Karsinoma Kolo
Karsinoma Kolo
A. DEFINISI
Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum.
B. INSIDENSI
Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling umum pada lakilaki dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health Organization pada
April 2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru karsinoma
kolorektal dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap
tahunnya. Angka kejadian kanker kolorektal mulai meningkat pada umur 40 tahun
dan puncaknya pada umur 60-75 tahun. Faktor resikonya meliputi umur, diet
tinggi lemak dan kolesterol, inflamatory bowel disease (terutama kolitis ulseratif)
dan genetik. Kanker kolon lebih sering terjadi pada wanita, kanker rektum lebih
sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker kolon atau kanker
rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum pada saat yang bersamaan.
Di Indonesia insidens pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak
pada orang muda, 75% ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat perbandingan
insidens laki-laki : perempuan adalah 3 : 1 dan kurang dari 50% ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit usia lanjut. .
C. ETIOLOGI
Dari bukti-bukti eksperimental dan survei makanan, ditunjukkan bahwa
faktor berikut ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma kolon yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan
tumbuh dan membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi kadangkadang pertumbuhan ini diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun selsel baru tersebut tidak diperlukan. Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat
merupakan suatu keadaan prekanker, contohnya adalah polip di daerah usus besar.
Setelah melalui periode panjang, polip ini dapat menjadi ganas. Pada keadaan
lanjut, kanker ini dapat menembus dinding usus besar dan menyebar melalui
saluran pembuluh getah bening.
Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip
adenomatus. Ini disebut adenoma-carsinoma sequence. Menurut P. Deyle,
perkembangannya dibagi atas 3 fase. Fase pertama yaitu fase karsinogen yang
bersifat rangsangan. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor, fase ini tidak
menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Kemudian fase ketiga dengan
timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan dan gejala yang nyata.
Karena keluhan tersebut timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya
E. PATOLOGI
Secara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 4 tipe, yaitu:
1.
Tipe nodular
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke dalam lumen,
dengan permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan meluas ke dinding
kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik dengan
tepi yang meninggi, mengalami indurasi dan noduler. Di daerah sekum,
bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh menjadi suatu massa yang besar,
tumbuh menjadi fungoid atau tipe ensefaloid. Permukaan ulkus akan
mengeluarkan pus dan darah.
2.
Tipe Koloid
Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid.
3.
Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan yang
keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon untuk
membentuk napkin ring.
4.
glandula
dan
kelenjar-kelenjarnya
sendiri
membesar,
terjadi
F. KLASIFIKASI
Derajat keganasan karsinoma kolon berdasarkan gambaran histolik dibagi
menurut klasifikasi Dukes, berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding
usus, yaitu :
Dukes A
Dukes B
Dukes C
Grade II
Grade III
Karsinoma in situ
tidak ada penyebaran pada
Klasifikasi Dukes
Modifikasi
Harapan Hidup
(%)
90-100
75-85
30-40
<5
M0)
Tumor invasi ke limfonodi
Gejala dan tanda dini karsinoma kolon rektal tidak ada. Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan
atau akibat penyebaran.
Pasien karsinoma kolorektal umumnya memberikan keluhan gangguan
proses defekasi. Keluhan yang diajukan bermacam-macam berlainan pada pasien
yang satu dengan yang lain bergantung pada lokasinya. Dari 291 penderita
karsinoma kolorektal yang diteliti keluhan utama pada waktu datang berobat
ialah: 58,8% perdarahan segar per anal, 31,6% buang air besar darah berlendir,
dan 9,6 % obstruksi saluran makan.
Karsinoma kolon jarang ditemukan dalam skrining dan biasanya
asimtomatik. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri perut, 35% dengan perubahan
pola defekasi, 30% perdarahan samar dan 15% gejala obstruksi usus. Gejala klinis
karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon yang kanan. Karsinoma kolon
kiri sering bersifat skirotik, sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan
obstruksi, terlebih karena feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan
jarang terjadi stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata dari pada kolon kanan. Tempat yang
dirasakan sakit berbeda karena asal embriologenik yang berlainan, yaitu dari usus
tengah dan usus belakang. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus
sedangkan dari kolon kanan di epigastrium. Gejala umum yang dikeluhkan pasien
adalah:
1. Perdarahan segar peranal (hematokezia)
Sebagian besar pasien karsinoma kolorektal yang terletak di di bagian distal
sering mempunyai keluhan buang besar berdarah segar. Sumber perdarahan
segar yang terbanyak dari kanker terletak di bagian distal kolon dari kanker,
terutama di rektum 89 dari 137 penderita (64,9%), menyusul dari sigmoid
62,7%, rektosigmoid 60,3% dan dari kolon descendens 28,6%. Dari mereka
yang mengalami perdarahan segar, ditemukan 7 pasien mengalami
perdarahan masif, yaitu yang lokasinya di rektum 4, rektosigmoid 1, dan
sigmoid 2. Ketujuh penderita dengan perdarahan masif mengalami renjatan
hipovolemik, dan dilakukan pembedahan segera.
2. Buang air besar lendir darah
Seseorang yang mempunyai keluhan buang air besar darah lendir, perlu
dipikirkan adanya infeksi misal disentri basiler atau amoeba, kolitis ulseratif,
selain disebabkan oleh keganasan. Dari 291 pasien yang diteliti ditemukan 92
pasien (31,6%) mempunyai keluhan buang air besar darah lendir. Dari hasil
penelitian bahwa letak karsinoma kolorektal dibagian proksimal lebih sering
menimbulkan buang air besar darah lendir. Hal ini disebabkan karena darah
yang dikeluarkan oleh kanker tersebut sudah bercampur dengan tinja.
3. Obstruksi Saluran Cerna
Gejala klinis pasien karsinoma kolorektal sering menimbulkan gangguan
kebiasaan buang air besar, diantaranya dapat menimbulkan tanda obstruksi,
baik sebagian (parsial) maupn obstruksi total sehingga timbul tanda-tanda
ileus, buang air besar darah lendir atau obstipasi beberapa hari. Dari
penelitian ditemukan 28 pasien (9,6%) dengan tanda-tanda obstruksi, yaitu
perut kembung yang makin kembung dan makin lama makin tegang, tidak
dapat buang air besar dan tidak dapat flatus. Hal ini juga dikuatkan dengan
hasil rontgen polos abdomen terlentang dan berdiri yang menunjukkan
pelebaran usus halus dan kolon. Sebagai penyebab obstruksi ditemukan
kanker yang terletak di rektum 16 (11,7%) , rektosigmoid 4 (6,3%), sigmoid 7
(10,4%) dan kolon ascendens 1 (14,2%). Yang menimbulkan tanda-tanda
obstruksi umumnya kanker berbentuk sirkular dan anular yang menyebabkan
terjadi penyempitan lumen usus. Bentuk striktura merupakan tumor yang
sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus sehingga menyebabkan
sumbatan total.
4. Pasien karsinoma kolorektal mempunyai keluhan lain seperti pasien kanker
umumnya, yaitu anoreksia, berat badan menurun, rasa nyeri perut ditempat
kanker, buang air besar tidak teratur, walaupun sudah buang air besar yang
berupa tinja dengan darah lendir tetapi masih meraskan banyak kotoran
didalam perut yang sukar keluar seperti ada sumbatan. Selain itu juga timbul
tenesmus.
Manifestasi dari karsinoma kolon dapat dibagi menjadi (Kodner et al,
1999) :
Manifestasi Subakut
Manifestasi Akut
Gejala yang signifikan pada gejala akut adalah obstruksi atau perforasi pada
usus besar. Obstruksi kolon dapat memberikan kesan kanker, terutama pada
orang tua. Pasien dengan obstruksi komplit mengeluh tidak bisa flatus dan
BAB, kram dan distensi perut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut
distended, tympani pada perkusi, biasanya pada tumor ditemukan masa
abdominal pada palpasi.
Jika obstruksi tidak berkurang dan kolon terus distensi, tekanan pada dinding
intestinal dapat melebihi tekanan kapiler, dan darah yang membawa O 2 tidak
mencapai dinding usus, yang akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis. Pada
situasi ini pasien akan mengeluhkan nyeri perut hebat dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan rebound tenderness dan menurunnya atau menghilangnya
suara usus. Jika tidak di terapi segera, nekrosis akan berkembang menjadi
peritonitis dengan fecal peritonitis dan sepsis.
Usus besar dapat terjadi perforasi pada sisi tumor, mungkin disebabkan tumor
transmural kehilangan suplai darah dan menjadi nekrotik. Kasus seperti ini
mudah salah pada akut divertikulitis dan proses inflamasi dapat terbatas pada
sisi yang perforasi, akan tetapi pada beberapa kasus perforasi tidak dapat
diketahui, yang mengakibatkan peritonitis generalisata.
Tabel : gambaran klinis karsinoma kolorektal lanjut
Aspek klinis
Kolon Kanan
Kolitis
Kolon Kiri
Obstruksi
Rektum
Proktitis
Nyeri
Karena penyusupan
Karena Obstruksi
Tenesmi
Defekasi
Tenesmi terus
menerus
Obstruksi
Jarang
Hampir selalu
Tidak jarang
Darah pada
Samar
Samat atau
Makroskopik
feses
makroskopik
Feses
Normal (diare)
Normal
Perubahan bentuk
Jarang
Dispepsia
Sering
Jarang
Keadaan
Hampir selalu
Lambat
Lambat
umum
memburuk
Anemia
Lambat
Hampir selalu
Lambat
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis karsinoma kolon.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Karsinoma kolon disebelah kanan, kadang-kadang teraba suatu massa.
Tumor sigmoid sedikit dapat diraba diperut kiri bawah. Bila tumor sudah
metastase ke hati, akan teraba hati yang nodular dengan bagian yang keras dan
yang kenyal. Dapat ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala
obstruksi dari inspeksi dapat ditemukan dinding abdomen distensi, dumb countur,
dumb steifung. Dari palpasi ditemukan massa abdomen, dan hipertympani pada
perkusi abdomen, auskultasi usus bisa ditemukan peningkatan peristaltik yang
kemudian diikuti dengan burburigmi, metalik sound dan penurunan serta
menghilangnya peristaltik Bisa juga ditemukan nyeri tekan pada seluruh dinding
abdomen apabila terjadi perforasi usus.
Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa
maligna (massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid
teraba keras kenyal dan lendir darah pada sarung tangan.
Tabel : Ringkasan diagnosis karsinoma kolorektal
Kolon Kanan :
- Anemia dan kelemahan
- Darah okul di feses
- Dispepsia
- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah
- Massa di perut kanan bawah
- Foto rontgen perut khas
- Penemuan kolonoskopi
Kolon Kiri :
- Perubahan pola defekasi
- Darah di feses
- Gejala dan tanda obstruksi
- Foto rontgen khas
- Penemuan kolonoskopi
Rektum :
- Perdarahan rektum
- Darah di feses
- Perubahan pola defekasi
- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa penuh
- Penemuan tumor pada colok dubur
- Penemuan tumor rektosigmoid
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gejala-gejala yang dicurigai karsinoma kolon,
diagnosis
definitif
biasanya
ditegakkan
dengan
endoskopi
(fleksibel
pemeriksaan
feses-darah
terbaru,
dikenal
sebagai
fecal
manusia. Test ini dilakukan sama seperti FOBT yang konvensional, tetapi
lebih spesifik dan dapat mengurangi hasil positif palsu. Vitamin atau makanan
tidak mempengaruhi fecal immunochemical test, dan formatnya hanya
memerlukan 2 spesimen feses (FOBT konvensional membutuhkan 3), jadi
lebih mudah untuk digunakan. Fecal immunochemical test mempunyai
beberapa kelemahan sama seperti FOBT konvensional, seperti tidak bisa
untuk mendeteksi tumor yang tidak berdarah.
Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat membantu mencegah kanker colon dengan pendeteksian
polyp adenomatosa dan polypectomy. Kolonoskopi memberikan gambaran
keseluruhan colon yang dapat mengidentifikasi dari lesi yang proximal dan
lesi distal. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas terbaik pada metoda
screening yang ada saat ini. Kerugian kolonoskopi adalah biaya, resiko yang
ditingkatkan seperti pendarahan dan perforasi, persiapan pasien yang sulit,
dan membutuhkan pemberian obat sedasi.
Secara endoskopi umumnya bentuk kanker kolorektal ialah polipoid yang
ireguler, anular seperti bunga kool yang ulseratif, striktura, sirkular, dan dapat
menemukan letak obstruksi. Apabila dibandingkan, kolonoskopi menjadi
suatu metoda surveilen yang lebih efektif dibanding dengan kontras barium
enema ganda. Setelah melakukan pemeriksaan kolonoskopi dengan disertai
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat sulit untuk mendeteksi kanker kolorektal. Alat ini
baru bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya metastase kanker ke
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. Jika ada pembesaran
kelenjar getah bening para-aortal patut dicurigai suatu metastase dari
kanker.
TERAPI
Farmakologi
Penelitian di Eropa dan Amertika Serikat melaporkan bahwa respon
terhadap kombinasi dari
(CPT11) lebih baik bila dibandingkan dengan 5-FU/leucovorin atau CPT11 secara
tunggal. Terapi standar untuk carsinoma kolon yang telah bermetastase adalah
CPT11 dengan kombinasi 5-FU/LV dikenal sebagai Saltz Regimen. Obat ini
digunakan secara kombinasi dalam pengobatan carsinoma colorektal.
Terapi dasar 5-FU diberikan secara infuse setiap hari selama 5 hari dalam
4 minggu (mayo klinik regimen) dan diteruskan secara infuse setiap minggu untuk
6 minggu dengan 2 minggu off ( Roswell Park regimen).
Kategori obat: Antineoplastic agents, merupakan standar terapi dalam pengobatan
ca kolon termasuk terapi kombinasi. Diare merupakan efek samping yang biasa
terjadi dalam pengobatan ini. Efek samping lain termasuk mucositis, neutropenia,
kerontokan rambut, dan reaksi hipersensitivitas.
Nama Obat
Dosis Dewasa
Fluorouracil (Adrucil)
Digunakan terutama dalam pengobatan carsinoma kolon pada
penderita yang berusia lebih dari 40 tahun. Dapat digunakan
sebagai agen tunggal atau kombinasi untuk terapi jangka panjang
dengan leucovorin sebagai modulator biokimia.
Sebagai antimetabolit (obat anti kanker dengan struktur kimia
yang hampir sama dengan faktor endogen intermediate atau
memblok sintesis DNA atau RNA). 5-FU menghambat
pertumbuhan sel tumor melalui tiga mekanisme berbeda yang
berhubungan dengan aktivitas sintesis DNA atau kemampuan
selular. Efek ini tergantung pada konversi intraseluler dari 5-FU
menjadi 5-FdUMP, 5-FUTP, dan 5-FdUTP. 5-FdUMP
menghambat thymidylate synthase (enzim kunci dalam sintesis
DNA) . 5-FUTP dihubungkan dengan proses sintesis RNA dan
5-FdUTP berhubungan dengan DNA.
Standar pengobatan: 500 mg/m2 IV setiap minggu selama 4-6
minggu.
Terapi tambahan:
Regimen Mayo Klinik: 425 mg/m2/d IV bolus pada hari ke 1-5
setelah pemberian LV untuk 5 hari setiap 4 minggu.
Interaksi
Kehamilan
Precautions
Nama obat
Irinotecan (Camptosar)
Menghambat topoisomerase I, menghambat replikasi DNA.
Efektif dalam pengobatan carsinoma colorektal. Standar terapi
untuk carsinoma kolon yang mengalami metastase termasuk
kombinasi kemoterapi 5-FU/LV/CPT11 karena terjadinya
toksisitas
dihubungkan
dengan
Saltz
Regimen
(5FU/LV/CPT11), saat ini standar terapi ca kolon yang mengalami
metastase maksimal 5-FU 400 mg/m2 dan CPT11 100 mg/m2
sebagai dosis awal.
Dosis dewasa
Kontraindikasi
Interaksi
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
Leucovorin (Wellcovorin)
Standard therapy untuk ca kolon dan termasuk dalam terapi
kiombinasi
Dosis dewasa
neutropenia;
Oxaliplatin (Eloxatin)
Agent antineoplastik yang digunakan sebagai kombinasi dengan
5-FU dan leucovorin untuk pengobatan ca kolon dengan
metastasis yang mengalami kekambuhan atau progressi.
Dosis dewasa
leucovorin 200 mg/m2; diikuti 5-FU 400 mg/m2 IV bolus > 2-4
min, kemudian 5-FU 600 mg/m2 IV dalam larutan D5W 500 ml
> 22 jam.
Hari 2: Leucovorin 200 mg/m2 IV > 2 jam, diikuti 5-FU 400
mg/m2 IV bolus > 2-4 min, kemudian 5-FU 600 mg/m 2 IV dalam
larutan D5W 500 Ml > 22 jam.
Interaksi
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
Cetuximab (Erbitux)
Rekombinan antibody moniklonal dari manusia/tikus yang secara
spesifik berikatan dengan komponen ekstraseluler dari reseptor
factor pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErbB-1).
Reseptor Cetuximab-bound EGF menghambat aktivasi reseptor
kinase, sehingga menghambat pertumbuhan sel, menginduksi
apoptosis, dan menurunkan produksi matriks metalloproteinase
dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Diindikasikan
untuk terapi irinotecan-refractory, EGFR-expressed, colorectal
carcinoma yang telah mengalami metastase. Terapi lebih baik
dengan kombinasi irinotecan
Dosis dewasa
Nama obat
Bevacizumab (Avastin)
Diindikasikan sebagai terapi lini pertama pada metastatic
colorectal cancer. Murine-derived monoclonal antibody
menghambat
angiogenesis.
Menghambat
pembentukan
pembuluh darah baru yang mengangkut oksigen dan nutrisis
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan sel tumor.
Dosis dewasa
Interaksi
Perhatian
Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan pilihan
kemoterapi:
kemoterapi
sistemik
menggunakan
regimen
5-
Pilihan kedua untuk pasien dengan lesi hepar yang luas atau multiple
sehingga membutuhkan kemoterap dosis yang lebih tinggi. Prinsip terapi ini
adalah metastase ke hepar menerima suplai darah terutama melalui sirkulasi
arteri hepatica, dinama hepar secara normal menerima darah melalui vena
porta. Efek samping utama pada intraarterial FUDR adalah kolangitis
sclerosis.
Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian
usus yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderita tidak dapat
mentoleransi pembedahan karena kesehatan yang buruk, sehingga beberapa tumor
diangkat melalui elektrokoagulasi. Cara ini bisa meringankan gejala dan
memperpanjang usia, tapi tidak menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan
kasus kanker kolon, bagian usus yang ganas diangkat dengan pembedahan dan
bagian yang tersisa disambungkan lagi.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh
jarak kanker ini dari anus dan seberapa dalam tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani
kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon).
Dengan kolostomi, isi usus besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke
Gambar : Colostomy
Prosedur pembedahan klasik untuk carcinoma kolon adalah reseksi
anterior. Abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang akan
direseksi, dan kemudian reseksi dilakukan secara segmental (hemikolectomy
kanan atau kiri) dengan end-to-end anastomosis. Reseksi kolon total dilakukan
terhadap pasien dengan polyposis familial dan polip colon multiple.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum.
2.
3.
Faktor resikonya meliputi umur, diet tinggi lemak dan kolesterol, inflamatory
bowel disease (terutama kolitis ulseratif) dan genetik.
4.
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar.
6.
7.
8.
Secara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 4 tipe, yaitu: nodular,
koloid, skirous, papilar.
9.
10. Gejala umum yang dikeluhkan pasien adalah: perdarahan segar peranal
(hematokezia), buang air besar lendir darah atau tidak teratur, obstruksi
saluran cerna, anoreksia, berat badan menurun, rasa nyeri perut ditempat
kanker dan tenesmus.
11. Pemeriksaan penunjang antara lain: Fecal occult bleeding (FOBT), fleksibel
sigmoidoskopi (FS), sinar-x enema barium, dan kolonoskopi dan fecal
immunochemical test (FIT), radiologi thorax, USG, CT Scan dan
Laboratorium.
12. Terapi farmakologi yang dapat diberikan adalah kombinasi dari
5-
DAFTAR PUSTAKA
Deiry, El-Wafik S. 2006. E-Medicine: Colon Carcinoma. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/277496 tanggal 20 Maret 2009.
Newman, Dorland W. A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Jilid II. EGC : Jakarta.
Robbins, S.L., M.D. dan Kumar, V., M.D. 1995. Traktus Gastrointestinal dalam
Buku Ajar Patologi II, ed. 4. EGC: Jakarta.
Standar Pelayanan Medis. 1997. Karsinoma Kolon-rektum.
Sabiston, D.C.Jr., M.D. 1994. Buku Ajar Bedah Jilid 2. EGC: Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Gaya Baru: Jakarta.
Wim de Jong. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. EGC: Jakarta.
http://www.medicastore.com/kanker+kolorektal.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html
REFERAT
KARSINOMA KOLON
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti OSCE
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
di RSUD Sragen
Disusun oleh:
Maya Trihardini (04711020)
Anggia Fitria (04711014)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan
Referat
Karsinoma Kolon
Pada tanggal : .
Tempat : RSUD Sragen
KATA PENGANTAR
1. dr. Iman Fadli, Sp.B selaku dosen pembimbing atas segala ilmu, bimbingan
dan bantuannya selama penulis menjalani kepaniteraan bagian penyakit dalam
di RSUD Sragen.
2. Para staf dan karyawan di dalam maupun di luar lingkungan RSUD Sragen
yang telah membantu dan memberi pengarahan selama berlangsungnya
kegiatan kepaniteraan di RSUD Sragen.
3. Bapak dan Ibu atas segala doa dan dukungannya.
4. Teman-teman kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia atas bantuan dan kebersamaannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penelitian dan penyusunan referat
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menerima saran dan kritik. Harapan penulis semoga referat ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan menambah ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Wassalamualaikum wr. wb.
Yogyakarta, 29 Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Insidensi
C. Anatomi
D. Fisiologi
E. Etiologi
F.
Patofisiologi
G. Patologi
10
H. Klasifikasi
11
I.
Manifestasi Klinis
13
J.
Diagnosis
18
K. Terapi
22
L. Prognosis
29
KARSINOMA KOLON
30
Iman Fadli