REFLEKSI KASUS
Disusun Oleh
Wahid Nur Arifin
20100310193
Diajukan Kepada :
dr. H. Heru Wahyono, Sp. A
BAGIAN PEDIATRI
RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
PENANGANAN BAYI LAHIR DENGAN IBU TBC
Disusun Oleh:
Wahid Nur Arifin
20100310193
Disetujui oleh:
Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Pediatri
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................5
1.
Latar Belakang.......................................................................................................6
4.
KESIMPULAN...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Patogenesis penyebaran infeksi tuberkulosis neonatal.............................11
Gambar 2. Algoritme penanganan bayi dari ibu tuberculosis.....................................16
1.
Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia.
Kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab tuberkulosis telah ditemukan oleh
Robert Koch lebih dari 100 tahun yang lalu.1 Walaupun telah dikenal lama dan
telah lama ditemukan obat-obat antituberkulosis, hingga saat ini tuberkulosis
masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di negara
berkembang, karena penyebaran tuberkulosis berkaitan dengan kemiskinan,
perawatan kesehatan yang buruk, lingkungan yang padat, dan keadaan
imunodefisiensi. Dengan demikian sebagian besar kasus tuberkulosis terjadi di
negara berkembang, termasuk Indonesia.1,2 Di Amerika Serikat secara keseluruhan
tuberkulosis sudah berkurang pada dekade sekarang. Dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia maka jumlah penderita tuberkulosis cenderung meningkat
kembali.2,3
Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita, dan
menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua
wanita hamil menderita tuberkulosis. Di Amerika Serikat sejak tahun 1985-1990
tercatat angkat tuberkulosis dalam kehamilan adalah 12 kasus per 100.000
kelahiran, dan meningkat pada periode 1991-1992 menjadi 95 per 100.000
kelahiran. Terdapat 16 wanita hamil dengan tuberkulosis aktif, dan 7 dari 11 yang
diperiksa menderita positif HIV.3
Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem humoral, imunologis,
peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas,
sehingga paru-paru terdorong ke atas dan volume residu pernafasan berkurang.
Sedangkan pada kehamilan pemakaian oksigen bertambah kira-kira 25%
dibandingkan di luar kehamilan. Apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas
dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi dapat mengalami partus
prematurus, bahkan kematian janin. Proses kehamilan, persalinan, masa nifas, dan
Jika bayi lahir dari ibu tuberkulosis, umumnya mempunyai berat badan lahir
rendah, kecil masa kehamilan, resiko persalinan prematur menjadi dua kali lipat,
dan kematian perinatal meningkat enam kali lipat. Resiko ini berhubungan dengan
keterlambatan diagnosis, pengobatan yang tidak teratur, dan luasnya kelainan
paru. Tidak cukup bukti bahwa tuberkulosis paru meningkatkan kejadian abortus
spontan atau kelainan kongenital.3
peningkatan resiko pada sistem saraf pusat, tetapi tidak meningkatkan resiko
kelainan kongenital atau abortus.3,12
Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid
pada wanita post partum, tetapi beberapa rekomendasi menunda pengobatan ini
sampai persalinan bahkan 3-6 bulan post partum. Alternatif lain dapat ditunda
sampai 12 minggu pada penderita asimptomatik. Sedangkan pada penderita yang
simptomatik dimana tuberkulosis paru bisa berbahaya baik bagi ibu ataupun janin,
maka harus diberikan terapi. 3,6
Pengobatan Obstetri
Pemeriksaan antenatal care yang teratur, termasuk istirahat, makanan bergizi,
pengobatan anemia, dan dukungan keluarga. Pengobatan obstetri yang optimal
didasarkan pada pertimbangan ibu dan janin. Berikan isolasi yang memadai
selama persalinan dan pasca persalinan. Bayi harus diperiksa untuk mengetahui
adanya tuberkulosis. Walaupun infeksi transplasental jarang, bayi memiliki resiko
terinfeksi melalui kontak dengan ibu dengan tuberkulosis aktif.
3. PATOGENESIS PENYEBARAN TUBERKULOSIS PADA BAYI
10
11
TUBERKULOSI
S
WANITA - TBC
AKTIF
HAMIL
INFERTIL
TIDAK
BEROBA
T
BEROBAT
TERATUR
REAKTIVA
SI
NONINFEKTIF
IN UTERO
BAKTEREMIA
TBC
INGESTI
CAIRAN
AMNION
HEMATOGEN
VIA VENA
UMBILIKALIS
FOKUS PRIMER
DI BERBAGAI
ORGAN
TERUTAMA
HATI DAN
PARU
TBC
MILIER
PENYEBARAN
INFEKSI KE
BAYI
PERSALINA
N
POST
PARTUM
ASPIRASI
SEKRET JALAN
LAHIR
KONTAK
TBC PERINATAL
FOKUS PRIMER
DI SALURAN
CERNA
TBC
KONGENITAL
Gambar 1.
Patogenesis penyebaran infeksi
tuberkulosis neonatal
12
13
14
lingkungannya, maka bayi tetap dianjurkan mendapat terapi INH profilaksis dan
vaksinasi BCG. Sedangkan jika hasil biakan sputum ibu positif dimana berarti
resiko infeksi menjadi lebih besar, maka sebaiknya bayi dipisahkan dari ibu
sampai hasil biakan menjadi negatif.5
4.4 Bayi dari ibu yang telah selesai pengobatan tuberkulosis paru
Kasus yang juga banyak ditemukan adalah bayi dari ibu hamil dengan riwayat
telah selesai pengobatan tuberkulosis paru pada waktu lampau. Akan tetapi,
resiko aktivasi penyakit ibu lebih besar dibandingkan populasi normal. Resiko
aktivasi tuberkulosis ibu dengan riwayat tuberkulin positif 10 kali lebih besar
dibandingkan populasi dengan tuberkulin negatif; dan 9 kali lebih besar pada
ibu dengan gejala klinis dibandingkan populasi dengan tuberkulin positif tanpa
gejala klinis. Kemungkinan aktivasi menjadi lebih besar jika penyakit hanya
tenang kurang dari 5 tahun.
Dengan demikian, resiko infeksi bayi tergantung pada keadaan serta
kecenderungan ibu mengalami reaktivasi penyakit. Ibu harus mendapat
pemeriksaan dan pemantauan yang hati-hati ketika hamil dengan uji
tuberkulin.5,6 Beberapa penulis menyatakan, jika hasil uji tuberkulin positif
maka dilanjutkan dengan rontgen toraks dengan penutup abdomen yang baik.
Jika hasil rontgen toraks negatif dan ibu secara klinis baik, maka tidak
diperlukan pemisahan dari ibu.6
15
mg/kg/hari.
c.Ibu dengan tuberkulosis milier:
1. Anak secara klinis baik
- Isolasi dari ibu
- Foto toraks dan test Mantoux segera lahir
- Aspirasi cairan lambung untuk dilakukan pengecatan dan kultur
- INH 10 mg/kg/hari selama 3 bulan
2. Anak secara klinis tampak sakit
- Isolasi dari ibu
- Foto toraks dan test Mantoux segera setelah lahir
- Aspirasi cairan lambung untuk dilakukan pengecatan dan kultur
- INH 15-20 mg/kg/hari selama 1 tahun
B ay i d ar i i bu t u b e r ku lo s i s
Bayi lahir sehat/
asimptomatik
Dari ibu TBC
aktif
16
Bayi dipisahkan
dari ibu
Bayi
dievaluasi:
Ro- toraks
Biakan cairan
lambung, urin,
CSS
Test
tuberkulin
saat lahir
diulang 6
minggu
Test tuberkulin
(-)
INH 10
mg/kg/hari 3
bulan berturut2
Rawat gabung
Bayi sebaiknya
di test tuberkulin
setiap 3 bulan
selama 1 tahun
pertama, dan
setiap tahun
setelah itu
Test tuberkulin
(+)
Vaksina
si BCG
INH 10-15
mg/kg/hari
selama 1 tahun
17
mencegah
penularan pada bayi.2,4,11 Kecuali jika ibu dalam kondisi sakit sehingga
memerlukan perawatan inap, begitu pula ibu yang menderita TBC payudara
tidak dianjurkan menyusui bayinya. 3-6
Namun demikian, ibu diberi pengobatan dan bayi diberi INH profilaksis.
Sedangkan vaksinasi BCG tidak langsung terbentuk efek proteksinya. Setelah 3
bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan
setelah itu pada bayi dilakukan uji tuberculin. Bila hasilnya negative terapi INH
dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG.11
18
KESIMPULAN
Penatalaksanaan
bayi
dari
ibu
tuberkulosis
memerlukan
pendekatan
dan
19
DAFTAR PUSTAKA
20