Anda di halaman 1dari 28

KARSINOMA KOLON

A. DEFINISI
Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum.

B. INSIDENSI
Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling umum pada lakilaki dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health Organization pada
April 2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru karsinoma
kolorektal dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap
tahunnya. Angka kejadian kanker kolorektal mulai meningkat pada umur 40 tahun
dan puncaknya pada umur 60-75 tahun. Faktor resikonya meliputi umur, diet
tinggi lemak dan kolesterol, inflamatory bowel disease (terutama kolitis ulseratif)
dan genetik. Kanker kolon lebih sering terjadi pada wanita, kanker rektum lebih
sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker kolon atau kanker
rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum pada saat yang bersamaan.
Di Indonesia insidens pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak
pada orang muda, 75% ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat perbandingan
insidens laki-laki : perempuan adalah 3 : 1 dan kurang dari 50% ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit usia lanjut. .

C. ETIOLOGI
Dari bukti-bukti eksperimental dan survei makanan, ditunjukkan bahwa
faktor berikut ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma kolon yaitu :
1.

Tingginya konsumsi daging sapi dan lemak hewani,

2.

Meningkatnya kuman-kuman anaerobik pada kolon,

3.

Tumor yang memproduksi asam empedu sekunder,

4.

Diet rendah serat, dan

5.

Kemungkinan defisiensi bahan makanan protektif (yang mencegah timbulnya


kanker) dalam diet.
Teori yang pernah dikemukakan adalah diet dengan tinggi lemak hewani

akan dapat meningkatkan pertumbuhan kuman-kuman anaerobik pada kolon,


terutama jenis clostridium dan bakteroides. Organisme ini bekerja pada lemak dan
cairan empedu sekunder, yang dapat merusak mukosa kolon dengan aktivitas
replikasinya dan secara simultan berperan sebagai promotor untuk senyawasenyawa lain yang potensial karsinogenik, dengan pembentukan nitrosamida
(suatu bahan karsinogen) dari amin dan amida yang dilepaskan oleh diet yang
mengandung daging dan lemak hewani. Sedangkan secara simultan, bahwa
kurangnya serat dalam diet akan memperkecil volume tinja dan memperlambat
waktu pengosongan usus. Keadaan ini mengurangi proses dilusi dan proses
pengikatan bahan-bahan karsinogen. Diet rendah serat sering disebabkan oleh
rendahnya konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran yang mengandung vitamin
A, C, dan E, yang diduga mempunyai efek anti kanker.

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan
tumbuh dan membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi kadangkadang pertumbuhan ini diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun selsel baru tersebut tidak diperlukan. Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat
merupakan suatu keadaan prekanker, contohnya adalah polip di daerah usus besar.
Setelah melalui periode panjang, polip ini dapat menjadi ganas. Pada keadaan
lanjut, kanker ini dapat menembus dinding usus besar dan menyebar melalui
saluran pembuluh getah bening.
Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip
adenomatus. Ini disebut adenoma-carsinoma sequence. Menurut P. Deyle,
perkembangannya dibagi atas 3 fase. Fase pertama yaitu fase karsinogen yang
bersifat rangsangan. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor, fase ini tidak
menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Kemudian fase ketiga dengan
timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan dan gejala yang nyata.
Karena keluhan tersebut timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya

penderita merasa terbiasa dan baru memeriksakan dirinya ke dokter setelah


memasuki stadium lanjut.

Gambar : Patogenesis karsinoma kolon

E. PATOLOGI
Secara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 4 tipe, yaitu:
1.

Tipe nodular
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke dalam lumen,
dengan permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan meluas ke dinding
kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik dengan
tepi yang meninggi, mengalami indurasi dan noduler. Di daerah sekum,
bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh menjadi suatu massa yang besar,
tumbuh menjadi fungoid atau tipe ensefaloid. Permukaan ulkus akan
mengeluarkan pus dan darah.

2.

Tipe Koloid
Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid.

3.

Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan yang
keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon untuk
membentuk napkin ring.

4.

Papilary atau polipoid


Tipe ini merupakan pertumbuhan yang sering berasal dari papiloma simple
atau adenoma.

Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma


yang berasal dari epitel kolon. Bentuk dan diferensiasinya sempurna mempunyai
struktur

glandula

dan

kelenjar-kelenjarnya

sendiri

membesar,

terjadi

pembengkakan sel kolumna dengan nuklei hipokromasi dengan sel yang


mengalami mitosis. Pada bentuk yang kurang berdifirensiasi sel-sel epitel terlihat
didalam kolumna atau massa.
Desar sel barvariasi dan mungkin terdapat invasi dari pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Pada pertumbuhan anplastik kadang terlihat signet ring cell (inti
mendesak ke arah sel).

F. KLASIFIKASI
Derajat keganasan karsinoma kolon berdasarkan gambaran histolik dibagi
menurut klasifikasi Dukes, berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding
usus, yaitu :
Dukes A

: dalamnya infiltrasi; terbatas pada dinding usus atau mukosa.

Dukes B

: dalam infiltrasi; menembus lapisan muskularis mukosa.

Dukes C

: dalamnya infiltrasi metastasi kelenjar limfe dengan :

C1 : beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer.


C2 : dalam kelenjar limfe jauh.
Dukes D

: sudah metastasis jauh

Berdasarkan besar diferensiasi sel, terdapat klasifikasi yang terdiri dari 4


tingkat, yaitu :
Grade I

: Sel-sel anaplastik tidak melebihi 25%

Grade II

: Sel-sel anaplastik tidak melebihi 25-50%

Grade III

: Sel-sel anaplastik tidak melebihi 50-75%

Grade IV : Sel-sel anaplastik lebih dari 75%

Klasifikasi karsinoma kolon menurut DUKES:


Klasifikasi TNM
Stage 0
Stage I

Karsinoma in situ
tidak ada penyebaran pada

Klasifikasi Dukes
Modifikasi

Harapan Hidup
(%)

90-100

limfonodi, tidak ada


metastasis, tumor hanya
terbatas pada submukosa
(T1, N0, M0); tumor
menembus muscularis
Stage II

propria (T2, N0, M0)


tidak ada penyebaran pada

75-85

30-40

<5

limfonodi, tidak ada


metastasis, tumor
menembus lapisan
subserosa (T3, N0, M0);
tumor sudah penetrasi ke
luar dinding kolon tetapi
belum metastasis ke
kelenjar limfe (T4, N0,
Stage III

M0)
Tumor invasi ke limfonodi

regional (Tx, N1, M0)


Stage IV Metastasis jauh
BMJ 2000;321:886-889 (7 Oktober 2001)

Tumor dapat menyebar secara infiltratif langsung ke struktur yang


berdekatan, seperti pada kedalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke
kelenjar limfe perikolon dan mesokolon dan melalui aliran darah, biasanya ke hati
karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.
Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan tumbuh
sambil menembus dinding dan memperluas secara sirkuler ke arah oral dan
aboral. Di daerah rektum penyebaran ke arah anal jarang melebihi 2 cm.
penyebaran per kontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya
misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen ke
kelenjar parailliaka, mesenterium, dan paraaorta. Penyebaran peritoneal
menyebabkan paritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites.
G. MANIFESTASI KLINIK

Gejala dan tanda dini karsinoma kolon rektal tidak ada. Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan
atau akibat penyebaran.
Pasien karsinoma kolorektal umumnya memberikan keluhan gangguan
proses defekasi. Keluhan yang diajukan bermacam-macam berlainan pada pasien
yang satu dengan yang lain bergantung pada lokasinya. Dari 291 penderita
karsinoma kolorektal yang diteliti keluhan utama pada waktu datang berobat
ialah: 58,8% perdarahan segar per anal, 31,6% buang air besar darah berlendir,
dan 9,6 % obstruksi saluran makan.
Karsinoma kolon jarang ditemukan dalam skrining dan biasanya
asimtomatik. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri perut, 35% dengan perubahan
pola defekasi, 30% perdarahan samar dan 15% gejala obstruksi usus. Gejala klinis
karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan kolon yang kanan. Karsinoma kolon
kiri sering bersifat skirotik, sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan
obstruksi, terlebih karena feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma kolon kanan
jarang terjadi stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata dari pada kolon kanan. Tempat yang
dirasakan sakit berbeda karena asal embriologenik yang berlainan, yaitu dari usus
tengah dan usus belakang. Nyeri dari kolon kiri bermula dibawah umbilikus
sedangkan dari kolon kanan di epigastrium. Gejala umum yang dikeluhkan pasien
adalah:
1. Perdarahan segar peranal (hematokezia)
Sebagian besar pasien karsinoma kolorektal yang terletak di di bagian distal
sering mempunyai keluhan buang besar berdarah segar. Sumber perdarahan
segar yang terbanyak dari kanker terletak di bagian distal kolon dari kanker,
terutama di rektum 89 dari 137 penderita (64,9%), menyusul dari sigmoid
62,7%, rektosigmoid 60,3% dan dari kolon descendens 28,6%. Dari mereka
yang mengalami perdarahan segar, ditemukan 7 pasien mengalami
perdarahan masif, yaitu yang lokasinya di rektum 4, rektosigmoid 1, dan
sigmoid 2. Ketujuh penderita dengan perdarahan masif mengalami renjatan
hipovolemik, dan dilakukan pembedahan segera.
2. Buang air besar lendir darah

Seseorang yang mempunyai keluhan buang air besar darah lendir, perlu
dipikirkan adanya infeksi misal disentri basiler atau amoeba, kolitis ulseratif,
selain disebabkan oleh keganasan. Dari 291 pasien yang diteliti ditemukan 92
pasien (31,6%) mempunyai keluhan buang air besar darah lendir. Dari hasil
penelitian bahwa letak karsinoma kolorektal dibagian proksimal lebih sering
menimbulkan buang air besar darah lendir. Hal ini disebabkan karena darah
yang dikeluarkan oleh kanker tersebut sudah bercampur dengan tinja.
3. Obstruksi Saluran Cerna
Gejala klinis pasien karsinoma kolorektal sering menimbulkan gangguan
kebiasaan buang air besar, diantaranya dapat menimbulkan tanda obstruksi,
baik sebagian (parsial) maupn obstruksi total sehingga timbul tanda-tanda
ileus, buang air besar darah lendir atau obstipasi beberapa hari. Dari
penelitian ditemukan 28 pasien (9,6%) dengan tanda-tanda obstruksi, yaitu
perut kembung yang makin kembung dan makin lama makin tegang, tidak
dapat buang air besar dan tidak dapat flatus. Hal ini juga dikuatkan dengan
hasil rontgen polos abdomen terlentang dan berdiri yang menunjukkan
pelebaran usus halus dan kolon. Sebagai penyebab obstruksi ditemukan
kanker yang terletak di rektum 16 (11,7%) , rektosigmoid 4 (6,3%), sigmoid 7
(10,4%) dan kolon ascendens 1 (14,2%). Yang menimbulkan tanda-tanda
obstruksi umumnya kanker berbentuk sirkular dan anular yang menyebabkan
terjadi penyempitan lumen usus. Bentuk striktura merupakan tumor yang
sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus sehingga menyebabkan
sumbatan total.
4. Pasien karsinoma kolorektal mempunyai keluhan lain seperti pasien kanker
umumnya, yaitu anoreksia, berat badan menurun, rasa nyeri perut ditempat
kanker, buang air besar tidak teratur, walaupun sudah buang air besar yang
berupa tinja dengan darah lendir tetapi masih meraskan banyak kotoran
didalam perut yang sukar keluar seperti ada sumbatan. Selain itu juga timbul
tenesmus.
Manifestasi dari karsinoma kolon dapat dibagi menjadi (Kodner et al,
1999) :

Manifestasi Subakut

Tumor-tumor pada kolon ascendens tidak menimbulkan perubahan kebiasaan


defekasi (walaupun besar, tumor yang sekresi mukus menyebabkan diare).
Pasien mungkin mengeluh feses berwarna hitam dan seperti ter, tetapi tumor
tersebut sering mengakibatkan occult bleeding, yang sering tidak terdeteksi
oleh pasien. Perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia defesiensi besi,
yang menimbulkan gejala fatigue, dizzines, atau palpitasi. Perdarahan kerena
karsinoma colon sering intermitten, hasil negatif occult bleeding tes pada
feses tidak menyingkirkan kecurigaan kanker pada usus besar.
Nyeri perut bagian bawah lebih sering berhubungan dengan tumor-tumor
yang terletak di colon descendens. Nyeri perut berupa kram dan mereda
dengan pergerakan usus. Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan
perubahan perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan
tenesmi. Makin ke distal letak tumor, feses makin menipis atau seperti
kotoran kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmus
merupakan gejala yang biasa didapat pada karsinoma kolon. Perdarahan akut
jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit
lanjut. Bila pada obstruksi penderita flatus terasa lega di perut.
Gejala umum karsinoma kolon non akut lainnya adalah termasuk kehilangan
berat badan dan demam. Sekitar 50% pasien mengeluh penurunan berat
badan, namun hal tersebut bukan manifestasi khas pada karsinoma kolon.
Demam gejala yang jarang dikeluhkan. Septikemia jarang terjadi tetapi bisa
terjadi pada setiap derajat tumor colon. Pada orang dewasa apabila ditemukan
obstruksi atau obstruksi partial yang disebabkan intusepsi, dilakukan
colonoskopi atau air-kontras barium enema untuk menyingkirkan ca colon.

Manifestasi Akut
Gejala yang signifikan pada gejala akut adalah obstruksi atau perforasi pada
usus besar. Obstruksi kolon dapat memberikan kesan kanker, terutama pada
orang tua. Pasien dengan obstruksi komplit mengeluh tidak bisa flatus dan
BAB, kram dan distensi perut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut
distended, tympani pada perkusi, biasanya pada tumor ditemukan masa
abdominal pada palpasi.

Jika obstruksi tidak berkurang dan kolon terus distensi, tekanan pada dinding
intestinal dapat melebihi tekanan kapiler, dan darah yang membawa O 2 tidak
mencapai dinding usus, yang akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis. Pada
situasi ini pasien akan mengeluhkan nyeri perut hebat dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan rebound tenderness dan menurunnya atau menghilangnya
suara usus. Jika tidak di terapi segera, nekrosis akan berkembang menjadi
peritonitis dengan fecal peritonitis dan sepsis.
Usus besar dapat terjadi perforasi pada sisi tumor, mungkin disebabkan tumor
transmural kehilangan suplai darah dan menjadi nekrotik. Kasus seperti ini
mudah salah pada akut divertikulitis dan proses inflamasi dapat terbatas pada
sisi yang perforasi, akan tetapi pada beberapa kasus perforasi tidak dapat
diketahui, yang mengakibatkan peritonitis generalisata.
Tabel : gambaran klinis karsinoma kolorektal lanjut
Aspek klinis

Kolon Kanan
Kolitis

Kolon Kiri
Obstruksi

Rektum
Proktitis

Nyeri

Karena penyusupan

Karena Obstruksi

Tenesmi

Defekasi

Diare atau diare berkala Konstipasi progresif

Tenesmi terus
menerus

Obstruksi

Jarang

Hampir selalu

Tidak jarang

Darah pada

Samar

Samat atau

Makroskopik

feses

makroskopik

Feses

Normal (diare)

Normal

Perubahan bentuk
Jarang

Dispepsia

Sering

Jarang

Keadaan

Hampir selalu

Lambat

Lambat

umum
memburuk
Anemia

Lambat
Hampir selalu

Lambat

H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis karsinoma kolon.
Anamnesis

Dari anamnesis kita dapat menduga seseorang menderita karsinoma


kolorektal, pada mereka yang usia lanjut yang mempunyai keluhan fungsi buang
air besar terganggu yaitu bila sulir buang air besar disertai darah lendir, atau
buang air besar disertai darah segar.
Dapat juga untuk menggali riwayat :

Perubahan kebiasaan defekasi seperti diarea, konstipasi

Perdarahan rectal atau occult bleeding(meskipun demikian, feses sering


normal)

Kram atau nyeri perut

Kelelahan dan fatigue

Riwayat kanker kolorektal pada keluarga

Riwayat menderita polip kolorektal

Riwayat menderita Chronic Inflammatory Bowel Desease

Diet kurang serat

Pemeriksaan fisik
Karsinoma kolon disebelah kanan, kadang-kadang teraba suatu massa.
Tumor sigmoid sedikit dapat diraba diperut kiri bawah. Bila tumor sudah
metastase ke hati, akan teraba hati yang nodular dengan bagian yang keras dan
yang kenyal. Dapat ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala
obstruksi dari inspeksi dapat ditemukan dinding abdomen distensi, dumb countur,
dumb steifung. Dari palpasi ditemukan massa abdomen, dan hipertympani pada
perkusi abdomen, auskultasi usus bisa ditemukan peningkatan peristaltik yang
kemudian diikuti dengan burburigmi, metalik sound dan penurunan serta
menghilangnya peristaltik Bisa juga ditemukan nyeri tekan pada seluruh dinding
abdomen apabila terjadi perforasi usus.
Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa
maligna (massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid
teraba keras kenyal dan lendir darah pada sarung tangan.
Tabel : Ringkasan diagnosis karsinoma kolorektal

Kolon Kanan :
- Anemia dan kelemahan
- Darah okul di feses
- Dispepsia
- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah
- Massa di perut kanan bawah
- Foto rontgen perut khas
- Penemuan kolonoskopi
Kolon Kiri :
- Perubahan pola defekasi
- Darah di feses
- Gejala dan tanda obstruksi
- Foto rontgen khas
- Penemuan kolonoskopi
Rektum :
- Perdarahan rektum
- Darah di feses
- Perubahan pola defekasi
- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa penuh
- Penemuan tumor pada colok dubur
- Penemuan tumor rektosigmoid

Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gejala-gejala yang dicurigai karsinoma kolon,
diagnosis

definitif

biasanya

ditegakkan

dengan

endoskopi

(fleksibel

sigmoidoskopi dan colonoscopy) atau barium enema. Pemeriksaan lain diperlukan


untuk pemeriksaan derajat penyakit dan mencari metastase. Ada berbagai pilihan
penyaringan tersedia mencakup Fecal occult bleeding (FOBT), fleksibel
sigmoidoskopi (FS), sinar-x enema barium, dan kolonoskopi dan fecal
immunochemical test (FIT).

Fecal Occult Bleeding Test


FOBT menawarkan beberapa keuntungan sebagai alat screening yang telah
terbukti efektif dalam percobaan secara random, yang non-invasive, dan
hemat biaya. Akan tetapi, penurunan angka kematian termasuk rendah (15
33%).

Fecal Immunochemical Test (FIT)


Merupakan

pemeriksaan

feses-darah

terbaru,

dikenal

sebagai

fecal

immunochemical test (FIT), mendeteksi porsi spesifik dari protein darah

manusia. Test ini dilakukan sama seperti FOBT yang konvensional, tetapi
lebih spesifik dan dapat mengurangi hasil positif palsu. Vitamin atau makanan
tidak mempengaruhi fecal immunochemical test, dan formatnya hanya
memerlukan 2 spesimen feses (FOBT konvensional membutuhkan 3), jadi
lebih mudah untuk digunakan. Fecal immunochemical test mempunyai
beberapa kelemahan sama seperti FOBT konvensional, seperti tidak bisa
untuk mendeteksi tumor yang tidak berdarah.

Flexible Sigmoidoscopy (FS)


Flexible Sigmoidoscopy (FS) dapat juga digunakan sebagai alat penyaringan.
Prosedur bisa dilakukan dalam kantor tanpa pemberian obat penenang, hemat
biaya dan murah, dapat untuk mengurangi angka kematian kanker colon
sekitar 6070%, dan persiapan pasien lebih mudah dibandingkan dengan
kolonoskopi. Akan tetapi, FS mendeteksi hanya separuh adenomas dan 40%
kanker dari proximal sampai splenic flexure. Dapat mengedintifikasi sampai
75% lesi proximal dan tidak dapat mendeteksi lesi distal. Pemeriksaannya
sering dibatasi oleh ketidaknyamanan pasien dan kurang persiapan.
Dengan melakukan pemeriksaan FOBT setiap tahun dan FS setiap lima 5
tahun. Metode ini memberikan gambaran pada kolon descenden dan
memberikan sensitifitas yang baik pada FOBT untuk proximal kanker yang
tidak bisa dicapai oleh FS. Suatu penelitian terbaru menunjukkan bahwa
penambahan sekali FOBT dengan FS meningkatkan tingkat pendeteksian
neoplasia dari 70% dengan FS sendiri, menjadi 76%.

Penyinaran Enema barium


Pemeriksaan sinar-x enema barium (BE) mempunyai manfaat cost effective
dan memeriksa keseluruhan kolon. Barium enema sebaiknya menggunakan
kontras ganda dan usahakan melakukan pemotretan pada berbagai posisi bila
ditemukan kelainan. Pada foto kolnon dapat terlihat suatu filling defect pada
suatu tempat atau suatu striktura. Selain itu dapat ditemukan lokasi tempat
kelainan tersebut.

Gambar : Pemeriksaan kontras barium enema radiograf

Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat membantu mencegah kanker colon dengan pendeteksian
polyp adenomatosa dan polypectomy. Kolonoskopi memberikan gambaran
keseluruhan colon yang dapat mengidentifikasi dari lesi yang proximal dan
lesi distal. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas terbaik pada metoda
screening yang ada saat ini. Kerugian kolonoskopi adalah biaya, resiko yang
ditingkatkan seperti pendarahan dan perforasi, persiapan pasien yang sulit,
dan membutuhkan pemberian obat sedasi.
Secara endoskopi umumnya bentuk kanker kolorektal ialah polipoid yang
ireguler, anular seperti bunga kool yang ulseratif, striktura, sirkular, dan dapat
menemukan letak obstruksi. Apabila dibandingkan, kolonoskopi menjadi
suatu metoda surveilen yang lebih efektif dibanding dengan kontras barium
enema ganda. Setelah melakukan pemeriksaan kolonoskopi dengan disertai

polypectomy, 580 pasien dilakukan surveilen dengan kolonoskopi dan kontrol


barium enema ganda (DCBE). Hasil kolonoskopi menemukan 392 polyp,
DCBE menemukan polyp sebanyak 139 (35%) pada kasus yang sama.

Pemeriksaan penunjang lainnya


-

Radiografi thorak : digunakan untuk mendeteksi kanker yang telah


metastase ke paru-paru.

Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat sulit untuk mendeteksi kanker kolorektal. Alat ini
baru bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya metastase kanker ke
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. Jika ada pembesaran
kelenjar getah bening para-aortal patut dicurigai suatu metastase dari
kanker.

CT-Scan : digunakan untuk mendeteksi metastase ke nodus limfatikus,


hati atau paru-paru

Gambar : CT Scan abdomen bagian atas menunjukkan multipel tumor


dalam limpa dan hati yang sudah menyebar (metastase) berasal dari
kanker usus (karsinoma).
Laboratorium
Setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb, biasanya
terjadi penurunan Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai
adalah CEA, kadar CEA lebih dari ng\ml biasanya ditemukan pada
karsinoma kolorektal yang lanjut. Berdasarkan penelitian CEA tidak

biasa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal,


sebab ditemukan kenaikan titer lebih dari 5 ng\ml pada sepertiga kasus.
I.

TERAPI

Farmakologi
Penelitian di Eropa dan Amertika Serikat melaporkan bahwa respon
terhadap kombinasi dari

5-fluorouracil (5-FU), leucovorin, dan irinotecan

(CPT11) lebih baik bila dibandingkan dengan 5-FU/leucovorin atau CPT11 secara
tunggal. Terapi standar untuk carsinoma kolon yang telah bermetastase adalah
CPT11 dengan kombinasi 5-FU/LV dikenal sebagai Saltz Regimen. Obat ini
digunakan secara kombinasi dalam pengobatan carsinoma colorektal.
Terapi dasar 5-FU diberikan secara infuse setiap hari selama 5 hari dalam
4 minggu (mayo klinik regimen) dan diteruskan secara infuse setiap minggu untuk
6 minggu dengan 2 minggu off ( Roswell Park regimen).
Kategori obat: Antineoplastic agents, merupakan standar terapi dalam pengobatan
ca kolon termasuk terapi kombinasi. Diare merupakan efek samping yang biasa
terjadi dalam pengobatan ini. Efek samping lain termasuk mucositis, neutropenia,
kerontokan rambut, dan reaksi hipersensitivitas.

Nama Obat

Dosis Dewasa

Fluorouracil (Adrucil)
Digunakan terutama dalam pengobatan carsinoma kolon pada
penderita yang berusia lebih dari 40 tahun. Dapat digunakan
sebagai agen tunggal atau kombinasi untuk terapi jangka panjang
dengan leucovorin sebagai modulator biokimia.
Sebagai antimetabolit (obat anti kanker dengan struktur kimia
yang hampir sama dengan faktor endogen intermediate atau
memblok sintesis DNA atau RNA). 5-FU menghambat
pertumbuhan sel tumor melalui tiga mekanisme berbeda yang
berhubungan dengan aktivitas sintesis DNA atau kemampuan
selular. Efek ini tergantung pada konversi intraseluler dari 5-FU
menjadi 5-FdUMP, 5-FUTP, dan 5-FdUTP. 5-FdUMP
menghambat thymidylate synthase (enzim kunci dalam sintesis
DNA) . 5-FUTP dihubungkan dengan proses sintesis RNA dan
5-FdUTP berhubungan dengan DNA.
Standar pengobatan: 500 mg/m2 IV setiap minggu selama 4-6
minggu.
Terapi tambahan:
Regimen Mayo Klinik: 425 mg/m2/d IV bolus pada hari ke 1-5
setelah pemberian LV untuk 5 hari setiap 4 minggu.

Roswell Park regimen: infuse dilanjutkan setiap minggu selama


6 minggu
Kontraindikasi

Hipersensitivitas; supresi sumsum tulang belakang, infeksi berat,


adenokarsinoma unresponsive atau progressive, kehamilan

Interaksi

Meningkatkan resiko perdarahan dengan antikoagulan, NSAIDs,


platelet inhibitor, agen trombolitik, agen imunosupresif;
leucovorin menurunkan kadar folat. Kombinasi dengan 5-FU
lebih efektif dalam memblok sintesis thymidylate (meningkatkan
respon terapi).

Kehamilan

Tidak aman untuk kehamilan

Precautions

Mual, oral dan GI ulcers, depresi system imun, kegagalan


hematopoiesis (supresi sumsum tulang belakang)

Nama obat

Irinotecan (Camptosar)
Menghambat topoisomerase I, menghambat replikasi DNA.
Efektif dalam pengobatan carsinoma colorektal. Standar terapi
untuk carsinoma kolon yang mengalami metastase termasuk
kombinasi kemoterapi 5-FU/LV/CPT11 karena terjadinya
toksisitas
dihubungkan
dengan
Saltz
Regimen
(5FU/LV/CPT11), saat ini standar terapi ca kolon yang mengalami
metastase maksimal 5-FU 400 mg/m2 dan CPT11 100 mg/m2
sebagai dosis awal.

Dosis dewasa

125 mg/m2 IV > 90 minimal setiap minggu dalam 4-6 minggu.

Kontraindikasi

Hipersensitifitas; diarrhea akut; demam,


adenokarsinoma anresponsif atau progresif.

Interaksi

Pemberian dengan antineoplastik lain dapat menyebabkan


neutropenia memanjang dan trombositpenia yang dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas.

Kehamilan

Tidak aman untuk kehamilan

Perhatian

Efek samping termasuk myelosuppresi, alopecia, mual, muntah,


dan diare, awasi fungsi sumsum tulang belakang.

Nama obat

Leucovorin (Wellcovorin)
Standard therapy untuk ca kolon dan termasuk dalam terapi
kiombinasi

Dosis dewasa

Standard therapy: 20 mg/m2 IV setiap minggu untuk 4-6 minggu


Terapi tambahan: 20 mg/m2 IV sebelum pemberian 5-FU pada
hari ke 1-5 selama 4 minggu (Mayo Clinic regimen).

neutropenia;

Kontraindikasi hypersensitivity; anemia pernisiosa; anemias megaloblastic


Nama obat

Oxaliplatin (Eloxatin)
Agent antineoplastik yang digunakan sebagai kombinasi dengan
5-FU dan leucovorin untuk pengobatan ca kolon dengan
metastasis yang mengalami kekambuhan atau progressi.

Dosis dewasa

Hari 1: 85 mg/m2 IV > 2 jam; diberikan secara simultan dengan

leucovorin 200 mg/m2; diikuti 5-FU 400 mg/m2 IV bolus > 2-4
min, kemudian 5-FU 600 mg/m2 IV dalam larutan D5W 500 ml
> 22 jam.
Hari 2: Leucovorin 200 mg/m2 IV > 2 jam, diikuti 5-FU 400
mg/m2 IV bolus > 2-4 min, kemudian 5-FU 600 mg/m 2 IV dalam
larutan D5W 500 Ml > 22 jam.
Interaksi

Meningkatkan konsentrasi 5-FU dalam serum hampir 20%

Kehamilan

Tidak aman untuk kehamilan

Perhatian

Reaksi Anaphylaxis, neuropati, fibrosis pulmoner, supresi


sumsum tulang belakang, gejala system gastrointestinal (mual,
muntah, stomatitis), toksisitas ren atau hepar, tromboembolisme

Nama obat

Cetuximab (Erbitux)
Rekombinan antibody moniklonal dari manusia/tikus yang secara
spesifik berikatan dengan komponen ekstraseluler dari reseptor
factor pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErbB-1).
Reseptor Cetuximab-bound EGF menghambat aktivasi reseptor
kinase, sehingga menghambat pertumbuhan sel, menginduksi
apoptosis, dan menurunkan produksi matriks metalloproteinase
dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Diindikasikan
untuk terapi irinotecan-refractory, EGFR-expressed, colorectal
carcinoma yang telah mengalami metastase. Terapi lebih baik
dengan kombinasi irinotecan

Dosis dewasa

Dosis awal: 400 mg/m2 IV (infuse > 2 jam)


dosis pemeliharaan setiap minggu: 250 mg/m2 IV (infus > 1 jam).

Kontraindikasi Karsinoma kolorectal tanpa metastasis


Perhatian

Hipersensitifitas, termasuk alergi terhadap protein murine;


hipotensi, distress jalan nafas ( bronkospasme, stridor,
hoarseness),

Nama obat

Bevacizumab (Avastin)
Diindikasikan sebagai terapi lini pertama pada metastatic
colorectal cancer. Murine-derived monoclonal antibody
menghambat
angiogenesis.
Menghambat
pembentukan
pembuluh darah baru yang mengangkut oksigen dan nutrisis
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan sel tumor.

Dosis dewasa

5 mg/kg IV 4 kali dalam 2 minggu

Interaksi

Pemberian dengan 5-fluorouracil dapat meningkatkan terjadinya


kejadian tromboembolik yang serius dan fatal (CVA, MI, TIAs,
angina)

Perhatian

Hipertensi, fatigue, thrombosis, diarrhea, leukopenia,


proteinuria, sakit kepala, anorexia, dan stomatitis; mungkin
menyebabkan keadaan serius atau fatal tetapi hal ini jarang
terjadi, yaitu perforasi gastrointestinal, infeksi intraabdominal,
kegagalan penyembuhan luka, hemoptysis (secara partikuler
berhubungan dengan ca pulmo), dan perdarahan internal,

meningkatkan resiko yang serius maupun fatal terhadap


terjadinya trombotik arterial dengan pemberian 5-fluorouracil.
Kemoterapi
Kemoterapi Intrahepatic untuk carcinoma colon dengan metastase ke hepar adalah
intraarterial floxuridine (FUDR).

Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan pilihan
kemoterapi:

kemoterapi

sistemik

menggunakan

regimen

5-

FU/leucovorin/CPT11 atau kemoterapi intrahepatic (intraarterial) dengan


FUDR.

Pilihan kedua untuk pasien dengan lesi hepar yang luas atau multiple
sehingga membutuhkan kemoterap dosis yang lebih tinggi. Prinsip terapi ini
adalah metastase ke hepar menerima suplai darah terutama melalui sirkulasi
arteri hepatica, dinama hepar secara normal menerima darah melalui vena
porta. Efek samping utama pada intraarterial FUDR adalah kolangitis
sclerosis.

Terapi FUDR intraarterial biasanya diberikan melalui pompa yang ditanam di


daerah subcutan, yang diganti secara periodik. Efek samping utama yang bisa
terjadi adalah sclerosing cholangitis.

Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian
usus yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderita tidak dapat
mentoleransi pembedahan karena kesehatan yang buruk, sehingga beberapa tumor
diangkat melalui elektrokoagulasi. Cara ini bisa meringankan gejala dan
memperpanjang usia, tapi tidak menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan
kasus kanker kolon, bagian usus yang ganas diangkat dengan pembedahan dan
bagian yang tersisa disambungkan lagi.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh
jarak kanker ini dari anus dan seberapa dalam tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani
kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon).
Dengan kolostomi, isi usus besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke

dalam suatu kantung, yang disebut kantong kolostomi. Bila memungkinkan,


rektum yang diangkat hanya sebagian, dan menyisakan ujung rektum dan anus.
Kemudian ujung rektum disambungkan ke bagian akhir dari kolon.

Gambar : Colostomy
Prosedur pembedahan klasik untuk carcinoma kolon adalah reseksi
anterior. Abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang akan
direseksi, dan kemudian reseksi dilakukan secara segmental (hemikolectomy
kanan atau kiri) dengan end-to-end anastomosis. Reseksi kolon total dilakukan
terhadap pasien dengan polyposis familial dan polip colon multiple.

Laparoscopic colon resection: menggunakan teknik laparoscopic untuk


melakukan reseksi kolon.

Penggantian sphincter secara elektrik untuk menstimulasi musculus


neosphincter dan penambahan anal sphincter untuk pasien dengan
inkontinensia fecal stadium akhir.

Hepatectomy partial untuk carcinoma kolon yang terbatas pada hepar


merupakan terapi pilihan untuk pasien dengan carsinoma colorektal
berulang. Factor yang ikut menentukan keberhasilan terapi ini termasuk
metastase tunggal, kadar CEA lebih dari 200 ng/mL, diameter tumor < 5 cm,
dan penanda negative setelah reseksi. Deteksi dini terhadap carsinoma
colorektal recuren termasuk dengan menggunakan CT atau MRI. Kadar CEA
juga penting untuk mendeteksi rekurensi, walaupun positive palsu dan
negativ palsu bisa saja terjadi.

Terapi lain pada metastasis liver adalah termasuk cryoablation (tekhnik


tertentu dalam bedah abdomen) dan hepatic arterial infusion (HAI) dari agent
chemotherapi seperti FUDR. HAI FUDR adjuvant biasanya diikuti dengan
hepatectomy parsial.

BAB III
KESIMPULAN
1.

Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum.

2.

Menurut World Health Organization pada April 2003 melaporkan terdapat


lebih dari 940.000 kasus baru karsinoma kolorektal dan hampir 500.000
kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya.

3.

Faktor resikonya meliputi umur, diet tinggi lemak dan kolesterol, inflamatory
bowel disease (terutama kolitis ulseratif) dan genetik.

4.

Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mukus,
serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar.

6.

faktor berikut ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma kolon


antara lain: tingginya konsumsi daging sapi dan lemak hewani, meningkatnya
kuman-kuman anaerobik pada kolon, tumor yang memproduksi asam empedu
sekunder, diet rendah serat, dan kemungkinan defisiensi bahan makanan
protektif (yang mencegah timbulnya kanker) dalam diet.

7.

Pertumbuhan sel diluar kontrol dapat merupakan suatu keadaan prekanker,


contohnya adalah polip di daerah usus besar. Setelah melalui periode panjang
dapat menjadi ganas.

8.

Secara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 4 tipe, yaitu: nodular,
koloid, skirous, papilar.

9.

Derajat keganasan karsinoma kolon berdasarkan gambaran histolik dibagi


menurut klasifikasi Dukes, berdasarkan infiltrasi karsinoma di dinding usus.

10. Gejala umum yang dikeluhkan pasien adalah: perdarahan segar peranal
(hematokezia), buang air besar lendir darah atau tidak teratur, obstruksi
saluran cerna, anoreksia, berat badan menurun, rasa nyeri perut ditempat
kanker dan tenesmus.
11. Pemeriksaan penunjang antara lain: Fecal occult bleeding (FOBT), fleksibel
sigmoidoskopi (FS), sinar-x enema barium, dan kolonoskopi dan fecal
immunochemical test (FIT), radiologi thorax, USG, CT Scan dan
Laboratorium.
12. Terapi farmakologi yang dapat diberikan adalah kombinasi dari

5-

fluorouracil (5-FU), leucovorin, dan irinotecan (CPT11). Terapi standar untuk


carsinoma kolon yang telah bermetastase adalah CPT11 dengan kombinasi 5FU/LV dikenal sebagai Saltz Regimen.
13. Kemoterapi Intrahepatic untuk carcinoma colon dengan metastase ke hepar
adalah intraarterial floxuridine (FUDR).
14. Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian usus
yang terkena dan sistem getah beningnya (laparoscopic colon resection).

Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani


kolostomi.
15. Lebih dari 90% pasien dengan keganasan kolorektal yang dilakukan operasi
reseksi secara kuratif atau paliatif, angka kematiannya sekitar 3-6%.
Persentase jangka hidup 5 tahun sesudah reseksi tergantung dari stadium lesi.

DAFTAR PUSTAKA
Deiry, El-Wafik S. 2006. E-Medicine: Colon Carcinoma. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/277496 tanggal 20 Maret 2009.
Newman, Dorland W. A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Jilid II. EGC : Jakarta.
Robbins, S.L., M.D. dan Kumar, V., M.D. 1995. Traktus Gastrointestinal dalam
Buku Ajar Patologi II, ed. 4. EGC: Jakarta.
Standar Pelayanan Medis. 1997. Karsinoma Kolon-rektum.
Sabiston, D.C.Jr., M.D. 1994. Buku Ajar Bedah Jilid 2. EGC: Jakarta.

Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Gaya Baru: Jakarta.
Wim de Jong. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. EGC: Jakarta.
http://www.medicastore.com/kanker+kolorektal.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html

REFERAT
KARSINOMA KOLON
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti OSCE
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
di RSUD Sragen

Disusun oleh:
Maya Trihardini (04711020)
Anggia Fitria (04711014)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan

Referat
Karsinoma Kolon

Pada tanggal : .
Tempat : RSUD Sragen

Telah disetujui oleh:


Dokter Pembimbing

dr. Iman Fadli, Sp.B

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul Karsinoma Kolon ini dengan baik dan lancar. Referat ini disusun untuk
memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian OSCE program pendidikan profesi
bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia di RSUD Sragen.
Keberhasilan penelitian dan penyusunan referat ini adalah berkat bantuan
dari semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang dalam penyelesaian referat, terutama kepada:

1. dr. Iman Fadli, Sp.B selaku dosen pembimbing atas segala ilmu, bimbingan
dan bantuannya selama penulis menjalani kepaniteraan bagian penyakit dalam
di RSUD Sragen.
2. Para staf dan karyawan di dalam maupun di luar lingkungan RSUD Sragen
yang telah membantu dan memberi pengarahan selama berlangsungnya
kegiatan kepaniteraan di RSUD Sragen.
3. Bapak dan Ibu atas segala doa dan dukungannya.
4. Teman-teman kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia atas bantuan dan kebersamaannya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penelitian dan penyusunan referat
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menerima saran dan kritik. Harapan penulis semoga referat ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan menambah ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Wassalamualaikum wr. wb.
Yogyakarta, 29 Januari 2009
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Manfaat Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

B. Insidensi

C. Anatomi

D. Fisiologi

E. Etiologi

F.

Patofisiologi

G. Patologi

10

H. Klasifikasi

11

I.

Manifestasi Klinis

13

J.

Diagnosis

18

K. Terapi

22

L. Prognosis

29

BAB III. KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

KARSINOMA KOLON

30

Iman Fadli

RSUD Sragen/ FK UII/FK UNS


Surakarta
Juli,2009

Anda mungkin juga menyukai