PENDAHULUAN
Rheumatoid Arhritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronis yang
belum diketahui pasti sebabnya yang ditandai dengan poliarthritis simetris
dan perifer. Hal itu merupakan akibat dari inflamasi arthritis kronis dan
sering menimbulkan kerusakan sendi dan kelemahan fisik. Karena RA
merupakan
manifestasi
penyakit
dari
sistemik,
RA dapat
ekstraartikulasi,
menimbulkan
termasuk
kelemahan,
berbagai
nodul
A. Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronik yang
tidak diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis
perifer dan simetris. Keduanya pada umumnya merupakan akibat dari
inflamasi arthritis dan kerusakan sendi, serta gangguan fisik. Karena RA
merupakan penyakit sistemik, RA menimbulkan berbagai manifestasi
ekstraarticular, termasuk kelelahan, nodul pada lapisan subcutaneous, lung
involvement, pericarditis, neuropati perifer, vaskulitis, dan keabnormalan
dari hematologi.1,2
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis (RA) belum
diketahui secara pasti. Terdapat interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan penting
terhadap kejadian RA, dengan angka kepekaan dan ekspresi
penyakit sebesar 60%. Hubungan HLA class II histocompatibility
antigen, DRB1-9 beta chain (HLA-DRB1) dengan kejadian RA
telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-HLA
juga berhubungan dengan RA seperti daerah 18q21 dari gen
TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear factor
kappa B (NF-B).7
Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada RA.
Faktor genetik juga berperanan penting dalam terapi RA karena
aktivitas enzim seperti methylenetetrahydrofolate reductase dan
thiopurine methyltransferase untuk metabolisme methoraxate dan
azathioprine ditentukan oleh faktor genetik. Pada kembar
monozigot mempunyai angka kesesuaian untuk berkembangnya
RA lebih dari 30% dan pada orang kulit putih dengan RA yang
mengekspresikan HLA-DL1 atau HLA-DR4 mempunyai angka
kesesuain sebesar 80%.7
2. Faktor Infeksi
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab.
Organisme diduga menginfeksi sel induksi sel (host) dan merubah
3
Mekanisme patogenik
Infeksi sinovial langsung,
Parvovirus B19
Retrovirus
Enteric bacteria
Mycobacteria
Epstein-Barr Virus
Bacterial Cell Walls
superantigen
Infeksi sinovial langsung
Infeksi sinovial langsung
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Aktivasi mikrofag
C. Epidemiologi
Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4% baik
didaerah urban ataupun rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah
mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2% di daerah rural dan 0,3% di daerah
urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malang pada penduduk berusai
diatas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,5% didaerah kotamadya
dan 0,6% didaerah kabupaten. Di poliklinik reumatologi RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, kasus baru RA 11 merupakan 4,1% dari seluruh kasus
baru pada tahun 2000 dan pada periode januari s/d juni 2007 didapatkan sebanyak
203 kasus RA dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 12.346 orang (15,1%).
Prevalensi RA lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan
angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade keempat dan kelima7,8
D. Patogenesis
Arthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan
degenerasi jaringan ikat. Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terusmenerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di
sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon.
Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen,
fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik
menyebabkan hipertropi dan penebalan pada membran sinovium, terjadi hambatan
aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut 2,4
Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki
fungsi antara lain memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun,
infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan, membersihkan jaringan mati, darah yang
membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin meningkat, kelebihan
sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi AR.
Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan
NO. Nitrit oksida, diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai
manifestasi sistemik.8
Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke
sinovium dan menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen
berkenalan dengan sistem imun. Elemen-elemen sistem imun (gambar 1) dibawa
ke tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah (hiperemi) dan permeabilias
kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak
membawa makrofag dan sel imun lain.3,4
MCP
(metacarpophalangeal),
atau
pergelangan tangan.
d. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua
belah sisi misalnya PIP (proximal interphalangeal), MCP
(metacarpophalangeal), atau MTP (metatarsophalangeal).
e. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor atau daerah juksta
artikuler yang diobservasi dokter.
f. Faktor rheumatoid serum positif, terdapat titer abnormal
faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang
membrikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol
yang diperiksa.
g. Perubahan gambaran radiologis, perubahan gambaran
radiologis yang khas pada AR pada pemeriksaan sinar X
tangan posterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan sendi.
Diagnosa AR, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria
di atas dan kriteria 1 sampai 4 harus ada minimal 6 minggu.
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Aspirin dan semua golongan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid
(OAINS)
Tujuan : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.8
b. Glukokortikoid
Steroid dengan prednisone dengan dosis kurang 10 mg/hari.
sendi.
Pemberian
glukokortikoid
harus
disertai
Mekanisme
Dosis
kerja
Waktu
Efek
timbulnya
samping
respon
Hidroksiklor
Menghambat
200-400
2-6 bulan
Mual,
-okuin
sekresi sitokin,
mg p.o.
sakit
(Plaquenil),
enzim lisosomal,
per hari
kepala,
klorokuin
dan fungsi
fosfat
makrofag
sakit
250 mg
perut,
p.o. per
myopati,
hari
toksisitas
pada
retina
Methorexate
Inhibitor
7,5-25
(MTX)
dihidrofolat
mg p.o,
diare,
reduktase,
IM atau
kelemahan
hambat
SC per
, ulkus
kemotaksis, efek
minggu
mulut,
anti inflamasi
1-2 bulan
Mual,
gangguan
fungsi
hati, dll
sulfasalazin
Menhambat
2-3 gr
1-3 bulan
p.o. per
diare,
hambat
hari
leukopeni,
angiogenesis
Mual,
gangguan
fungsi
hati, dll
Azathioprin
Mengahambat
50-150
2-3 bulan
Mual,
e(Imuran)
sintesis DNA
mg p.o.
leukopeni,
per hari
sepsis,
limfoma
cyclosporine
Menghambat
2,5-5
2-4 bulan
Mual,
mg/kgBB
parestesia,
sitokin sel T
p.o. per
gangguan
lainnya
hari
ginjal,
hipertensi,
sepsis, dll
PENUTUP
1. Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi kronik yang
tidak diketahui pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis
perifer dan simetris.
2. Beberapa faktor yang menjadi etiologi dan predisposisi dari
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah faktor genetik, hormon seks, faktor
infeksi, serta Protein heat shock (HSP).
3. Pada pasien penderita reumatoid artritis, membran sinovial telah
mengalami hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan infiltrasi dari
sel-sel pemicu inflamasi, terutama sel T CD4 +. Untuk menegakkan
diagnosis dapat berdasarkan kriteria ARA (American Rheumatism
Association), diagnosa AR ditegakkan
jika sekurang-kurangnya
Obat
obatan
antiinflamasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald, Eugene, et.al. 18th Edition Harrisons Principles of Internal
Medicine. United States of America: The McGraw-Hill Companies.2012
10