Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Dalam suatu proses pengujian benda jadi memerlukan urutan tata cara
pengerjaan.
Itu sendiri sehingga menghasilkan benda jadi yang berkualitas terlebih dalam
pengerjaan PRAKTEKTEKNIK MESIN khususnya tentang pengujian
tarik.berperan sangat penting.

1.2.

Maksud Dan Tujuan


Dalam setiap kegiatan praktek yang diadakan dibengkel - bengkel

mesin pastilah ada maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut.
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktek pengujian tarik antara lain:
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan.
2. Untuk mengetahui Yield point suatu bahan.
3. Untuk menghitung prosentase perpanjangan dan prosentase luas
penampang (konstraksi).
4. Untuk dapat menganalisa suatu bahan.
5. Untuk mengetahui Modulus Elastisitas ( E ) suatu bahan.
6. Untuk menganalisa diagram tegangan dan regangan.
Adapun maksud dari pelaksanaan praktek pengujian tarik antara lain:
1. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan teori metode metode
pengujian tarik dari dosen pembimbing dalam kegiatan praktek.
2. Melatih ketelitian mahasiswa, ketekunan, keuletan, kesabaran dan
keterampilan peserta praktek dalam proses pengujian tarik.
3. Merupakan kesempatan bagi setiap peserta praktek untuk dapat
memahami secara langsung proses kegiatan pengujian tarik.
4. Membentuk

dan

menghasilkan

alumni

yang

profesional

dalam

menghadapi tantangan dunia industri di masa mendatang.


5. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan, serta modulus elastisitas
bahan yang akan diuji.

6. Untuk menghitung prosentase perpanjangan dan prosentase luas


penampang/kontraksi.

2
7. Menggambarkan dan menganalisa diagram tegangan dan regangan
suatu bahan.
8. untukdapatmenganalisakerusakanbahan.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai wujud tanggung jawab tertulis mahasiswa terhadap kegiatan
praktek yang telah diikuti sekaligus melengkapi tugas yang di berikan
oleh dosen pembimbing.
2. Gambaran tertulis mahasiswa selama pengerjaan bahan.
3. Media komunikasi satu arah dari mahasiswa terhadap segala aspek
dalam kegiatan praktek, yang berupa saran dan kritikan.
4. Mendorong setiap peserta praktek untuk memahami secara teoritis cara
dan prosedur kerja yang tepat dalam pengujian bahan.
1.3. Metode Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan beberapa cara
antara lain:
1. Metode Observasi
Penulis mengamati dan melihat secara langsung keadaan
didalam work shop khususnya di Lab Teknologi Mekanik Politeknik
Negeri Banjarmasin.
2. Metode Interview
Mengadakan konsultasi langsung dengan pembimbing mengenai
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan praktek tersebut.
3. Metode Kepustakaan
Dengan mengumpulkan data-data dari buku yang berhubungan
dengan topik atau masalah yang akan diuraikan untuk dijadikan bahan
pembuatan laporan ini.
4. Metode Pengalaman Praktek
Metode ini didapat setelah penulis melakukan praktek langsung,
dari praktek inilah dibuat suatu kesimpulan tentang masalah dalam
praktek, sehingga dapat melakukan praktek yang lebih baik.
Dari hal-hal diatas, penulis dapat membuat suatu tulisan sebagai
bahan laporan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Uji Tarik

4
Pengujian tarik adalah pengujian ditujukan kepada benda uji untuk
mengetahui seberapa besar kekuatan benda uji terhadap pembebanan yang
akan mengakibatkan benda uji bertambah panjang dan akhirnya putus.
Dari pengujian ini akan diketahui seberapa besar Renggangannya
() dan juga sampai dimana batas elastisitasnya (E) dari bahan tersebut.
Juga dapat diketahui sampai dimana batas proporsionalitas dan batas
elastis.
Dari pengujian ini juga dapat diketahuiyield point (batas lumer)
dimana batas regangan akan meningkat sekalipun tidak ada peningkatan
tegangan dan akan didapat juga ultimate tensile strength dari uji tarik ini,
ultimate tensile strength adalah merupakan perbandingan antara beban
maksimum yang dicapai selama percobaan tarik.
Tegangan tarik suatu material adalah tegangan yang diperlukan
untuk memutuskan benda uji dalam tarikan.

2.2. Karakteristik Diagram Tegangan dan Regangan


2.2.1. Tegangan ( t)
Tegangan adalah gaya persatuan luas.

F
A

Keterangan :

= Tegangan tarik,

N mm
2

= Gaya, (N)

= Satuan luas, (mm2)

2.2.2. Regangan
Regangan

4
adalah

merupakan

perbandingan

antara

pertambahan panjang (L = Lu Lo) setelah ditarik dengan panjang


batang mula mula (Lo) yang disebut regangan.

L Lt1 lo

X 100 %
Lo
Lo

Keterangan :

= Regangan, N

mm 2

Lt1 = Panjang sesudah patah, (mm)


Lo = Panjang mula mula, (mm)
lo

= Panjang batang mula-mula, (mm)


Jika batang uji tidak patah ditengah tengah antara dua titik

ukuran dan jarak patahannya kurang dari sepertiga panjangnya


terhadap salah satu titik maka penentuan regangan adalah:
Sebelumnya

batang uji, panjang Lo dibagi menjadi

10

bagian yang sama dan kemudian kita sebut N (N = 10), jika n =


jumlah bagian A B, dimana A adalah titik yang diambil dari bagian
patah yang terpendek.Perpanjangannya sesudah patah di tentukan
seperti pembacaan berikut ini:
1. Jika N n adalah genap :

AB 2 BC Lo
x 100 %
Lo

C
N n
2

2. Jika N-n adalah ganjil :

Keterangan :

AB BC ' BC" Lo
x 100 %
Lo
C

N n 1
2

N mm

= Regangan,

= Titik yang diambil dari bagian patah terpendek.

= Satu bagian setelah bagian patah.

AB = Jarak A ke B, (mm).
C

= tiga bagian setelah B

C = Satu bagian setelah C


BC = Jarak B ke C, (mm)
BC = Jarak B ke C, (mm)
Lo = Jumlah P mula-mula semua bagian, (mm)

2.2.3. Elastisitas
Jika batang ditarik dan mengalami regangan tetapi bila
beban tarik dihilangkan batang kembali seperti semula maka hal ini
dinamakan elastis.
2.2.4. Tegangan Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Dalam menentukan hubungan antara beban dan regangan,
penampang batang harus diketahui, dengan demikian regangan
yang bekerja pada batang dapat ditentukan.

F
A

Keterangan :

t = Tegangan Tarik,

N mm
2

= Gaya, (N)

= Luas penampang, (mm2)


Perbandingan antara tegangan

dan regangan elastis

disebut dengan Modulus Elastisitas (Modulus Young).

Keterangan :

7
E

= Modululus Elastisitas, (MPa)

N mm
N mm

t = Tegangan Tarik,

= Regangan,

Modulus elastisitas suatu bahan penting sekali bagi ahli


teknik jika akan merencanakan suatu konstruksi.

2.2.5. Batas Proporsionalitas Dan Batas Elastis


Sampai pada suatu titik yang disebut batas proporsionalitas,
tegangan sebanding dengan regangan maka grafiknya menunjukkan
garis lurus. Jika sampai pada batas elastis, tegangan tidak lagi
sebanding lurus dengan regangan. Jika beban dihilangkan, maka
panjang batang akan kembali seperti semula. Sebagai catatan
bahwa secara praktis bisa dianggap batas proporsionalitas dan batas
elastis tidak berbeda.

Grafik 2.1.Kurvategangan-regangandarisebuahbendaujiterbuatbajaulet

2.2.6. Yield Point (Batas Lumer )dan Yield Strength (Proof Stress)
Jika beban yang bekerja pada batang uji diteruskan sampai diluar
batas elastis maka akan terjadi secara tiba tiba perpanjanganpermanen
dari suatu batang uji, ini disebut Yield Point atau batas lumer. Dimana
regangan meningkat sekalipun tidak ada peningkatan tegangan.

Fy
A0

Keterangan :
y = Yield Point,

N mm
2

= Beban, (N)

Ao = Panjangbatangmula mula, (mm2)


Untuk beberapa logam paduan non ferro dan baja baja keras
Yield Point sukar dideteksi, begitu pula batas limitnya. Oleh karena itu
dinyatakan perpanjangan non-proporsional adalah misalnya 0,2 %.

2.2.7. Ultimate Tensile Strength ( TegenganTarikMaksimum )


Tegangan nominal / tarik maksimum yang ditahan oleh batang uji
sebelum patah disebut tegangan tarik yaitu perbandingan antara beban
maksimum yang dicapai selama percobaan tarik dan penampang mulamula.

Ft
Ao

Keterangan :

t = TeganganTarik,
Ft

N mm
2

= Bebanmaksimum, (N)

Ao = Penampangbatangmula mula, (mm2)

2.2.8. Pengecilan Penampang


Pada saat benda uji putus, luas penampang benda uji menjadi
lebih kecil hal ini sering pula dengan penurunan gaya tarik, besarnya
pengecilan penampang atau yang dikenal dengan (Kontraksi) maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Ao Au
X 100%
Ao

Keterangan :
Z

= Pengecilan Penampang, (%)

Ao = Penampang batang mula-mula, (mm)


Au = Penampang batang sesudah patah, (mm)

2.2.9. Diagram Tegangan dan Regangan

Grafik 2.2Diagram Tegangan Regangan Baja Lunak

10
Keterangan :
1. Limit of Proportionality
Artinya pertambahan gaya sebanding dengan pertambahan
panjang atau tegangan sebanding dengan regangan. Maka
grafiknya menunjukkan garis lurus.
2. Lower Yield Stress
Pada ttik ini, terjadi peristiwa bahwa batang uji dikenai beban
sampai diluar batas elastis akan terjadi pertambahan panjang
tanpa penambahan gaya. Disebut juga titik luluh bawah.
3. Upper Yield Stress
Pada ttik ini, terjadi peristiwa bahwa batang uji dikenai beban
sampai diluar batas elastis akan terjadi pertambahan panjang
tanpa penambahan gaya. Disebut juga titik luluh atas.
4. Tensile Strength
Pada titik ini disebut juga tegangan tarik maksimum, yaitu
tegangan yang mampu ditahan oleh benda uji. Tegangan tarik
maksimum

merupakan

maksimum

yang

perbandingan

dicapai

selama

antar

pengujian

penampang mula-mula.
5. Repture (Tegangan Patah)
Pada titik ini benda uji mengalami patah.

gaya/beban
tarik

dan

11

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktek uji tarik adalah baja
betonezer dengan harga kekerasan / kekuatan tarik ST 37 dan
ukuran seperti gambar.

Gambar 3.1 Bahan uji tarik.

Spesimen ST 37 :
D

= 15,14 mm

do = 10,29 mm

12
Lo = 50
Lt

mm

= 147,67 mm

Lt1 =178,10 mm
3.1.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktek uji kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Universal Testing Machine (Cesare Galdabini 1988 Vallarate
32917 Italia)
2. Dynamometer
3. Vernier Caliper
4. Spidol Permanen
5. High Gauge
6. V Blok dan Klem
Universal Testing Machine (Cesare Galdabini 1988 Vallarate 32917
Italia)

Gambar 3.2. Universal Testing Machine (Cesare Galdabini 1988 Vallarate 32917Italia)

Benda uji

13

Gambar 3.3. Benda uji

3.1.3. Hal hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Pengujian


Dilakukan
a. Berdoa sebelum melakukan pekerjaan.
b. Bersihkan batang uji dari karat dan kotoran.
c. Persiapkan alat ukur dan perlengkapan lainnya.
d. Persiapkan mesin uji sebelum dilakukan pengujian.
e. Mengetahui cara mengoperasikan mesin dengan baik.
f.

Berkonsentrasi terhadap pekerjaan.

3.1.4. Hal hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pengujian


a. Posisi peletakan benda uji harus benar dan jangan sampai terjadi
kemiringan pada waktu percobaan dan pastikan benda kerja
terikat dengan kuat.
b. Perlakukan mesin uji secara hati-hati dan jangan sampai terjadi
kerusakan pada mesin uji dan peralatan lainnya.
c. Posisi mata pada saat jarum skala diam dan pembacaan skala
pemabacaan dinamometer harus tepat.
d. Ruang tempat kita melakukan praktek harus mendapat cahaya
yang cukup agar pembacaan skala dan ukuran dapat dilakukan
dengan tepat.
e. Posisi mata pada saat pembacan nilai yang di tunjukkan alat ukur
(jangka sorong) harus tegak lurus.

14
f. Perlakukan alat ukur secara halus dan hati hati, jangan sampai
merusak dari alat dan mesin tersebut.
g. Catatlah data data hasil pengukuran sesuai dengan petunjuk
yang telah ditentukan.
3.1.5. Hal hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Selesai Melakukan
Pengujian
a. Periksa kembali mesin penguji dan perlengkapannya yang sudah
digunakan.
b. Bersihakan dan rapikan mesin penguji dan perlengkapannya yang
telah digunakan.
c. Lakukan analisa data hasil praktek sesuai dengan petunjuk yang
telah diberikan.

3.2 Langkah-langkah Pengujian


1. Persiapkan peralatan yang digunakan.
2. Ukur batang uji dan Lo dibagi menjadi 10 bagian yang sama.
3. Hidupkan mesin hidrolik dengan menekan PUMP ON sehingga PUMP
LAMP ON menyala.
4. Biarkan beberapa menit ( 5 menit) sebagai pemanasan awal.
5. Pasang batang uji pada penjepit (clamping head) dan mesin tarik. Jika
posisi dan penjepit tidak tepat maka dengan cara memutar tombol (Cross
head adj) yaitu, Untuk menaikkan pada posisi UP dan untuk
menurunkan pada posisi DOWN.
6. Pasang dial indikator untuk mengamati pertambahan panjang selama
proses pengujian.
7. Menentukan skala beban dengan memutar tombol range dan skala
grafik pada roda disamping kiri dynamometer.
8. Memberikan beban tarik dengan cara memutar tombol Speed Control
Valve path posisi Load.
9. Amati pertambahan panjangnya pada dial indikator dan pertambahan
gayanya pada dynamometer.
10. Setelah benda uji putus :
a.

Batang uji lepaskan dari pengunci.

15
b.

Catat ukuran yang diperlukan

c.

Turunkan Clamping Head pada posisi semula dengan memutar


tombol Speed Control Valve dengan pelan pelan sampai pada
posisi return.
Matikan mesin hidrolik dengan menekan Pump Of.

d.

3.3 Data Hasil Pengujian

Gambar 3.4. Gambar Benda Uji Baja ST 37

Spesimen ST37 :
D

= 12

mm

do = 78,632 mm
Lo = 42,751mm
Lt

= 125,01 mm

Lt1 = 147,67 mm

Tabel 3.1 Panjang dan Diameter Predivisi


1
d0

10,24 10,27 10,27 10,25 10,28 10,29 10,29 10,32 10,35

10
10,35

16

L0

4,59

5,38

4,63

4,97

4,64

4,79

4,90

5,80

4,64

5,23

D1

9,38

8,94

6,27

8,95

9,32

9,42

9,41

9,46

9,47

9,55

L1

5,39

7,25

10,04

6,87

6,35

5,78

6,30

6,05

5,60

6,50

Tabel 3.1 Panjang Dan Diameter Predivsi

Tabel 3.2 Gaya Tarik dan Perpanjangan


No

F (N)

L (mm)

Keterangan

10,800

0,131

Y1

12,000

0,262

Y2

13,500

0,314

Y3

15,700

0,419

Y4

18,050

0,670

Y5

21,050

1,100

Y6

24,550

1,446

Y7

27,250

2,682

29,000

2,835

10

31,250

3,54

11

34,500

5,135

12

36,500

6,434

13

39,500

11,879

Maksimal

14

28,250

17,899

Putus

Tabel 3.2 Gaya Tarik Dan Perpanjangan

Panjang keseluruhan setelah putus = 147,67 mm

Panjang Keseluruhan sebelum putus = 125,01 mm


Selisih = Panjang keselurunan setelah putus panjang sebelum putus

17

benda

=(

= 147,67 125,01

benda

= 17,9 mm

grafik

= 34,16 mm

Skala pada grafik :


1 mm (grafik) =

= 17,9 / 34,16
= 0,524004 mm

18

BAB IV
PERHITUNGAN DATA
4.1. Perhitungan Data
Berdasarkan data dari beberapa tabel sebelumnya yang telah
didapatkan maka kita dapat menghitung beberapa harga penting lainnya
dari test piece yang diuji, antara lain:
4.1.1. Perhitungan Tegangan dan Regangan
1. Tegangan t
Rumus : t =

F
Ao

Ao =

.d
4

Keterangan :

= Tegangan tarik,

N mm
2

= Gaya, (N)

Ao

= Luas penampang mula-mula bagian yang di uji, (mm2)

= Diameter mula-mula bagian yang diuji, (mm)

19

= 3.14 =

22
.
7

Dari data tersebut kekuatan tarik adalah


Ao

.d

Pada pertambahan panjang 1 (Y1):


y1 =

A0

F1
Ao

= 81,67 mm

N mm
2

= 132,23 19

Pada Pertambahan Panjang 2 (Y2):


y2 =

F2
Ao

= 146,93

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 3 (Y3):


y3 =

F3
Ao

= 165,29

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 4 (Y4):


y4 =

F4
Ao s

20

N mm
2

=192,23

Pada Pertambahan Panjang 5 (Y5):


y5 =

F5
Ao

= 221,01

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 6 (Y6):


y6 =

F6
Ao

= 257,74

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 7 (Y7):


y7 =

F7
Ao

=300.59

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 8 (Y8):


y8 =

F8
Ao

= 333,65

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 9 (Y9):

21

y9 =

F9
Ao

=355,08

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 10 (Y10):


y10 =

F10
Ao

= 382,63

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 11 (Y11):


=

F11
Ao

= 422,43

N mm
2

Pada Pertambahan Panjang 12 (Y12):


y12 =

F12
Ao

= 446,92

N mm
2

22
Pada Pertambahan Panjang 13 (Maksimum) :
FMaks
Ao

yMaks =

maks=

= 483,65

N mm
2

Pada Pertambahan 19 (Panjang Putus) :


FPutus
Ao

y Putus =

= 345,90

putus

N mm
2

2.Regangan
a. Perhitungan Regangan sebelum patah:
Rumus :

L Lt1 lo

Lo
Lo

L Lt1 lo

Lo
Lo

178,10 160,20
= 3,2
5,0

N mm
2

AB 2 BC Lo
x 100 %
Lo

b. Persentase Regangan setelah diuji:


A

23

AB 2 BC Lo
x 100 %
Lo

AB

= 5,39 + 7,25 + 10,04 + 6,87 = 29,55 mm

BC

= 6,35 + 5,78 + 6,30 = 18,43 mm

29,55 2 (18,43) - 50
x 100 %
50

16,41
x 100 %
50

= 32,82 %
c. Perhitungan Regangan pada setiap pertambahan
panjang.

Y1

L
0,131
x 100 %
x 100 % 0,26 %
Lo
50

Y2

L
0,262
x 100 %
x 100 % 0,52 %
Lo
50

Y3

L
0,314
x 100 %
x 100 % 0,62 %
Lo
50

Y4

L
0,419
x 100 %
x 100 % 0,83 %
Lo
50

Y5

L
0,670
x 100 %
x 100 % 1,34 %
Lo
50

Y6

L
1,100
x 100 %
x 100 % 2,2%
Lo
50

Y7

L
1,446
x 100 %
x 100 % 2,89%
Lo
50

Y8

L
2,682
x 100 %
x 100 % 5,36%
Lo
50

Y9

L
2,835
x 100 %
x 100 % 5,67%
Lo
50

Y10

L
3,54
x 100 %
x 100 % 7,08%
Lo
50

Y11

L
5,135
x 100 %
x 100 % 10,27%
Lo
50

Y12

L
6,434
x 100 %
x 100 % 12,86%
Lo
50

24

Ymaks

L
11,879
x 100 %
x 100 % 23,75%
Lo
50

YPutus

L
17,899
x 100 %
x 100 % 35,79 %
Lo
50

3.Yield Point (batas lumer)

Fy
Ao

16771,053 N
= 345,87
81,67

N mm
2

4. Maksimum

Tegangan tarik Maksimum.


FMaks
Ao

t Maks =

39500

= 81,67 = 483,65

N mm
2

5. Putus.

Tegangan putus.

t Putus =

FPutus
Ao
28250

= 81,67 = 345,90

N mm

4.1.2. Perhitungan Modulus Elastisitas

E y1

y1
y1
E y1

132,23
508,57( N / mm 2 )
0,26

25

4.1.3. Pengecilan Penampang Z (Kontrasi)

Z=

Ao Au
x100%
Ao

Z=

14 do 14 do x100%
14 do

Z=

14 .3,1410,29 14 .3,14 6,68 x100%


14 .3,14 78,632

Z=

4853,64 35,02
x100%
4853,64

Z = 99,27 %

26

4.2. Grafik Data

Maksimum
y17
y16
y13
y12
y11
y9
y7
y5
y3
y2
y1

Putus
y15
y14
y10
y8
y6
y4

27

Grafik 4.1HasilPenelitian

Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Tegangan Dan Regangan

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Tegangan
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9
y10
y11
y12
y13
y14
y15
y16
y17
y Maks
y Putus

92,81 N/mm2
112,39 N/mm2
129,93 N/mm2
154,68 N/mm2
176,33 N/mm2
206,23 N/mm2
221,69 N/mm2
258,82 N/mm2
304,19 N/mm2
324,81 N/mm2
377,39 N/mm2
423,79 N/mm2
453,71 N/mm2
477,42 N/mm2
510,42 N/mm2
555,79 N/mm2
614,56 N/mm2
666,12 N/mm2
510,42 N/mm2

Regangan
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9
y10
y11
y12
y13
y14
y15
y16
y17
y Maks
y Putus

0,46 %
0,98 %
1,19 %
2,45 %
3,43 %
4,42 %
4,63 %
5,12 %
6,68 %
6,87 %
7,67 %
8,35 %
8,58 %
10,71 %
12,77 %
14,71 %
20,81 %
36,32 %
53,00 %

Tabel4.1 Hasil Perhitungan Tegangan Dan Regangan

4.3. Pembahasan

28
Dari analisa perhitungan data data yang di dapat dari hasil
pengukuran maka kita dapatkan beberapa nilai sebagai berikut:
1. Tegangan
Nilai tegangan yang di dapat dari perhitungan adalah 92,81

N mm
2

2. Regangan
Nilai regangan yang di dapat dari perhitungan adalah 16,24 %
3. Tegangan Maksimal ( maks )
Nilai tegangan maksimal yang di dpat dari hasil pengujian adalah
666,12

N mm

2 .

4. Tegangan putus t putus

Nilai tegangan patah yang


510,42

di dapat dari hasil pengujian adalah

N mm
2

5. Regangan Maksimal ( maks )


Nilai regangan maskimal yang di dapat dari hasil pengujian adalah
36,32

N mm
2

6. Modulus Elastisitas (E)


Nilai modulus elastisitas yang di dapat dari hasil pengujian adalah
201,76( N / mm 2 .

7. Pengecilan penampang kontraksi (Z)


Nilai pengecilan penampang yang di dapat dari hasil pengujian
adalah sebesar 99,27 %.
Bila di lihat nilai tegangan maksimal yang di dapat dari hasil
pengujian adalah 666,12

N mm
2

maka kita dapat membandingkan

harga tersebut dengan harga kekerasan sebenarnya dari benda uji yaitu
ST 37 dengan perhitungan :

29
ST 37kekuatan tariknya sama dengan 37 kg/mm2, sedangkan
hasil pengujian memiliki tegangan maksimal 666,12

kekuatan tariknya sama dengan

N mm
2

atau

666,12 N

mm 67,97 N
.
mm 2
9,8 m / s

Selisih harga pengujian tarik dan harga yang sebenarnya cukup


jauh berbeda, ini di karenakan beberapa faktor, antara lain:
1. Ketepatan dan keakuratan pengukuran test piece oleh penulis yang
tidak akurat.
2. Pemasangan benda uji pada penjepit tidak tepat sehingga terjadi
selisih antara ukuran yang sebenarnya dengan harga dari pengujian.
3. Pembacaan grafik tegangan dan regangan oleh penulis pada mesin
penguji kurang akurat.

4.4. Perbandingan Data Hasil Pengujian Dengan Kelompok Lain


-

Data Hasil Pengujian Kelas III/D Kelompok 2


Spesimen ST 37
D
Do
Lo
Lt
Lo1
Lt1
Dcr

= 12 mm
= 7,98 mm
= 40 mm
= 125 mm
= 52.15 mm (setelah pengujian)
= 137.57 mm (setelah pengujian)
= 5.43 mm (setelah pengujian)

Tabel 4.2 Panjang Dan Diameter Predivsi


No.
Do
Lo
Do1
Lo1

1
7,97
4,02
7,58
4,48

2
7,98
4,03
7,39
4,48

3
7,99
4,01
7,37
4,98

4
7,97
3,98
7,35
4,95

5
7,99
3,98
7,32
4,97

6
7,97
3,99
7,24
4,97

7
7,97
3,98
7,00
6,43

Tabel 4.3 Panjang Dan Diameter PredivsiPembanding I

Tabel 4.3 Gaya Tarik Dan Perpanjangan

8
7,99
3,98
6,05
6,44

9
7,98
4,02
7,14
5,43

10
7,97
4,01
7,36
5,02

30

No

F(N)

Ket.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

9500
10250
11250
12250
14000
15350
16900
18100
19200
20750
21600
23400
24700
25500
26550
28250
30100
32500
33900
34850
26750

0,405
0,526
0,688
0,810
1,012
1,093
1,174
1,255
1,417
1,822
2,227
2,632
2,835
3,073
3,078
4,050
4,212
5,143
5,467
7,897
12,555

Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Y19
Maksimum
Putus

Tabel 4.4 Gaya Tarik Dan PerpanjanganPembanding I

Data Hasil Pengujian Kelas III/D Kelompok 3


Spesimen ST 37
D

= 12

mm

Do

= 7,98 mm

Lo

= 40

Lt

= 125 mm

Lt1

= 136.32 mm (setelah pengujian)

mm

Dcr = 5.16 mm (setelah pengujian)

Tabel 4.4 Panjang Dan Diameter Predivsi


Do
Lo
Do1
Lo1

1
8,03
3,85
7,43
4,34

2
8,00
4,03
7,41
4,60

3
7,97
4,03
7,40
4,15

4
8,01
3,95
7,40
4,15

5
8,00
3,95
7,39
4,73

6
8,00
3,95
7,39
5,02

7
7,98
3,96
7,36
5,04

Tabel 4.5 Panjang Dan Diameter PredivsiPembanding II

Tabel 4.5 Gaya Tarik Dan Perpanjangan

8
7,97
4,01
7,25
5,41

9
7,95
4,01
5,46
6,61

10
7,96
4,02
6,71
5,75

31

No

F(N)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

9750
11000
11500
12750
13600
15300
15800
16800
18200
19750
20400
21900
24500
27750
30200
31450
34800

Ket.
0,225
0,405
0,585
0,720
1,035
1,125
0,672
0,675
0,945
1,125
1,170
2,475
2,925
3,105
3,825
8,595
11,250

Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Maksimum
Putus

Tabel 4.6 Gaya TarikdanPerpanjanganPembanding II

4.5. Grafik Perbandingan


Grafik Hasil Pengujian Kelas III/D Kelompok 2

32

Grafik 4.2 HasilPengujianPembanding I

Grafik Hasil Pengujian Kelas III/D Kelompok 3

33

Grafik 4.3 HasilPengujianPembanding II

4.6 Pembahasan

34
Dari hasil perbandingan I dan perbandingan II kita mendapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Antara data pembanding 1 dan data pembanding 2 terdapat perbedaan
mengenai hasil pengujian, walaupun benda yang diujikan sama
ukurannya,
2. Kedua data pembandig di atas terdapat beberapa selisih mengenaihasil
perhitungan maupun hasil pengujian dengan kelompok kami,
3. Data kelompok kami :
D

= 12

mm

Do

= 78,63 mm

Lo

= 42,75 mm

Lt

= 125,01 mm

Lo1

= 4,27 mm (setelah pengujian)

Lt1

= 147,67mm (setelah pengujian)

Dcr

= 6.68 mm (setelah pengujian)

4. Data pembanding 1:
D

= 12

mm

Do

= 7,98 mm

Lo

= 40

Lt

= 125 mm

Lo1

= 52.15 mm (setelah pengujian)

Lt1

= 137.57 mm (setelah pengujian)

Dcr

= 5.43 mm (setelah pengujian)

mm

5. Data pembanding 2 :
D

= 12

Do

= 7,98 mm

Lo

= 40

Lt

= 125 mm

Lt1

= 136.32 mm (setelah pengujian)

Dcr

= 5.16 mm (setelah pengujian)

6. Data kelompok kami :

mm

mm

35

Mengalami 16 (enam belas) kali perpanjangan,


Batas maksimum terjadi pada titik ke-15 (lima belas),
Perpatahan terjadi pada tiik ke-16 (enam belas).
7. Data pembanding 1 :
Mengalami 21 (duapuluh satu) kali perpanjangan,
Batas maksimum terjadi pada titik ke-20 (dua puluh),
Perpatahan terjadi pada titik ke-21 (dua puluh satu).
8. Data pembanding 2 :
Mengalami 17 (tujuh belas) kali perpanjangan,
Batas maksimum terjadi pada titik ke-16 (enam belas),
Perpatahan terjadi pada titik ke-17 (tujuh belas).

36

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktek yang telah dilaksanakan serta uraian

singkat di atas maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut::


1. Diperlukan kesungguhan, ketelitian, kesabaran, kecermatan, ketekunan
serta kedisiplinan dalam proses pengujian tarik untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan.
2. Memerlukan keahlian dan keterampilan khusus dalam mengoperasikan
mesin uji tarik dengan baik dan sempurna.
3. Pengujian tarik merupakan salah satu metode teramat penting dalam
dunia industri keteknikan terutama dalam bidang konstruksi
4. Pembacaan yang tepat pada vernier caliper dan mesin uji tarik sangat
berpengaruh pada keakuratan hasil pengujian.
Kesimpulan lainnyaialahbahwa benda uji yang di ujikan tersebut
adalah

termasuk

dalam

kelompok

ulet/liat.

Karena

sebelum

benda

mengalami putus benda terlebih dahulu mengalami pertambahan panjang.

5.2.

Saran - Saran
Konsentrasi dan kesungguhan adalah hal yang harus selalu di

perhatikan oleh setiap peserta praktek. Setiap mahasiswa harus selalu


mengutamakan keselamatan kerja sebagai point penting dalam pekerjaan
teknik.
Penting bagi setiap mahasiswa untuk memperhatikan arahan dari
dosen pembimbing serta mengikuti langkah langkah perkerjaan pada job
sheet yang telah disiapkan dan di pelajari sebelumnya. Sebaiknya mesin uji
kekerasan lebih di perhatikan dalam hal keakuratannya/di kalibrasi agar
hasil praktek yang dihasilkan benar benar sesuai dengan standard bahan
yang digunakan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan laporan ini. Masukan berharga sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulisan laporan uji tarik ini di masa
mendatang.

37
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua di masamendatang.
Amiiieeen. . . .
DAFTAR PUSTAKA
Woeyono, Sutara. Petunjuk Praktek Pengukuran Dan Pemeriksaan bahan
Waite and Bull pty. Dept of Labour And national Service Measuring Tool Of
Equipment.

Politeknik Negeri Banjarmasin, Pengujian Logam.Syamsudin, Pengolahan


Logam.

Anda mungkin juga menyukai