Anda di halaman 1dari 83

1

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI


ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA .................
.....................................................

SKRIPSI

NAMA MAHASISWA
BP. 07.1072

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
STIT (YPI) KERINCI
2012 M 1433 H

PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: NEKI ASTARIA

No. Bp

: 07.1072

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Alamat

: Desa Lolo Hilir Kec. Gn.

Raya
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang
berjudul: Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Khususnya Tentang Ibadah Sholat Wajib Lima Waktu Bagi
Anak-anak Putus Sekolah Didesa Lolo Hilir, adalah hasil
penelitian/ karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.

Sungai Penuh, 01 Februari


2012
Yang menyatakan

NEKI ASTARIA
No. BP. 07.1072

HALAMAN PERSETUJUAN II
Skripsi
Pendidikan

dengan
Agama

judul
Islam

Penanaman

Khususnya

Nilai-nilai

Tentang

Ibadah

Sholat Wajib Lima Waktu Bagi Anak-anak Putus Sekolah


Didesa Lolo Hilir.
Yang di tulis oleh saudari Neki Astaria, No. BP: 07.1072
telah diperbaiki sesuai dengan permintaan dan hasil konsultasi
dari pembimbing.
Demikian untuk dimaklumi.

Sungai Penuh, 01 Februari 2012


Pembimbing I

Dr. AHMAD
M.Ag

Pembimbing II

JAMIN,

S.IP,

Drs. M.
M.PdI

NAWIR,

HALAMAN PERSETUJUAN II
Skripsi dengan judul : Penanaman Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam Khususnya Tentang Ibadah Sholat Wajib Lima Waktu
Bagi Anak-anak Putus Sekolah Didesa Lolo Hilir.
Yang di tulis oleh saudari Neki Astaria, No. BP: 07.1072
telah dinyatakan
LULUS
Oleh tim penguji munaqasah pada tanggal 11 Maret 2012
demikian untuk dapat dimaklumi.
Sungai Penuh, 11 Maret
2012
Ketua Sidang

Sekretaris Sidang

Drs. H. Bahrum Jalil, M.Ag


200912 1 003

PRISMAN, S.Ag,
M.Sy

Penguji I

Penguji II
790925 2

Drs. Ismail Thaliby, MA

00912 1 003
Norman Ohira, M.Ag

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. AHMAD JAMIN, S.IP, M.Ag


20

Drs. M. NAWIR,
M.PdI 2009

Diketahui oleh
Ketua STIT (YPI) Kerinci

Drs. H. MATUNUS WAHAB, M.PdI

Nota Dinas
Sungai Penuh, 11 April 2012
Kepada Yth;
Bapak Ketua STIT YPI Kerinci
Di
Sungai Penuh
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan Hormat, setelah melakukan bimbingan arahan dan
koreksi dan perbaikan seperlunya terhadap penulisan skripsi
saudari:
Nama

: NEKI ASTARIA

Nomor. Bp/Nimko : 07.1072


Judul Skripsi

Penanaman

Nilai-nilai

Pendidikan

Agama Islam Khususnya Tentang Ibadah


Sholat Wajib Lima Waktu Bagi Anakanak Putus Sekolah Didesa Lolo Hilir.
Kami berpendapat, bahwa Skripsi tersebut sudah dapat di
ajukan

untuk dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana


Pendidikan Agama Islam (S.PdI) pada Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah (STIT) YPI Kerinci.
Demikian

semoga

karya

ilmiah

ini

bermanfaat

bagi

kepentingan Agama Nusa dan Bangsa, dihaturkan terima kasih.


Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. AHMAD
M.Ag

JAMIN,

S.IP,

Drs. M.
M.PdI

NAWIR,

PERSEMBAHAN
Dedikasi
Kudedikasikan kaya ini buat Ibu tercinta (Zulhijah) dan
Ayah

tercinta

(Bujang)

yang

selalu

mendoakan

kebaikan untuk ku, buat suami ku (ada) dan anak ku


tercinta (hanif) yang tidak pernah menyerah untuk
membantu dan mensuport dalam menyelesaikan study,
semoga alloh merahmati kalian semua. Terimakasih
banyak untuk keluarga besar dan yang selalu memberi
motivasi.
Motto.





)




(247 " "
Artinya: Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan
shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah
mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan
tempat tidur mereka. (dishahihkan oleh al-albani
dalam irwau ghalil. No 247) 1
1 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hal 210

ABSTRAK
Judul Skripsi: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA LOLO
HILIR KEC. GUNUNG RAYA.
Latar Belakang Masalah, masalah dalam penelitian ini
adalah setiap anak yang dilahirkan kedunia adalah dalam
keadaan fitrah (suci), maka orang tua lah yang bertanggung
jawab atas baik atau buruknya seorang anak di kemudian hari,
dan tanggung jawab orang tua memberikan pendidikan umum
dan yang utama adalah pendidikan Agama khususnya ibadah
shalat wajib. Pendidikan dan pengajaran bisa diberikan dirumah,
atau di sekolah. Sekarang permasalahan timbul ketika orang tua
tidak mempunyai ilmu agama yang baik dan tidak mempunyai
biaya untuk menyekolahkan anaknya, hal ini terjadi pada
beberapa orang anak putus sekolah di desa lolo hilir,
bagaimanakah pengetahuan mereka tentang nilai-nilai PAI
khususnya pada pelaksanaan praktik ibadah shalaw wajib lima
waktu.
Permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini
adalah 1) Bagaimanakah pemahaman Agama tentang sholat lima
waktu pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir?, 2)
Apakah faktor penghambat penanaman nilai PAI tentang solat
wajib lima waktu pada anak putus sekolah didesa Lolo Hilir?, 3).
Apa upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai agama
khususnya sholat wajib lima waktu pada anak-anak putus
sekolah di desa lolo hilir?.
Adapun Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui
Bagaimanakah pemahaman Agama tentang sholat lima waktu
pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir 2) Untuk
mengetahui faktor penghambat penanaman nilai PAI tentang
solat wajib lima waktu pada anak putus sekolah didesa Lolo Hilir,
3). Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menanamkan
nilai-nilai agama khususnya sholat wajib lima waktu pada anakanak putus sekolah di desa lolo hilir.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah metode kualitatif deskriptif dengan jumlah responden 9
orang yakni setelah di ambil 20% dari total 44 orang anak putus
sekolah, setelah mengumpulkan data kemudian data-data
tersebut di jabarkan dan dianalisa satu data dengan data yang
lain. Kumudian ditarik semimpulan.

Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti adalah


bahwa pemahaman agama anak-anak putus sekolah masih
rendah, khususnya tentang ibadah solat wajib lima waktu,
adapun kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai PAI
adalah masalah internal yakni pengetahuan orang tua tentang
agama kurang, masalah ekonomi, dan pengaruh dari luar.
Sedangkan usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
PAI adalah dengan mengakan penyuluhan agar diadakan
pembinaan keagaam pada anak oleh masing-masing orang tua di
rumah, dan dengan penyedian tempat belajar seprti TPQ/TPSQ di
desa lolo hilir.
KATA PENGANTAR



). (

Puji dan sukur selalu penulis ucapkan kehadirat Alloh SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-nya kepada kita
semua, terutama sekali kepada penulis, sehingga berkat rahmatnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan cukup baik.
Shalawat
Muhammad

beriring
SAW

salam

rahmatan

bagi

junjungan

lilalamin.

kita

Dalam

Nabi
usaha

menyelesaikan Skripsi ini, banyak sumbangsih dari berbagai


pihak kepada penulis, maka untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada YTH:
1. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Yayasan Pendidikan
Islam Kerinci yang telah memberi persetujuan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan cukup baik.

2. Bapak Pembantu Ketua I, Bapak Pembantu Ketua II, Bapak


Pembantu Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) YPI
Kerinci.
3. Bapak Dr. Ahmad Jamin, S.Ag, S.IP, M.Ag Sebagai Pembimbing
I dan Bapak Drs. M. Nawir, M.PdI Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan di dalam penyelesaian Skripsi ini.
4. Kepala Desa Lolo Hilir beserta aparatur pemerintah desa dan
lembaga adat yang telah memberikan informasi dalam
penyelesaian Skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)
YPI kerinciyang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan
study perpustakaan dalam upaya penyelesai Skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) YPI
Kerinci yang memberi bantuan dan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Akhirnya atas segala bantuan dan sumbangsih yang telah
diberikan

kepada

penulis

dalam

menyelesaikan

skripsi

ini

sehingga bisa menjadi karya ilmiah yang bermanfaat untu nusa


dan bangsa, penulis doa kan semoga bantuan pihak yang
terlibat mejadi amal di sisi Alloh SWT, amin.

Sungai Penuh,
2012

11 Maret

10

Wassalam

NEKI ASTARIA
BP. 07.1072

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN

PENGESAHAN
..........................................................................

NOTA

ii

DINAS

.................................................................................................. iii
PENGESAHAN............................................................................
....................

iv

10

11

PERSEMBAHAN

DAN

MOTO

......................................................................
v
KATA

PENGANTAR
.....................................................................................
ix

ABSTRAK...................................................................................
.....................

xii

DAFTAR

ISI

..................................................................................................
...

xii

DAFTAR

TABEL

.............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar

Belakang

Masalah

.............................................................
1
B. Batasan

dan

Rumusan

Masalah

.................................................
6

11

12

C. Tujuan

dan

Kegunaan

Penelitian

...............................................
7
D. Definisi

Operasional
..................................................................
8

E. Metoologi

Penelitian

..................................................................
9
F. Sistematika

Penulisan

................................................................
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
......................
13
B. Peran

Orang

Tua

Terhadap

Pendidikan

Anak

.............................
22
C. Latar Belakang Terjadinya Anak Putus Sekolah
........................
33

12

13

BAB III. GAMBARAN UMUM DESA LOLO HILIR


A. Historis..................................................................
...................

40

B. Geografis...............................................................
..................

42

C. Keadaan

penduduk

...................................................................
43
D. Fasilitas

Sosial

Keagamaan

.....................................................
44
E. Struktur

Pemerintahan

Desa

....................................................
46
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman Agama Tentang Shalat Wajib Lima
Waktu Pada Anak Putus Sekolah di Desa Lolo
Hilir

..........................
51

B. Faktor

Penghambat

Penanaman

Nilai

nilai

Pendidikan Agama Islam Khusus Tentang Sholat


Wajib Lima Waktu Pada Anak Putus Sekolah

13

14

Didesa Lolo Hilir

............................
53

C. Upaya-upaya

Yang

Dilakukan

Untuk

Menanamkan Nilai-nilai PAI Khususnya Sholat


Wajib Lima Waktu Pada Anak Putus Sekolah di
Desa Lolo Hilir

.............................................
57

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................
...................

68

B. Saran ...................................................................
.....................

69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

14

15

DAFTAR TABEL

Tabel I.. Jumlah

Responden

........................................................................
Tabel II. Mata

Pencarian

Penduduk

...................................

Desa

Lolo

11
Hilir
43

Tabel III. Sarana Pendidikan Luar Sekolah Desa Lolo Hilir


.........................

46

15

16

DAFTAR BAGAN
Bagan I.

Struktur

Pemerintahan

Desa

Lolo

.......................................
Bagan II. Struktur

Hilir
47

Organisasi

....................................

BPD

Desa

Lolo

Hilir
48

Bagan III Struktur Organisasi Lembaga Adat Desa Lolo Hilir


...................

50

16

17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam bagi anakanak dan remaja sangatlah penting terutama pada anak yang
mengalami

putus

sekolah,

hal

ini

dilakukan

karena

anak

merupakan amanah dari Allah Swt, seorang anak dilahirkan


dalam keadaan fitrah tanpa noda dan dosa, laksana sehelai kain
putih yang belum mempunyai motif dan warna. Oleh karena itu,
orang tualah yang akan memberikan warna terhadap kain putih
tersebut; hitam, biru hijau bahkan bercampur banyak warna.
Seperti yang di jelas kan dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang
di riwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata:



:
.


Artinya: Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya

17

18

menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.


(H.R Abu Hurairah:4083)2
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas,
berwawasan luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan
kelak suatu hari anak-anak mereka bernasib lebih baik dari
mereka baik dari aspek kedewasaan pikiran maupun kondisi
ekonomi. Oleh karena itu, di setiap benak para orang tua bercitacita menyekolahkan anak-anak mereka supaya berpikir lebih
baik, dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai islami serta
dapat mengantarkan anak-anak mereka ke pintu gerbang
kesuksesan sesuai dengan profesinya. 3 Yang paling utama
diharapkan bagi orang tua muslim adalah anaknya mengetahi
tata cara shalat dan taat melaksanakannya serta bisa mendoa
kan kedua orang tuanya mereka itulah yang disebut anak yang
soleh, itulah idaman setiap orang tua muslim. Sesuai dengan
firman alloh dalam al-quran mengkisahkan tentang keluarga
lukman.

2 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya: Pustaka


Adil, 2010). Hal 560
3 Mulyadi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam, Bunga Rampai Dari Chicago, cet. I
(Jakarta Selatan: Paramadina, 2000), h. 75

18

19



(17: )
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS
Luqman : 17)4
Setelah keluarga, lingkungan kedua bagi anak adalah
sekolah. Di sekolah, guru merupakan penanggung jawab pertama
terhadap pendidikan anak sekaligus sebagai suri teladan. Sikap
maupun

tingkah

laku

guru

sangat

berpengaruh

terhadap

perkembangan dan pembentukan pribadi anak.


Pada perspektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu
saja berbeda, tidak semua keluarga memiliki kemampuan
4 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru,
(Surabaya : Pustaka Agung Harapan, 2006), h 169

19

20

ekonomi
kebutuhan

yang

memadai

anggota

dan

keluarga.

mampu
Salah

memenuhi

satu

pengaruh

segala
yang

ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua


tidak sanggup menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih
tinggi walaupun mereka mampu membiayainya di tingkat
sekolah dasar. Jelas bahwa kondisi ekonomi keluarga merupakan
faktor pendukung yang paling besar kelanjutan pendidikan anakanak., sebab pendidikan juga membutuhkan dana besar.
Pendidikan agama islam bagi seorang muslim sangatlah penting, begitu
juga bagi anak-anak remaja islam, tatacara dan pelaksanaan sholat wajib lima
waktu harus ditanamkan sedini mungkin pada anak-anak generasi muda islam,
baik yang bersekolah apa lagi bagi anak yang putus sekolah, keharusan mendidik
dan mengajari mereka tentang sholat menjadi kewajiban orang tua dan orang yang
mengetahui ilmu agama di lingkungan dimana mereka tinggal, dengan penanaman
nilai-nilai agama islam pada anak putus sekolah khususnya di desa lolo hilir.
Hampir di setiap dusun di desa lolo hilir ada anak-anak
yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan
putus di tengah jalan disebabkan karena kondisi ekonomi
keluarga yang memprihatinkan. Kondisi ekonomi seperti ini
menjadi

penghambat

bagi

seseorang

untuk

memenuhi

keinginannya dalam melanjutkan pendidikan. Sementara kondisi


ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya
orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai

20

21

keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor


lainnya.
Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam
sejarah pendidikan di desa lolo hilir. Persoalan ini telah berakar
dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi
maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi
keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga
terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya.
Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari
kondisi

ekonomi

nasional

secara

menyeluruh,

sehingga

kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala


permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat termasuk
masyarakat desa Lolo Hilir.
Amat menyedihkan sekali di desa Lolo Hilir dewasa ini
banyak anak-anak yang putus sekolah disebabkan orang tua
yang

tidak

mampu

membiayai

biaya

pendidikan

anaknya

sehingga mereka sedikit sekali mendapat pendidikan agama di


lingkungan formal, selain itu hal yang menyentuh hati adalah ada
beberapa orang anak putus sekolah yang kurang mengerti
dengan agamanya dan merasa bangga dengan keadaan dirinya
yang kurang tekun menjalankan agama, lantaran minimnya
pengetahuan

agama

yang

dimiliki

khususnya

tentang

pelaksanaan sholat wajib lima waktu. Padahal di desa lolo hilir


5 Ali Imran, Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Cet. II (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 39

21

22

cukup banayak sarana penunjangnya dalam kegiatan pendidikan


keagamaan, selain itu rasulullah juga menegaskan bahwa anak
yang sudah akhil baliq harus dipaksa melaksanakan sholat
dijelaskan Abu Daud telah meriwayatkan dari Amr bin Syu'aib,
dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, "Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,





" ) "



(247
Artinya: "Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat
saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat
usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka."
(Dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwa'u Ghalil, no. 247)
6

Hadis diatas menerangkan kepada kita bahwa, anak-anak


yang sudah akhil baliq harus dipaksa melaksanakan solat, itu
berarti hal serupa juga harus dilaksanakan pada semua anakanak yang sudah akhil baliq termasuk yang ada di Desa Lolo
Hilir, termasuk pada anak-anak yang putus sekolah, namun
apakah sudah ada ditananamkan nilai nilai pendidikan agama
6 OP.Cit., Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hal 210

22

23

isalam pada mereka yang putus sekolah? Karena jika kita lihat
secara lahiriah, pendidikan yang mereka dapat sangat minim
dibandingkan dengan anak

yang bersekolah.

Untuk

itulah

penanaman nilai-nilai agama isalam harus di berikan kepada


mereka yang putus sekolah agar mereka tidak tertinggal dalam
hal pengetahuan agama, sehingga walaupun mereka tidak
melanjutkan pendidikan di jenjang formal namun mereka tetap
mendapatkan pengetahuan keagamaan melalui wadah-wadah
pengajaian atau bahkan dari para ulama dan cendikia yang iklas
memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan agama kepada
anak-anak yang putus sekolah tesebut.
Berdasarkan

masalah

itulah

yang

melatar

belakangi

penulis untuk melaksanakan penelitian terhadap anak-anak


putus sekolah di Desa Lolo Hilir dan berupaya untuk mengetahui
sejauh mana usaha pembinaan dan penanaman nilai-nilai
Pendidikan Agam Islam pada anak-anak putus sekolah didesa lolo
hilir pada umumnya
anak-anak

putus

berkenaan

dengan

pendidikan agama yang sedang melanda

sekolah

didesa

pembinaan

lolo

hilir

pendidikan

terutama
shalat,

yang

penulis

mengangkat judul: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA
LOLO HILIR KECAMATAN GUNUNG RAYA.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
23

24

Agar Penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan


penelitian

maka

penulis

perlu

membatasi

masalah

penelitian sebagai berikut:


a. Penelitian ini dilaksanakan di desa lolo hilir
b. Peneliatian ini hanya

dilakukan pada anak putus

sekolah, yakni tingkat SD, SMP, SMA Sederajat di desa


Lolo Hilir.
c. Yang

akan

diteliti

dalam

penelitaian

ini

adalah

pemahaman agama islam khusus pada pelaksanaan


shalat wajib lima waktu.
2. Rumusan Masalah
Oleh karena ruang lingkup yang bisa dimasukkan
kedalam pendidikan islam itu sangat luas, untuk itu
penulis memfokuskan

masalah yang akan diteliti dalam

dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:


a. Bagaimana pemahaman Agama tentang sholat lima
waktu pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir?
b. Apa saja faktor penghambat penanaman nilai-nilai PAI
khusus tentang solat lima waktu pada anak putus
sekolah di desa Lolo Hilir?
c. Apakah upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilainilai agama khususnya sholat wajib lima waktu pada
anak-anak putus sekolah di desa lolo hilir?

24

25

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan
Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemahaman Agama tentang sholat
lima waktu pada anak-anak putus sekolah di desa Lolo
Hilir
b. Untuk mengetahui faktor penghambat penanaman nilai
PAI tentang solat wajib lima waktu pada anak putus
sekolah didesa Lolo Hilir.
c. Untuk mengetahui upaya penanaman yang dilakukan
untuk menanamkan nilai-nilai agama khususnya sholat
wajib lima waktu pada anak-anak putus sekolah di desa
lolo hilir

2. Kegunaan penelitian
a. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan penulis dalam
bidang penelitian ilmiah.
b. Untuk menggugah hati para remaja khususnya anakanak yang putus
sekolah didesa lolo hilir supaya membekali kehidupan
ini

dengan

pengetauan

dan

pendidikan

mengenai sholat wajib lima waktu.

25

terutama

26

D. Definisi Operasional
Penanaman

Nilai-nilai : Adalah Proses penananaman

Pendidikan

nilai akhlakul karimah serta

Agama Islam

pengetahuan tetang agama.7


: Adalah anak yang tidak yang

Anak Putus Sekolah

tidak sedang bersekolah di


jenjang pendidikan formal.8
: Adalah desa yang terletak di

Desa Lolo Hilir

Kecamatan
Kabupaten

Gunung
Kerinci

Raya
Provinsi

Jambi.9

E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu: Metode deskriptif, metode ini hanya sebatas
memaparkan situasai atau peristiwa, tampa mencari atau
menjelaskan hubungan antar variabel dan tidak pula melakukan
7 WJS Pooerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II (Jakarta: Balai Pustaka,
1985), hal. 226
8 Ibid., hal. 153
9 Dokumentasi, Kantor Camat Kecamatan Gunung Raya, 2012

26

27

pengujian hipotesis serta membuat prediksi. Metode ini hanya


sebatas menghimpun data, menyusunnya secara sistematis,
faktual dan cermat.10
Dengan metode tersebut penulis selaku peneliti dalam karya
ilmiah

ini

akan

menjabarkan

keadaan

objek

penelitian

berdasarkan data-data yang di peroleh dilapangan sesuai dengan


keadaan yang sebenarnya pada penanaman nilai-nilai pendidikan
agama islam khususnya kegiatan sholat wajib lima waktu pada
anak-anak putus sekolah di desa lolo hilir.
1. Responden
Dalam penelitian ini tidak terdapat populasi dan sampal
sebagaimana

penelitian

lainnya

yang

berbentuk

penelitian

kuantitatif, dalam penelitian ini penulis menggunakan responden


yang fungsi nya sama dengan populasi yang membedakan
bahwa

populasi

di

gunakan

untuk

penelitian

kuantitatif

sedangkan untuk penelitian kualitatif deskriptif disebut dengan


responden. Dalam kamus besar bahasa indonesia di jelaskan
responden adalah pihak-pihak yang di jadikan sampel dalam
sebuah penelitian

11

Berdasarkan pengertian diatas untuk

mengetahui berapa responden yang akan di pakai didalam


10 Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah YPI Kerinci, hal. 33

11 WJS Pooerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II (Jakarta: Balai


Pustaka, 1985), hal. 200

27

28

penelitian ini maka peneliti harus mengetahui terlebih dahulu


jumlah anak putus sekolah di desa lolo hilir, hal ini untuk
mempermudah peneliti dalam menentukan teknik dan cara
mengambil responden yang akan menjadi sumber data utama
dalam penyelesaian penelitian ini, untuk itulah peneliti telah
mendata anak-anak yang putus sekolah di desa lolo hilir pada
tahun 2012 yang terdiri dari beberapa jenjang sekolah yang
dimulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama sampai Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dengan cara
terjun langsung pada lokasi penelitian dan meminta data catatan
dari UPTD Kecamatan Gunung Raya sehingga peneliti berhasil
mengumpulkan data-data anak yang putus sekolah didesa lolo
hilir sebagaimana di peroleh data Sekolah Dasar (SD) 8 orang,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 15 orang, Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 21 orang jadi total jumlah siswa
putus sekolah di desa Lolo Hilir pada tahun 2012 berjumlah 44
orang anak.

12

Berdasarkan jumlah anak putus sekolah yang telah dihimpun


oleh peneliti maka sangat tidak mungkinkan sekali semua anak
tersebut penulis ambil sebagai responden hal ini mengingat
terbatas nya waktu dan dana serta kemampuan yang ada pada
penulis,

maka

untuk

mempermudah

12 Doc. UPTD Kec. Gunung Raya Tahun 2012

28

peneliti

dalam

29

menyelesaikan peneliatian ini maka peneliti mengambil sebagian


dari jumlah anak-anak putus sekolah tersebut untuk dijadikan
responden yang mewakili dari keseluruhan anak putus sekolah di
desa

lolo

hilir

pada

tahun 2012

dan

untuk

menentukan

responden penulis menggunakan teknik random sampling,


yaitu mengambil sampel secara acak dengan jumlah 20 % dari
44 orang anak yang putus sekolah sehingga jika di kalkulasikan
maka akan hasil nya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Responden
N
o
1
1

Jenjang Sekolah

Jumlah

Ket

2
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

3
3

2
3

3
(SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Jumlah

3
9

Untuk melengkapi informasi maka penulis melakukan


wawancara

pada

beberapa

pihak

yang

di

anggap

mempunyai hubungan dengan penelitaian yang dilakukan


penulis, daftar responden terlampir pada lampiran II.
2. Sumber Data
Untuk

mendapatkan

data

yang

dapat

di

pertanggungjawabkan ke absahan nya maka peneliti

29

30

terjun langsung pada lokasi penelitian dengan menemui


orang-orang yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini mereka yang menjadi sumberdata dalam penelitian ini
adalah:
a. Kepala Desa / Tokoh Masyarkat / Alim Ulama di Lokasi
Penelitian
mereka

mereka

di

mengetahui

jadikan
keadaan

sumberdata
di

lokasi

karena

penelitian,

sehingga akan diperoleh data yang kredibel dan dapat


di percaya
b. Anak-anak

putus

sekolah

di

lokasi

penelitian,

merupakan sumber informasi utama dalam penelitian


skripsi,

mereka

keadaan

akan

dirimereka

memberi
dengan

informasi

sejujurnya

tentang
terhadap

kemapuan dan pengetahuan mereka tentang ibadah


sholat wajib lima waktu.
c. Orang tua anak yang putus sekolah, orang tua dari
anak yang putus sekolah akan memberikan informasi
yang dibutuhkan tentang keadaan siswa dan kendala
yang

dihadapi

dalam

menanamkan

nilai-nilai

pendidikan agama islam pada anak mereka yang putus


sekolah.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview

30

31

Interview penulis gunakan untuk memperoleh data dari


Kepala

Desa,

tokoh

msyarakat,

alim

ulama,

yang

berhubungan dengan perilaku sehari-hari anak putus


sekolah, ketaatan beribadah dan lain sebagainya yang
menunjang penelitian ini.
b. Observasi
Penulis

mengadakan

observasi

langsung

dengan

melakukan pengamatan di lapangan terhadap anak-anak


putus sekolah dan menghubungkan dengan hasil angket
dan hasil wawancara untuk menarik benarmerah atau
kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika

penulisan

skirpsi

ini

mengacu

kepada

pedoman yang dikeluarkan oleh STIT YPI kerinci, skirpsi ini


terdiri dari lima BAB dan setiap BAB dirinci kedalam sub BAB,

31

32

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam sangat penting, karena
pentingnya pendidikan telah ditegaskan dalam agama Islam sejak turunnya ayat
pertama yaitu:

Artinya: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, (Q.S Al-alaq:540)13
Itulah ayat yang pertama turun pada Nabi Muhammad Saw ketika
berkhalwat di goa Hira, yang menyangkut dengan perintah membaca. Landasan
atau dasar hukum mengenai belajar banyak sekali ditemukan dalam Al-Qur`an
maupun hadits, seperti firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 9:

(9: )

13 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru,
(Surabaya : Pustaka Agung Harapan, 2006), h 540

32

33

Artinya:Katakanlah (Ya Muhammad), tidaklah sama antara orang berilmu


dengan orang yang tidak berilmu, sesungguhnya orang yang memiliki
akan pikiran adalah orang yang dapat memberi pelajaran.(Al-Zumar:
9).14
Ayat di atas menegaskan bahwa orang yang berilmu tersebut tidak sama
dengan orang yang tidak berilmu, karena hanya orang yang berilmulah yang dapat
menerima pelajaran.
Adapun dasar hukum wajib belajar dalam hadis adalah:



:





( )








Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw bersabda: menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap kaum muslim dan kaum muslimah (HR. Bukhari dan
Muslim).15
Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda:

( )

Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: siapa yang ingin
meraih kehidupan dunia dengan baik maka harus dengan ilmu, begitu
juga siapa yang ingin meraih kesuksesan di akhirat maha juga harus
14
15 Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari, terj. Muhajir, juz. III
(Bandung: Dahlan, t.t.), hal. 1312

33

34

dengan ilmu, dan siapa saja yang ingin meraih kedua-duanya, maka
harus dengan ilmu (HR. Ahmad).16
Hadits di atas menjelaskan bahwa, ilmu adalah segala-galanya dan wajib
dituntut oleh kaum muslimin dan muslimah serta siapa saja yang ingin mencari
kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Dua kebahagiaan tersebut baru bisa
dicapai adalah dengan ilmu (pendidikan). Karena kebahagiaan merupakan tujuan
setiap manusia, Seseorang yang menempuh jalan kebahagiaan berarti sedang
menuju pada kesempurnaan. Menurut Ibn Bajjah :
Kebahagiaan adalah jika seseorang telah mencapai dalam hidupnya
martabat ilmu atau hikmah atau keberanian atau kemuliaan dan ia sendiri
sadar sebagai seseorang yang berilmu, bijaksana, berani atau mulia, lalu ia
berbuat sesuatu dengan apa yang diketahuinya, tanpa ria dan tanpa
mengharapkan keuntungan apapun. Maka itu ia merasa ketenteraman
batin dan mengetahui hakikat hidup dan wujud itu.17
Berdasarkan kutipan di atas maka kebahagiaan itu ialah apabila seseorang telah
mencapai tujuan hidupnya dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari berdasarkan
ilmu sehingga ia menjadi orang yang bijaksana, beramal mulia dan bermartabat.
Dalam Islam kebutuhan seseorang terhadap pendidikan bukanlah hanya
sekedar mengembangkan aspek individual dan sosial yang bersifat mementingkan
pertumbuhan dan perkembangan secara fisik saja, akan tetapi juga untuk
mengarahkan naluri agama yang telah ada dalam setiap diri anak, karena pada
dasarnya setiap jiwa manusia itu telah disirami dengan nilai-nilai agama Islam.
Naluri agama yang dimiliki oleh manusia untuk melangsungkan kehidupannya di
16 Ibid, hal. 1314
17 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam (Jakarta : Bulan Bintang. 1992) h. 140

34

35

dunia ini merupakan suatu pedoman yang harus di tanamkan kepada anak sejak
dini, sehingga proses pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi agama
tersebut ke arah yang sebenarnya.18
Pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak tidak mungkin tumbuh dan
berkembang baik tanpa adanya latihan dan bimbingan yang bersifat mendidik.
Pendidikan tersebut menyangkut dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
maupun rohani anak. Pendidikan secara umum dimulai pada usia 9 (sembilan)
sampai dengan 15 (lima belas) tahun.
Sudirman, N. mengatakan bahwa:
Belajar adalah pendidikan bagi seseorang. Pendidikan sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie asal katanya adalah pais yang
artinya anak dan again yang terjemahannya membimbing, dengan
demikian paedagogie berarti bimbingan yang diberikan pada anak. Dalam
perkembangan selanjutnya pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok
lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.19
Sudah jelas bahwa arti pendidikan itu adalah proses pendewasaan
seseorang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak didiknya melalui
proses pendidikan baik formal maupun non formal.

18 Abdurrahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal.
152

19 Sudirman, N.dkk. Ilmu Pendidikan, cet. III (bandung: Remaja Karya, 1989),
hal. 4

35

36

Pendapat lain menerangkan bahwa pendidikan itu adalah usaha mengubah


tingkah

laku

individu

dalam

kehidupan

pribadinya

atau

kehidupan

kemasyarakatan serta kehidupan di alam sekitarnya.20


Anak ketika pertama dilahirkan ke permukaan bumi ini dalam keadaan
lemah dan bodoh, tidak tahu apa-apa sehingga memerlukan kepada bantuan orang
lain untuk mendidiknya hal ini sebagaimana firman Allah Swt:




...






(78 :)
Artinya:
Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedangkan kamu
tidak mengetahui apa-apa, (QS. An-Nahl: 78).
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia dilahirkan ke bumi ini dalam
keadaan lemah dan tidak mengetahui apa-apa. Kelemahan manusia itu harus
dikembangkan melalui proses pendidikan secara kontinu mulai dari masa kanakkanak sampai dewasa bahkan sampai manusia itu meninggalkan dunia fana ini.
Seperti yang ditegaskan Rasulullah Saw dalam hadisnya:

:






( )


20 Omar Muhammad At-Touny Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, tp. Tt., hal. 399

36

37

Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah Saw berkata: Tuntutlah ilmu
mulai dari ayunan hingga ke liang lahad. (HR. Bukhari dan Muslim).21
Hadis di atas memberi pengertian bahwa pendidikan itu tidak mengenal
usia, mulai semenjak dalam ayunan (kanak-kanak) pendidikan sudah diberikan
hingga umur beranjak dewasa. Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir
pula pendidikan, karena Islam berprinsip bahwa pendidikan manusia berakhir
setelah berpisahnya roh dari badan. Hal ini di pahami dari hadis di atas yang
menyatakan bahwa pendidikan tersebut dimulai dari ayunan hingga ke liang
lahad.
Bantuan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak
adalah untuk mengembangkan potensinya menjadi manusia dewasa yang dapat
mengemban tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dari itu bagaimanapun
terbelakangnya peradaban suatu masyarakat tersebut pasti berlangsung suatu
proses pendidikan. Tapi maju mundurnya tingkat pendidikan itu berbeda-beda
menurut perkembangan peradaban suatu masyarakat.
Mhd. Tabrani. ZA mengemukakan bahwa:
Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif) yang berlangsung
dalam zaman di mana manusia masih berada dalam ruang lingkup
kehidupan yang serba sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada
hal-hal yang bersifat survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam
sekitar).22
21 Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari,hal. 1318
22 Mhd. Tabrani. ZA, Kajian Ilmu Pendidikan Islam (Selangor: Al-Jenderami
Press, 2005), hal. 2

37

38

Pendapat di atas menyatakan bahwa, pendidikan dimulai dari yang


sederhana, yaitu pendidikan yang diberikan kepada anak harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisinya. Pendidikan ditujukan bukan hanya pada
pembinaan keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuankemampuan teoretis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah.
Kemampuan konsepsional demikian berpusat pada pengembangan kecerdasan
manusia itu sendiri. Oleh karena itu faktor daya pikir manusia menjadi penggerak
terhadap daya-daya lainnya untuk menciptakan peradaban dan kebudayaan yang
semakin maju.
Pendidikan adalah suatu hal yang amat esensial dalam perkembangan
anak-anak dalam menuju kedewasaannya. Pendidikan yang utama pada dasarnya
adalah penanaman nilai-nilai akhlak yang terpuji ke dalam jiwa anak sejak kecil
hingga menjadi dewasa, sehingga dalam menghadapi kehidupannya di tengah
masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan serta berakhlak mulia.23
Pendidikan sangat menentukan diri anak dalam perkembangannya menuju
ke arah yang lebih baik. Apalagi di zaman modern ini yang segala sesuatu dapat
berubah dengan serba cepat adalah berkat pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga dapat menciptakan bermacammacam alat yang canggih. Bahkan kecepatan alat itu dapat mengalahkan
kecepatan manusia itu sendiri. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam

23 Mhd. Tabrani. ZA, Kajian, hal. 63

38

39

pertumbuhan individu anak. Pendidikan adalah semacam investmen untuk


menumbuhkan sumber-sumber manusia yang tidak kurang nilainya dari investmen
pada pertumbuhan sumber-sumber material.24
Dalam hal ini Hasan Langgulung mengemukakan bahwa;
Di antara segi-segi pertumbuhan dan persiapan yang mungkin adalah
membuka dan mengembangkan serta memperkenalkan kepada anak akan
hak-hak yang diberikan oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu
masyarakat Islam. Anak juga harus disiapkan dengan sehat untuk
menikmati dan memperkenalkan dengan bijaksana akan hak-hak itu,
memikul kewajiban, tanggung jawab dengan penuh kemampuan, juga
untuk mengadakan hubungan sosial yang berhasil dan kehidupan ekonomi
yang produktif.25
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa anak-anak dalam
pertumbuhannya

harus

dipersiapkan dengan sematang mungkin dengan

pendidikan untuk mengembangkan dirinya sebagai seorang muslim yang tidak


hanya mementingkan hak saja melainkan juga mengetahui tentang kewajibannya
terhadap Tuhan.
Islam mengaku akan pentingnya pendidikan bagi anak sebagai salah satu
tujuan pokok yang dituju oleh individu atau masyarakat untuk membinanya.
Begitu juga sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi individu dan
masyarakat, yang merupakan langkah pertama untuk membina keterampilan dan
sikap yang diinginkan pada diri anak ke arah yang lebih baik.26

24 Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak (Jakarta: Pustaka Inti, 2005), hal 54
25 Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, cet. II, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1988), hal. 34-35
26 Hasan Langgulung, Azas-Azas hal. 71

39

40

Pendidikan secara langsung merupakan dasar pembentukan kepribadian,


kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kemajuan kehidupan sosial
pada umumnya. Ilmu pengetahuan telah menjadi dasar perkembangan teknologi
serta menjadi tulang punggung pembangunan dan kehidupan modern dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.
Mengingat pentingnya pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mempunyai andil besar dalam memberikan makna yang sangat tinggi
kepada pembangunan bagi kesejahteraan umat manusia dalam mengarungi
bahtera kehidupan, maka dirasa sangat dominan pentingnya pendidikan bagi anak
sebagai suatu usaha untuk memberikan bekal kepada anak agar ia pada suatu
ketika dalam hidupnya dapat berdiri dan dapat memikul tanggung jawab atas
segala perbuatannya.
M. Noor Syam mengemukakan bahwa: Pendidikan adalah suatu usaha
manusia untuk membina kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan budaya.27
Berdasarkan pendapat di atas, pendidikan adalah mengantarkan anak yang
belum dewasa ke tingkat kedewasaannya. Sesudah tingkat ini tercapai orang
beranggapan bahwa usaha pendidikan yang menjadi tugas orang tua dan guru
akan berakhir. Kemudian anak yang sudah dewasa itu dianggap mampu atas
kekuatan sendiri tanpa bantuan orang lain dalam menghadapi segala sesuatu
dalam hidupnya. Dan atas dasar pendidikan yang telah diperolehnya si anak
27 M. Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar kependidikan, cet. I (Surabaya: Usaha
Nasional, 1980), hal. 2

40

41

berusaha sendiri mencari pemecahan untuk segala kesulitan yang dijumpainya


dalam perjalanan hidupnya.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat berarti dalam kehidupan
anak, karena dengan pendidikan anak dalam kiprahnya di dunia ini dapat berbuat
banyak. Melalui pendidikan pula anak nantinya berhasil memecahkan segala
persoalan yang ia hadapi, maka ia akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baru yang akan bermanfaat di dalam perjalanan hidupnya.
Apalagi di zaman globalisasi ini di mana munculnya berbagai gejala serta
masalah yang menuntut berpikir secara global. Di era globalisasi ini umat manusia
dituntut menggantikan pola-pola berpikir yang bersifat nasional semata-mata
kepada pola-pola berpikir yang bercakupan dunia, bermoral tinggi dan berakhlak
mulia.28
Dengan demikian pentingnya pendidikan bagi anak adalah suatu hal yang
amat esensial dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Pendidikan yang
utama pada dasarnya adalah penanaman nilai-nilai akhlak yang terpuji ke dalam
jiwa anak sejak kecil hingga menjadi dewasa, sehingga dalam menghadapi
kehidupannya di tengah masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan serta
berakhlak mulia.
Pendidikan formal dapat mendidik kedisiplinan anak dan sangat
berpengaruh dalam pendidikan anak itu sendiri sehingga terjadi keselarasan antara

28 Farmadi, (Kumpulan Makalah Seminar Pendidikan), Pendidikan Islam di


Zaman Modern (Selangor: Al-Jenderami Press, 2005), hal. 254

41

42

pendidikan di dalam keluarga dengan sekolah dalam hal menanamkan suatu


kebiasaan-kebiasaan dan budi pekerti yang baik.
B. Peranan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Orang tua merupakan orang pertama yang sangat besar peranannya dalam
membina pendidikan anak, karena dari pendidikan itu akan menentukan masa
depan anak. Peran dan upaya orang tua tersebut harus diperhatikan dengan baik
sehingga kepribadian anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Dalam hal ini Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, mengemukakan bahwa:
Anak merupakan tanaman kehidupan, buah cita-cita, penyejuk hati manusia,
bunga bangsa yang sedang mekar berkembang dan putik kemanusiaan yang
merupakan dasar terbitnya pagi yang cerah, hari esok yang gemilang guna
merebut masa depan yang cemerlang, memelihara kedudukan umat,serta di
pundaknyalah masa depan bangsa.29
Pendapat di atas dengan jelas menyatakan bahwa mempersiapkan dan
mendidik anak sebagai elemen yang membentuk keluarga, masyarakat dan
bangsa. Anak merupakan unit inti yang akan membentuk unsur pertama bagi
kerangka umum pembangunan bangsa yang berkembang dan penuh toleransi.
Dalam Islam dijelaskan bahwa anak merupakan amanah Allah yang tidak
boleh disia-siakan, karena menyia-nyiakan anak berarti menyia-nyiakan amanah
Allah Swt. Yang jelas dibebankan bagi setiap manusia supaya anak tersebut wajib
dijaga, dirawat dan dipelihara dengan baik sesuai dengan norma-norma dan nilai
29 Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, Pendidikan Anak, hal. 68

42

43

islami. Dengan demikian orang tua berkewajiban menjaga anak-anak baik melalui
pembinaan keagamaan maupun pengarahan lainnya.
Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa: Hubungan orang tua dan anak
sangat mempengaruhi jiwa anak. Baik buruknya serta bertumbuh tidaknya mental
anak sangat tergantung sama orang tua.30
Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua sangat berperan dalam
perkembangan anak. Peranan orang tua sangat besar dalam membina, mendidik
serta membesarkan si anak hingga menjadi dewasa. Orang tua merupakan orang
pertama anak-anak belajar mendapatkan pendidikan, otomatis apa yang
didapatkan anak pertama sekali semasa kecilnya akan membekas pada jiwa dan
raganya di kemudian hari.
Kalau melihat peranan orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak,
maka tidak bisa dipisahkan dari peran seorang ibu. Karena ibulah sebagai
pendidik yang utama dalam keluarga. Sebab sejak bayi dalam kandungan sampai
bayi lahir menjadi balita dan menjadi anak-anak hingga ia dewasa, ibulah yang
paling dekat dan paling sering bersama anak.
Dalam hal ini Jamaluddin mengatakan:
Perkembangan bayi tak mungkin dapat berlangsung secara normal tanpa
adanya intervensi dari luar. Walaupun secara alami ia memiliki potensi
dari bawaan. Seandainya dalam pertumbuhan dan perkembangannya
hanya diharapkan menjadi normal sekalipun, maka ia masih memerlukan
berbagai
persyaratan
tertentu
serta
pemeliharaan
yang
31
berkesinambungan.
30 Safri, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Mental Anak, Santunan, No. 237,
April 1998, hal. 15
31 Jamaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 202.

43

44

Keterangan di atas menunjukkan bahwa tanpa bimbingan dan pengawasan


yang teratur, anak akan kehilangan kemampuan untuk berkembang secara normal,
walaupun ia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang dengan potensipotensi lain. Yang dapat menciptakan kebahagiaan bagi anak adalah orang tua
yang merasa bahagia dan mampu memahami anaknya dari segala aspek
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani dan sosial dalam semua tingkat
umur. Kemudian ia mampu memperlakukan dan mendidik anaknya dengan cara
yang akan membawa kepada kebahagiaan dan pertumbuhan yang sehat.
Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan dan
bimbingan terhadap anak, karena hal itu sangat menentukan perkembangan anak
untuk mencapai keberhasilannya. Hal ini juga sangat tergantung pada penerapan
pendidikan khususnya agama, serta peranan orang tua sebagai pembuka mata
yang pertama bagi anak dalam rumah tangga. Dari sinilah orang tua berkewajiban
memberi pendidikan dan pengajaran, terutama pendidikan agama kepada anakanaknya, guna membentuk sikap dan akhlak mulia, membina kesopanan dan
kepribadian yang tinggi pada mereka. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Saw
yang menyebutkan sebagai berikut:

:







:











()
Artinya:
44

45

Dari Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Nabi Saw. Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan
ia Yahudi atau Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari)32
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya anak sangat
tergantung pada sikap dari pada orang tuanya. Seandainya orang tua akan dengki
mendengki dalam praktek sehari-hari maka anak akan turut mempengaruhi,
demikian pula terhadap hal-hal yang lainnya. Anak yang dilahirkan ke muka bumi
ini dalam keadaan fitrah (kemampuan dasar) berupa potensi religius (nilai-nilai
agama). Kemampuan dasar ini pada dasarnya adalah setiap jiwa manusia itu telah
disirami dengan nilai-nilai agama Islam.33 Naluri agama yang dimiliki oleh
manusia untuk melangsungkan kehidupannya di dunia ini merupakan suatu
pedoman yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, sehingga proses
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi agama tersebut ke arah yang
sebenarnya.
Hadits di atas juga menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir bagi
anak dapat di pengaruhi oleh lingkungan. Fitrah tidak dapat berkembang tanpa
adanya pengaruh positif dari lingkungannya yang mungkin dapat dimodifikasi
atau dapat diubah secara drastis bila lingkungannya itu tidak memungkinkan
untuk menjadikan fitrah itu lebih baik.
32 Abu Abdullah bin Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahihul Bukhari, Juz I.
(Mesir: Maktabah al Husaini t.t) hal. 240.
33 Al-Husaini Abdul Hasyim, Pendidikan Anak Menurut Islam (Terjemahan Abdullah
Mahadi), cet.I (Bandung: Sinar baru Al-Gensiondo, 1994), hal. 68

45

46

Abdurrahman dalam bukunya Madkhal Ila At-Tarbiyah menjelaskan


bahwa pendidikan terdiri dari empat unsur utama, yaitu:
1)
2)
3)

Penjelasan terhadap fitrah (bakat)


Penumbuhan potensi dan menyimpan seluruhnya
Pengarahan fitrah dan potensi tersebut untuk kebaikan dan
kesehatan yang sesuai dengannya
4)
Penataan dalam amaliyah pendidikan.34
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pada diri anak harus

ditanamkan nilai-nilai yang baik, karena anak sejak lahir telah membawa potensi
dan bakat, dan potensi yang ada pada diri anak tersebut harus diarahkan kepada
hal-hal yang baik.
Pendidikan berawal dari lingkungan keluarga, yaitu kedua orang tua
kemudian dilanjutkan dengan lingkungan masyarakat dan pendidikan formal
(sekolah). Ketiga sumber pendidikan (tri pusat pendidikan) tersebut harus
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling menunjang.
Di rumah orang tua dapat mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar
keagamaan kepada anak-anaknya, termasuk di dalamnya dasar-dasar bernegara,
dan berperilaku baik serta berhubungan sosial lainnya. 35 Orang tua juga sangat
berpengaruh dalam pendidikan agama. Sebagaimana Firman Allah dalam surat
Luqman: 17

34 M. Arief, Menggali Manusia Melalui Proses Pendidikan, Dinamika, No. 12, 1998, hal.
9
35M.Arif, Menggali, hal. 84

46

47













(17:)

Artinya: "Hai anakku dirikan shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang
baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah Swt" (QS Luqman
: 17)
Maksud ayat di atas adalah usaha penerapan pendidikan agama yang
diusahakan oleh kedua orang tua sebagai langkah awal adalah dengan menyuruh
shalat yang dilaksanakan melalui latihan-latihan secara rutin.
Zakiah Daradjat mengatakan: Anak-anak sebelum dapat memahami
sesuatu pengertian kata-kata yang abstrak seperti benar dan salah, baik dan buruk,
kecuali pengalaman sehari-hari dari orang tua dan saudara-saudaranya.36
Di sinilah letak peran orang tua terhadap pendidikan anak yaitu dengan
memberikan pemahaman dengan kata-kata, berbuat dan bertindak. Contoh
kehidupannya sehari-hari bercorak dari tindak tanduk orang tuanya. Selanjutnya
Ibnu Sina mengatakan bahwa: Anak-anak harus dibiasakan dengan hal-hal
terpuji semenjak ia kecil.37 Contohnya adalah seperti menyuruh anak untuk

36 Zakiah Daradjat, Pendidikan Rumah Tangga Dalam Pembinaan Mental


(Jakarta: Bulan Bintang, 1975) hal 42
37 Ibnu Sina, Majalah Santunan, no 24, Tahun ke IV 1978. Hal 35

47

48

shalat, bersikap santun terhadap orang tua, bersikap sopan terhadap orang lain dan
berbuat baik terhadap sesama.
Pembinaan ini merupakan tanggung jawab sepenuhnya oleh orang tua,
seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Sina di atas. Karena orang tua merupakan
orang yang pertama dikenal anak, maka hal ini adalah mutlak dan wajib
dikerjakan, karena merupakan perintah dari Allah.
Pendidikan dari lingkungan keluarga (prasekolah) merupakan pendidikan
yang pelaksanaannya dilakukan sejak lahir, misalnya mulai dengan
mengazankannya, mendidik dan memperlakukannya sesuai dengan ajaran agama
Islam. Orang tua sebagai kepala keluarga haruslah berusaha semaksimal mungkin
menciptakan situasi rumah tangga yang harmonis, melaksanakan ajaran agama
dengan tekun dan disiplin, menempatkan segala tindak tanduknya (gerakgeriknya) yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan ajaran dan
petunjuk agama.38 Firman Allah Swt dalam surat At-Tahrim ayat 6:


)...









(6 :
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.."(QS At-Tahrim : 6).
Ayat di atas menunjukkan bahwa memberikan pendidikan kepada anggota
keluarga merupakan suatu kewajiban supaya terhindar dari siksaan api neraka.
Berarti dalam hal ini melindungi diri dari kehancuran, juga melindungi keluarga
38 Ibnu Sina, Majalah, hal. 59

48

49

dari kehancuran api neraka. Sebagaimana dibutuhkannya perlindungan hari


akhirat, maka lebih dibutuhkan perlindungan di masa kehidupan di dunia. Karena
yang kita tanamkan di masa hidup di dunia, akan dipetik hasilnya di akhirat nanti.
Pendidikan yang di berikan oleh orang tua bagi anak harus mencakup
seluruh aspek kemanusiaan, baik segi kejiwaan, fisik, intelektual dan sosial.
Pendidikan tidak boleh hanya menekankan pada satu segi saja dengan
mengabaikan yang lain. Berbagai potensi dan kecenderungan fitrah perlu
dikembangkan secara bertahap dan berproses menuju kondisi yang lebih baik.
Dalam hal ini Zahar Idris juga mengemukakan sebagai berikut:
Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan antara
manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan
perkembangan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia
yang bertanggung jawab.39
Dengan demikian pendidikan berusaha mengadakan perkembangan dan
pertumbuhan ke seluruh aspek pribadi individu agar anak-anak dapat
berkomunikasi baik dan mempersiapkannya untuk kehidupan yang mulia serta
berhasil dalam suatu masyarakat.
Orang tua berkewajiban membimbing anak supaya terbinanya ketenangan
dan ketertiban dalam masyarakat. Orang tua juga harus mengajarkan anak-anak
supaya menghindari dan mencegah orang-orang yang berbuat kemungkaran
sebagaimana sabda Nabi Saw:





39 Zahar Idris, Dasar-Dasar Pendidikan (Bandung: Angkasa Raya, t.t), hal. 10

49

50








( )


Artinya: Dari Abu Said Al Khudri r.a berkata : "Saya telah mendengar
Rasulullah Saw bersabda: "Siapa diantara kamu melihat kemungkaran,
maka hendaklah dicegah dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak
sanggup hendaklah dengan lidahnya, jika tidak sanggup pula
hendaklah dengan hatinya yang demikian itu adalah selemah-lemah
iman.40
Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa ada tiga cara untuk mencegah
kemungkaran, yang pertama dengan kekuasaan, kedua dengan memberikan
nasehat dan peringatan, dan yang ketiga dengan membenci perbuatan yang
mungkar. Di sinilah letak peran orang tua juga termasuk masyarakat serta
lembaga-lembaga terkait agar membimbing anak supaya tidak menjadi pelaku
kemungkaran. Peranan orang tua menurut hadits di atas adalah supaya orang tua
memberi pelajaran, bimbingan dan nasehat kepada anaknya supaya menghindari
dan mencegah kemungkaran serta membedakan mana yang baik dan tidak baik.
Di samping orang tua, masyarakat juga sangat berperan dalam membimbing anakanak serta mengarahkannya supaya menjauhi perbuatan yang mungkar, misalnya
dengan memberi contoh yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan ini Muhammad Athiyah Al-Absrasyi mengemukakan
bahwa:
Dalam bergaul dengan anak-anak, kita harus melihat posisi diri kita,
kemampuan ilmu kita dan cara berpikir kita, bahkan juga harus dipikirkan
tentang posisi anak, pengetahuan dan pikiran anak tentang ilmu yang
40 Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I (Mesir, Isa Al-Bay Al-Halaby, t.t) hal 39

50

51

dimiliki serta lingkungannya. Dan ketika kita berpikir tentang posisi anak,
jangan menggunakan kaca mata orang dewasa, tetapi harus dengan
menggunakan cara berpikir anak.41
Pendapat di atas dengan jelas mengemukakan bahwa dalam mendidik
anak, orang tua harus dapat mengetahui cara berpikir anak dan tidak menyamakan
cara berpikirnya anak dengan orang dewasa.
Maka dalam hal ini ada beberapa langkah yang mungkin dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya mendidik anak, antara lain adalah:
1. Orang Tua Sebagai Panutan
Anak selalu becermin dan bersandar kepada lingkungannya yang terdekat.
Dalam hal ini tentunya lingkungan keluarga yaitu orang tua. Orang tua harus
memberikan teladan yang baik dalam segala aktivitasnya kepada anak.42
2. Orang Tua Sebagai Motivator Anak
Anak mempunyai motivasi untuk bergerak dan bertindak, apa bila ada
sesuatu dorongan dari orang lain, lebih-lebih dari orang tua. Hal ini sangat
diperlukan terhadap anak yang masih memerlukan dorongan. Motivasi bisa
membentuk dorongan, pemberian penghargaan, pemberian harapan atau hadiah
yang wajar, dalam melakukan aktivitas yang selanjutnya dapat memperoleh
prestasi yang memuaskan.43
3. Orang tua sebagai cermin utama anak.

41 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Psikolgi Pendidikan Anak (Bandung: Angkasa Raya)


hal. 88

42 Mhd. Tabrani. ZA, Kajian, hal. 120


43 Mhd. Tabrani. ZA, Kajian, hal. 123

51

52

Orang tua adalah orang yang sangat dibutuhkan serta diharapkan oleh
anak. Karena bagaimanapun mereka merupakan orang yang pertama kali
dijadikan sebagai figur dan teladan di rumah tangga. Dan selain itu orang tua juga
harus memiliki sifat keterbukaan terhadap anak-anaknya, sehingga dapat terjalin
hubungan yang akrab dan harmonis antara orang tua dengan si anak, dan begitu
juga sebaliknya. Sehingga nantinya dapat diharapkan oleh anak sebagai tempat
berdiskusi dalam berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan pendidikan,
ataupun yang berkaitan dengan pribadinya.44 Di sinilah peranan orang tua dalam
menentukan akhlak si anak. Kalau orang tua memberikan contoh yang baik, maka
anak pun akan mengambil contoh baik tersebut, dan sebaliknya.
4. Orang tua sebagai fasilitator anak45
Pendidikan bagi si anak akan berhasil dan berjalan baik, apabila fasilitas
cukup tersedia. Namun bukan semata-mata berarti orang tua harus memaksakan
dirinya untuk mencapai tersedianya fasilitas tersebut. Akan tetapi, setidaknya
orang tua sedapat mungkin memenuhi fasilitas yang diperlukan oleh si anak, dan
ini tentu saja ditentukan dengan kondisi ekonomi yang ada.
Selain dari hal tersebut di atas orang tua semestinya juga dapat diajak
untuk bekerja sama dalam mendapatkan dan memperoleh inovasi sistem belajar
mereka yang efisien dan efektif, sehingga anak tetap terkoordinir sebagaimana
mestinya.

44 Muhammad Taqi Falsafi, Anak Antara Kekuatan Gen dan Pendidikan (Bogor: Cahaya,
2003), hal. 83
45 Muhammad Taqi , hal. 87

52

53

C. Latar Belakang Terjadinya Anak Putus Sekolah


Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan
pendidikan. Pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena berbagai kondisi
yang terjadi dalam kehidupan, salah satunya disebabkan oleh kondisi ekonomi
orang tua yang memprihatinkan. Disadari bahwa kondisi ekonomi seperti ini
menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam
melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi seperti ini
disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan
tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor
lainnya.46
Pada perspektif lain, kondisi ekonomi masyarakat tentu saja berbeda, tidak
semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu
memenuhi segala kebutuhan anggota keluarga. Salah satu pengaruh yang
ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup
menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi walaupun mereka mampu
membiayainya di tingkat sekolah dasar.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anak putus sekolah
(drop out) antara lain adalah:

1. Keadaan Kehidupan Keluarga

46 Abuddin Nata, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, ed. 1,


cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 127

53

54

Kita ketahui bahwa pendidikan itu tidak hanya berlangsung di sekolah


(pendidikan formal), akan tetapi dapat juga berlangsung di dalam keluarga
(pendidikan informal). Keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam
pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama diterima oleh anak adalah
di dalam keluarga. Begitu anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan yang
sangat lemah dan tidak berdaya, pada saat ini sangat membutuhkan bantuan
terutama dari kedua orang tua dan anggota keluarga yang lainnya sampai anak
menjadi dewasa. Di sinilah anak memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan
pengalaman, baik yang berupa susah, gembira dan kebiasaan-kebiasaan lain,
seperti larangan, celaan, pujian dan juga sikap kepemimpinan orang tuanya,
kesemuanya ini ikut mempengaruhi jiwa anak, baik secara langsung ataupun tidak
langsung.47
Jika orang tua selalu menunjukkan sikap keras terhadap anak-anaknya,
maka anak akan menjadi bimbangan atau ragu-raguan di dalam dirinya, sehingga
bagi mereka merupakan malapetaka yang bakal membawanya ke arah
kehancuran.
Kehidupan keluarga yang harmonis dan penuh dengan rasa kasih sayang
antara sesama anggota keluarga dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan,
terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak serta sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak.
Dalam hal ini Winarno Surachmad mengemukakan sebagai berikut:

47 Farmadi, Selamatkan Anak-Anak dari Putusnya Pendidikan (Semarang: Mujahid


Press, 2004), hal. 59

54

55

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang memberikan


pengaruh terhadap perkembangan anak, keluarga besar atau kecil, keluarga
miskin atau berada. Situasi keluarga tenang, damai gembira atau keluarga
yang sering cekcok, bersikap keras, ini akan mewarnai sikap anak, jumlah
orang yang tinggal di dalam keluarga tersebut, nenek, paman, bibi, ini juga
turut mempengaruhi perkembangan anak, pengaruh baik tetapi juga buruk
dapat dipelajari anak dalam keluarga.48
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa keadaan sebuah rumah tangga
sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan anak, karena di dalam
keluargalah anak menerima kesan-kesan yang merupakan pengalaman pertama
setelah seorang anak dilahirkan. Kalau di dalam rumah tangga sering terjadi
pertengkaran antara ibu dan ayah, maka ini akan berakibat pada mentalnya si anak
dan akan mengakibatkan keminderannya dalam pergaulan, sehingga anak akan
malas pergi ke sekolah bahkan bisa mengakibatkan anak meninggalkan bangku
sekolahnya.
Dalam pendidikan agama, peranan keluarga, terutama ibu adalah sangat
dominan. Dalam pepatah Arab disebutkan:






Seorang ibu adalah sekolah yang besar dan utama.49
Dari pepatah di atas dapat disimpulkan bahwa ibulah fondasi utama dalam
pendidikan anak. Jika ibu berhasil dalam mendidik dan mengasuh anak, berarti dia
telah berhasil menciptakan bangsa yang baik.

48 Winarno Surachmad, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Departemen P dan K,


1977) hal. 31

49 Manajemen PT. Arun, Pernik-Pernik, hal. 130

55

56

Dari sinilah keluarga sangat menentukan pendidikan yang akan


menentukan corak kehidupan anak. Selanjutnya juga tingkat pendidikan orang tua
ikut mempengaruhinya. Hal ini seperti sering kita lihat keluarga yang mampu
ekonominya dan tidak mempunyai pendidikan, belum tentu bisa berhasil dalam
masalah pendidikan bagi anak-anaknya. Sebaliknya keadaan keluarga yang
ekonominya kurang tetapi banyaknya pengetahuan yang dimiliki maka sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam bidang pendidikan.
Kemudian dari pada itu kehidupan seorang anak dalam keluarga sangat
mendambakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Disini orang tua dituntut
sangat hati-hati dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, agar tidak
terlalu dimanjakan.
Dalam hal ini St. Vembriarto mengemukakan bahwa:
Anak yang dimanjakan sering berwatak tidak patuh, tidak dapat menahan
emosinya dan menuntut orang lain secara berlebih-lebihan. Faktor manja
dibiasakan dengan hal yang sifatnya tidak mendidik dengan kekhawatiran
orang tua terhadap anak yang berlebihan, akan mengantarkan anak tidak
suka pergi sekolah.50
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan
kasih sayang kepada anak tidak perlu berlebih-lebihan, karena hal itu dapat
menghilangkan rasa tanggung jawab yang ada pada diri anak dan memungkinkan
si anak dapat menunjukkan sikap-sikap dan cara bertingkah laku yang tidak baik.
Apabila seorang anak yang mendapat kasih sayang secara berlebih-lebihan
dari keluarganya, maka dalam tindakan mereka sering menuruti kata hatinya
sendiri (menurut kehendaknya). Dengan demikian setiap perbuatan yang mereka
50 Vembriarto, Pendidikan Sosial, Jilid II (Yogyakarta Paramita, 1975), hal. 85

56

57

lakukan kebanyakan cenderung ke arah yang tidak baik, yang dapat menjadikan
dirinya sebagai penjahat, pemalas dan sebagainya.
2. Keadaan Ekonomi Orang Tua
Lemahnya keadaan ekonomi orang adalah salah satu penyebab terjadinya
anak putus sekolah. Apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka
kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Sebaliknya kebutuhan yang cukup bagi anak hanyalah didasarkan kepada
kemampuan ekonomi dari orang tuanya, yang dapat terpenuhinya segala
keperluan kepentingan anak terutama dalam bidang pendidikan.
Sayyidina Ali Kw. berkata yang artinya: Dalam menuntut ilmu ada tiga
Al yang harus diperhatikan: 1) Panjang masa dalam menuntut ilmu, 2) Ekonomi
yang mendukung, 3) Ada keinginan. Ketiga hal tersebut adalah sejalan.51
Dari perkataan Sayyidina Ali Kw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
dalam menuntut ilmu masa harus panjang (bukan cuma sebentar dalam menuntut
ilmu), kemudian ada keinginan dari peserta didik, supaya dalam dia menuntut
ilmu tidak lalai dan tidak mengingat yang lain selain belajar, serta ekonomi yang
mendukung, yaitu dalam menuntut ilmu tersebut ekonomilah yang menentukan
sukses tidaknya pendidikan seseorang serta tinggi rendahnya pendidikan.
Jelas bahwa kondisi ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling
besar

untuk

kelanjutan

pendidikan

anak-anak,

sebab

pendidikan

juga

51 Tim Penyusun Peace Education Program, Pendidikan Damai Dalam Perspektif Ulama
Aceh (Banda Aceh: PPD, 2005), hal. 208

57

58

membutuhkan biaya besar. Selanjutnya Baharuddin M juga mengatakan bahwa:


Nampaknya di negara kita faktor dana merupakan penghambat utama, untuk
mengejar ketinggalan kita dalam dunia pendidikan. Sudah tidak dapat dipungkiri
bahwa tanpa dana yang cukup, tidak akan dapat diharapkan pendidikan yang
sempurna.52 Jadi, kurangnya biaya pendidikan, maka akan mengakibatkan
pendidikan tertunda. Oleh karena itulah pendidikan anak terhambat akibat
kesibukan-kesibukannya dalam bekerja.53 Bahkan dapat menjadikan seorang anak
menjadi putus.
3. Keadaan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan suatu situasi yang sangat erat kaitannya
dengan anak putus sekolah. Di sekolah guru mengajarkan seorang anak untuk bisa
bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat.
Dalam hal ini, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa:
Bagi anak didik, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam
pertumbuhannya, guru adalah orang yang pertama sesudah orang tua yang
mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Apa saja yang
dilakukan oleh guru dinilai baik oleh anak dan sebaliknya apa saja yang
tidak baik menurut guru juga tidak baik menurut anak. Jadi guru
memegang tanggung jawab dan peranan yang amat penting terhadap
pendidikan anak dalam rangka pembentukan kepribadiannya menjadi
seorang yang bertakwa dan berintelektual.54

52 Baharuddin M, Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya (Jakarta: Yayasan


Kesejahteraan Keluarga Pemuda 66, 1982), hal 320
53 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, hal. 122

54 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, cet. II (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) hal.
18

58

59

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga mempunyai


peranan sangat penting dalam pendidikan anak. Jika guru tidak ada maka bisa
mengakibatkan anak putus sekolah. Jika diperhatikan tentang masalah-masalah
tersebut, maka akan tampak persoalannya walaupun masalah itu kelihatannya
banyak dan bermacam-macam, tetapi sebenarnya dapat dikembalikan kepada
sebab-sebab yang sedikit saja.
4. Keadaan Masyarakat
Masalah kehidupan anak bukan saja berlangsung di dalam rumah tangga
dan sekolah, tetapi sebahagian besar kehidupannya berada dalam masyarakat yang
lebih luas. Kehidupan dalam masyarakat merupakan lingkungan yang ketiga bagi
anak yang juga salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan mereka. Karena dalam lingkungan masyarakat inilah anak menerima
bermacam-macam pengalaman baik yang sifatnya positif maupun yang sifatnya
negatif.
Peranan orang tua sangat diharapkan oleh anak. Sebagai mana yang
dikemukakan oleh Sunardi, bahwa:
Dalam pergaulan anak perlu di bekali dan didorong untuk bergaul dan
bermasyarakat. Jika ada hal-hal yang membahayakan diri akibat pergaulan
dengan teman-teman, maka sebagai orang tua kita harus mengadakan
pendekatan dengan memberikan pengertian sebab akibat dari suatu
perbuatan, sehingga anak dapat menganalisa dengan kemampuan daya
nalarnya.55
Sejalan dengan hal tersebut di atas, bila orang tua kurang memperhatikan
tentang kehidupan anak dalam masyarakat, maka segala tindak tanduk dan sikap

55 Manajemen PT. Arun, Pernik-Pernik, hal. 159

59

60

serta perbuatan masyarakat yang tidak baik dengan mudah akan diterima oleh
anak begitu saja. Hal ini disebabkan karena bentuk-bentuk pergaulan dan
perbuatan dari suatu masyarakat dapat menyebabkan terjadinya hambatan dan
tanggapan terhadap pendidikan anak, dari keterangan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa terjadinya anak putus sekolah disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain keadaan ekonomi orang tua yang tidak stabil, juga sarana dan
prasarana.

60

61

BAB III
GAMBARAN UMUM DESA LOLO HILIR

A. Historis
Menurut penyelidikan, daerah kerinci yang indah dan
bertanah subur pada dahun 2000 SM telah ditempati dan di
huni oleh orang, zaman ini lah yang dikatakan zaman Wok.
Pada waktu itu yang kecil di panggil wok dan yang besar di
panggil wok. Mereka hidup dengan cara berburu, baik rusa,
babi, kera, kijang, dan lain sebagainya. Pada saat itu mereka
hidup berkelompok-kelompok dan tidak menetap, mereka
berpidah-pindah dari suatu tempat ketempat lain.
Menurut keterangan pendatang yang pertama kali ada di
daerah kerinci adalah berasal dari daratan Asia, karena suatu

61

62

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pemahaman Agama tentang sholat lima waktu pada
anak-anak putus sekolah di desa Lolo Hilir.
Shalat adalah tiang agama, rukun iman yang kedua, pembeda antara yang
kafir, dan sebagainya yang menunjukkan bahwa shalat memiliki kedudukan yang
sangat utama dalam Islam. Karena itu setiap muslim wajib untuk melaksanakan
shalat. Tidak ada uzur ataupun rukhsoh untuk tidak melaksanakannya, walaupun
hanya tinggal kesadaran hati tanpa gerak. Di setiap keadaan apapun shalat tetap
wajib didirikan walaupun di tengah medan peperangan yang sangat berkecamuk.
Hal ini harus benar-benar tertanam dalam diri setiap muslim sehingga ia tidak
meremehkan shalat.
Mengingat pentinganya shalat tersebut maka bagaimanakah pemahaman
anak-anak putus sekolah didesa Lolo Hilir tentang ibadah sholat wajib lima
waktu, hal ini di ungkapkan oleh Rafi Saya selalu melaksanakan sholat lima
waktu walau pun terkadang ada bolong-bolong nya, kalau bacaannya saya sudah
bisa karena selain belajar di rumah juga belajar di TPQ/TPSQ. 56 Hal ini senada
dengan pernyataan Bapak Haris orang tua Rafi kalau anak saya alhamdulillah,
semuanya bisa sholat karena setiap habis magrib saya mengajari mereka baca Alquran dan sholat pada malam jumat.57

56 Hasil wawancara dengan Rafi (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012

57 Hasil wawancara dengan Bapak Haris (orang tua rafi), Pada tanggal 24 Mai
2012

62

63

Shalat adalah dunia yang sangat luas, bahkan mewakili keimanan dan
keislaman seseorang yang didalamnya ada nilai-nilai keimanan seperti beriman
kepada Alloh, Malaikat, dan seterusnya. Di sana juga ada perbaharuan ikrar
syahadattain yang merupakan kunci keislaman seseorang. Di dalamnya ada
penghambaan,

pengagungan

permintaan,

pengharapan

dan

kepasrahan.

Singkatnya shalat adalah nafas badi seorang muslim.


Begitu luasnya dunia shalat, maka pendidikan shalat pun sangat luas.
Mendidik anak untuk shalat ibarat mendidik Islam secara keseluruhan. Ketika
mengajarkan syahadat, berarti telah memperkenalkan Alloh dan Rasulnya. Ketika
mengajarkan al Fatihah, sama dengan mengajarkan al Quran, karena al Fatihah
adalah induk (ummu) Quran. Ketika mengajarkan tentang balasan bagi orang
yang shalat, di sana ada pelajaran tentang surga neraka dan kehidupan hari
akhirat. Ketika mengajarkan tata cara dan rakaat shalat, disana ada nilai kpatuhan,
ketundukan, keseriusan, kejujuran dan sebagainya.karena itu mengajarkan anak
tentang shalat sama dengan mengajarkan Islam itu sendiri.
Namun disisi lain masih saja terdapat anak-anak putus sekolah yang tidak
bisa bacaan shalat bahkan mereka tidak hafal gerakan shalat jika mereka dibiarkan
melaksanakan shalat sendirian, hal ini di ungkapkan oleh Puzan saya tidak bisa
sholat dan tidak hapal bacaan dan gerakannya, saya tidak di ajar dirumah, Cuma
kadang-kadang di suruh pergi mengaji, soalnya membantu bapak mengikis kulit
sampai malam58.

58 Hasil wawancara dengan Pauzan (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012

63

64

Hal senada juga di ucakan oleh Fiki Aliansyah saya tidak hafal bacaan
sholat, jadi saya tidak mengerjakan sholat takut slah. Karena saya tidak diajar
dirumah sama bapak59
Ditambahkan oleh Rudi Saya belum bisa shalat saya masih belajar

60

sangat menyedihkan sekali jika anak anak putus sekolah tidak bisa melaksanakan
ibadah shalat, dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa di pemahaman
agama khusus tentang ibadah sholat wajib lima waktu pada anak putus sekolah
didesa lolo hilir masih kurang.
Sebagai muslim yang kelak akan menjadi orang tua tentu berharap memiliki
keturunan yang shalihah dan selalu mendirikan shalat, sebagaimana doa Nabi
Ibrahim as agar menjadikan dirinya orang yang senantiasa mendirikan shalat dan
memiliki keturunan yang senantiasa mendirikan shalat pula.karena itu sedini
mungkin marilah serius mempelajari hal yang berkaitan dengan shalat dan
menjalankan shalat dengan baik dan benar sehingga nantinya mampu
mengajarkan shalat dengan benar kepada anak turun kita. Janganlah sampai shalat
yang suci dan mulia menjadi tak berharga dan sia-sia hanya karena kita salah
dalam mengajarkannya kepada anak turun kita.
B. Faktor penghambat penanaman nilai-nilai PAI khusus
tentang solat lima waktu pada anak putus sekolah di
desa Lolo Hilir

59 Hasil wawancara dengan Fiki (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
60 Hasil wawancara dengan Rudi(anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012

64

65

Upaya merealisasikan pilar-pilar pendidikan dalam keluarga yanng bersumber


dari al-Qur'an dan Sunnah seringkali mengalami banyak hambatan. Sedangkan
problematika yang diahadapi oleh orang tua dalam melaksanakan pendidikan
agama islam dilingkungan keluarga minimal ada dua faktor yaitu faktor intern dan
faktor ekstern yang keduanya ini saling mempengaruhi.
a. Faktor Intern
Faktor intern maksudnya adalah hambatan yang datang dari dalam keluarga
itu sendiri, yang meliputi :
1. Pengetahuan agama orang tua
Orang tua yang kurang memahami masalah pengetahuan
agama, maka kemungkinan besar akan mengalami kesulitan dalam
mendidik anak-anaknya, dan jika di lihat keadaan yang ada di
lapangan yang di alami oleh para orang tua yang anaknya
putus sekolah diantara mereka ada yang tidak memahami
tatacara

dan

bacaan

shalat

dengan

benar,

seperti

di

ungkapkan Bapak Boni saya tidak belum hapal bacaan


sholat, semuanya jadi saya tidak bisa mengajar anak saya
sehingga saya61. Pernyataan dari salah satu orang tua siswa
diatas senada dengan pernyataan Bapak M. Noer di desa ini
ada beberapa orang tua yang belum hapal bacaan shalat lima
waktu, dan di antara mereka ikut pengajian bapak-bapak

61 Hasil wawancara dengan Bapak Boni (orang tua anak ), Pada tanggal 24 Mai
2012

65

66

untu belajar sholat pada malam jumat bertempat di dalam


masjid istiqomah desa lolo hilir.62
Keterangan dari hasil wawancara diatas menunjukkan
bahwa pengetahuan keagamaan yang dimiliki orang tua yang
anaknya

putus

sekolah

menjadi

salah

satu

faktor

penghambat dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama


isalam khusus nya tentang sholat wajib lima waktu pada
keluarga yang anaknya putus sekolah.
2. Kondisi ekonomi orang tua
Kondisi perekonomian yang kurang memenuhi kadang
dapat menghambat pelaksanaan pendidikan anak karena
saran dan prasaran yang dibutuhkan dalam pendidikan
tersebut tidak dapat terpenuhi akibat kondisi ekonomi
keluarga, seperti perlengkan ibadah. Hal ini di ungkapkan
oleh Bapak zinun saya tidak memiliki waktu yang cukup
untuk mendidik anak-anak saya karena tanggung jawab
mencari nafkah sebagai kepala keluarga, pagi-pagi matahari
belum

keluar

saya

sudah

berangkat

kekebun

untuk

menebang kulit manis diladan orang dan pulangnya sudah


malam, dirumah saya beristirahat untuk mempersiapkan
tenaga untu kegiatan esok hari jadi tidak ada waktu untuk

62 Hasil wawancara dengan Bapak M. Noer (Tokoh Alim Ulama ), Pada tanggal
24 Mai 2012

66

67

mengajar anak-anak, mereka kadang membantu saya dari


siang sampai malam mengikis kulit manis, tidak ada waktu
untuk pergi mengaji.

63

Pemenihan ekonomi keluarga kadang memang tidak bisa


di tunda kebutuhannya oleh sebab itu sebagian kecil dari
anak-anak yang putus sekolah kadang-kadang tidak bisa
mengikuti kegiatan pendidikan agama di TPQ/TPSQ yang di
laksanakan di desa, karena membantu orang tua.
Pernyataan senada di utarakan oleh Bapak Zainol kami
ini keluarga miskin, untuk makan saja susah nyari nya kadang
dapat sehari habis sehari, tenaga anak kami sangat kami
butuhkan untuk membantu kami dalam bekerja, kalau ada
waktu senggang mereka saya suruh mengaji tapi kalau
kerjaan

lagi

banyak

mereka

membantu

kami

sampai

malam64
Jadi keadaan ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh
terhadap

pendidikan

anak

yang

disana

termasuk

juga

berpengaruh terhadap pendidikan agama anak itu sendiri.


3. Sikap perhatian orang tua terhadap pendidikan agama anak .

63 Hasil wawancara dengan Bapak Zainun (Orang tua anak ), Pada tanggal 24
Mai 2012
64 Hasil wawancara dengan Bapak Zainun (orang tua anak putus sekolah ), Pada
tanggal 24 Mai 2012

67

68

Sikap orang tua yang acuh atau tidak perdui terhadap


pendidan anak juga berpengaruh terhadap pengetahuan
agam anak, termasuk dalam hal ibadah shalat wajib lima
waktu , Andi mengatakan kalau dirumah orang tua saya
tidak menegur saya kalau saya meninggalkan sholat, karena
saya

membantu

dia

bekerja65

pernyataan

dari

Andi

merupakan kesalahan bagi orang tua apabila orangn tua


beranggapan bahwa pendidikan anaknya cukup diserahkan
pada lembaga formal atau guru ngajinya saja, maka orang
tua tidak akan mengerti perkembangan pendidikan anaknya
apakah anaknya sudah melaksanakan sholat atau belum.
b. Faktor Ekstern
Yang dimaksud dengan faktor ekstern adalah hambatan yang datngnya dari
luar rumah tangga atau keluarga. Adapun faktor ini meliputi :
1. Faktor lingkungan
Interaksi anak dengan lingkungan tidak dapat dielakkan, karen anak
membutuhkan teman untuk bermain yang sebaya yang bisa diajak bicara.
Dalam berteman kadang memiliki dampak positif kadang juga berdampak
negatif karena pengaruh lingkungan yang sangat besar. Oleh karena itu,
orang tua harus berhati-hati dalam memilihkan teman dan tidak gampang
untuk memilih teman yang baik bagi anak-anaknya, sesuai dengan pernyataan
yang di ungkapkan Aziz saya tidak mengaji sore hari karena itu teman
65 Hasil wawancara dengan Andi (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012

68

69

bermain sepeda66 kontrol orang tua terhadap anak sangat penting karena
tampa kontrol yang baik anak bisa saja terpengaruh oleh lingkungan temanteman nya bergaul. Ceko mengatakan sore hari saya pergi mengaji tetapi
kadang-kadang tidak sampai kepengajian karena di ajak teman pergi main
play stasion67. Dari keterangan diatas dapat dismpulkan bahwa salah satu
faktor penghambat adalah lingkungan dimana anak itu tinggal dan bergaul
dan bermasyarakat, sehingga untuk tercapainya harapan orang tua terhadap
pendidikan agama anaknya, setiap orang tua harus mengontrol anak mereka
dengan kontrol jarak jauh, atau menanyakan kegiatan mereka.
C. Upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
agama khususnya sholat wajib lima waktu pada anakanak putus sekolah di desa lolo hilir
Anak adalah harapan bagi sitiap orang tua, dan setiap orang tua
menginginkan anaknya menjadi orang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, namun tadak semua orang tua tau dan bisa memberikan pendidikan dan
pengetahuan kepada anaknya, baik itu agama maupun pengetahuan umum. Hal ini
disebabkan perbedaan kemampuan ekonomi dan perbedaan pola asuh dan cara
mendidik anak. Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan beberapa tahap
penelitian terhadap penanaman nilai agama pada anak putus sekolah didesa lolo
hilir, sehingga sampai kepada pembahasan mengenai upaya yang dilakukan untuk

66 Hasil wawancara dengan Aziz (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012
67 Hasil wawancara dengan Ceko (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai
2012

69

70

menanamkan nilai-nilai pendidikan agama isalam khusunya solat wajib lima


waktu pada anak putus sekolah di desa lolo hilir. Berdasarkan wawancara pada
Kepala desa saya sebagai aparat desa pada setiap pertemuan dengan masyarakat
telah memberi pengarahan dan himbawan kepada setiap keluarga agar tidak lalai
dalam memberi pendidikan agama pada anak dirumah masing-masing, selain itu
kami juga telah menyediakan sarana pendidikan agama bagi anak-anak dan
remaja bahkan orang tua yang belum bisa baca al-quran, seperti di TPA/TPSA di
setiap dusun 68, dari keterangan yang disampaikan kepala desa diatas peneliti
menyimpulkan bahwa telah ada upaya yang dilakukan dalam penanaman nilainilai pendidikan agama islam pada anak termasuk anak putus sekolah di desa lolo
hilir. Hal ini penulis jabarkan satu persatu sebagai berikut:
1. Memberi Pendidikan Agama dalam Keluarga
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah (suci) dan orang tuanyalah yang nantinya akan memberi warna pada anak
itu, apakah tetap membimbingnya dalam keadaan fitrah atau justru mengotori
kefitrahan itu. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw.
bersabda :






68 Hasil wawancara dengan Bapak Marhalim (Kepala Desa Lolo Hilir ), pada
tanggal 24 Mai 2012

70

71

Tiadalah seorang bayi pun yang lahir melainkan ia dilahirkan di atas


fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi, atau
Nasrani.69
Berdasarkan hadis di atas peneliti mewawancarai beberapa orang tua dari
anak yang putus sekolah di desa lolo hilir untuk mengetahui, tanggung jawab
mereka dalam memberi ilmu agama pada anak mereka. Bapak Abd. Soleh saya
selaku orang tua terlalu sibuk untuk mencari nafkah keluarga, pergi pagi dan
pulang sudah malam, ditambah saya kurang bisa baca Al-quran untuk itu saya
menyurh anak saya ikut pengajian, disana ada ustad yang mengajarnya70.
Pernyataan lain di ungkapkan oleh bapak Nursal saya dulu lulusan
pesantren, karena orang tua tidak mampu jadi tidak melanjut sekolah, begitu juga
anak saya, tetapi kalau urusan agama di meraih peringkat 1 MTQ tingkat
kecamatan, tapi karena adiknya masih ada dua orang sekolah maka dia
menganggur dulu bantu bantu saya di kebut. 71 Pernyataan bapak nursal
menunjukkan bahwa anak yang putus sekolah didesa lolo hilir juga telah di didik
di dalam keluarga oleh orang tua sebagai penanggun jawab pendidikan anak
namun ada juga orang tua yang menyerahkan pendidikan anak pada orang lain
dikarenakan ilmu mereka sangat sedikit tentang itu. Untuk itulah peran orang tua

69 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru, (Surabaya :
Pustaka Agung Harapan, 2006), h 253

70 Hasil wawancara dengan Bapak Abd. Soleh (Orang tua anak ), pada tanggal
24 Mai 2012
71 Hasil wawancara dengan Bapak Nursal (Orang tua anak), pada tanggal 24 Mai
2012

71

72

dalam menjaga fitrah sangat lah besar sebagaimana firman Alloh SWT dengan
Penyebutan fitrah dalam al quran adalah firman-Nya sebaai berikut:

O%r's y7yg_ur e$#9 $ZZym 4 |Nt !$#


L9$# t ss }$Z9$# $pkn=t 4 w @7s?
,=y9 !$# 4 9s e$!$# Ohs)9$# 3s9ur
usY2r& $Z9$# w tbqJn=t
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (QS Ar Rum [30]:30)72
Secara umum, untuk pertama kalinya seorang anak belajar
shalat serta hukum-hukum agama dari bapak dan ibunya. Oleh
sebab itu, kapan seharusnya mulai mengajarkan anak tentang
shalat? Jawabannya dari hal itu akan dijelaskan oleh kisah berikut
:
Hisyam bin Said bercerita. Saya dan beberapa orang
pernah menemui Muadz bin Abdullah bin Hubaib Al Jahni, lalu ia
bertanya

kepada

istrinya,Kapan

seorang

anak

mulai

melaksanakan shalat? Istrinya menjawab, Baiklah, ada seorang


laki-laki diantara kita yang ingat jawaban Rasulullah saw. ketika
beliau ditanya tentang itu.
Beliau saw. menjawab:
72 Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahannya Juz 1-30 edisi baru, (Surabaya :
Pustaka Agung Harapan, 2006), h 459

72

73











Jika seorang anak sudah bisa membedakan antara arah
kanan dan kiri, suruhlah ia untuk mengerjakan shalat. (HR. Abu
Dawud)73
Berdasarkan uraian diatas bahwa peran orang tua dalam
mendidik dan mengajari ilmu kepada anak nya sudah disadari
oleh masyarakat desa lolo hilir walaupun ada sebagian orang tua
yang tidak membekali nilai-nilai agama dari rumah disembabkan
ketidak tahuan mereka dan sebagian lagi dikarenakan kesibukan
memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun intinya adalah
sudah ada usaha dari orang tua untuk menankan nilai pendidikan
agama pada anak putus sekolah di desa lolo hilir.
Abdullah bin Umar bin Khatab ra berkata, Rasulullah saw.
bersabda :









Jika Anak-anak kalian telah fasih berbicara, ajarilah mereka
kalimat La ilaha illallah, dan janganlah kalian mempedulikan

73 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya:


Pustaka Adil, 2010). Hal 663

73

74

kapan mereka meninggal. Jika telah tumbuh gigi depan mereka,


suruhlah mereka mengerjaan shalat. (HR. Ibnus Sinni)74
2. Pendidikan Agama di TPA/TPSA
TPA dan TPSA merupakan wadah pendidikan agama bagi anak-anak yang
bersifat non formal, di sini di anak-anak di kenalkan dengan nilai-nilai islam,
membaca Al-quran, prakti ibadah wajib dan lainnya. Hukum mendirikan salat
fardu lima waktu sehari semalam adalah fardu ain bagi setiap umat Islam yang
mukallaf. Artinya, setiap orang Islam yang mukallaf

dibebani kewajiban

mendirikan salat fardu dan harus ditunaikan sendiri, tidak dapat dibebankan dan
diwakilkan pada orang lain sekalipun pada kerabat dan ahli waris terdekat.
Dalam hal ini peneliti melaukan wawancara terhadap anak putus sekolah
tentang pendidikan agama yang di peroleh, Arjun mengatakan saya tidak belajar
mengaji di rumah tetapi saya mengaji di TPA bersama teman-teman di sore hari
setelah pulang dari ladang membantu orang tua, disana diajarkan mengaji, solat75
Pernyataan senda juga di ungkapkan Joko kalau saya belajar solat dan
mengaji di TPSA di masjid bersama teman-teman di sore hari, dan dirumah juga
ada sekali-kali bapak dan ibu mengajarkan saya cara sholat.76
Memang kewajiban mendirikan salat fardu merupakan beban setiap orang
Islam yang mukallaf, bukan beban anak-anak yang muslim. Akan tetapi mendidik
74 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya:
Pustaka Adil, 2010). Hal 341
75 Hasil wawancara dengan Arjun (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012
76 Hasil wawancara dengan Joko (anak putus sekolah ), Pada tanggal 24 Mai 2012

74

75

dan melatih mereka untuk mampu mendirikan salat fardu sampai dengan terbiasa
mendirikannya adalah diperintahkan oleh nabi saw. kepada setiap orang tua (ayah
dan ibu) yang diberi amanat oleh Allah swt. mengasuh anak-anak buah kasih
sayang pernikahan mereka
Menurut Miftah, pernyataan semacam itu adalah bentuk ghazwul fikri
(perang pemikiran) terhadap prinsip pendidikan Islam. Memang tidak dapat
disangkal bahwa anak merupakan generasi yang nantinya diharapkan jadi penegak
agama dan pengibar panji Islam.
Nabi saw. memberikan batasan umur disuruhnya anak-anak
kecil mengerjakan shalat, karena umur sebelum itu merupakan
masa meniru kedua orang tua mereka dan upaya membuat
mereka

mencintai

shalat.

Al

Hakim

dan

Abu

Dawud,

meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa Rasulullah


saw. bersabda,




Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat
ketika mereka telah berumur 7 tahun dan pukullah mereka (jika
mereka

tidak

mau

mengerjakannya)

ketika

mereka

telah

berumur sepuluh tahun. Pisahkanlah juga tempat tidur mereka


(antara laki-laki dan perempuan).77
77 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya:
Pustaka Adil, 2010). Hal 345

75

76

Anak-anak dalam rentang usia 7-10 tahun mulai memiliki


kemampuan untuk mengemban amanah. Pada usia tersebut
berdasarkan perkembangan intelektualitasnya, seorang anak
sudah bisa memahami arti prosedur suatu aktivitas sehingga ia
bisa menjalankan urutan-urutan rukun shalat beserta bacaannya.
Anak juga sudah memiliki rasa tanggung jawab atas tugas yang
diberikan

kepadanya.

Jadi

tepat

sekali

Rasulullah

saw.

memerintahkan orang tua mendidik anak dengan shalat pada


saat anak memiliki kemampuan itu.
Tetapi perintah shalat pada usia itu tidak akan terlaksana
jika anak tidak memiliki ilmu tentang shalat. Karena itu orang tua
perlu memahamkan tentang shalat sebelum usia 7 tahun. Hal ini
diharapkan ketika anak usia 7 tahun dan diperintah shalat,
mereka akan mengerjakanya dengan benar.
Jika dilihat dari adanya TPA/TPSA sebagai tempat pendidikan
agama anak-anak termasuk juga anak putus sekolah di desa lolo
hilir, menunjukkan bahwa perhatian dan kepedulian masyarakat
terhadap pendidikan agama anak nya cukup tinggi dengan
penyediaan pasilitas belajar agama seperti TPA/TPSA tersebut
sehingga dengan demikian orang tua yang tidak sempat
mendidik dan yang tidak memiliki pengetahuan agama yang baik
bisa menyerahkan pendidikan anak mereka pada TPA/TPSA di
desa.

76

77

mengatakan, Rasulullah saw. bersabda:











Perintahkan anak untuk melakukan shalat, jika ia telah berusia 7 tahun.
Lalu apabila ia berusia 10 tahun, pukullah.78 Maksudnya, jika ia sengaja
meninggalkannya.
Dalam periwayatan Tirmidzi, Rasulullah saw. menyatakan,

Ajarkan anak-anakmu tentang shalat ketika berusia 7 tahun, dan pukullah


saat berusia 10 tahun. (Abu Daud, no. 494 ; Tirmizi no. 407, sanadnya hasan.)79
Bahkan Rasululah saw. pernah mengoreksi langsung kesalahan yang
dilakukan anak-anak dalam pelaksanaan ibadah shalat. Sebagaimana yang
diriwayatkan At Turmudzi dari Ummu Salamah ra, yang menjelaskan bahwa
Rasulullah saw melihat salah seorang anak dari kami melaksanakan shalat,
kemudian dikatakan kepada beliau Perbaikilah bila cara dia bersujud salah!.
Belau menjawab, Hai anakku, tempatkan dahimu pada tempat sujud, Hadits ini
diriwayatkan juga oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya dan Imam Ahmad
dalam kitab Musnad.

78 Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, (Surabaya: Pustaka Adil,
2010). Hal 444

79 Ibid., Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Hal 341

77

78

Rasulullah saw juga memanggil beberapa anak para sahabat agar tidak
menoleh kanan-kiri ketika sedang melaksanakan ibadah shalat, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan At Turmudzi yang bersyumber dari Anas bin Malik ra
bahwa Rasulullah saw bersabda :
Hai Anakku, jangan kamu menoleh kanan-kiri dalam pelaksanaan shalat.
Sebab toleh-toleh adalah merusak sahnya shalat. Seandainya kamu tidak bisa
menahan diri untuk tidak menoleh, lakukanlah pada pelaksanaan shalat sunnah,
bukan pada shalat fardhu.
Anak kecil yang melihat tata cara ibadah orang dewasa, semisal shalat,
wudhu, dan sebagainya akan memberikan pengaruh yang sangat besar sebagai
suatu pelajaran untuk dipraktikkan sehingga tata cara beribadah anak yang
bersangkutan menjadi baik dan sempurna.
Cara pembinaan lain terhadap anak putus sekolah adalah dengan mencari
pekerjaan yang benar serta seimbang dengan tenaganya dan kemampuannya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bapak alim ulama Desa Lolo Hilir,
bahwa: Kalau anak tidak sekolah lagi, dari pada mondar-mandir di kampung atau
keluar masuk kebun, orang tua harus mencarikan pekerjaan yang memungkinkan
serta setimpal dengan kemampuan dia, seperti pergi ke sawah atau berjualan.
Setidaknya hal ini dapat mencukupi uang untuk rokoknya (bagi laki-laki), di
samping sebagai tempat mencari kesibukan diri dan dapat terhindar dari pengaruh

78

79

pikiran yang menyimpang. Tapi kalau bagi anak perempuan itu tidak jadi masalah,
karena anak perempuan biasanya lebih banyak di rumah membantu ibunya.80
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa anak putus sekolah
harus diberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, pekerjaan apa saja
yang penting halal sebagai kesibukannya, setidaknya akan mencukupi uang
jajannya serta dapat menghindari si anak dari perbuatan jahat serta merugikan
orang lain. Berbeda dengan anak perempuan. Anak perempuan biasanya lebih
banyak di rumah membantu ibunya.
Sedangkan cara pembinaan yang dilakukan oleh orang tua anak yang putus
sekolah di Kecamatan Gunung Raya adalah dengan menyuruh anaknya mengikuti
pengajian yang diadakan di desa mereka untuk membimbing moral si anak, juga
dengan menyuruh anaknya untuk membantu mereka bekerja supaya anak
disibukkan sehingga anak tidak berpikir macam-macam yang akan merusak
mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah satu tokoh masyarakat desa
Lolo Hilir bahwa: orang tua dari anak yang putus sekolah di sini dalam
membimbing anak-anak mereka yang putus sekolah dengan menyuruh dan
menganjurkan anak-anak mereka untuk mengikuti pengajian yang diadakan di
TPA/TPSA yang ada di desa mereka, juga dengan mengajak anak mereka untuk

80 Hasil wawancara dengan Bapak Karani (Imam Masjid), pada tanggal 23 Mai
2012

79

80

membantu mereka bekerja, sehingga anak disibukkan dan tidak sempat berpikir
kepada hal-hal yang akan merusak mereka.81
Dari beberapa hasil wawancara dengan masyarakat desa (dalam penelitian
ini penulis mengambil kepala Desa, Alim Ulama dan orang tua siswa) di atas,
dapat disimpulkan bahwa cara pembinaan terhadap anak putus sekolah di
antaranya adalah Menyuruh anak untuk bergabung dengan anak yang masih
sekolah, Menyuruh anak untuk belajar di TPA, minimal yang ada di desanya,
Memberikan serta mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan
kepada anak, memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya supaya
anak disibukkan serta dapat menghindarinya dari pikiran yang menyimpang.

81 Hasil wawancara dengan Bapak Munir (tokoh masyarakat Desa Desa Lolo
Hilir ), pada tanggal 24 Mai 2012

80

81

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian yang penulis paparkan tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan agama isalam pada anak putus
sekolah pada Bab IV dari skripsi ini dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemahaman agama tentang sholat lima waktu pada anak-anak
putus sekolah di desa Lolo Hilir masih sangat minim hal ini
diketahui

bahwa

masih

anak-anak

yang putus

sekolah

sebagian besar belum bisa melaksanakan sholat wajib lima


waktu.
2. Adapun faktor penghambat penanaman nilai-nilai PAI khusus
tentang solat lima waktu pada anak putus sekolah di desa Lolo
Hilir, ada dua yang pertama faktor inter yang terdiri dari
pengetahuan orang tua tentang agama yang kurang, ekonomi
orang tua dan sikap perhatian orang tua terhadap pendidikan
agama anak yang masih kurang. Yang kedua adalah faktor
eksternal yaitu pergaulan anak dimasyarakat dimana anak
cenderung lebih suka bermain bersama teman dari pada pergi
mengaji karena tidak ada kontrol dari kedua orang tua

81

82

3. Adapun upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai


agama khususnya sholat wajib lima waktu pada anak-anak
putus sekolah di desa lolo hilir dengan dua cara, pertama
melalui

keluarga

dengan

mengngatkan

orang

tua

agar

meluangkan waktu untuk mendidik dan mengajari anak


mereka. Yang kedua melalui penyediaan tempat belajar agama
seperti TPA /TPSA.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti maka peniliti ingin memberi beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada remaja-remaja khususnya pada anak-anak
yang putus sekolah agar lebih giat mempelajari dan memahami
nilai-nilai agama islam yang telah berusaha ditanamkan oleh
orang tua kepada kita dengan khususnya tentang sholat wajib
lima waktu, dengan ikut pengajian yang telah disediakan
seperti TPA /TPSA yang ada di desa lolo hilir.
2. Diharapkan Kepada Orang tua yang mempunyai pemahaman
yang baik

tentang ilmu

agama

agar

mengajarkan

dan

menularkan ilmu tersebut kepada anak-anak apalagi pada


anak yang putus sekolah, karena mereka sangat minim
mendapat pengajaran, oleh sebab itu kesediaan orang tua
meluangkan

waktu

untuk

mengajar

82

anak

mereka

serta

83

memantau

kativitas

anak

diharapkan

dapat

membuat

pemahaman nak tentang agama bertambah dan berakhlak


mulia.
3. Diharapkan

kepada

para

tokoh

masyarakat

dan

ulama

bersedia mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada generasi


muda terutama pada anak-anak yang putus sekolah agar
mereka tetap memiliki ilmu dan akhlak yang mulia.
4. Diharapkan kepada pemerintah desa agar memperhatikan
fasilitas dan honor bagi para ustad /ustazah yang mengajar di
TPQ /TPSQ.

83

Anda mungkin juga menyukai