Anda di halaman 1dari 20

DISUSUN

OLEH
KELOMPOK V
MUHAMMAD ISNAINI
NASIDAH
NURFITRIYANI
NURHASANAH

PROGRAM STUDI NON REGULAR ILMU


KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAHYA BIMA
TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi selsel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam (Hirlan dalam Sudoyo,2006).
Penyakit gastritis yang dikenal dengan gastritis saluran pencernaan
bagian atas yang banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak dibagian
gastroenterologi (Mustakim, 2009). Herlan (2001), menyatakan gastritis
bukanlah penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada
peradangan lambung. Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari
infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok lambung yaitu Helicobacter
Pylory.
Budiana (2006), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar di seluruh
dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada Negara
yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada Negara
maju sebagian besar dijumpai pada usia tua. Angka kejadian infeksi gastritis
Helicobacter pylory pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data
yang cukup tinggi. Menurut Maulidiyah dan Unun (2006), di Kota Surabaya
angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan
angka kejadian infeksi Helicobacter pylory cukup tinggi sebesar 91,6%.
Adanya penemuan infeksi Helicobacter pylory ini mungkin berdampak pada
tingginya kejadian gastritis. Faktor etiologi gastritis lainnya adalah asupan
alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obatobatan (18%) dan teraphy radiasi (2%) (Herlan, 2001).
Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita
gastritis kronis selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang
lain untuk mengobati keluhan gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan
asam lambung sudah pernah diminum seperti antasid, namun keluhan selalu

datang silih berganti. Keluhan yang berkepanjangan dalam menyembuhkan


gastritis ini, dapat menimbulkan stress. Sekitar 10% penderita gastritis
mengalami stress dan pengobatannya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Bagi penderita gastritis, stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat
gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006).
Gastritis adalah penyakit yang dapat kambuh sewaktu-waktu, dan
biasanya gastritis kambuh karena beberapa faktor sebagai berikut, yakni :
Konsumsi alkohol secara berlebihan karena dapat mengikis dan mengiritasi
mukosa lambung sehingga dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung bahkan dalam keadaan normal. Penggunaan kokain juga merusak
lambung dan dapat menyebabkan perdarahan. Merokok, dan mengkonsumsi
kafein berlebihan juga bisa menjadi penyebab kambuhnya gastritis.
Kurangnya olah raga, stress psikologis dan pola makan yang tidak teratur.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator, advokat,
konselor, manajer, koordinator, penelitian. Sebagai edukator perawat
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan
mengenai penyakit gastritis, sehingga klien dapat melakukan pencegahan
gastritis tidak kambuh berulang dan melakukan pencegahan komplikasi
komplikasi yang dapat terjadi akibat dari gastritis. Perawat juga berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan secara komprehensif yang sesuai dengan
standar operasional prosedur.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul Asuhan Keperawatan Pada Ny M Dengan Gastritis di Ruang
Flamboyan RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan gastritis.
b. Mendeskripsikan Diagnosa Keperawatan yang terjadi pada pasien
gastritis.
c. Mendeskripsikan Rencana Tindakan Keperawatan pada pasien dengan
gastritis.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien gastritis di
e. Mendeskripsikan evaluasi yang dapat dilakukan pada pasien gastritis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001).
Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi
mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau
akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi selsel radang pada daerah tersebut. (Suyono Slamet, 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara
atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik
dengan antasid atau supresi asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis
dapat menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada
mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam
lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh
kebiasaan merokok dan minum alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu
gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut
yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik
merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter
pylori (Mansjoer, 2001).

B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka baka
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter

pylori,

apalagi

ditemukan

ulkus

pada

pemeriksaan

penunjang.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab
lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

C. PATOFISIOLOGI
1. Proses Perjalanan Penyakit
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalannya
karena obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan
mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke
dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon
mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah
dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut
seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus
menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis
korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan
akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
b. Gastritis kronis
c. Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan
pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
1) Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.

2)

Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis


dan melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak
sehingga

dapat

menyebabkan

syok

hemoragik

yang

bisa

mengakibatkan kematian.
3) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan
hampir sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun
pada tukak peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter
pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada
tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
endoskopi.
b. Gastritis Kronis
1) Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama yang
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau
oleh bakteri H. Pylori.
2) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan
terhadap vitamin.
3) Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor
intrinsik dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan
penyerapan terhadap vitamin B12.
4) Gangguan penyerapan zat besi.

D. NURSING PATAHWAY
H. phylori
Obat-obatan (NSIAD, aspirin, sulfanomida steroid, digitalis)

Kafein

me produksi
bikoarbonat (HCO3-)
Mengganggu pembentukan sawarMenghancurkan
mukosa lambung
lapisan mukosa sel lambung
Melekat pada epitel lambung

me kemampuan
protektif terhadap asam
me barrier lambung terhadap asam dan pepsin

Menyebabkan difusi kembali asam lambung & pepsin

Inflamasi

Erosi mukosa
lambung

Nyeri epigastrium

Mukosa lambung kehilangan me


integritas
tonus &
jaringan
perisaltik lambung
MK: Gangguan rasa nyaman : nyeri
me sensori

untuk makan
Anoreksia

Refluks isi deudenum ke lambung


Perdarahan

Dorongan
Mual
ekspulsi isi lambung ke mulut

Muntah

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

MK: Difisit volume cairan dan elektrolit

E. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri
dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari
karena bahaya perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika
terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa
pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.
Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada
pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien,
meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memuli farmakoterapi.
Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang
dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan endoskopi
caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis
akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika
endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.
.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga (data sekunder)
dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan
melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis
adalah sebagai berikut :
1. Data Dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas klien
b. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnose medis.
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan
klien, keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
f. Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
riwayat kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit dan riwayat
pemakaian obat.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
h. Meliputi adakah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
i. Riwayat psikososial
j. Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien
menerima keadaannya.
k. Pola kebiasaan sehari-hari
l. Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur,
aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan
perkusi. Menurut Doengoes, 2000 adapun hasil pengkajiannya yaitu :
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram
abdomen, nyeri ulu hati.
2) Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik)
c. Eliminasi
1) Gejala : bising usus hiperperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba
keras. Distensi perubahan pola BAB.
2) Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk,
konstipasi.
d. Integritas ego
1) Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
2) Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar.
e. Makanan dan cairan
1) Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada
abdomen, sendawa bau busa, penurunan berat badan.
2) Tanda : membran mukosa kering, muntah berupa cairan yang
berwarna kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada
abdomen.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada
otot
2) Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri
yang digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
2) Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang
h. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
i. Penyuluhan
j. Gejala : faktor makanan, pola makan yang tidak teratur, diet yang
salah, gaya hidup yang salah.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah
dan letaknya tersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
c. Pemeriksaan radiology.
d. Pemeriksaan laboratorium.
1) Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi
HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
2) Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml,
kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
3) Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
4) Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)
mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk
biopsi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul
diidentifikasi untuk menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokan
data dan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari hasil pengkajian
keperawatan.
Menurut Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan
Gastritis adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung
yang teriritasi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan
kelemahan fisik.
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi IVFD
yang menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
D.
N
J.
1

E. Diagnosa
F. Tujuan/
Keperaw
G. Kriteria Hasil
atan
K. Gangguan
M. Tujuan : Setelah
keseimba
dilakukan tindakan
ngan
keperawatan
cairan
diharapkan intake
kurang
klien terpenuhi dengan
dari
kriteria hasil:
kebutuhan a. Intake terpenuhi
b. TTV dalam batas normal
tubuh
TD : 120/80 mmHg,
berhubun
N : 60-80 x/mnt,
gan
S : 36-370 C)
dengan
N. c. Turgor kulit
intake
elastis
yang
O.
kurang
dan
pengeluar
an yang
berlebiha
n.
L.

H. Intervensi
1. Kaji turgor kulit
P.
Q.
2. Catat intake dan output
cairan
R.
3. Pertahankan intake oral dan
tingkatkan sesuai toleransi.
4. Hindari cairan yang bersifat
asam yang dapat
meningkatkan asam
lambung
5. Observasi TTV
S.
6. Kolaborasi dalam pemberian
antiemetic

I. Rasional
1. Indikator dehidrasi atau
hipovolemia, keadekuatan
penggantian cairan.
2. Mengganti cairan untuk masukan
kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit.
3. Mengurangi terjadinya dehidrasi.
T.
4. Makanan atau minuman yang
dapat merangsang asam lambung
dapat mengakibatkan mual dan
muntah.
5. Indikator keadekuatan volume
sirkulasi.
6. Mengurangi mual dan muntah.

U.
2

V. Gangguan
rasa
nyaman :
nyeri
berhubun
gan
dengan
mukosa
lambung
yang
teriritasi.

1.
2.
3.
4.

AD. AE.
Ga
3
ngguan
pemenuha
n
kebutuhan
nutrisi
kurang
dari
1.
kebutuhan 2.

W. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
diharapkan masalah
gangguan rasa nyaman
: nyeri teratasi dengan
Kriteria Hasil :
Rasa nyeri berkurang
Keadaan klien tampak
rileks
Skala nyeri : 0
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
AF.Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
dengan Kriteria Hasil
:
Nafsu makan bertambah
Mual dan muntah

1. Catat lokasi, lama, intensitas


nyeri.
X.
2. Kompres hangat pada daerah
nyeri
3. Observasi TTV
Y.
4. Berikan posisi yang nyaman
5. Ajarkan teknik manajemen
nyeri.
Z.
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik

1. Identifikasi karakteristik nyeri


dan factor yang berhubungan
untuk memilih intervensi.
2. Meningkatkan relaksasi otot.
AA.
3. Indikator keadekuatan volume
sirkulasi.
4. Menurunkan rasa nyeri.
5. Menurunkan stimulasi yang
berlebihan
yang
dapat
mengurangi rasa nyeri.
6. Menghilangkan nyeri sedang
sampai berat.
AB.
AC.

1. Kaji faktor penyebab klien


tidak nafsu makan
2. Berikan
makanan
yang
hangat dalam porsi sedikit
tapi sering
3. Hindari pemberian makanan
yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung
4. Hilangkan bau-bau yang
menusuk dari lingkungan

1. Menentukan
intervensi
selanjutnya.
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila
pemberian makanan terlalu cepat.
AG.
3. Mengurangi pemberian asam
lambung
yang
dapat
menyebabkan mual dan muntah.
4. Menurunkan stimulasi gejala
mual dan muntah.

tubuh
berhubun
gan
dengan
anoreksia.

berkurang
3. Makan habis 1 porsi
4. Berat badan bertambah
secara bertahap

AM. AN.
Ga
AO.
Tujuan :
4
ngguan
Setelah dilakukan
personal
tindakan keperawatan
hygiene
diharapkan personal
rambut,
hygiene klien
kulit kotor
terpenuhi. Dengan
berhubun
Kriteria Hasil :
gan
1. Klien merasa segar
2. Klien tampak tenang
dengan
kelemaha 3. Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi
n fisik.
AR. AS.
Re
5
siko
tinggi
terjadinya
infeksi
berhubun

AT.Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
tandatanda infeksi tidak
ada.

5. Tanyakan pada klien tentang


makanan yang disukai atau
tidak disukai. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
pemberian antiemetik dan
antibiotik
6. Kolaborasi dengan dokter
ahli gizi
1. Dorong perawatan diri.
AP.
2. Bantu pasien untuk merawat
dirinya.
3. Kaji kemampuan pasien
untuk memenuhi personal
hygiene.
4. Libatkan keluarga dan klien
saat memandikan.
5. Gunakan perlengkapan
khusus sesuai kebutuhan
seperti handuk dan baju.
1. Berikan perawatan infus
setiap hari.
2. Kaji tanda-tanda infeksi
3. Kaji TTV
4. Gunakan teknik aseptik
AV.

5. Menghilangkan mual.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
6. Menentukan diit makanan yang
tepat.
1. Meningkatkan perasaan harga
diri.
2. Meringankan beban klien.
AQ.
3. Mengetahui tingkat kemampuan
klien dalam memenuhi personal
hygiene
4. Meningkatkan kerja sama dan
perkembangan kemandirian.
5. Meningkatkan kemampuan untuk
memindahkan dan menurunkan
aktivitas dengan aman.
1. Mengurangi terjadinya plebitis.
2. Mencegah terjadinya komplikasi
dari pemasangan infus.
3. Melihat keadaan umum klien.
4. Teknik aseptik menurunkan
resiko penyebaran bakteri dan

gan
dengan
adanya
inversi
IVFD
yang
menyebab
kan
masuknya
mikroorga
nisme
patogen.
AX. AY.Kurang
6
pengetahu
an tentang
penyakitn
ya
berhubun
gan
dengan
kurangny
a
informasi.

AU.
Kriteria Hasil
:
1. Tanda-tanda infeksi tidak
terjadi.
2. TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt
S : 36-370 C)
3. Klien tampak tenang

AZ.
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan klien
mengerti tentang
penyakitnya. Dengan
Kriteria Hasil :
1. Klien mengerti tentang
penyakitnya.
2. Pengetahuan klien
bertambah

kontaminasi silang.
AW.

1. Beri penkes tentang


penyakitnya.
BA.
2. Berikan kesempatan pada
klien untuk menanyakan hal
yang ingin diketahui
berhubungan dengan
penyakit yang dideritanya.
3. Berikan kesempatan pada
klien untuk mengulangi
kembali penjelasan yang
diberikan perawat
4. Lakukan evaluasi.

1. Membantu individu dan keluarga


untuk menggunakan gaya hidup
yang baik.
2. Memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat mengontrol
masalah kesehatan.
BB.
BC.
3. Mengidentifikasi keberhasilan
penkes.
BD.
BE.
4. Melihat apakah penkes berhasil

atau tidak

BF.PELAKSANAAN KEPERAWATAN
BG.
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan
pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan
pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan
untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
BH.
Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3
tahap pendekatan, yaitu

independen, dependen, interdependen. Tindakan

keperawatan secara independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh


perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan
dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya
tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang
berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang
harus dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam melakukan tindakan khususnya pada
klien dengan gastritis yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri
klien, serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien.
BI. EVALUASI KEPERAWATAN
BJ. Menurut Doengoes, (2000), evaluasi adalah tingkatan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah
dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
BK.

Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan

segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu


keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi
yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai
dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi dari diagnosa
keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri klien berkurang,

apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat


tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara
mandiri, apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
gastritis.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.

BT.

DAFTAR PUSTAKA
BU.

BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.

Suraatmaja, Sudaryat. (2007). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta :


CV. Sagung Seto.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit
Volume 2, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.
CD.

Anda mungkin juga menyukai