Dibimbing Oleh :
dr. Shofia Agung Priyatno, SpB, MSi.Med
Disusun Oleh :
Asiah
(1320221137)
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan After care patient yang berjudul Hernia
Scrotalis Dextra Ireponible yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa Periode 13 Maret 23 Mei 2015.
Dalam menyelesaikan Presentasi Kasus ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada dr. Shofia Agung P, SpB, MSi.Med sebagai dokter pembimbing. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan After care patient ini banyak terdapat kekurangan
dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran
dari pembaca.
Semoga After care patient ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya
dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada
umumnya. Amin.
Ambarawa,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Anamnesa ..............................................................................................
Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 9
Diagnosis ...............................................................................................
10
16
18
Klasifikasi..................................................................................................
19
Etiologi..................................................................................................
21
Patofisiologi................................................................................................... 21
Anatomi ...............................................................................................
22
27
Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 27
Penatalaksanaan............................................................................................ 28
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan ................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
37
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hernia merupakan protusi abnormal organ, jaringan atau bagian organ melalui
struktur yang secara normal berisi bagian ini. Insiden hernia di Indonesia menempati
urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus dalam satu tahun. Di Jawa Tengah,
angka kejadian hernia terus meningkat.
Etiologi dari hernia dikarenakan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar
abdomen, dengan faktor resiko tersering seperti mengangkat beban berat, konstipasi,
batuk, atau hal lain yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdomen.
Komplikasi dari hernia dapat terjadi penjepitan usus sehingga mengakibatkan
terjadinya ileus obstruktif. Hal itu dapat mengakibatkan rasa nyeri yang hebat hingga
mengakibatkan kematian.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS
Nama
: Tn. W
Umur
:84 thn
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Status
: Duda
: Rawat Darurat
: 077241
2.2. ANAMENESA
Keluhan utama
Nyeri perut sejak 5 hari SMRS
Riwayat penyakit Sekarang
Nyeri dirasakan terus menerus sejak 5 hari SMRS, nyeri dirasakan seperti
diremas, nyeri membaik jika beristirahat dan memberat dengan aktivitas, nyeri
disertai adanya mual dan muntah. Pasien mengaku muntah baru dirasakan hari ini,
muntah sudah 2 kali, isi makanan, kurang lebih seperempat aqua gelas. Pasien
juga merasa perut kembung, kentut sulit dan BAB terakhir 2 hari yang lalu.
Pasien mengaku terdapat benjolan di buah pelir kanan sudah sangat lama,
benjolan awalnya masih bisa masuk kembali jika pasien beristirahat, namun
dalam beberapa minggu sebelumnya benjolan tidak dapat dimasukan dan
dirasakan semakin besar.
6
: TD : 143/90 mmHg
Nadi : 68 x/menit, reguler
RR
: 22 x/menit
Suhu : 36,0oC
Rambut: distribusi pertumbuhan rambut rata, rambut beruban.
Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, wajah simetris, luka (-), warna kulit
coklat, pucat (-)
Mata
: konjungtiva warna merah muda, anemis (-/-), sklera warna putih, ikterik
(-/-), eksoftalmus (-/-), mata cowong (-/-), pupil isokor
+ +
wheezing
+ +
Abdomen :
Inspeksi
Akral dingin
Edema
- - - - Pemeriksaan Neurologik
B. Status Lokalis
Terdapat pembesaran pada scrotum kanan, konsistensi lunak, NT (+), pada
auskultasi BU (+).
2.4. PEMERIKSAAN PENUNUNJANG
8
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
13.2
9.8
4.47
41.5
92.8
29.5
31.8
12.6
209
12.2
7.9
1.5
0.5
7.9
14.9
4.7
80.4
0.165
12.5-15.5
4-10
3.8-5.4
35-47
3.8-5.4
35-47
82-98
>= 27
32-36
10-18
7-11
1.0-4.5
0.2-1.0
2-4
25-40
2-8
50-80
0.2-0.5
g/dL
Ribu
Juta
%
Mikro m3
Pg
g/dL
%
Ribu
%
Mikro m3
103/mikro
103/mikro
103/mikro
%
%
%
%
97
18
10
39.0
1.24
70-100
0-35
0-35
10-50
0.45-0.75
mg/dL
IU/dL
IU/dL
mg/dL
mg/dL
Non reaktif
Laporan Operasi:
perdalam
Identifikasi funikulus spermatikus dan bebaskan dari kantung hernia
Buka kantung hernia, masukan isi hernia kedalam cavum abdomen
Ligasi kantong hernia lakukan herniotomi
Pasang mesh
Rawat perdarahan
Jahit lapis demi lapis
Operasi selesai
Post Operasi
Infus RL 20 tpm
Inj cefotaxim 3 x 1 gram
Inj Ketorolac 3 x 30 mg
2.7. FOLLOW UP POST OPERASI
Tanggal
O
KU/Kes: TSS/
Composmentis
TTV: TD: 115/80
30/3/2015
Payudara kiri
mmHg; N. 80x/mnt;
terasa nyeri,
panas.
Demam (-),
pusing (-), mual
(-), muntah (-).
Carsinoma
duktus
mammae
sinistra
Pro OP
mastektomi tgl
1/4/2015
Cek EKG, Lab
rutin.
31/3/2015
Payudara kiri
licin, NT (+)
KU/Kes: TSS/
Carsinoma
Pro OP
10
Composmentis
TTV: TD: 115/80
mastektomi tgl
mmHg; N. 80x/mnt;
terasa nyeri,
panas.
Demam (-),
pusing (-), mual
(-), muntah (-).
1/4/2015
Inf. RL 20 tpm
mammae
sinistra
Cefotaxim 1 gr
IV (Skin test)
Konsul SpAn
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Payudara kiri
terasa nyeri,
panas.
1/4/2015
Pagi
Demam (-),
Cefotaxim
3x1gr IV
duktus
Status Generalis: dbn
Carsinoma
mammae
sinistra
Lemas (+),
Siang
Composmentis
Post
mastektomi
H0 pd Ca
duktus
mmHg; N. 80x/mnt;
0
Ranitidin 3x1
amp
3x500 mg
mg IV
As. Traneksamat
Ketorolac 3x30
mammae
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
sinistra
11
Ranitidin 3x1
amp
terbalut perban,
dipasang drainage, NT
As. Traneksamat
(+).
3x500 mg
KU/Kes: TSS/
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Cefotaxim
TTV: TD: 115/80
3x1gr IV
mmHg; N. 80x/mnt;
Lemas (+),
1/4/2015
malam
Post
mastektomi
H0 pd Ca
duktus
mammae
post op mastektomi
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
2/4/2015
(+).
KU/Kes: TSS/
Post
Composmentis
mastektomi
H1 pd Ca
duktus
mmHg; N. 80x/mnt;
0
mammae
sinistra
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
mg IV
post op mastektomi
pada mammae sin
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
(+).
KU/Kes: TSS/
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Cefotaxim
TTV: TD: 115/80
mmHg; N. 80x/mnt;
RR: 18x/mnt; S: 36,20C
3/4/2015
3x1gr IV
Post
mastektomi
H2 pd Ca
duktus
mammae
post op mastektomi
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
4/4/2015
(+).
KU/Kes: TSS/
Post
Composmentis
mastektomi
H3 pd Ca
duktus
mammae
sinistra
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
mg IV
amp
post op mastektomi
pada mammae sin
As. Traneksamat
terbalut perban,
13
dipasang drainage, NT
3x500 mg
(+).
KU/Kes: TSS/
Composmentis
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
mmHg; N. 80x/mnt;
0
3x1gr IV
Post
mastektomi
H4 pd Ca
duktus
post op mastektomi
mammae
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
terbalut perban,
As. Traneksamat
dipasang drainage, NT
3x500 mg
(+).
KU/Kes: TSS/
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Cefotaxim
TTV: TD: 115/80
6/4/2015
3x1gr IV
mmHg; N. 80x/mnt;
Post
mastektomi
Ketorolac 3x30
H5 pd Ca
mg IV
duktus
mammae
Ranitidin 3x1
sinistra
amp
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
14
(+).
BAB III
AFTER CARE PATIENT
A. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang laki-laki, berusia 84
dengan agamanya.
Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga negara
yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan warga lingkungan
g.
sekitarnya.
Pola Konsumsi Makanan Pasien
Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam mencukupi kebutuhan gizi
dirinya sehari-hari.
16
.BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang
lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak
disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan
kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3
Tipe
Deskripsi
Hernia
Penojolan melewati
ingunalis
lateralis
biasanya merupakan
kegagalan penutupan
cincin
fascia spermatica
epigastrica
interna
inferior
Lateral
Ya
Onset biasanya
pada waktu
Congenital
Dan
bisa
pada
waktu dewasa.
ingunalis
setelah
17
Hernia
penurunan testis
Keluarnya langsung
ingunalis
menembus
medialis
dinding abdomen
Medial
Tidak
Dewasa
fascia
2.2. KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3
2. Hernia Direk
a) suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum.
18
20
inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah yang sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal
yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang
dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel
atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia
ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
2.5. ANATOMI
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang dinding
abdomen,kanalis inguinalis,.lapisan-lapisan dinding abdomen
Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas lapisan
miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai nama
penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis
(1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan
seterusnya.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
21
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke
arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau
lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang
ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis.
Lakunare (Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.
Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada
ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis
femoralis dan Colles. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang
berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke linea alba. 2
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum
pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.
8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
9. Peritoneum
10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5
11. Bagian bagian dari hernia 7
22
Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia
dinamai berdasarkan dari pintunya
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan
terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas
muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament
dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah
daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk U dangan
ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 9
d. Isi kanalis inguinalis pria : 10
a. Duktus deferens
23
25
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada
saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
2.7. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.12
26
27
28
- Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
- Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
- Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia
maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk
mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul
dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
- Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi.
- Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
- Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata
dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko)
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas
lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
29
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
- Dewasa Herniorrhaphy :
Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Berliner repair
Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah dengan seratnya,
sayatan diperluas dari lateral ing cincin interna sampai tuberculum pubicum.
Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan.13
Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan serat berjalan
ke bawah ke arah medial. Incisi aponeurosis searah dengan arah seratnya,
kemudian ditarik dengan hak. Gunakan forceps untuk mengangkat dan meretraksi
ujungnya, sambil incisi diperluas melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan
lindungi selama operasi selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan
operasi.13
Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga terlihat
lapisan peritoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang forcep kecil, dan periksa
rongga abdomen dengan jari hingga membuka.13
Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat dengan
benang 2/0, tahan ikatannya, dan kantung diexcisi.13
Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding posterior. Dengan
cara menjahitkan M. transversus abdominis dan aponeurosis M. obliquus
abdominis internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini
juga menyempitkan cincin interna.
Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa dilalui
ujung jari.13
Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic cat gut 0.13
Mercy
dikenal
dengan
ligasi
sederhana
dengan
diangkat
tinggi
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
2.9.2.2. Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah Bassini multi layer,
Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis
sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke
33
serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan
organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan
fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan
hernio plasty.6
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan
sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca
operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas
rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan
kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen,
1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar
dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000)
melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 %
diantaranya dalam 7 hari.6
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup
lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi
lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal interna.6
BAB V
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis.
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia
35
obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada
laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup
(tetap terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
Operasi hernia ada berbagai macam teknik yaitu : Marcy, Bassini, McVay,
Shouldice, Lichtenstein Tension free.
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
36
37