Anda di halaman 1dari 3

Tugas Sifat-Sifat Dasar Kayu

Dek Krishna Rimba Prabhu


12/334100/KT/07305
Kayu
Kayu adalah bahan organik bagian dari tumbuhan yang mengalami
pengerasan (lignifikasi). Penyebab terbentukya kayu adalah dari akumulasi
selulosa dan lignin pada dinding sel pada berbagai bagian jaringan di
batang. Secara umum kayu terbentuk dari 70% selulosa, 18-28% lignin
sebagai pengikat satuan struktur kayu dan memberi sifat keteguhan pada
kayu, zat ekstraktif yang memberi ciri khas pada kayu yaitu warna, aroma,
rasa dan keawetan , serta 0.2-1% mineral pembentuk abu.
Kayu dibedakan menjadi dua jenis yaitu kayu lunak atau kayu daun
jarum dan kayu keras atau kayu daun lebar. Disebut kayu lunak karena
umumnya memiliki berat jenis yang lebih kecil dari kayu daun lebar. Kayu
lunak atau kayu daun jarum juga umumnya lebih mudah dibentuk/dipahat.
Kayu daun lebar dan kayu daun jarum memiliki struktur yang berbeda,
perbedaan mendasar yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah jika
dlihat pada penampang melintang maka pada kayu daun jarum akan terlihat
lubang-lubang yang rata dan teratur, berbeda dengan kayu daun lebar yang
jika dilihat maka ada lubang yang berbeda ukurannya. Hal ini disebabkan
karena pada kayu daun jarum serat juga berfungsi sebagai pembuluh yang
disebut dengan tracheid, namun pada kayu daun lebar pembuluh dan serat
berbeda maka dari itu jika dilihat ada lubang-lubang yang berbeda
ukurannya.
Jika kayu dibelah secara melintang maka akan terlhat garis-garis yang
berentuk cincin melingkar pada kayu. Pola tersebut disebabkan oleh adanya

kayu awal dan kayu akhir dimana kayu awal terbentuk pada awal
pertumbuhan yang biasanya pada musim hujan sehingga sel yang tumbuh
memiliki dinding tipis dan besar-besar, pada musim kemarau terbentuk kayu
akhir dimana sel yang tumbuh memiliki dinding sel yang tebal dan ukuran
sel relative lebih kecil. Hal ini menyebabkan ada perbedaan warna yaitu agak
gelap pada kayu akhir dan lebih terang pada kayu awal. Kayu awal dan akhir
terbentuk setiap tahun sehingga jumlah cincin dapat menunjukan umur
pohon, sehingga cincin tersebut sering disebut lingkaran tahun.
Tidak semua pohon memiliki lingkaran yang jelas sehingga lingkaran
tahun untuk mengetahui umur pohon tidak bisa dilakukan. Pada wilayah
Indonesia yang memiliki musim hujan dan kemarau yang kadang tak
menentu dan pada wilayah tertentu yang hujan sepanjang tahun, metode
lingkaran tahun ini tidak bisa digunakan karena sudah pasti lingkaran tahun
yang terbentuk tidak jelas atau bahkan melebihi atau kurang dari usia yang
sebenarnya. Metode lingkaran tahun untuk mengetahui umur pohon ini bisa
dilakukan dengan baik pada pohon-pohon daerah temperate yang memiliki
empat musim. Daerah empat musim memiliki pembagian musim yang jelas
sehingga lingkaran tahun yang terbentuk juga jelas.

Anda mungkin juga menyukai