian
kuantitatif
11
27
28
12
maka
untuk
mempermudah
28
peneliti
dalam
29
lolo
hilir
pada
tahun 2012
dan
untuk
menentukan
Jenjang Sekolah
Jumlah
Ket
2
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
3
3
2
3
3
(SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Jumlah
3
9
pada
beberapa
pihak
yang
di
anggap
mendapatkan
data
yang
dapat
di
29
30
mereka
di
mengetahui
jadikan
keadaan
sumberdata
di
lokasi
karena
penelitian,
putus
sekolah
di
lokasi
penelitian,
mereka
keadaan
akan
dirimereka
memberi
dengan
informasi
sejujurnya
tentang
terhadap
dihadapi
dalam
menanamkan
nilai-nilai
30
31
Desa,
tokoh
msyarakat,
alim
ulama,
yang
mengadakan
observasi
langsung
dengan
penulisan
skirpsi
ini
mengacu
kepada
31
32
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam sangat penting, karena
pentingnya pendidikan telah ditegaskan dalam agama Islam sejak turunnya ayat
pertama yaitu:
(9: )
13 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru,
(Surabaya : Pustaka Agung Harapan, 2006), h 540
32
33
:
( )
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw bersabda: menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap kaum muslim dan kaum muslimah (HR. Bukhari dan
Muslim).15
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda:
( )
Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: siapa yang ingin
meraih kehidupan dunia dengan baik maka harus dengan ilmu, begitu
juga siapa yang ingin meraih kesuksesan di akhirat maha juga harus
14
15 Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari, terj. Muhajir, juz. III
(Bandung: Dahlan, t.t.), hal. 1312
33
34
dengan ilmu, dan siapa saja yang ingin meraih kedua-duanya, maka
harus dengan ilmu (HR. Ahmad).16
Hadits di atas menjelaskan bahwa, ilmu adalah segala-galanya dan wajib
dituntut oleh kaum muslimin dan muslimah serta siapa saja yang ingin mencari
kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Dua kebahagiaan tersebut baru bisa
dicapai adalah dengan ilmu (pendidikan). Karena kebahagiaan merupakan tujuan
setiap manusia, Seseorang yang menempuh jalan kebahagiaan berarti sedang
menuju pada kesempurnaan. Menurut Ibn Bajjah :
Kebahagiaan adalah jika seseorang telah mencapai dalam hidupnya
martabat ilmu atau hikmah atau keberanian atau kemuliaan dan ia sendiri
sadar sebagai seseorang yang berilmu, bijaksana, berani atau mulia, lalu ia
berbuat sesuatu dengan apa yang diketahuinya, tanpa ria dan tanpa
mengharapkan keuntungan apapun. Maka itu ia merasa ketenteraman
batin dan mengetahui hakikat hidup dan wujud itu.17
Berdasarkan kutipan di atas maka kebahagiaan itu ialah apabila seseorang telah
mencapai tujuan hidupnya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan
ilmu sehingga ia menjadi orang yang bijaksana, beramal mulia dan bermartabat.
Dalam Islam kebutuhan seseorang terhadap pendidikan bukanlah hanya
sekedar mengembangkan aspek individual dan sosial yang bersifat mementingkan
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik saja, akan tetapi juga untuk
mengarahkan naluri agama yang telah ada dalam setiap diri anak, karena pada
dasarnya setiap jiwa manusia itu telah disirami dengan nilai-nilai agama Islam.
Naluri agama yang dimiliki oleh manusia untuk melangsungkan kehidupannya di
16 Ibid, hal. 1314
17 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam (Jakarta : Bulan Bintang. 1992) h. 140
34
35
dunia ini merupakan suatu pedoman yang harus di tanamkan kepada anak sejak
dini, sehingga proses pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi agama
tersebut ke arah yang sebenarnya.18
Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak tidak mungkin tumbuh dan
berkembang baik tanpa adanya latihan dan bimbingan yang bersifat mendidik.
Pendidikan tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
maupun rohani anak. Pendidikan secara umum dimulai pada usia 9 (sembilan)
sampai dengan 15 (lima belas) tahun.
Sudirman, N. mengatakan bahwa:
Belajar adalah pendidikan bagi seseorang. Pendidikan sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie asal katanya adalah pais yang
artinya anak dan again yang terjemahannya membimbing, dengan
demikian paedagogie berarti bimbingan yang diberikan pada anak. Dalam
perkembangan selanjutnya pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok
lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.19
Sudah jelas bahwa arti pendidikan itu adalah proses pendewasaan
seseorang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak didiknya melalui
proses pendidikan baik formal maupun non formal.
18 Abdurrahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal.
152
19 Sudirman, N.dkk. Ilmu Pendidikan, cet. III (bandung: Remaja Karya, 1989),
hal. 4
35
36
laku
individu
dalam
kehidupan
pribadinya
atau
kehidupan
...
(78 :)
Artinya:
Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedangkan kamu
tidak mengetahui apa-apa, (QS. An-Nahl: 78).
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia dilahirkan ke bumi ini dalam
keadaan lemah dan tidak mengetahui apa-apa. Kelemahan manusia itu harus
dikembangkan melalui proses pendidikan secara kontinu mulai dari masa kanakkanak sampai dewasa bahkan sampai manusia itu meninggalkan dunia fana ini.
Seperti yang ditegaskan Rasulullah Saw dalam hadisnya:
:
( )
20 Omar Muhammad At-Touny Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, tp. Tt., hal. 399
36
37
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw berkata: Tuntutlah ilmu
mulai dari ayunan hingga ke liang lahad. (HR. Bukhari dan Muslim).21
Hadis di atas memberi pengertian bahwa pendidikan itu tidak mengenal
usia, mulai semenjak dalam ayunan (kanak-kanak) pendidikan sudah diberikan
hingga umur beranjak dewasa. Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir
pula pendidikan, karena Islam berprinsip bahwa pendidikan manusia berakhir
setelah berpisahnya roh dari badan. Hal ini di pahami dari hadis di atas yang
menyatakan bahwa pendidikan tersebut dimulai dari ayunan hingga ke liang
lahad.
Bantuan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak
adalah untuk mengembangkan potensinya menjadi manusia dewasa yang dapat
mengemban tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dari itu bagaimanapun
terbelakangnya peradaban suatu masyarakat tersebut pasti berlangsung suatu
proses pendidikan. Tapi maju mundurnya tingkat pendidikan itu berbeda-beda
menurut perkembangan peradaban suatu masyarakat.
Mhd. Tabrani. ZA mengemukakan bahwa:
Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif) yang berlangsung
dalam zaman di mana manusia masih berada dalam ruang lingkup
kehidupan yang serba sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada
hal-hal yang bersifat survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam
sekitar).22
21 Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari,hal. 1318
22 Mhd. Tabrani. ZA, Kajian Ilmu Pendidikan Islam (Selangor: Al-Jenderami
Press, 2005), hal. 2
37
38
38
39
harus
24 Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), hal 54
25 Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, cet. II, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988), hal. 34-35
26 Hasan Langgulung, Azas-Azas hal. 71
39
40
40
41
41
42
42
43
islami. Dengan demikian orang tua berkewajiban menjaga anak-anak baik melalui
pembinaan keagamaan maupun pengarahan lainnya.
Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa: Hubungan orang tua dan anak
sangat mempengaruhi jiwa anak. Baik buruknya serta bertumbuh tidaknya mental
anak sangat tergantung sama orang tua.30
Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua sangat berperan dalam
perkembangan anak. Peranan orang tua sangat besar dalam membina, mendidik
serta membesarkan si anak hingga menjadi dewasa. Orang tua merupakan orang
pertama anak-anak belajar mendapatkan pendidikan, otomatis apa yang
didapatkan anak pertama sekali semasa kecilnya akan membekas pada jiwa dan
raganya di kemudian hari.
Kalau melihat peranan orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak,
maka tidak bisa dipisahkan dari peran seorang ibu. Karena ibulah sebagai
pendidik yang utama dalam keluarga. Sebab sejak bayi dalam kandungan sampai
bayi lahir menjadi balita dan menjadi anak-anak hingga ia dewasa, ibulah yang
paling dekat dan paling sering bersama anak.
Dalam hal ini Jamaluddin mengatakan:
Perkembangan bayi tak mungkin dapat berlangsung secara normal tanpa
adanya intervensi dari luar. Walaupun secara alami ia memiliki potensi
dari bawaan. Seandainya dalam pertumbuhan dan perkembangannya
hanya diharapkan menjadi normal sekalipun, maka ia masih memerlukan
berbagai
persyaratan
tertentu
serta
pemeliharaan
yang
31
berkesinambungan.
30 Safri, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Mental Anak, Santunan, No. 237,
April 1998, hal. 15
31 Jamaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 202.
43
44
:
:
()
Artinya:
44
45
Dari Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Nabi Saw. Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan
ia Yahudi atau Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari)32
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya anak sangat
tergantung pada sikap dari pada orang tuanya. Seandainya orang tua akan dengki
mendengki dalam praktek sehari-hari maka anak akan turut mempengaruhi,
demikian pula terhadap hal-hal yang lainnya. Anak yang dilahirkan ke muka bumi
ini dalam keadaan fitrah (kemampuan dasar) berupa potensi religius (nilai-nilai
agama). Kemampuan dasar ini pada dasarnya adalah setiap jiwa manusia itu telah
disirami dengan nilai-nilai agama Islam.33 Naluri agama yang dimiliki oleh
manusia untuk melangsungkan kehidupannya di dunia ini merupakan suatu
pedoman yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, sehingga proses
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi agama tersebut ke arah yang
sebenarnya.
Hadits di atas juga menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir bagi
anak dapat di pengaruhi oleh lingkungan. Fitrah tidak dapat berkembang tanpa
adanya pengaruh positif dari lingkungannya yang mungkin dapat dimodifikasi
atau dapat diubah secara drastis bila lingkungannya itu tidak memungkinkan
untuk menjadikan fitrah itu lebih baik.
32 Abu Abdullah bin Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahihul Bukhari, Juz I.
(Mesir: Maktabah al Husaini t.t) hal. 240.
33 Al-Husaini Abdul Hasyim, Pendidikan Anak Menurut Islam (Terjemahan Abdullah
Mahadi), cet.I (Bandung: Sinar baru Al-Gensiondo, 1994), hal. 68
45
46
ditanamkan nilai-nilai yang baik, karena anak sejak lahir telah membawa potensi
dan bakat, dan potensi yang ada pada diri anak tersebut harus diarahkan kepada
hal-hal yang baik.
Pendidikan berawal dari lingkungan keluarga, yaitu kedua orang tua
kemudian dilanjutkan dengan lingkungan masyarakat dan pendidikan formal
(sekolah). Ketiga sumber pendidikan (tri pusat pendidikan) tersebut harus
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling menunjang.
Di rumah orang tua dapat mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar
keagamaan kepada anak-anaknya, termasuk di dalamnya dasar-dasar bernegara,
dan berperilaku baik serta berhubungan sosial lainnya. 35 Orang tua juga sangat
berpengaruh dalam pendidikan agama. Sebagaimana Firman Allah dalam surat
Luqman: 17
34 M. Arief, Menggali Manusia Melalui Proses Pendidikan, Dinamika, No. 12, 1998, hal.
9
35M.Arif, Menggali, hal. 84
46
47
(17:)
Artinya: "Hai anakku dirikan shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang
baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah Swt" (QS Luqman
: 17)
Maksud ayat di atas adalah usaha penerapan pendidikan agama yang
diusahakan oleh kedua orang tua sebagai langkah awal adalah dengan menyuruh
shalat yang dilaksanakan melalui latihan-latihan secara rutin.
Zakiah Daradjat mengatakan: Anak-anak sebelum dapat memahami
sesuatu pengertian kata-kata yang abstrak seperti benar dan salah, baik dan buruk,
kecuali pengalaman sehari-hari dari orang tua dan saudara-saudaranya.36
Di sinilah letak peran orang tua terhadap pendidikan anak yaitu dengan
memberikan pemahaman dengan kata-kata, berbuat dan bertindak. Contoh
kehidupannya sehari-hari bercorak dari tindak tanduk orang tuanya. Selanjutnya
Ibnu Sina mengatakan bahwa: Anak-anak harus dibiasakan dengan hal-hal
terpuji semenjak ia kecil.37 Contohnya adalah seperti menyuruh anak untuk
47
48
shalat, bersikap santun terhadap orang tua, bersikap sopan terhadap orang lain dan
berbuat baik terhadap sesama.
Pembinaan ini merupakan tanggung jawab sepenuhnya oleh orang tua,
seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Sina di atas. Karena orang tua merupakan
orang yang pertama dikenal anak, maka hal ini adalah mutlak dan wajib
dikerjakan, karena merupakan perintah dari Allah.
Pendidikan dari lingkungan keluarga (prasekolah) merupakan pendidikan
yang pelaksanaannya dilakukan sejak lahir, misalnya mulai dengan
mengazankannya, mendidik dan memperlakukannya sesuai dengan ajaran agama
Islam. Orang tua sebagai kepala keluarga haruslah berusaha semaksimal mungkin
menciptakan situasi rumah tangga yang harmonis, melaksanakan ajaran agama
dengan tekun dan disiplin, menempatkan segala tindak tanduknya (gerakgeriknya) yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan ajaran dan
petunjuk agama.38 Firman Allah Swt dalam surat At-Tahrim ayat 6:
)...
(6 :
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.."(QS At-Tahrim : 6).
Ayat di atas menunjukkan bahwa memberikan pendidikan kepada anggota
keluarga merupakan suatu kewajiban supaya terhindar dari siksaan api neraka.
Berarti dalam hal ini melindungi diri dari kehancuran, juga melindungi keluarga
38 Ibnu Sina, Majalah, hal. 59
48
49
39 Zahar Idris, Dasar-Dasar Pendidikan (Bandung: Angkasa Raya, t.t), hal. 10
49
50
( )
Artinya: Dari Abu Said Al Khudri r.a berkata : "Saya telah mendengar
Rasulullah Saw bersabda: "Siapa diantara kamu melihat kemungkaran,
maka hendaklah dicegah dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak
sanggup hendaklah dengan lidahnya, jika tidak sanggup pula
hendaklah dengan hatinya yang demikian itu adalah selemah-lemah
iman.40
Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa ada tiga cara untuk mencegah
kemungkaran, yang pertama dengan kekuasaan, kedua dengan memberikan
nasehat dan peringatan, dan yang ketiga dengan membenci perbuatan yang
mungkar. Di sinilah letak peran orang tua juga termasuk masyarakat serta
lembaga-lembaga terkait agar membimbing anak supaya tidak menjadi pelaku
kemungkaran. Peranan orang tua menurut hadits di atas adalah supaya orang tua
memberi pelajaran, bimbingan dan nasehat kepada anaknya supaya menghindari
dan mencegah kemungkaran serta membedakan mana yang baik dan tidak baik.
Di samping orang tua, masyarakat juga sangat berperan dalam membimbing anakanak serta mengarahkannya supaya menjauhi perbuatan yang mungkar, misalnya
dengan memberi contoh yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan ini Muhammad Athiyah Al-Absrasyi mengemukakan
bahwa:
Dalam bergaul dengan anak-anak, kita harus melihat posisi diri kita,
kemampuan ilmu kita dan cara berpikir kita, bahkan juga harus dipikirkan
tentang posisi anak, pengetahuan dan pikiran anak tentang ilmu yang
40 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I (Mesir, Isa Al-Bay Al-Halaby, t.t) hal 39
50
51
dimiliki serta lingkungannya. Dan ketika kita berpikir tentang posisi anak,
jangan menggunakan kaca mata orang dewasa, tetapi harus dengan
menggunakan cara berpikir anak.41
Pendapat di atas dengan jelas mengemukakan bahwa dalam mendidik
anak, orang tua harus dapat mengetahui cara berpikir anak dan tidak menyamakan
cara berpikirnya anak dengan orang dewasa.
Maka dalam hal ini ada beberapa langkah yang mungkin dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya mendidik anak, antara lain adalah:
1. Orang Tua Sebagai Panutan
Anak selalu becermin dan bersandar kepada lingkungannya yang terdekat.
Dalam hal ini tentunya lingkungan keluarga yaitu orang tua. Orang tua harus
memberikan teladan yang baik dalam segala aktivitasnya kepada anak.42
2. Orang Tua Sebagai Motivator Anak
Anak mempunyai motivasi untuk bergerak dan bertindak, apa bila ada
sesuatu dorongan dari orang lain, lebih-lebih dari orang tua. Hal ini sangat
diperlukan terhadap anak yang masih memerlukan dorongan. Motivasi bisa
membentuk dorongan, pemberian penghargaan, pemberian harapan atau hadiah
yang wajar, dalam melakukan aktivitas yang selanjutnya dapat memperoleh
prestasi yang memuaskan.43
3. Orang tua sebagai cermin utama anak.
51
52
Orang tua adalah orang yang sangat dibutuhkan serta diharapkan oleh
anak. Karena bagaimanapun mereka merupakan orang yang pertama kali
dijadikan sebagai figur dan teladan di rumah tangga. Dan selain itu orang tua juga
harus memiliki sifat keterbukaan terhadap anak-anaknya, sehingga dapat terjalin
hubungan yang akrab dan harmonis antara orang tua dengan si anak, dan begitu
juga sebaliknya. Sehingga nantinya dapat diharapkan oleh anak sebagai tempat
berdiskusi dalam berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan pendidikan,
ataupun yang berkaitan dengan pribadinya.44 Di sinilah peranan orang tua dalam
menentukan akhlak si anak. Kalau orang tua memberikan contoh yang baik, maka
anak pun akan mengambil contoh baik tersebut, dan sebaliknya.
4. Orang tua sebagai fasilitator anak45
Pendidikan bagi si anak akan berhasil dan berjalan baik, apabila fasilitas
cukup tersedia. Namun bukan semata-mata berarti orang tua harus memaksakan
dirinya untuk mencapai tersedianya fasilitas tersebut. Akan tetapi, setidaknya
orang tua sedapat mungkin memenuhi fasilitas yang diperlukan oleh si anak, dan
ini tentu saja ditentukan dengan kondisi ekonomi yang ada.
Selain dari hal tersebut di atas orang tua semestinya juga dapat diajak
untuk bekerja sama dalam mendapatkan dan memperoleh inovasi sistem belajar
mereka yang efisien dan efektif, sehingga anak tetap terkoordinir sebagaimana
mestinya.
44 Muhammad Taqi Falsafi, Anak Antara Kekuatan Gen dan Pendidikan (Bogor: Cahaya,
2003), hal. 83
45 Muhammad Taqi , hal. 87
52
53
53
54
54
55
Seorang ibu adalah sekolah yang besar dan utama.49
Dari pepatah di atas dapat disimpulkan bahwa ibulah fondasi utama dalam
pendidikan anak. Jika ibu berhasil dalam mendidik dan mengasuh anak, berarti dia
telah berhasil menciptakan bangsa yang baik.
55
56
56
57
lakukan kebanyakan cenderung ke arah yang tidak baik, yang dapat menjadikan
dirinya sebagai penjahat, pemalas dan sebagainya.
2. Keadaan Ekonomi Orang Tua
Lemahnya keadaan ekonomi orang adalah salah satu penyebab terjadinya
anak putus sekolah. Apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka
kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Sebaliknya kebutuhan yang cukup bagi anak hanyalah didasarkan kepada
kemampuan ekonomi dari orang tuanya, yang dapat terpenuhinya segala
keperluan kepentingan anak terutama dalam bidang pendidikan.
Sayyidina Ali Kw. berkata yang artinya: Dalam menuntut ilmu ada tiga
Al yang harus diperhatikan: 1) Panjang masa dalam menuntut ilmu, 2) Ekonomi
yang mendukung, 3) Ada keinginan. Ketiga hal tersebut adalah sejalan.51
Dari perkataan Sayyidina Ali Kw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
dalam menuntut ilmu masa harus panjang (bukan cuma sebentar dalam menuntut
ilmu), kemudian ada keinginan dari peserta didik, supaya dalam dia menuntut
ilmu tidak lalai dan tidak mengingat yang lain selain belajar, serta ekonomi yang
mendukung, yaitu dalam menuntut ilmu tersebut ekonomilah yang menentukan
sukses tidaknya pendidikan seseorang serta tinggi rendahnya pendidikan.
Jelas bahwa kondisi ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling
besar
untuk
kelanjutan
pendidikan
anak-anak,
sebab
pendidikan
juga
51 Tim Penyusun Peace Education Program, Pendidikan Damai Dalam Perspektif Ulama
Aceh (Banda Aceh: PPD, 2005), hal. 208
57
58
54 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, cet. II (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) hal.
18
58
59
59
60
serta perbuatan masyarakat yang tidak baik dengan mudah akan diterima oleh
anak begitu saja. Hal ini disebabkan karena bentuk-bentuk pergaulan dan
perbuatan dari suatu masyarakat dapat menyebabkan terjadinya hambatan dan
tanggapan terhadap pendidikan anak, dari keterangan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa terjadinya anak putus sekolah disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain keadaan ekonomi orang tua yang tidak stabil, juga sarana dan
prasarana.
60
61
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA LOLO HILIR
A. Historis
Menurut penyelidikan, daerah kerinci yang indah dan
bertanah subur pada dahun 2000 SM telah ditempati dan di
huni oleh orang, zaman ini lah yang dikatakan zaman Wok.
Pada waktu itu yang kecil di panggil wok dan yang besar di
panggil wok. Mereka hidup dengan cara berburu, baik rusa,
babi, kera, kijang, dan lain sebagainya. Pada saat itu mereka
hidup berkelompok-kelompok dan tidak menetap, mereka
berpidah-pindah dari suatu tempat ketempat lain.
Menurut keterangan pendatang yang pertama kali ada di
daerah kerinci adalah berasal dari daratan Asia, karena suatu
61
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman Agama tentang sholat lima waktu pada
anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir.
Shalat adalah tiang agama, rukun iman yang kedua, pembeda antara yang
kafir, dan sebagainya yang menunjukkan bahwa shalat memiliki kedudukan yang
sangat utama dalam Islam. Karena itu setiap muslim wajib untuk melaksanakan
shalat. Tidak ada uzur ataupun rukhsoh untuk tidak melaksanakannya, walaupun
hanya tinggal kesadaran hati tanpa gerak. Di setiap keadaan apapun shalat tetap
wajib didirikan walaupun di tengah medan peperangan yang sangat berkecamuk.
Hal ini harus benar-benar tertanam dalam diri setiap muslim sehingga ia tidak
meremehkan shalat.
Mengingat pentinganya shalat tersebut maka bagaimanakah pemahaman
anak-anak putus sekolah didesa Lolo Hilir tentang ibadah sholat wajib lima
waktu, hal ini di ungkapkan oleh Rafi Saya selalu melaksanakan sholat lima
waktu walau pun terkadang ada bolong-bolong nya, kalau bacaannya saya sudah
bisa karena selain belajar di rumah juga belajar di TPQ/TPSQ. 56 Hal ini senada
dengan pernyataan Bapak Haris orang tua Rafi kalau anak saya alhamdulillah,
semuanya bisa sholat karena setiap habis magrib saya mengajari mereka baca Alquran dan sholat pada malam jumat.57
56 Hasil wawancara dengan Rafi (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012
57 Hasil wawancara dengan Bapak Haris (orang tua rafi), Pada tanggal 24 Mai
2012
62
63
Shalat adalah dunia yang sangat luas, bahkan mewakili keimanan dan
keislaman seseorang yang didalamnya ada nilai-nilai keimanan seperti beriman
kepada Alloh, Malaikat, dan seterusnya. Di sana juga ada perbaharuan ikrar
syahadattain yang merupakan kunci keislaman seseorang. Di dalamnya ada
penghambaan,
pengagungan
permintaan,
pengharapan
dan
kepasrahan.
58 Hasil wawancara dengan Pauzan (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
63
64
Hal senada juga di ucakan oleh Fiki Aliansyah saya tidak hafal bacaan
sholat, jadi saya tidak mengerjakan sholat takut slah. Karena saya tidak diajar
dirumah sama bapak59
Ditambahkan oleh Rudi Saya belum bisa shalat saya masih belajar
60
sangat menyedihkan sekali jika anak anak putus sekolah tidak bisa melaksanakan
ibadah shalat, dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa di pemahaman
agama khusus tentang ibadah sholat wajib lima waktu pada anak putus sekolah
didesa lolo hilir masih kurang.
Sebagai muslim yang kelak akan menjadi orang tua tentu berharap memiliki
keturunan yang shalihah dan selalu mendirikan shalat, sebagaimana doa Nabi
Ibrahim as agar menjadikan dirinya orang yang senantiasa mendirikan shalat dan
memiliki keturunan yang senantiasa mendirikan shalat pula.karena itu sedini
mungkin marilah serius mempelajari hal yang berkaitan dengan shalat dan
menjalankan shalat dengan baik dan benar sehingga nantinya mampu
mengajarkan shalat dengan benar kepada anak turun kita. Janganlah sampai shalat
yang suci dan mulia menjadi tak berharga dan sia-sia hanya karena kita salah
dalam mengajarkannya kepada anak turun kita.
B. Faktor penghambat penanaman nilai-nilai PAI khusus
tentang solat lima waktu pada anak putus sekolah di
desa Lolo Hilir
59 Hasil wawancara dengan Fiki (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
60 Hasil wawancara dengan Rudi(anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
64
65
dan
bacaan
shalat
dengan
benar,
seperti
di
61 Hasil wawancara dengan Bapak Boni (orang tua anak ), Pada tanggal 24 Mai
2012
65
66
putus
sekolah
menjadi
salah
satu
faktor
keluar
saya
sudah
berangkat
kekebun
untuk
62 Hasil wawancara dengan Bapak M. Noer (Tokoh Alim Ulama ), Pada tanggal
24 Mai 2012
66
67
63
lagi
banyak
mereka
membantu
kami
sampai
malam64
Jadi keadaan ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh
terhadap
pendidikan
anak
yang
disana
termasuk
juga
63 Hasil wawancara dengan Bapak Zainun (Orang tua anak ), Pada tanggal 24
Mai 2012
64 Hasil wawancara dengan Bapak Zainun (orang tua anak putus sekolah ), Pada
tanggal 24 Mai 2012
67
68
membantu
dia
bekerja65
pernyataan
dari
Andi
68
69
bermain sepeda66 kontrol orang tua terhadap anak sangat penting karena
tampa kontrol yang baik anak bisa saja terpengaruh oleh lingkungan temanteman nya bergaul. Ceko mengatakan sore hari saya pergi mengaji tetapi
kadang-kadang tidak sampai kepengajian karena di ajak teman pergi main
play stasion67. Dari keterangan diatas dapat dismpulkan bahwa salah satu
faktor penghambat adalah lingkungan dimana anak itu tinggal dan bergaul
dan bermasyarakat, sehingga untuk tercapainya harapan orang tua terhadap
pendidikan agama anaknya, setiap orang tua harus mengontrol anak mereka
dengan kontrol jarak jauh, atau menanyakan kegiatan mereka.
C. Upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
agama khususnya sholat wajib lima waktu pada anakanak putus sekolah di desa lolo hilir
Anak adalah harapan bagi sitiap orang tua, dan setiap orang tua
menginginkan anaknya menjadi orang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, namun tadak semua orang tua tau dan bisa memberikan pendidikan dan
pengetahuan kepada anaknya, baik itu agama maupun pengetahuan umum. Hal ini
disebabkan perbedaan kemampuan ekonomi dan perbedaan pola asuh dan cara
mendidik anak. Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan beberapa tahap
penelitian terhadap penanaman nilai agama pada anak putus sekolah didesa lolo
hilir, sehingga sampai kepada pembahasan mengenai upaya yang dilakukan untuk
66 Hasil wawancara dengan Aziz (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
67 Hasil wawancara dengan Ceko (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
69
70
68 Hasil wawancara dengan Bapak Marhalim (Kepala Desa Lolo Hilir ), pada
tanggal 24 Mai 2012
70
71
69 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru, (Surabaya :
Pustaka Agung Harapan, 2006), h 253
70 Hasil wawancara dengan Bapak Abd. Soleh (Orang tua anak ), pada tanggal
24 Mai 2012
71 Hasil wawancara dengan Bapak Nursal (Orang tua anak), pada tanggal 24 Mai
2012
71
72
dalam menjaga fitrah sangat lah besar sebagaimana firman Alloh SWT dengan
Penyebutan fitrah dalam al quran adalah firman-Nya sebaai berikut:
kepada
istrinya,Kapan
seorang
anak
mulai
72
73
Jika seorang anak sudah bisa membedakan antara arah
kanan dan kiri, suruhlah ia untuk mengerjakan shalat. (HR. Abu
Dawud)73
Berdasarkan uraian diatas bahwa peran orang tua dalam
mendidik dan mengajari ilmu kepada anak nya sudah disadari
oleh masyarakat desa lolo hilir walaupun ada sebagian orang tua
yang tidak membekali nilai-nilai agama dari rumah disembabkan
ketidak tahuan mereka dan sebagian lagi dikarenakan kesibukan
memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun intinya adalah
sudah ada usaha dari orang tua untuk menankan nilai pendidikan
agama pada anak putus sekolah di desa lolo hilir.
Abdullah bin Umar bin Khatab ra berkata, Rasulullah saw.
bersabda :
Jika Anak-anak kalian telah fasih berbicara, ajarilah mereka
kalimat La ilaha illallah, dan janganlah kalian mempedulikan
73
74
dibebani kewajiban
mendirikan salat fardu dan harus ditunaikan sendiri, tidak dapat dibebankan dan
diwakilkan pada orang lain sekalipun pada kerabat dan ahli waris terdekat.
Dalam hal ini peneliti melaukan wawancara terhadap anak putus sekolah
tentang pendidikan agama yang di peroleh, Arjun mengatakan saya tidak belajar
mengaji di rumah tetapi saya mengaji di TPA bersama teman-teman di sore hari
setelah pulang dari ladang membantu orang tua, disana diajarkan mengaji, solat75
Pernyataan senda juga di ungkapkan Joko kalau saya belajar solat dan
mengaji di TPSA di masjid bersama teman-teman di sore hari, dan dirumah juga
ada sekali-kali bapak dan ibu mengajarkan saya cara sholat.76
Memang kewajiban mendirikan salat fardu merupakan beban setiap orang
Islam yang mukallaf, bukan beban anak-anak yang muslim. Akan tetapi mendidik
74 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya:
Pustaka Adil, 2010). Hal 341
75 Hasil wawancara dengan Arjun (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012
76 Hasil wawancara dengan Joko (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012
74
75
dan melatih mereka untuk mampu mendirikan salat fardu sampai dengan terbiasa
mendirikannya adalah diperintahkan oleh nabi saw. kepada setiap orang tua (ayah
dan ibu) yang diberi amanat oleh Allah swt. mengasuh anak-anak buah kasih
sayang pernikahan mereka
Menurut Miftah, pernyataan semacam itu adalah bentuk ghazwul fikri
(perang pemikiran) terhadap prinsip pendidikan Islam. Memang tidak dapat
disangkal bahwa anak merupakan generasi yang nantinya diharapkan jadi penegak
agama dan pengibar panji Islam.
Nabi saw. memberikan batasan umur disuruhnya anak-anak
kecil mengerjakan shalat, karena umur sebelum itu merupakan
masa meniru kedua orang tua mereka dan upaya membuat
mereka
mencintai
shalat.
Al
Hakim
dan
Abu
Dawud,
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat
ketika mereka telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka (jika
mereka
tidak
mau
mengerjakannya)
ketika
mereka
telah
75
76
kepadanya.
Jadi
tepat
sekali
Rasulullah
saw.
76
77
Perintahkan anak untuk melakukan shalat, jika ia telah berusia 7 tahun.
Lalu apabila ia berusia 10 tahun, pukullah.78 Maksudnya, jika ia sengaja
meninggalkannya.
Dalam periwayatan Tirmidzi, Rasulullah saw. menyatakan,
78 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya: Pustaka Adil,
2010). Hal 444
79 Ibid., Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hal 341
77
78
Rasulullah saw juga memanggil beberapa anak para sahabat agar tidak
menoleh kanan-kiri ketika sedang melaksanakan ibadah shalat, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan At Turmudzi yang bersyumber dari Anas bin Malik ra
bahwa Rasulullah saw bersabda :
Hai Anakku, jangan kamu menoleh kanan-kiri dalam pelaksanaan shalat.
Sebab toleh-toleh adalah merusak sahnya shalat. Seandainya kamu tidak bisa
menahan diri untuk tidak menoleh, lakukanlah pada pelaksanaan shalat sunnah,
bukan pada shalat fardhu.
Anak kecil yang melihat tata cara ibadah orang dewasa, semisal shalat,
wudhu, dan sebagainya akan memberikan pengaruh yang sangat besar sebagai
suatu pelajaran untuk dipraktikkan sehingga tata cara beribadah anak yang
bersangkutan menjadi baik dan sempurna.
Cara pembinaan lain terhadap anak putus sekolah adalah dengan mencari
pekerjaan yang benar serta seimbang dengan tenaganya dan kemampuannya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bapak alim ulama Desa Lolo Hilir,
bahwa: Kalau anak tidak sekolah lagi, dari pada mondar-mandir di kampung atau
keluar masuk kebun, orang tua harus mencarikan pekerjaan yang memungkinkan
serta setimpal dengan kemampuan dia, seperti pergi ke sawah atau berjualan.
Setidaknya hal ini dapat mencukupi uang untuk rokoknya (bagi laki-laki), di
samping sebagai tempat mencari kesibukan diri dan dapat terhindar dari pengaruh
78
79
pikiran yang menyimpang. Tapi kalau bagi anak perempuan itu tidak jadi masalah,
karena anak perempuan biasanya lebih banyak di rumah membantu ibunya.80
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa anak putus sekolah
harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, pekerjaan apa saja
yang penting halal sebagai kesibukannya, setidaknya akan mencukupi uang
jajannya serta dapat menghindari si anak dari perbuatan jahat serta merugikan
orang lain. Berbeda dengan anak perempuan. Anak perempuan biasanya lebih
banyak di rumah membantu ibunya.
Sedangkan cara pembinaan yang dilakukan oleh orang tua anak yang putus
sekolah di Kecamatan Gunung Raya adalah dengan menyuruh anaknya mengikuti
pengajian yang diadakan di desa mereka untuk membimbing moral si anak, juga
dengan menyuruh anaknya untuk membantu mereka bekerja supaya anak
disibukkan sehingga anak tidak berpikir macam-macam yang akan merusak
mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah satu tokoh masyarakat desa
Lolo Hilir bahwa: orang tua dari anak yang putus sekolah di sini dalam
membimbing anak-anak mereka yang putus sekolah dengan menyuruh dan
menganjurkan anak-anak mereka untuk mengikuti pengajian yang diadakan di
TPA/TPSA yang ada di desa mereka, juga dengan mengajak anak mereka untuk
80 Hasil wawancara dengan Bapak Karani (Imam Masjid), pada tanggal 23 Mai
2012
79
80
membantu mereka bekerja, sehingga anak disibukkan dan tidak sempat berpikir
kepada hal-hal yang akan merusak mereka.81
Dari beberapa hasil wawancara dengan masyarakat desa (dalam penelitian
ini penulis mengambil kepala Desa, Alim Ulama dan orang tua siswa) di atas,
dapat disimpulkan bahwa cara pembinaan terhadap anak putus sekolah di
antaranya adalah Menyuruh anak untuk bergabung dengan anak yang masih
sekolah, Menyuruh anak untuk belajar di TPA, minimal yang ada di desanya,
Memberikan serta mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan
kepada anak, memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya supaya
anak disibukkan serta dapat menghindarinya dari pikiran yang menyimpang.
81 Hasil wawancara dengan Bapak Munir (tokoh masyarakat Desa Desa Lolo
Hilir ), pada tanggal 24 Mai 2012
80
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian yang penulis paparkan tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan agama isalam pada anak putus
sekolah pada Bab IV dari skripsi ini dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemahaman agama tentang sholat lima waktu pada anak-anak
putus sekolah di desa Lolo Hilir masih sangat minim hal ini
diketahui
bahwa
masih
anak-anak
yang putus
sekolah
81
82
keluarga
dengan
mengngatkan
orang
tua
agar
tentang ilmu
agama
agar
mengajarkan
dan
waktu
untuk
mengajar
82
anak
mereka
serta
83
memantau
kativitas
anak
diharapkan
dapat
membuat
kepada
para
tokoh
masyarakat
dan
ulama
83