Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
pada perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.4
2.2 Epidemiologi
2.2.1 Insidens dan Prevalensi
Gangguan depresi berat, paling sering terjadi dengan prevalensi seumur
hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen. Sekitar 10 persen
di perawatan primer dan 15 persen dirawat rumah sakit. 4
2.2.2 Jenis Kelamin
Perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara
laki laki dan perempuan. 4
2.2.3 Usia
Rata rata usia sekitar 40 tahunan, hampir 50 persen awitan diantara usia
20 50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut
usia. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi berat diusia kurang dari 20
tahun mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alkohol dan
penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut. 4
2.2.4 Status Perkawinan
Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau pisah. Wanita yang
tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menderita depresi

dibandingkan dengan yang menikah namun hal ini berbanding terbalik untuk lakilaki. 4

2.3 Etiologi
Menurut Kaplan, faktor faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi
dapat dibagi atas:
2.3.1 Faktor Biologi
Data penelitian biopsikologi menyatakan yang paling berperan dalam
patofisologi gangguan mood adalah disregulasi pada amin biogenik (norepinefrin,
serotonin dan dopamin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan
pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di
dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan
serotonin yang rendah di trombosit. Beberapa pasien depresi juga memiliki respon
neuroendokrin yng abnormal. Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin
biogenik yan paling sering dihubungkan dengan patofisologi depresi, dopamin
juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa
aktivitas dopamin mungkin menurun pada depresi dan meningkat pada mania. 4
Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan
regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada
neuroendokrin utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid
dan hormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi
nokturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian
tryptopan, penurunan kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing
hormon (LH) dan penurunan kadar testoteron pada laki-laki. 4
2.3.2 Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks, bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial tetapi faktor non genetik kemungkinan
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada
sekurangnya beberapa orang. 4
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemugkinan menderita suatu
gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekelurgaa melebar. Sebagai
contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya
menderita daripada sanak saudara derajat pertama (kakak). 4
Peneltian adopsi juga telah menunjukkan bahwa orang tua biologis dari
anak adopsi dengan gangguan mood mempunyai suatu prevalensi gangguan mood
yang serupa dengan orang tua anak penderita gangguan mood yang tidak
diadopsi.4
2.3.3 Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang
telah lama direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih
sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya,
hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.4
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan
paling berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan
orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan
dengan onset satu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Beberapa artikel
teoritik dan dari banyak laporan, mempermasalahkan hubungan fungsi keluarga

dan onset dalam perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat
psikopatologi didalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan,
kembalinya gejala dan penyesuaian pasca pemulihan.4

2.4 Klasifikasi
Berikut adalah pembagian dari episode depresif:
2.4.1 Episode depresif ringan (F 32.0)
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan,
dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling
khas; sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala
lazim di atas harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala
yang berat di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurangkurangnya sekitar 2 minggu.5, 6
Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan
social, namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali.5, 6
2.4.2 Episode depresif sedang (F 32.1)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang
ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan
sebaiknya empat) gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok,
namun ini tidak esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi
gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu. 5, 6
Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya menghadapi
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga. 5, 6
2.4.3 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F 32.2)
Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan
atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri
terkemuka. Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin

mencolok, dan bunuh diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus
berat. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada
episode dpresif berat. 5, 6
Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan
sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat. Namun, apabila gejala penting
(misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau
tidak mampu utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal
demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat
dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari
2 minggu. 5, 6
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada
taraf yang sangat terbatas. 5, 6
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat
tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan
subkategori dari gangguan depresif berulang. 5, 6
2.4.4 Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F 32.3)
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien dapat merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada

stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). 5, 6
2.4.5 Episode depresif lainnya (F 32.8)1
2.4.6 Episode depresif YTT (F 32.9)1
2.5 Gejala Klinis
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi
dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari
keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir
semua pasien depresi (97 persen) mengeluh tentang penurunan energi dimana
mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di sekolah
dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru.
Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan
masalah yang dihadapi. Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan
menyerang 90 persen pasien depresi.7
Berikut merupakan beberapa gejala depresi (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan PPDGJ III :1
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
- Afek depresi (sedih, murung, lesu, menangis)
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya :6
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan suram dan pesimis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan terganggu
Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi

10

periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.6
Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang dan berat hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang.6
2.6 Diagnosis Banding
2.6.1 Gangguan Skizofrenia
Terutama katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenia dapat terlihat atau menjadi
depresi selama atau setelah satu episode. Adanya penyesuaian premorbid yang
buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham yang tersusun baik dan
halusinasi yang komplek, tidak ada riwayat siklik, dan tidak ada riwayat keluarga
yang mengalami gangguan afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.4,6
2.6.2 Gangguan Skizoafektif
Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi
beberapa saat bertumpang tindih dengan gejala gejala mood mayor.4, 6
2.6.3 Gangguan Cemas Menyeluruh
Pertama terlihat ansietas yang sangat menonjol. Pasien dengan cemas
hendaknya selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya depresi. 4, 6

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan kepada
beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan
evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya
untuk gejala, tetapi kesehatan jwa pasien kedepan juga harus diperhatikan.7
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terap sebelumnya.7

Anda mungkin juga menyukai