Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
DASAR TEORI
Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai salah satu penunjang untuk
mengetahui

penyebab

timbulnya

suatu

penyakit.

Karena

itu

pemeriksaan

laboratorium berperan penting dalam menentukan diagnosis klinis, salah satu


pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan hemotologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang

dilakukan

untuk

mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian


padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian
cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan ini dilakukan
dalam laboratorium, salah satunya yaitu pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah atau
hematologi terdiri dari pemeriksaan hematologi rutin dan lengkap (Maria, 2006).
Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari
pemeriksaan darah rutin ditambah pemeriksaan morfologi sel (ukuran, kandungan
hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi). Pemeriksaan hematologi
lengkap penting untuk mengetahuimorfologi dan fungsi dari berbagai sel yang ada di
dalam darah, contohnya seldarah putih yang berperan dalam imunitas tubuh dan sel
darah merah yangberperan dalam oksigenasi tubuh. Sedangkan pemeriksaan
hematologi rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), hitung jumlah
eritrosit, hematokrit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung jumlah
trombosit, dan hitung nilai rata-rata eritrosit (Maria, 2006).
Hemoglgobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan
rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada didalam eritrosit dan dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar
hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan dilaboratorium adalah berdasarkan
kolometri visual yaitu metode Sahli. Nilai normal Hb dewasa pria adalah 12,5 -18,0
gr %, normal pada dewasa wanita adalah11,5-16,5 gr %, norma pada bayi < 3 bulan
adalah 13,5-19,5 gr %, pada bayi > 3 bulan adalah 9,5-13,5 gr %, pada umur 1 tahun

adalah 10,5-13,5 gr %, pada umur 3-6 tahun adalah 12,0-14,0 gr %, pada umur 10-12
tahun adalah11,5-14,5 gr % (Koosgiarto dkk, 2014).
Hitung Jumlah Leukosit, normal pada dewasa pria dan wanita adalah 410ribu/mm, pada bayi adalah 10-26ribu/mm, pada usia 1 tahun adalah 616ribu/mm, pada usia 12 tahun adalah 5-13ribu/mm (Koosgiarto dkk, 2014).
Laju Endap Darah (Erythrocyte Sedimentation Rate, ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.
Biasanya menggunakan pemeriksaan westergreen. Nilai normal pada dewasa pria
adalah 0-15 mm/jam sedangkan pada wanita adalah 0-20 mm/jam (Koosgiarto dkk,
2014., Hartono, 2012).
Hitung Jenis Leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis
leukosit. Terdpat lima jenis leukosit, yang masing-masing memiliki fungsi yang
khusus dalam melawan pathogen. Sel-sel itu adalah neutrophil, limfosit, monosit,
eosinophil, dan basofil. Nilai normalnya adalah eosinofil 1-4 %, basophil 0-1 %, stab
2-5%, segmen 50-70 %, limfosit 20-40 %, monosit 1-6 % (Koosgiarto dkk, 2014).

BAB II
ISI
A. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
1. Alat dan Bahan
a. Hemoglobinometer Sahli
b. Pipet hemoglobin
c. Batang pengaduk
d. Tabung standar Hb
e. Pipet HCL
f. HCL 0,1 N
g. Tabung pengencer
h. Sampel darah
i. Aquadest
2. Cara Kerja
a. Menghisap HCL 0,1 N sampai angka 2 menggunakan pipet HCL, lalu di
masukkan ke dalam tabung pengencer.
b. Menghisap darah 20 l, lalu di masukkan ke dalam tabung pengencer
c.
d.
e.
f.

yang sama.
Menghomogenkan dan menunggu 1-3 menit.
Mengambil dan menuang pada tabung Hb.
Meletakkan pada tabung standar Hb.
Meneteskan aquadest sedikit demi sedikit dan mengaduknya sampai

warna Hb sama dengan larutan standar.


3. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapatkan kadar Hb dari sampel adalah 7,6 gr %,
dengan kadar Hb tersebut disimpulkan bahwa sampel darah memiliki Hb
normal, krena menurut dacie nilai rujukan Hb pria sebesar 12,5-18,0 gr %
sedangkan pada wanita 11,5-16,5 gr%.
4. Aplikasi dalam Kedokteran
Pengukurang kadar hemoglobin dengan menggunakan metode sahli bertujuan
agar dapat mengetahui jumlah hemoglobin dalam tubuh kita dan dapat
mengidentifikasi sebuah penyakit yang disesuaikan dengan golongan hemoglobin.
Menurut Manuaba dkk., 2007, kondisi hemoglobin dapat digolongkan sebagai
berikut:

1.
2.
3.
4.

Hb 11 gr %
Hb 9 10 gr %
Hb 7 8 gr %
Hb < 7 gr %

tidak anemia
anemia ringan
anemia sedang
anemia berat

Dapat kita lihat dari golongan hemoglobin diatas bahwa, disaat kita
kekurangan hemoglobin maka akan terjadi suatu penyakit yang bernama anemia.
Kemudian untuk yang kelebihan jumlah hemogoblin disebut penyakit polisitemia.
Polisitemia adalah peningkatan jumlah hemoglobin dalam tubuh. Selain itu juga,
polisitemia ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit serta granulosit
(Corwin, 2009: 412). Maka dari itu, dengan adanya golongan hemoglobin ini kita
dapat mengidentifikasi tubuh kita dan apabila tergolong suatu penyakit kita dapat
menanganinya secara tepat.
B. Jumlah Leukosit
1. Alat dan Bahan
a. Hemositometer :
1) Bilik Hitung
2) Pipet Leukosit
b. Kaca Penutup
c. Mikroskop
d. Cover glass
e. Darah
f. Reagen:
1) Larutan Turk
2. Cara Kerja
a. Mencari kotak berukuran sedang yang terletak disudut bilik hitung
menggunakan mikroskop (cover glass ditempel di bilik hitung).
b. Menghisap darah menggunakan pipet leukosit sampai angka 1
(pengenceran 10 kali).
c. Menghapus sisa darah yang melekat pada ujung pipet leukosit.
d. Menghisap larutan turk menggunakan pipet leukosit yang sama sampai
garis skala 11, perhatikan jangan sampai terdapat gelembung udara yang
masuk.
e. Angkatlah pipet dari larutan turk, kemudian tutup ujung pipet
menggunakan ibu jari setelah itu lepaskan karet penghisapnya.
f. Mengoocok tabung dengan arah horizontal selama 1530 detik.
g. Membuang 3 tetesan pertama.

h. Menuangkan pada parit di bilik hitung.


i. Mengamati dan menghitung jumlah leukosit pada 16 kotak bilik hitung
menggunakan pembesaran objektif 10x.
3. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan pemeriksaan leukosit, ditemukan 62 sel leukosit
dalam pengenceran 10 kali pada 16 kotak sedang, dengan demikian jumlah
leukosit dapat dihitung dengan rumus menjadi :
= leukosit kotak sedang 16 10 (tinggi bilik hitung) 10
Jumlah kotak yang dihitung
= 62 16 10 10
16
= 6200/ mm3
Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah leukosit 6200/ mm3. Hal ini
menunjukkan jumlah leukosit pada sampel darah tersebut normal, karena nilai
rujukan jumlah leukosit normal menurut Dacie adalah 4-11 ribu/ mm 3. Hasil ini
menunjukkan tidak terjadi kelainan pada sampel darah tersebut. Selain itu, hal ini
juga menunjukkan jika pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur
yang ada.
Pemeriksaan leukosit bertujuan untuk menghitung jumlah leukosit dalam
darah. Secara normal, jumlah leukosit dalam darah lebih sedikit dibandingkan
dengan eritrosit. Oleh karena itu, pada saat pemeriksaan leukosit, darah yang
dibutuhkan lebih banyak dan pengenceran yang dibutuhkan lebih sedikit. Secara
umum jumlah leukosit normal pada dewasa sekitar 5000-10000/ mm3 (McPherson
dan Sacher, 2004).
Namun, pada beberapa kasus ditemukan jumlah leukosit melebihi batas
normal, kondisi ini disebut leukositosis. Hal ini terjadi ketika sel-sel darah putih
terlalu cepat dikeluarkan sumsum tulang. Biasanya pada kondisi ini leukosit
mencapai 15000-20000/ mm3 bahkan bisa mencapai 40000-100000/ mm3
(Mitchell, dkk., 2006).
Leukositosis biasanya terjadi setelah melakukan olahraga yang berat atau
terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena

luka bakar yang luas. Penyakit karena kelebihan sel darah putih disebut leukemia.
Pada penderita leukemia, jumlah leukosit sangat tinggi, bahkan dapat mencapai
10 kali lipat dari jumlah normal. Tingginya jumlah leukosit dapat mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh (Bastiansyah, 2008).
Selain itu, jumlah leukosit dalam darah juga dapat kurang dari normal yang
disebut dengan leukopenia. Hal ini bisa terjadi antara lain pada penderita HIV
lanjut, penderita kelainan autoimun, dan malnutrisi (Mitchell, dkk., 2006).
Leukopeni seringkali timbul akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti
obat kanker, dapat pula karena keracunan logam, infeksi kronis, anemia, serta
karena faktor keturunan. Rendahnya jumlah leukosit dalam darah juga dapat
berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Apabila jumlah leukosit pada
darah rendah, maka akan mengakibatkan lebih mudah terkena berbagai penyakit
infeksi (Bastiansyah, 2008).
Berdasarkan hasil praktikum, dalam pengenceran 10 kali pada 16 kotak
sedang ditemukan 62 sel leukosit, sehingga diperoleh jumlah leukosit total
sebanyak 6.200/ mm3.
4. Aplikasi dalam Kedokteran
Perhitungan jumlah leukosit dilakukan agar kita dapat mengetahui jumlah
leukosit dalam tubuh kita. Setelah kita mengetahui jumlah leukosit kita, kita
bisa mengidentifikasi bagaimana keadaan tubuh kita. Hal itu dikarenakan
apabila jumlah leukositnya kurang ataupun lebih dari jumlah normal maka itu
akan menimbulkan penyakit. Leukopenia adalah suatu kondisi dimana tubuh
mengalami penurunan jumlah leukosit. Biasanya leukosit berjumlah
4.000/mm3 sehingga disaat terkena leukopenia, jumlah leukosit dibawah
4.000/mm3. Kekurangan jumlah leukosit disebabkan oleh penurunan produksi
sel di sumsum tulang, peningkatan penggunaan sel leukosit, sekuestrasi sel
didalam limpa, atau destruksi sel karena proses imun (Schwartz, 2005: 23).
Leukopenia adalah keadaan dimana tubuh kekurangan jumlah leukosit,
beda halnya dengan keadaan leukosit yang berlebih didalam tubuh. Leukemia
adalah penyakit dengan kondisi tubuh yang kekurangan jumlah leukosit.

Leukemia ini terjadi dikarenakan oleh terdapatnya poliferasi sel leukosit yang
tidak terkendali didalam sumsum tulang belakang. Hal ini menyebabkan
produksi sel darah merah maupun trombosit terganggu. Selain itu, sel leukosit
yang diihasilkan juga banyak yang abnormal dan cacat yaitu mudah sekali
rusak sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini
menyebabkan pasien mudah terinfeksi penyakit lainnya (Rofinda, 2012: 68).
C. Laju Endap Darah (LED)
1. Alat dan Bahan
a. Tabung westergreen
b. Rak westergreen
c. Spuit
d. Larutan natrium sitrat 3,8 %
e. Sampel darah
2. Cara Kerja
a. Menghisap larutan natrium sitrat dengan spuit sampai angka 150 mm, lalu
di masukkan ke dalam tabung kosong.
b. Menghisap darah sampai angka 0 mm, lalu di masukkan ke dalam tabung
kosong.
c. Mencampurkan natrium sitrat dan darah sampai homogen.
d. Menghisap campuran tersebut ke dalam tabung westergreen sampai garis
bertanda 0 mm.
e. Memasang pipet westergreen secara tegak lurus pada rak wetergreen, lalu
di diamkan selama 30 menit.
f. Membaca tinggi lapisan plasma pada pipet westergreen sebagai hasil laju
endap darah.
3. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan laju endap darah diperoleh hasil sebesar 42 mm/ 30
menit. Dari hasil tersebut hasilnya tidak dapat diintrepertasikan normal atau
tidak normal karena waktu praktikum yang sangat terbatas dan waktu untuk
pengamatan laju endap darah yang seharusnya 60 menit dijadikan 30 menit.
4. Aplikasi dalam Kedokteran
Peningkatan non spesifik globulin dan peningkatan kadar fibrinogen
terjadi apabila tubuh berespon terhadap cedera, peradangan, atau kehamilan.
Peningkatan LED menyertai sebagian besar penyakit peradangan dan juga
terjadi saat proses peradangan kronis. Laju endap darah memiliki tiga
penggunaan utama: sebagai alat bantu untuk mendeteksi suatu proses

peradangan, sebagai pemantau perjalanan atau aktivitas penyakit, dan sebagai


pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang tersembunyi.
Namun pemeriksaan ini relatif tidak sensitifkarena dipengaruhi oleh banyak
faktor teknis. Bagaimanapun, LED tetap menjadi uji yang bermanfaat dan
digunakan secara luas. Perlu ditekankan bahwa LED yang normal tidak dapat
digunakan untuk menyingkirkan penyakit, namun sebagian besar penyakit
peradangan akut dan kronis serta neoplasma berkaitan denga peningkatan laju
endap darah (Mcpherson dan Sacher, 2004: 62).
Laju endap darah kita juga bisa menurun akibat dari kelainan-kelainan sel
darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit yang sel darah
merahnya sangat banyak sekali jumlahnya sehingga darah menjadi sangat
kental. Maka dari itu, jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah, maka
kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel
darah merah hampir sama dengan darah keseluruhan (Bastiansyah, 2008: 48.,
Hartono, 2012).
D. Identifikasi Sel Leukosit
1. Alat dan Bahan
a. Objek glass
b. Mikroskop
c. Metanol 90%
d. Sampel darah
e. Giemsa
f. Oil emersi
2. Cara Kerja
a. Meneteskan darah pada objek glass, lalu spreader darah menggunakan
objek glass.
b. Memfiksasi metanol 90%, lalu di diamkan selama 10 menit atau sampai
kering.
c. Di genangi dengan giemsa selama 20 menit.
d. Mencuci, mengeringkan dan di anginkan.
e. Mengamati dengan perbesaran 100x ditambah oil emersi.
f. Mengamati di zona baca.
3. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan kami diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Basophil= 0

b. Eosinophil= 2 =

2
20

x 100 = 10 %

c. Neutrifil= 9 =

9
20

x 100 = 45 %

d. Limfosit= 9 =

9
20

x 100 = 45 %

e. Monosit= 0
Hasil pengamatan apusan darah di atas tidak bisa dikatakan normal atau tidak.
Karena dalam kadar normal itu dilihat dalam 100 sel darah, sedangkan dalam
pengamatan kami hanya menggunakan 20 sel saja.

10

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengamatan yang disampaikan
dalam laporan.
A. Hb Sahli
Hasil pengamatan menunjukkan kadar hemoglobin sebanyak 7,6%. Dari
data tersebut dengan mengacu pada nilai rujukan yang dikemukakan oleh Dacie,
maka dapat dinyatakan bahwa pasien tersebut memiliki kadar Hb yang normal
atau tidak memiliki kelainan yang diindikasikan dengan defisiensi atau pun
kelebihan kadar hemoglobin.
B. Jumlah Leukosit
Hasil pemeriksaan dan perhitungan jumlah leukosit menunjukkan jumlah
leukosit pada sampel darah adalah 6200 / mm3. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan sampel darah yang digunakan pada praktikum normal dan tidak
menunjukkan kelainan leukosit.
C. Laju Endap Darah (LED)
Hasil pemeriksaan laju endap darah pada sampel darah tersebut
menunjukkan angka laju endap darah yang tidak dapat diintrepertasikan, hasilnya
sebesar 42 mm/ 30 menit. Hal ini dapat disebabkan karena faktor waktu
pengamatan yang tidak efektif.
D. Identifikasi Sel Leukosit
Identifikasi sel leukosit didasarkan pada ada tidaknya granula dan bentuk
inti dari leukosit, apakah bersegmen atau batang. Leukosit yang memiliki granula
terdiri dari eosinofil, basofil, dan neutrofil. Sedangkan yang tidak bergranula
yaitu limfosit dan monosit.

Anda mungkin juga menyukai