SOAL
1. Bagaimanakah pendapat F.K. Von Savigny tentang hukum dan masyarakat, apakah
hukum mempengaruhi perkembangan dalam masyarakat?, jelaskan pendapat saudara
dengan rinci!
2. Bagaimanakah pendapat Sir Henry Maine tentang hukum dan masyarakat, apakah
hukum mempengaruhi perkembangan dalam masyarakat?, jelaskan pendapat saudara
dengan rinci!
JAWABAN
1.
undang tetapi berkembang sebagai suatu respon terhadap kekuatan impersonal yang
dapat ditemukan pada semangat rakyat.
a. Inti Ajaran (Ideologi Hukum) Savigny
Kesadaran sebangsa karena kebutuhan bathiniah, mengeksklusifkan (beda)
dengan bangsa lain, yang tidak mempunyai asal-usul yang sama, hukum tumbuh
bersama pertumbuhan bangsa/rakyat dan menjadi kuat bersama dengan kekuatan
bangsa dan akhirnya mati ketika suatu bangsa kehilangan kebangsaannya.
Berdasarkan inti teori Von Savigny : semua hukum pada mulanya dibentuk
dengan cara seperti yang dikatakan orang, hukum adat, dengan bahasa yang biasa
tetapi tidak terlalu tepat, dibentuk yakni bahwa hukum itu mula-mula
dikembangkan oleh adat kebiasaan dan kepercayaan yang umum. Von Savigny
menekankan bahwa setiap masyararakat mengembangkan hukum kebiasaanya
sendiri, karena mempunyai bahasa, adat istiadat (termasuk kepercayaan) dan
konstitusi yang khas.
Hukum bukan merupakan konsep dalam masyarakat karena hukum tumbuh secara
alamiah dalam pergaulan masyarakat yang mana hukum selalu berubah seiring
perubahan sosial. Dengan pernyataan Savigny yang demikian itu maka hukum di
satu negara tidak dapat diterapkan/ dipakai oleh negara lain karena masyarakatnya
berbeda-beda begitu juga dengan kebudayaan yang ada di suatu daerah sudah
pasti berbeda pula, dalam hal tempat dan waktu juga berbeda.
Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang mudah
dipahami dalam masyarakat primitif ke hukum yang lebih kompleks dalam
peradaban modern kesadaran umum tidak dapat lebih lama lagi menonjolkan
dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para ahli hukum yang merumuskan
prinsip-prinsip hukum secara teknis. Tetapi ahli hukum tetap merupakan suatu
organ dari kesadaran umum terikat pada tugas untuk memberi bentuk pada apa
yang ia temukan sebagai bahan. Perundang-undangan menyusul pada tingkat
akhir; oleh karena ahli hukum sebagai pembuat undang-undang relatif lebih
penting daripada pembuat undang-undang. Undang-undang tidak dapat berlaku
atau
diterapkan
secara
universal.
Setiap
masyarakat
mengembangkan
dilihat dalam hukumnya oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti evolusi
volkgeist melalui penelitian sepanjang sejarah.2
b. Doktrin-doktrin dari Mazhab Sejarah3
1. Hukum tidak dibuat melainkan ditemukan
Hukum sesungguhnya bukan sesuatu yang dengan sengaja dibuat oleh pembuat
hukum. Hukum pada dasarnya tumbuh dan berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat. Hukum tidak dengan sengaja disusun oleh
pembentuk hukum. Hukum akan senantiasa berkembang dan menyesuaikan
dengan perubahan sosial. Proses demikian merupakan proses yang alami atau
tidak disadari karena menjadi bagian internal dalam lingkup pergaulan
masyarakat. Menurut von Savigny, hukum bukan hanya hukum yang ditulis
dalam kitab undang-undang. Hukum juga tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat. Para ahli hukum penganut mazhab sejarah di Indonesia yang
menentang unifikasi hukum Indonesia oleh kaum kolonial Belanda berhasil
memberi tempat bagi hukum adat yang telah lama hidup di tengah kehidupan
rakyat Indonesia sebagai hukum yang berlaku bagi golongan pribumi di tanah
air sendiri.
2. Undang-undang tidak berlaku secara universal
Undang-undang dianggap sebagai representasi hukum suatu bangsa bersifat
temporal dan spasial. Undang-undang hanya berlaku di suatu bangsa atau
kelompok bangsa tertentu dan pada kurun waktu tertentu. Oleh Savigny, setiap
bangsa dipandang mengembangkan kebiasaannya sendiri karena mempunyai
bahasa, adat-istiadat, dan konstitusi yang khas. Curzon mengemukakan:
Hukum merupakan produk khusus dari sekelompok masyarakat. Seperti
bahasa, hukum berkembang secara bertahap dan merupakan representasi dari
masyarakat; hukum itu lenyap seiring dengan hilangnya identitas masyarakat
Hukum tidak berlaku secara universal; penerapannya terbatas pada bangsa
dimana hukum itu dibuat.
Dalam konteks Indonesia misalnya, undang-undang yang dibuat oleh badan
legislatif dengan eksekutif tidak dapat diberlakukan secara universal ke bangsa
lain. Undang-undang tersebut hanya berlaku di Indonesia sendiri. Selain itu,
undang-undang tersebut memiliki batas berlaku (temporal) karena substansinya
2 http://filkumania-vonsavigny.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
3 Dr,H.Zainal Asikin, SH, SU http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarahhukum.html
suatu kajian akademik-dialektis harus berlandaskan pada kajian historissosiologis, karena sejatinya sejarah masyarakat merupakan akar dari hukum
yang berlaku pada masyarakat tersebut.
Inti mazhab sejarah von Savigny berpangkal pada pendapat yang menyatakan
bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam bangsa. Tiap-tiap bangsa tersebut
punya Volkgeist (jiwa rakyat) sendiri-sendiri. Jiwa rakyat ini berbeda-beda, baik
menurut waktu dan menurut tempat. Jadi, tidak masuk akal jika terdapat hukum
yang berlaku universal dan pada semua waktu, kata von Savigny. Hukum,
menurut von Savigny, sangat bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat. Isi
dari hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa-ke-masa.
Hukum menurut von Savigny berkembang dari suatu masyarakat sederhana
yang pencerminannya nampak dalam tingkah laku semua individu kepada
masyarakat yang modern dan kompleks di mana kesadaran hukum rakyat itu
tampak pada apa yang diucapkan ahli hukumnya.
5. Aturan-aturan hukum (undang-undang) yang bertentangan dengan
kesadaran hukum masyarakat (volksgeist) harus dibatalkan karena sifat
aturan hukum tidak lebih penting dari kesadaran hukum tersebut.
Merupakan sesuatu yang lumrah atas penolakan sekelompok masyarakat
terhadap aturan perundang-undangan tertentu karena didasari oleh adanya
pertentangan antara aturan-aturan hukum tersebut dengan kesadaran hukum
masyarakat. Pertentangan tersebut, baik secara linier maupun diametral akan
menimbulkan friksi secara tajam di masyarakat. Selain penolakan, tidak
menutup kemungkinan adanya upaya untuk menggugurkan aturan perundangan
tersebut, karena sekali lagi, jiwa rakyat adalah supremasi tertinggi, dan
karenanya aturan hukum harus tunduk dengan jiwa rakyat tersebut.
c. Pandangan Savigny Terhadap Kodifikasi
Ia memandang rendah kekaguman pada kodifikasi hukum, yang modern di Prusia,
Austria dan Perancis (yang meniru Kodifikasi Romawi). Menurutnya perlu studi
ilmiah tentang sistem hukum tertentu, dalam perkembangan yang kontinyu dan
tiap-tiap generasi mengadaptasikan hukum itu sesuai dengan kebutuhannya
(contoh: corpus juris di Romawi sebelum terbentuk disesuaikan dengan
kebutuhannya).
d. Kelemahan Ajaran Savigny
Suatu aspek yang ironis dari ajaran Savigny dan Puchta, bahwa sementara
menekankan watak kebangsaan dari segala hukum, mereka sendiri mengambil
inspirasi dari hukum Romawi dan dalam karya-karya utamanya menyesuaikan
(hukum Romawi) dengan kondisi modern; tidak mengakui pentingnya kodifikasi
hukum, Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis
diperlukan demi terwujudnyaa kepastian hukum. bahwa dengan mengakui hanya
hukum yang hidup di tengah masyarakat dan mengabaikan arti pentingnya
hukum kodifikasi, maka dapat menimbulkan ketidak pastian hukum.
e. Kesimpulan
Ajaran aliran ini dalam keseluruhannya, mengunggulkan naluri melawan ratio dan
evolusi graduel melawan tindakan yang sengaja, mazhab aliran sejarah tidak
memajukan energi kreatif dan pembaruan hukum.[Purnadi Purbacaraka dan M
Chidir Ali, 1990:18-24]
2.
tidak
mengesampingkan
peranan
perundang
dan
kodefikasi
dalam
analisis historis tentang asal-usul dan perkembangan hukum. Penelitian Maine mampu
menelusuri kemajuan perkembangan dari masyarakat kuno yang dibangun pada
kekerabatan, melalui entitas besar yang terdiri dari kelompok-kelompok keluarga, ke
negara modern yang kompleks berdasarkan kedekatan teritorial. Berlainan dengan
Savigny, Maine tidak menolak hukum yang bersifat rasional. Ia menerimanya untuk
masyrakat progresif yang jumlahnya kecil yang tak dapat disangkal (masyarakat
kapitalis yang bertumbuh kembang sejalan dengan konsepsi liberalisasi ekonomi
dunia global.4
a.
Inti Pemikirannya:
1. Bahwa hukum itu merupakan suatu unikum. Keadaan yang demikian ini
menyuburkan dilakukannya penelitian-penelitian serta karya-karya yang bersifat
anthropologis.
2. Pada awalnya kondisi hukum adat istiadat masih merupakan hukum yang tidak
tertulis. Pendokumentasian adat istiadat dalam suatu bentuk tertulis baru dimulai
pada saat pengadilan Wesminster Hall di Inggris dimulai. Selanjutnya hukum
tertulis tersebut mulai dijadikan yang kita kenal dengan nama codes.
3. Dalam bukunya, Hukum Kuno (Ancient Law, 1861), bahwa gerakan masyarakat
progresif sekarang menjadi gerakan dari Status menjadi Kontrak. Proposisi
Maine adalah bahwa dalam hukum alam, awal posisi sosial individu ditentukan
pada saat kelahirannya, sedangkan hukum modern memberikan individu
kebebasan untuk mengubah posisi mereka. Sering bertentangan dengan klaim
bahwa saat ini hukum semakin menempel pada hak dan kewajiban atas status
seseorang (seperti, misalnya, seorang karyawan, penyewa, dan sebagainya).
4. Mendeskripsikan masyarakat ada yang statis dan ada yang progresip.
Masyarakat progresip adalah yang mampu mengembangkan hukum melalui tiga
cara, yaitu: fiksi, equity dan perundang-undangan. Perubahan masyarakat tidak
selalu menuju kepada yang lebih baik. Perjalanan masyarakat menjadi progresip,
disitu terlihat adanya perkembangan dari suatu situasi yang ditentukan oleh status
kepada penggunaan kontrak.
5. Penelitian Maine mampu menelusuri kemajuan perkembangan dari masyarakat
kuno yang dibangun pada kekerabatan, melalui entitas besar yang terdiri dari
kelompok-kelompok keluarga, ke negara modern yang kompleks berdasarkan
kedekatan teritorial. Berlainan dengan Savigny, Maine tidak menolak hukum yang
bersifat rasional. Ia menerimanya untuk masyarakat progresif yang jumlahnya
4 http://ahmadyanilamintang.wordpress.com/2012/11/29/mahzab-sejarah/
kecil yang tak dapat disangkal (masyarakat kapitalis yang bertumbuh kembang
sejalan
dengan
konsepsi
liberalisasi
ekonomi
dunia
global.
Tidak